Anak Muda dan Salaf

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kelak, siapa yang akan lebih merindu?

Kelak, Siapa Yang Akan Lebih Merindu? Dipandanginya dengan penuh sayang. Wajah yang selalu menyertai pikirannya. Dibelai rambutnya. Dirapikan poni berjurai rata di dahinya. Ah, cepat sekali waktu berlalu. Seolah kemarin ia masih bayi ditimang. Sekarang, sudah menjadi gadis yang menyenangkan. Selimut yang ada, dirapikannya untuk menutup kaki anak perempuannya yang terbuka. Berharap tidurnya nyenyak. Anak perempuan memang luar biasa. Cintanya kepada sang ayah sangat dalam. Apalagi jika sang ayah benar-benar menyayanginya. Ia memiliki kekuatan dan keberanian untuk membela ayahnya. Imam Muslim (1794) meriwayatkan cerita Ibnu Mas'ud yang menjadi saksi keberanian Fathimah, putri bungsu Rasulullah ﷺ. Rasulullah . ﷺ yang sedang sujud di hadapan Ka'bah, dilumuri punggungnya dengan kotoran unta. Orang kafir Quraisy yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak. " Andaikan aku punya kekuatan, pasti aku bersihkan punggung Rasulullah dari kotoran itu ", kata Ibnu Mas'ud. Rasulullah ﷺ tetap sujud. Lalu seseorang melaporkan kejadian itu kepada Fathimah. Sambil berjalan cepat, Fathimah yang masih kecil datang membersihkan punggung ayahnya dari kotoran unta itu. Setelahnya, Fathimah mendatangi orang-orang Quraisy dan mencela mereka. Anak perempuan seringkali lebih cemburu terhadap ayahnya. Bahkan, jika dibandingkan ibunya. Anak perempuan memiliki rasa bangga dan hormat tentang ayahnya, walau seringkali tidak diungkapkan. Anak perempuan merasakan nyaman dan damai bila sudah di dekat ayahnya. Sebaliknya, anak perempuan punya tempat khusus di hati sang ayah. As Suyuthi ( Al Kanz, hal.144 ) menerangkan kenapa dalam bahasa Arab, anak perempuan disebut jaariyah ( berlari cepat ). Sebab, anak perempuan lebih cepat terasa di hati dibandingkan anak laki-laki. Dikarenakan kasih dan sayang seorang ayah kepadanya. Dalam Diwan Malik bin Ar Raib ( hal. 58 ), dinukilkan 12 bait syair yang mengkhabarkan kegalauan seorang ayah tentang anak perempuannya. 12 bait itu disusun oleh Malik bin Ar Raib.  Di dalam kitab di atas, dikisahkan tentang Malik bin Ar Raib yang disebut-sebut berparas tampan. Sejak kecil sudah terbiasa mencuri, bahkan saat remaja namanya dikenal sebagai pencuri ulung. Satu kelompok yang terdiri dari para pencuri yang ahli bisa dikoordinir oleh Malik bin Ar Raib. Sampai kemudian Malik bertemu dengan Sa'id bin Utsman bin Affan yang ditunjuk oleh khalifah Muawiyah untuk menjadi gubernur Khurasan sekaligus panglima perangnya. Malik pun bertaubat. Saat Malik berpamitan untuk berangkat berjihad di barisan Sa'id bin Utsman, putrinya menangis sambil memegangi ujung bajunya. Berat melepaskan, dan berat berpisah. Malik lalu bersyair 12 bait, dan inilah pembukanya : Sungguh, aku kuatkan untuk berucap kepada putriku yang menangis. Kegalauan mendalam di hati bersedih tragis Berpisah, telah mengalirkan air mata membasahi kedua pipi Derita karena berpisah telah membuat nyeri Artinya, Malik bin Ar Raib yang ditakuti dan punya nama besar di dunia hitam, yang seolah tidak punya hati ketika melakukan berbagai tindak kejahatan, luluh dan lemah di hadapan