Tazkiyatun Nafs

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

introspeksi sebab selamat dari azab kubur

DI ANTARA SEBAB SELAMAT DARI AZAB KUBUR Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Di antara sebab yang paling bermanfaat yang akan menyelamatkan dari siksa kubur ialah hendaknya sebelum tidurnya seseorang duduk sejenak untuk Allah mengintrospeksi dirinya atas semua perbuatan yang merugikannya dan menguntungkannya pada harinya tersebut. Ia memperbaharui taubatnya dengan taubat yang murni antara dia dengan Allah Ta'ala. Kemudian ia tidur di atas taubatnya itu dan bertekad untuk tidak mengulangi dosanya ketika bangun nanti. Hendaknya ia melakukan hal ini secara rutin setiap malam. Jika ia mati di malamnya tersebut maka dia mati di atas taubatnya. Jika ia terbangun di esok hari maka ia bangun dalam keadaan bersiap untuk beramal dan berbahagia karena belum tiba ajalnya, hingga ia mengejar sesuatu yang luput dari amal saleh kemudian ia menghadap Allah Ta'ala. Seorang hamba tidaklah memiliki sesuatu yang paling bermanfaat baginya daripada sikap ia tidur di atas keadaan tersebut. Apalagi jika ia mengiringinya (setelah duduk sesaat) dengan zikir kepada Allah, mengamalkan sunah dari Nabi shalallahu alaihi wa salam ketika hendak tidurnya hingga ia terlelap tidur. Barangsiapa yang Allah menghendaki untuknya kebaikan niscaya Allah Ta'ala akan memberikan kepadanya Taufik-Nya. Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah Ta'ala. 📚 Ar-Ruh (hlm. 79). https://t.me/salafy_cirebon -------------- MENYENDIRI BERSAMA RABBUL 'ALAMIN.... Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, "لا ﺑﺪ ﻟﻠﻌﺒﺪ ﻣﻦ ﺃﻭﻗﺎﺕ ﻳﻨﻔﺮﺩ ﺑﻬﺎ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻓﻲ ﺩﻋﺎﺋﻪ ﻭﺫﻛﺮﻩ ﻭﺻﻼﺗﻪ ﻭﺗﻔﻜﺮﻩ ﻭﻣﺤﺎﺳﺒﺔ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﺇﺻﻼﺡ ﻗﻠﺒﻪ". "Hendaklah seorang hamba memiliki waktu-waktu khusus untuk menyendiri agar lebih fokus dalam berdoa, shalat, merenung, muhasabah dan memperbaiki hatinya". . 📚 Majmu' al-Fatawa 10/637. || https://t.me/hikmahsalafiyyah ------------- MUHASABAH DAN MENASIHATI DIRI  Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,  إِنَّ العبْدَ لَا يَزَال بخيرٍ ما كان له وَاعِظ من نفسه، و كانت المحاسبة من همه.  "Sesungguhnya seorang hamba masih akan tetap baik selama dia memiliki penasihat dari dalam dirinya sendiri, serta menjadikan muhasabah sebagai capaiannya." 📚 Ighatsatul Lahafan, (1/78) || t.me/forumsalafy
2 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