putrinya. Sebab, anak perempuan punya ruang khusus di hati seorang ayah. Abul Mikhsyan Al A'rabi ( Rabi'ul Abrar 3/252 ) bercerita: " Dulu, anak perempuanku yang duduk melayaniku saat makan. Setiap kali ada menu istimewa, selalu ia khususkan untukku. Setelah dewasa, aku nikahkan dia. Maka, anak laki-lakiku yang kemudian menemaniku makan. Demi Allah, tidaklah aku tertarik suatu menu, melainkan sudah didahului diambil anak laki-lakiku" Ah, benar-benar cepat waktu beranjak. Seakan tidak berjeda. Dengan jari-jari tangannya, ia menghitung. Terkejut ia. Sebab, beberapa tahun lagi anak perempuannya akan menjadi seorang istri. Setelah bersuami, ia bertanya-tanya, " Kelak, siapa yang akan lebih merindu? ". Putrinya yang merindukan suasana terlindungi dan terayomi sang ayah, atau ayahnya yang merindukan perhatian dan pelayanan putrinya. Ayah, jangan sia-siakan putrimu! Sayangi dan berikanlah perhatian yang cukup! Area WC 10, 26 Ramadhan 1444 H/16 April 2023 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

panggung kedermawanan

Panggung Kedermawanan Datanglah ke Masjidil Haram atau Masjid Nabawi di bulan Ramadhan! Lebih-lebih di 10 hari terakhir. Anda akan menyaksikan panggung kedermawanan yang luar biasa. Karena Rasulullah ﷺ adalah figur dermawan, yang semakin bertambah dermawannya di bulan Ramadhan. . Menjelang waktu berbuka puasa, kesibukan para petugas berusia remaja dengan rompi hijau sangat terasa. Mereka semacam panitia yang secara resmi mengelola makanan berbuka puasa. Jangan khawatir tidak kebagian! Satu kantong plastik tebal akan diberikan kepada setiap jamaah yang sudah duduk rapi berbaris. Bahkan, terkadang 2 atau 3 kantong yang diberikan. Isinya? Air mineral botolan, kurma, sirup kotak, dan 2 bungkus roti dengan 2 rasa. Bukan ratusan atau ribuan jamaah saja yang menerima, puluhan ribu bahkan lebih setiap sorenya. Panggung kedermawanan! Belum lagi, yang membawa secara mandiri. Bahkan, satu keluarga terlihat bahagia bekerjasama. Dengan kereta beroda seperti koper dorong, banyak keluarga sengaja membawa aneka makanan dan minuman untuk dibagi-bagikan. Termos-termos minuman panas lengkap dengan gelas kecil, dikelilingkan oleh anggota keluarga yang muda dan dituangkan untuk diberikan kepada jamaah. Selepas salat Maghrib, menu makanan "berat " yang disajikan. Masing-masing berebut untuk memberi. Panggung kedermawanan di Masjidil Haram! Orang dermawan pastilah tentram hidupnya. Tenang hatinya. Nyaman pikirannya. Damai jiwanya. Sebaliknya, orang pelit tentu sempit dadanya, susah bahagia, dan selalu bersedih. Ibnul Qayyim dalam Al Wabilus Shayyib ( hal.30 ) mengulas hal ini dengan lugas. " Orang yang bersedekah, setiap kali sedekah, semakin lapang hatinya dan bertambah luas dadanya...kebahagiaan yang ia rasakan menguat, dan kegembiraannya membumbung", jelas Ibnul Qayyim. Beliau menambahkan, " Andaikan tidak ada manfaat bersedekah kecuali hal ini, itu sudah lebih dari cukup sebagai alasan hamba untuk memperbanyak dan bersegera sedekah " Keterangan Ibnul Qayyim di atas sudah cukuplah. Tak perlu untuk mengais-ngais hasil penelitian orang kafir tentang pengaruh sedekah terhadap kebahagiaan. Iya, karena mereka melakukan riset dan penelitian mengenai hal ini. Cukuplah firman Allah Ta'ala di dalam surat Al Hasyr ayat 9, yaitu : >وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ " Dan siapa yang dilindungi dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung " Iya! Siapa yang dermawan, siapa yang senang berbagi, siapa yang suka memberi, pastilah beruntung. Siapa yang menjauhi sifat kikir, siapa yang meninggalkan sifat pelit, tentulah berbahagia. Sahabat Abdurrahman bin Auf jika thawaf di Ka'bah memperbanyak doa : >اللهم قني شحَّ نفسي " Ya Allah, lindungilah aku dari sifat kikir ". Di Mekkah, panggung kedermawanan itu sangat menawan. Tanpa mengenal siapa sebenarnya yang berbagi, ada momen ketika kantong-kantong berisikan aneka makanan dan minuman untuk berbuka, dibagi-bagikan. Seorang jamaah dibuat terkejut ketika menemukan selembar 500 riyal Saudi di dalam kantong makanan itu. 2 juta rupiah! Ah, orang yang membagikan itu jelas orang yang bahagia. Pasti dia damai hidupnya. Selain berbagi, ia tidak memunculkan siapa dirinya. Tidak ada nama yang disablonkan di kantong itu. Tidak ada kartu nama yang disisipkan. Entah siapa dia? Saya teringat dengan seseorang entah siapa, yang sudah beberapa kali transfer uang melalui rekening lembaga yang kami kelola. Secara angka, mungkin dianggap sebagian orang tak seberapa, namun bagi kami sudah sangat luar biasa. Saya tidak tahu siapa. Dan saya tidak berani bertanya, siapa dia? Sebab, dia pun tidak memperkenalkan dirinya. Di struk transfer pun tak ada namanya. Namun, saya berdoa, semoga engkau yang di sana bertambah bahagia dan semakin damai seterusnya. Sebab, bahagia itu sederhana. Ketika engkau mampu berbagi, lebih-lebih tanpa manusia mengenalinya. Baarakallahu fiik  Pelataran Pintu 101, 24 Ramadhan 1444 H/15 April 2023 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sama rasa, satu cinta

Sama Rasa, Satu Cinta Ini tentang rasa yang tumbuh mekar, berbunga, lalu berbuah cinta. . Antara sepasang insan yang dipertemukan, setelah sebelumnya tak saling mengenal. Lalu diikatlah cinta itu dengan janji suci untuk saling menghormati dalam bingkai suami istri. Alat ukur untuk kadar cinta adalah dengan kuat lemahnya kesamaan rasa.  Apakah seorang suami mampu dan bisa ikut merasakan apa yang dirasakan istri? Sejauh mana istri membersamai apa yang sedang dirasakan suami?  Itulah instrumen untuk menakar nilai cinta! Suami yang sedang susah hati dan bersedih, lalu terungkap melalui wajah muram dan sikap diam, seharusnya tidak membuat istri salah sikap. Istri jangan malah menambah susah, namun hiburlah dan gembirakanlah suami! Suami yang lelah dan capek, dan itu jelas tertangkap dari gaya bicara dan pilihan kata, semestinya tidak dijadikan alasan oleh istri untuk keliru sangka kemudian berpikir negatif. Justru, bantulah suami untuk segar kembali. Saat Nabi Muhammad ﷺ sakit di menjelang wafatnya, Ibunda Shafiyyah karena dalamnya cinta, menyampaikan dengan penuh sayang : واللهِ يا نبيَّ اللهِ لوددتُ أنَّ الذي بك بي " Demi Allah, wahai, Nabiyullah. Sungguh, aku sangat berharap agar sakit yang Anda rasakan, berpindah ke diriku saja " ( Ath Thabaqat Ibnu Sa'ad 10/124 dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Al Ishabah 8/212 ) Istri yang