inilah 6 akibat maksiat

AKIBAT MAKSIAT Kemaksiatan akan menimbulkan efek buruk, tercela, dan berbahaya. Baik bagi qalbu maupun badan, di dunia sekaligus di akhirat. Hanya Allah lah yang Maha Mengetahui keseluruhan akibat-akibat kemaksiatan. Yang pasti, efek negatif tersebut sangat banyak sekali. Diantaranya adalah : 1. Akibat buruk bagi qalbu, pelakunya akan dihalanginya dari ilmu yang bermanfaat, lebih khusus ilmu agama. Karena ilmu adalah cahaya yang Allah berikan ke dalam qalbu manusia. Sedangkan perbuatan maksiat memadamkan cahaya tersebut. Imam Asy Syafi'i pernah bersyair yang maknanya : "Aku mengadu kepada Waki' kenapa diri ini lemah dalam hafalan. . Ia menasihatiku agar meninggalkan segala bentuk kemaksiatan. Ia mengatakan bahwa ilmu adalah cahaya. Sementara cahaya Allah bukan untuk yang bermaksiat kepada-Nya" 2. Perasaan khawatir dan was-was terhadap hukuman dan azab Allah. Ketakutan itu tidak sebanding dengan kelezatan yang ia rasakan dalam kemaksiatan. Seandainya seluruh kenikmatan yang ada di dunia ini terkumpul padanya, seluruhnya tidak akan mampu mengobati was-was yang ia rasakan ini. Namun, hal ini hanyalah dirasakan oleh mereka yang qalbunya hidup. Masih memiliki sisa keimanan. 3. Perasaan khawatir dan was-was yang timbul dalam qalbunya ketika ia bertemu dengan orang lain. Terlebih jika mereka adalah orang-orang yang shalih. Pasti perasaan ini akan muncul di qalbunya. Setiap perasaan ini menguat, maka ia pun akan berusaha menjauhi orang-orang tersebut. Berusaha untuk menghindar, tidak  mau duduk dengan mereka, hingga akhirnya terlewatkan dari berkah ilmu dan pengajaran mereka. Selanjutnya, ia akan semakin dekat dengan gerombolan syaithan. Dan terus perasaan ini akan muncul hingga benar-benar menguasai qalbunya. Akhirnya, ia pun merasa was-was terhadap istrinya, anaknya, karib kerabatnya, bahkan dirinya sendiri. 4. Lemahnya kepekaan qalbu. Ia akan merasakan qalbunya hitam pekat, bak gelap malam yang gulita. Jadilah kegelapan maksiat yang ada dalam qalbunya, membuat hilang kepekaannya. Yang mestinya kepekaan qalbunya menuntun ke jalan yang lurus, itu telah hilang darinya. Seperti kegelapan malam yang yang membutakan matanya. Ketaatan adalah cahaya dan maksiat merupakan kegelapan. Setiap kali kegelapan itu bertambah, pasti akan bertambah pula kelinglungannya. Hingga ia pun terjatuh dalam berbagai kemaksiatan, kesesatan, dan perkara-perkara yang membinasakan dalam keadaan ia tidak menyadarinya. 5. Melemahkan qalbu dan badan sekaligus. Bahkan berbagai kemaksiatan selanjutnya akan mematikan qalbunya. Adapun melemahnya badan, karena kekuatan seorang mukmin itu ada dalam qalbunya. Semakin menguat qalbunya, semakin menguat pula badannya. Seorang pendosa, walaupun ia seorang yang kuat tubuhnya, akan tetapi sebenarnya mereka adalah orang yang paling lemah. Perhatikanlah kekuatan Persia dan Romawi, kekuatan badan yang dimilikinya tidak mampu menolong mereka pada saat mereka benar-benar membutuhkan kekuatan. Ternyata, mereka mampu dikalahkan oleh orang-orang yang beriman dengan kekuatan qalbu dan badan yang mereka miliki. 6. Perbuatan maksiat akan melemahkan keinginan qalbu untuk bertaubat kepada Allah. Sebaiknya, dorongan untuk berbuat maksiatlah yang semakin menguat. Keinginannya untuk bertaubah sedikit demi sedikit melemah hingga benar-benar hilang dari qalbunya. Lebih jauh, terkadang ia bertaubat dengan lisannya hanya untuk mencari ridha manusia, sementara hatinya telah terikat dengan perbuatan maksiat, selalu bertekad untuk kembali mengulanginya, kapan ia mampu melakukannya. Ia lancang berdusta kepada Allah. Dan ia, sungguh penyakit yang paling berbahaya. Paling cepat menyeret pelakunya dalam jurang kebinasaan. Wallahu a'lam. [Sufyan] [Disarikan dari kitab Ad Da' wad Dawa' karya Ibnu Qoyyim Al Jauziyah] Sumber : Majalah Tashfiyah Edisi 15 Vol.02 Th 2012
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