sedang ngambek dan merajuk karena gagal memperoleh yang dimau, tentunya tidak membuat suami marah dan "berceramah", apalagi dengan nada tinggi. Pahamilah perasaan istri! Istri yang letih karena banyaknya pekerjaan rumah hingga mengomel-omel dan menggerutu, jangan ditanggapi sinis, apalagi balas mengomel. Baca dan telaah perasaan istri! Suatu hari Rasulullah ﷺ pulang dari menguburkan jenazah di pemakaman Baqi'. Ibunda Aisyah rupanya sedang mengalami sakit kepala, lalu mengatakan :  وا رأساه ! " Aduh sakit kepalaku! ". Rasulullah ﷺ yang melihat dan mendengar, langsung menyambut dengan berkata : بل أنا وارأساه ! " Aku pun sama. Aduh sakit kepalaku! " ( HR Ahmad 25908 ) Ibnul Qayyim dalam Ar Ruh ( hal.259 ) berkata, " Ada makna lain yang terpikirkan olehku, yaitu Aisyah adalah istri yang dicintai Rasulullah, bahkan secara mutlak, istri yang paling disayangi dibandingkan istri-istri yang lain " Ibnul Qayyim melanjutkan, " Maka, saat Aisyah sakit kepala, Rasulullah ﷺ menyampaikan bahwa beliau pun ikut merasakan sakit kepala, karena cintanya " " Hal ini adalah puncak kesamaan rasa antara seseorang yang mencinta dengan yang ia cintai. Ikut merasakan sakit, karena sakitnya. Turut berbahagia, dengan bahagianya. Bahkan, jika anggota tubuhnya sakit, ia bisa merasakan sakit di anggota tubuh yang sama ", Ibnul Qayyim menegaskan. Kata beliau, " Inilah bukti kejujuran cinta dan kemurnian kasih " Demikianlah Rasulullah ﷺ memaknakan cinta untuk kita! Maka, cobalah nilai cintamu! Apakah engkau bisa merasakan capek letihnya suamimu? Ia yang bekerja keras sepanjang hari, disiram panas matahari, menempuh jarak jauh, ia lawan kantuk, ia berat berpisah, ia hadapi banyak resiko, pantaskah bila engkau menuntut lebih dari yang ia mampu?  Apakah engkau mau ikut merasakan perjuangan istrimu yang sekaligus seorang ibu untuk anakmu? Ia yang membagi waktu dan fisik untuk pekerjaan-pekerjaan rumah yang seolah tidak ada habisnya. Selesai satu pekerjaan, sudah ditunggu pekerjaan yang lain. Pantaskah jika engkau berkata kasar dan bersikap dingin padanya? Sebagai suami, berbaik-sangkalah kepada istri. Ia tentu mencintaimu, ia pasti ingin membersamai perasaanmu. Mungkin saja ia tak tahu cara mengungkapkannya, hingga berkata yang membuatmu salah sangka. Percayalah istrimu mencintaimu! Sebagai istri, berpikirlah positif tentang suamimu. Ia menyayangimu. Ia pun merasakan apa yang engkau rasakan. Namun, barangkali ia tak bisa sampaikan itu melalui kata-kata secara langsung. Padahal, lisannya selalu berlirihkan doa-doa kebaikan untukmu. Untuk istrinya. King Abdul Aziz IA, 16 Ramadhan 1444 H/7 April 2023 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

ricuh selingkuh

Ricuh Selingkuh Seorang istri terpukul hati dan terluka jiwanya. Bagaimana tidak? Ia menemukan fakta bahwa suaminya intens berkomunikasi dengan seorang perempuan teman kerjanya. . Tanpa disadari sebelumnya, tanpa ia cari-cari, tanpa disengaja, ia membaca chat suaminya dengan perempuan tersebut yang berisi kalimat-kalimat mesra. Walaupun nama kontak di HP adalah nama laki-laki, namun isi chat tersebut menunjukkan identitas aslinya. Di tempat lain, seorang suami sedihnya bukan main. Benar-benar ia tidak menyangka. Kenapa? Sebab, dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan istrinya sedang berduaan dengan laki-laki lain. Setelah ditanya, rupanya laki-laki tersebut adalah mantan pacarnya saat sekolah dulu. Hancur redam hatinya! Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Isra ayat 32 : وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا “ Dan janganlah kamu mendekati zina! Sungguh, zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk “ Menurut As Sa’di dalam Tafsir, larangan mendekati zina jauh lebih mengena dibanding larangan berbuat zina itu sendiri. Kenapa? Sebab, larangan ini berlaku juga untuk semua hal, sebab, dan faktor yang bisa menjerumuskan dalam perbuatan zina. Perbuatan apapun yang  mendorong seseorang untuk melangkah lebih jauh dalam perselingkuhan, diharamkan oleh Islam.  Selingkuh itu sendiri bertingkat-tingkat. Dari berkomunikasi secara intens yang alasannya sekadar coba-coba atau penasaran, sampai yang paling parah melakukan hubungan intim atau perzinaan.  Selingkuh terbukti menjadi faktor terbesar terjadinya perceraian. Data statistik dari berbagai sumber menyebut hal itu. 0000___0000 Harus ada langkah nyata untuk mencegah perilaku selingkuh! Ringkas kata; laksanakanlah kewajiban Anda sebaik mungkin! Agar pasangan Anda tidak berpikir kepada yang lain, apalagi berpaling. Seorang istri yang tidak rela suaminya selingkuh; haruslah tampil secantik mungkin setiap saat. Usahakan badan selalu wangi, jangan beraroma mengganggu karena suami tentu cenderung menjauh. Termasuk bau mulut, jaga dan perhatikanlah! Jangan berpakaian seadanya, apalagi yang sudah robek-robek.  Jika berbicara, pilihlah kata-kata yang mesra dan kalimat yang baik. Lebih sering menjadi pendengar yang taat, bukan membantah.  Buatlah suami nyaman dan betah di rumah dengan selalu melayani apapun yang diinginkan suami. Bila perlu sering-seringlah menawarkan, “ Apa yang bisa aku lakukan untukmu?” Jadilah sosok yang selalu menerima, bukan banyak menuntut. Istri dengan pribadi yang mendukung dan men-support, bukan malah membebani atau menjatuhkan semangat.  Katakan dengan tegas bahwa Anda sebagai istri selalu merasa bahagia dan senang. Jika hal-hal di atas justru sebaliknya, suami akan mudahnya tertarik kepada perempuan lain. Suami tidak nyaman di rumah. Ia akan mencari yang dipandangnya -secara salah-  bisa lebih memberikan kenyamanan. Rasulullah ﷺ ketika ditanya tentang  kriteria istri yang terbaik, menjawab :  الَّذِى تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ “ Jika ia memandangnya, membuatnya senang. Jika diperintah, ia menurut. Ia tidak menentang jika ada yang tidak disuka suami, terkait dirinya dan harta suami “ (HR Ahmad dan Nasa’i dari sahabat Abu Hurairah. Disahihkan Al Albani dalam As Sahihah no.1838 ) Seorang suami yang tidak ingin istrinya selingkuh, berusahalah menjadi laki-laki yang terbaik di hati dan di matanya!  Bersikaplah dengan lemah lembut. Berbicaralah dengan penuh kasih sayang.  