dunia, haus menggerus

 .(108) Haus Menggerus Singkat cerita, syahwat dunia sering diidentikkan dengan 3 hal, yaitu tahta, harta, dan wanita. Memang perlu dirinci. Juga masih bisa ditambah dan dikembangkan.  Contoh syahwat dunia lainnya adalah popularitas.  Namun, singkat ceritanya demikian. Kita sedang berbicara tentang syahwat dunia. Mengenai orang-orang yang menghinakan diri sebagai budak-budaknya. Mereka yang lebih memilih memuaskan syahwat dunia,  dibanding berlelah-lelah mengekang syahwat demi kebahagiaan akhirat. Tidak akan ada puasnya! Titik! Mana bisa puncak terlampiaskan? Sebab, syahwat dunia bukannya terpenuhi lalu berhenti. Ia terus berambisi hingga mati oleh kepongahan dan keangkuhannya sendiri. Ibnul Qayyim ( Uddatus Shabirin, hal.276 ) membuat analog yang memadankan antara kehidupan dunia dan perjalanan sebuah rombongan. Sebuah rombongan yang telah menempuh perjalanan jauh. Bekal makanan menipis, bahkan air minum telah habis. Haus dan benar-benar haus. Tibalah rombongan di tepi laut. Mereka yang haus namun hilang akal, melihat air laut sebatas fisiknya.  Air!  Mereka tidak lagi secara sehat berpikir bahwa minum air laut tidak menghilangkan haus. Tidak ada lagi pertimbangan efek dan dampaknya. Pokoknya; haus. Pokoknya ; ada air. Mereka minum air laut. Semakin banyak yang diminum, semakin bertambah haus. Terus mereka minum, justru perut menjadi sakit. Bahkan, bisa berujung kematian. Berbeda hal dengan orang-orang yang masih berakal. Walau lelah, meski payah, mereka masih bisa berpikir akibat buruk minum air laut yang asin. Mereka menjauh dari tepi laut. Mereka mencari dataran. Mereka menemukan tanah yang baik. Mereka menggali sumur. Mereka menemukan air segar, sejuk, dan tawar. Karena melekat rasa sayang, mereka mengajak rombongan yang masih ada di tepi laut. Mereka panggil. Mereka beritahu.  Namun, rata-rata rombongan tidak percaya, bahkan ada yang mencemooh dan mengejek. Hanya satu dua saja yang menyambut. Demikianlah analog yang diberikan Ibnul Qayyim! Para pemburu syahwat dunia ibarat orang haus yang minum air laut. Akan selalu haus. Tidak terpuaskan. Ingin berhenti, namun tak bisa. Karena belum juga sadar, di sana ada air yang segar dan sejuk. Syahwat dunia bagai air laut! Orang-orang yang berpikir jernih. Memandang sangat jauh ke depan. Mereka yang sadar bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah di dunia.  Mereka yang berpikir jernih itu akan mencari sumber air yang jernih juga. Mereka ingin kehidupan yang bersih. Tidak keruh, apalagi kotor. Tidakkah cukup engkau merasakan lelah? Belumkah tiba saatnya engkau melepaskan diri dari belenggu dunia? Ingatlah, bahwa mereka yang beruntung adalah mereka yang selalu mengingat bahwa : {وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ} “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” QS. Ali Imran 185 {قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى }  “Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” QS. An Nisa’:77 وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ  “Mereka merasa bahagia dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” QS. Ar Ra’du:26 Semoga kita tidak termasuk yang Allah Ta'ala firmankan : بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى ( 17 ) "Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal" QS. Al A’la: 16-17. Lendah, 05 Ramadhan 1443 H/07 April 2022 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