Di saat-saat tertentu, tunjukkan Anda sebagai laki-laki sejati. Misalnya, ada binatang yang mengganggu di rumah, entah tikus, ular, kecoa, atau tokek. Jangan perlihatkan rasa takut! Sering-seringlah memuji dan mengucapkan terimakasih, jazaakillahu khairan, atau matur nuwun. Perlihatkan bahwa Anda nyaman di dekatnya. Tak ingin jauh darinya. Kalaupun harus bepergian, jangan sampaikan secara mendadak dan informasikanlah keberadaan Anda sedang berada di mana. Sukalah membantu pekerjaan rumah istri, termasuk merawat anak.  Jangan pelit dan berilah kepercayaan istri untuk mengelola keuangan rumah tangga.  Di luar rutinitas rumah, tawarkan dan ajaklah istri untuk be-refreshing ke tempat yang ia suka. Sebab, istri mudah jenuh dan gampang bosan dengan kegiatan rumah. Jika sebaliknya, suami bersikap kasar, bicara ingin menang sendiri, pulang pergi tanpa berita, pelit, dan kurang perhatian, takutnya istri akan berpikir untuk berpisah atau berangan-angan tentang laki-laki lain. Rasulullah  ﷺ ketika ditanya sahabat tentang hak seorang istri yang harus dipenuhi suami, menjawab : أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ وَلَا تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلَا تُقَبِّحْ وَلَا تَهْجُرْ إِلَّا فِي الْبَيْتِ “ Engkau memenuhi keperluan makannya, jika engkau makan. Engkau beri pakaian untuknya, bila engkau berpakaian. Jangan pukul wajahnya! Jangan engkau cela dia! Dan jangan engkau diamkan, kecuali di dalam rumah saja! “ (HR Abu Dawud dari sahabat Mu’awiyah Al Qusyairi. Dihasankan Al Albani dalam Al Misykah no.3259 ) O000____OOOO Rumah tangga menjadi anugrah indah yang mesti dijaga. Disyukuri, jangan dipungkiri.  Tidak semua orang diberi kesempatan untuk berumahtangga. Proses ke sana pasti melalui banyak cerita dan melewati setumpuk kisah. Tidak jarang, hal-hal unik dan tidak terduga, terjadi. Sebab, rumahtangga termasuk rahasia kehidupan. Apa tujuan berumahtangga? Bila beribadah menjadi niatannya, tentu hal-hal lain akan dinomor-sekiankan.  Artinya, tidak bisa dihindari bahwa dalam perjalanan rumahtangga, akan ditemui hal-hal yang tidak sesuai harapan, jauh dari ekspektasi.  Ada kecewa, ada ketidakcocokan. Bayangan yang indah-indah, rupanya tidak sebanding di kenyataan. Maka, cekcok dan pertengkaran bisa saja terjadi. Apalagi di saat iman sedang lemah, dan mood lagi turun. Urusan kecil berubah menjadi masalah besar. Jika menemukan kenyataan, ada cela dan aib pada pasangan hidup, jangan membanding-bandingkan dengan yang lain.  Jangan bandingkan dengan tokoh fiktif dalam novel, dengan karakter khayalan pada drama korea, atau jangan bandingkan dengan mitos yang tidak ada sumber pastinya. Terimalah dan syukurilah keberadaan pasangan Anda! Bersabarlah, karena kebahagiaan dicari tidak hanya di dunia, namun juga dicita-citakan kelak di surga. Bila merasa hak Anda tidak terpenuhi, mintalah kepada Allah gantinya yang lebih baik. Jika pasangan Anda tidak sempurna, bisa jadi Anda jauh tidak sempurna lagi. Hanya saja Anda tidak menyadari. Kemudian, jangan coba-coba bermain api, agar tidak terbakar. Jangan main-main di tepi jurang, bisa jatuh nantinya. Maksudnya? Jangan coba-coba melakukan hal yang bisa berpotensi selingkuh. Misalnya; berselancar di media sosial lalu berkenalan, memberi perhatian yang di luar batas kewajaran, tebar pesona ke sini dan ke sana, atau bahkan atas nama niat baik. Berdakwah, katanya. Bila hati sedang lemah, perasaan terguncang, pikiran bagai benang kusut, jangan memilih langkah yang salah! Jangan mencari ketenangan atau kepuasan dengan menjalin hubungan terlarang! Kembalikan dan kembalilah kepada Allah Ta'ala. Bermohonlah kepada- Nya agar diberi kedamaian dan ketenangan. Percayalah, sesulit-sulitnya di dunia, seberat-beratnya masalah, esok akan hilang di surga dalam sekejap. Lendah, 14 Sya’ban 1444 H/07 Maret 2023 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