teruslah bertaubat, meski engkau mengulangi dosa lagi

HUKUM SEORANG YANG SUDAH BERTAUBAT, TAPI BERKALI-KALI MENGULANGI DOSANYA . Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah. Pertanyaan :  Apa hukum bertaubatnya seorang dari dosa lalu dia mengulangi dosanya kembali beberapa kali. kemudian dia bertaubat berkali-kali dan setelah itu dia bertaubat dengan jujur dan tidak lagi mengulangi dosa tersebut ? Jawaban :  Taubatnya orang ini sah, dan berbagai taubat yang pertama dan berbagai taubat yang terakhir semuanya sah. Karena setiap kali berbuat dosa kemudian bertaubat kepada Allah dari dosanya, dan dia menyempurnakan syarat-syarat taubatnya maka Allah akan menerima taubatnya. Maka jika nafsunya mengajaknya lalu dia  melakukan dosa kembali lalu dia bertaubat kedua kali, tiga kali, empat kali. Berdasarkan firman Allah : قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً Katakanlah : Wahai hambaKu yang telah melampaui batas, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah sesungguhnya Allah itu mengampuni dosa semuanya .[QS. Az-Zumar 53} Akan tetapi yang penting taubatnya itu benar, hendaknya dia bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut, bukan taubat yang main-main, dalam keadaan dia berniat dalam hatinya untuk mengulangi dosa tersebut. Karena taubat demikian itu tidak benar, akan tetapi jika taubatnya benar, tatkala dia meninggalkan dosanya dia bertekad untuk tidak mengulanginya. Maka sesungguhnya jika dia mengulangi kembali kali kedua, maka taubat pertamanya tidaklah gugur. Bahkan tabuat pertamanya tetap sah. Dan setiap kali dia berbuat dosa dan bertaubat, maka Allah tetap menerima taubatnya. Teks arab : https://binothaimeen.net/content/173 Sumber : http://telegram.me/ahlussunnahposo ========== TERUSLAH BERTAUBAT! ✍🏻 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله  berkata :  "Barangsiapa bertaubat kemudian dia mengulangi kembali (dosanya), maka wajib baginya untuk bertaubat yang kedua kalinya. Kemudian apabila dia mengulanginya lagi, maka wajib baginya untuk bertaubat lagi. Demikianlah seterusnya, setiap kali dia berbuat dosa, jangan putus asa dari rahmat Allah. Bisa jadi ketika dia mengulangi lagi bertaubat beberapa kali, maka Allah akan mengkaruniakan kepadanya di akhir hayatnya dengan taubat nasuha (yang diterima taubatnya )." 📚 [Mukhtashar Al Fatawa hal. 562] Sumber : t.me/salafy_cirebon
3 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