engkau menangis, aku pun ikut menangis

Engkau Menangis, Aku Pun Ikut Menangis Mau dibikin-bikin dan dibuat-buat kuat, manusia tetap saja makhluk yang lemah. Menangis menjadi salah satu pembawaan yang tak terpisahkan. Pernah menangis, bukan? Sebab dan latar belakang menangis ada banyak macam. Tidak semua tangisan bisa disamakan. Minimal, ada tangis sungguhan dan ada tangis berpura-pura. Menurut Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma'ad (1/176), tangisan ada 10 macam. Tangis ketakutan, tangis kasihan, tangis karena cinta, tangis bahagia, tangis menahan sakit, tangis kesedihan, tangis karena lemah tak berdaya, tangis kemunafikan, tangis bayaran, dan tangis ikut-ikutan. Di sini, tangis suami atau istri yang hendak dibicarakan. Tangis yang menandakan cinta. Tangis yang dihapus dengan basuhan cinta. Apapun sebab tangisan itu. Ibnul Jauzi ( Shifatus Shofwah 1/233 ) menukil riwayat tentang sahabat Abdullah bin Rawahah yang sedang menangis. Mengetahui hal itu, istrinya ikut menangis. Abdullah bertanya, " Kenapa engkau menangis? " Istrinya menjawab, " Aku melihat dirimu menangis, maka aku pun ikut menangis karena tangisanmu " Istri yang luar biasa! Berusaha merasakan apa yang dirasakan suami. . Jika suami sedang susah, bukan malah menambah susah, namun ia memahami kesusahan suami. Apabila suami bersedih, ia berupaya membuatnya tertawa. Karena, sedihnya suami adalah sedihnya dia juga sebagai istri. Agar keharmonisan rumah tangga terjaga, chemistry suami istri haruslah dibangun sebaik mungkin. Dibuatlah frekuensi yang sama untuk saling memahami dan saling mengerti. Ritme dan irama dirancang senada. Langkah dan derapnya saling melengkapi. Bahkan, sekadar tatapan mata saja sudah bisa mewakili seribu kata. Al Imam An Nasa'i ( As Sunan Al Kubra no.9117 ) meriwayatkan cerita sahabat Anas bin Malik tentang Ibunda Shafiyyah, istri Nabi Muhammad ﷺ. Saat itu dalam sebuah perjalanan, unta yang dinaiki Ibunda Shafiyyah jalannya lambat. Sambil menangis, Ibunda Shafiyyah mengatakan kepada Rasulullah ﷺ yang sedang menyambutnya: " Anda membawaku dengan unta yang berjalan lambat " Kata Anas : فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ بِيَدَيْهِ عَيْنَهَا ، وَيُسْكِتُهَا " Rasulullah ﷺ pun mengusap air mata Ibunda Shafiyyah dengan kedua tangan beliau dan menenangkannya " Subhanallah! Suami yang baik adalah suami yang membasuh kesedihan istri. Ia selalu hadir di saat istri memerlukan.  Tanpa diminta, suami adalah penopang agar istri tidak goyang. Ia lah tawa candanya, hingga istri tak merasa sepi. Ia pengisi ruang kosong dalam hidupnya. Suami harus menjadi pahlawan. Sebaliknya, jangan ada tangis pura-pura dalam rumah tangga. Sambil menangis bilang cinta, padahal di hati tidak suka. Katanya sayang, tetapi selalu menyakiti dengan kata-kata tanpa pikir panjang. Mengaku rindu, namun rindu yang menipu. Semoga Allah Ta'ala menjadikan cinta karena- Nya sebagai pondasi rumah tangga. Ke arah gerbang 303, 14 Rajab 1444 H/05 Februari 2023 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