wanita-wanita terhormat di nabulus

Wanita-Wanita Terhormat di Nabulus Ibnul Arabi al Maliki (wafat 543 H) seorang ulama hadis, fikih, tafsir, dan sejarah bermadzhab Maliki menulis dalam kitabnya Ahkamul Qur'an (6/352). Dilahirkan di Sevilla, Ibnul Arabi telah berkeliling ke penjuru negeri. Dari Semenanjung Andalus (Eropa), Syam, Irak, Mesir, dan negeri-negeri lainnya, beliau menimba ilmu dari ulama-ulamanya. Beliau menulis, “ Sungguh! Sudah lebih seribu negeri aku jelajahi di berbagai daratan. Namun, tidak pernah aku menyaksikan kaum wanitanya yang lebih menjaga diri, lebih terhormat, dibandingkan kaum wanita Nabulus” “ Selama beberapa bulan aku tinggal menetap di sana, tidak pernah satu kali pun aku melihat seorang wanita di jalan saat siang hari. Kecuali hari Jum'at. Kaum wanita berangkat salat Jum'at sampai-sampai masjid dipenuhi mereka. Selesai salat, mereka langsung pulang ke rumah. Sampai hari Jum'at berikutnya, aku tidak melihat seorang wanita pun keluar rumah”, lanjut Ibnul Arabi. Begitulah kaum wanita dalam Islam! . Dihormati, diberi penghargaan, dan dimuliakan. Wanita ibarat intan manikam. Tidak sembarang orang bisa memandang. Tidak semua tangan boleh menyentuhnya. Wanita adalah salah satu pilar kehidupan. Darinya dunia menjadi indah dan karenanya dunia bisa berubah menjadi petaka dan bencana. Oleh sebab itu, wanita haruslah dijaga. Sebelum Islam datang, wanita hanyalah obyek eksploitasi seksual. Wanita disamakan dengan barang yang dapat diperdagangkan dan diturunwariskan. Wanita dianggap pembawa sial dan sumber penyakit. Coba baca kembali bagaimana kaum wanita direndahkan oleh kaum Yunani, Romawi, Persia, India, China, dan Afrika di zaman dahulu! Dulu di Semenanjung Arab pun, kaum wanita dilecehkan. Sejak lahir, bayi perempuan ditolak kehadirannya. Menginjak dewasa, banyak dari mereka menjadi obyek prostitusi terselubung atau terang-terangan dengan bendera berwarna merah sebagai tanda yang dipasang di depan rumahnya. Wanita di masa jahiliyah berbaur bebas dengan kaum pria di berbagai lini kehidupan. Mereka berhias, bersolek, dan berdandan. Sengaja mereka menarik perhatian kaum pria dengan gelang-gelang kaki yang dihentakkan agar mengeluarkan bunyi. Pendek kata; kondisi kaum wanita di masa jahiliah dapat tergambar dengan realita sebagian kaum wanita di masa kini. Karir, persamaan gender, emansipasi, kesamaan hak dan derajat, atau istilah-istilah semisal hanyalah propaganda bohong-bohongan untuk kamuflase dari eksploitasi ; pemerasan dan pengisapan keuntungan sepihak. Wanita sebagai kaum yang lemah dijadikan korbannya. Tidakkah tergugah hatimu kala hampir setiap saat ada berita wanita menjadi korban?! Korban pelecehan seksual, korban penganiayaan, korban pembunuhan, korban penipuan, atau korban kejahatan lainnya? Lagi-lagi korbannya wanita. Bagimu yang beriman kepada Allah dzat yang maha penyayang. Untukmu yang percaya kepada Allah yang maha bijaksana. Baca dan renungkanlah firman Allah berikut ini; al Ahzab ayat 33 :  وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى وَأَقِمْنَ الصَّلاَةَ وَءَاتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا   “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya.Sesungguhnya Allah berhendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” Ayat di atas tidak hanya berlaku untuk istri-istri Nabi Muhammad saja! Jika perintah di atas ditujukan kepada istri-istri beliau, bukankah sudah seharusnya kaum muslimah untuk mencontoh dan meneladaninya?! Al Hafidz Ibnu Katsir, pakar tafsir bermadzhab Syafi'i (wafat tahun 774 H) menegaskan, “ (Hal-hal tersebut dalam ayat) adalah adab-adab yang Allah perintahkan untuk istri-istri Nabi Muhammad. Kaum wanita umat ini harus mengikutinya” Jelas dan tegas! Allah perintahkan kaum wanita untuk : “Hendaklah kamu tetap tinggal di rumahmu!” Inilah bentuk penghargaan dan penghormatan untuk kaum wanita! Ingat! Rumah bukanlah penjara untuk wanita. Rumah adalah istana bagi kaum wanita. Mereka menjadi ratu yang dihormati. Saat masih kecil, ia dilindungi dan diayomi oleh keluarganya. Ketika dewasa, ia dipersiapkan menjadi wanita hebat dan luar biasa. Setelah berstatus istri, ia disayang dan dikasihi suaminya. Kala sebagai ibu, ia dihormati dan memperoleh bakti dari anak-anaknya 3 kali lipat dari bakti ke ayahnya. Wanita harus dimengerti. Harus disayang dan diberi kelembutan. Tidak boleh dikasari, apalagi dipukul. Jangan bentak dia! Jangan hardik dia dengan suara keras! Wanita mesti dijamin keperluan dan kebutuhannya, tentu yang sewajarnya. Perlakukanlah mereka layaknya kaca. Jangan sampai retak apalagi pecah. Sayang, banyak wanita yang tidak memperoleh hak-haknya. Banyak wanita tidak dilindungi dan diayomi. Hingga akhirnya mereka keluar meninggalkan istananya. Keluar dari rumahnya. Padahal Allah berfirman ;  وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu “ Bagi wanita muslimah, harus bertekad untuk melaksanakan perintah Allah ini. Bagi kaum pria, hormatilah dan penuhilah hak-hak kaum wanita agar mereka tidak perlu keluar dari rumah. Lendah  02 Desember 2021 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 4 menit

Tag Terkait