relevansi pendidikan anak dengan ibadah ke tanah suci

Relevansi Pendidikan Anak dengan Ibadah Ke Tanah Suci Kali ini, dalam rombongan kami, ada 10 peserta umroh yang terdata sebagai anak-anak di bawah umur. . Terharu berkombinasi harapan indah, saat menyaksikan sang ayah menggendong anaknya di atas bahu saat thowaf mengelilingi Ka'bah. Menggali dan memasangkan pondasi ibadah untuk bangunan kehidupan anak-anak itu di kemudian waktu! Mengacu pada referensi sejarah ibadah anak ke Tanah Suci, mestinya mengingatkan kita pada sosok wanita hebat bernama Asma' bintu 'Umais. Janda sahabat Jakfar bin Abi Thalib yang dinikahi oleh sahabat Abu Bakar itu tetap bersikeras untuk ikut berhaji, padahal sedang hamil tua. Maka, beberapa saat setelah ihram untuk haji Wada' di Dzulhulaifah, Asma' melahirkan anak laki-laki. Bayi itu langsung disambut gembira oleh ayahnya, Abu Bakar, dan diberi nama Muhammad. Muhammad bin Abu Bakar yang masih bayi dibawa serta berhaji ke Tanah Suci. Dasar hukum berikutnya adalah : Al Bukhari (1725) yang meriwayatkan ucapan sahabat As Sa'ib bin Yazid, " Aku dibawa berhaji oleh ayahku bersama Rasulullah ﷺ. Saat itu usiaku masih 7 tahun ". Selanjutnya, di hadis nomor 1857, Al Bukhari membuat judul bab : Haji Anak-Anak. Lalu menyebutkan riwayat sahabat Ibnu Abbas yang turut berhaji bersama Rasulullah ﷺ.  Usia Ibnu Abbas waktu itu masih 13 tahun. Belum baligh. Riwayat ibadah anak ke Tanah Suci yang paling sering disebut adalah riwayat Muslim (2377) . Saat itu Nabi Muhammad ﷺ berpapasan dalam perjalanan haji dengan rombongan orang di daerah Rauha'. Di tengah percakapan, seorang ibu mengangkat bayinya tinggi-tinggi agar bisa dilihat oleh Rasulullah ﷺ,  sambil bertanya, " Wahai, Rasulullah. Apakah bayi ini pun memperoleh pahala haji? " Nabi Muhammad ﷺ menjawab : نَعَمْ، وَلَكِ أَجْرٌ " Tentu. Dan engkau pun memperoleh pahala ". Ulama menyimpulkan bahwa haji atau umroh yang dilakukan anak yang belum baligh, hukumnya sah dan beroleh pahala. Namun, kewajiban berhaji dan berumroh belumlah gugur. Sehingga, setelah baligh, jika mampu, tetap harus berangkat haji dan umroh. Bagi orang tua yang mampu, mestinya tidak menganggap eman-eman, dan buat apa menilai rugi, untuk memberangkatkan anak ke Tanah Suci. " Ah, besok saja kalau sudah baligh. Supaya sekaligus gugur kewajibannya ", itu alasannya. Begini wahai, orang tua yang mampu, 1. Apakah bisa dijamin, setelah anak mencapai baligh, kemampuan itu masih ada? 2. Apakah bisa dijamin, setelah anak mencapai baligh, kesempatan bersama orang tua masih ada? Banyak cerita, dan itu fakta, hari itu seseorang mampu secara finansial, namun dalam hitungan singkat, jatuh miskin. Tidakkah menyesal nantinya? Banyak cerita, dan itulah realita, beberapa waktu berikutnya, ada saja halangan, entah orang tua yang tiada, anak yang menolak, regulasi yang berubah, atau faktor lainnya, sehingga kesempatan memberangkatkan anak ke Tanah Suci menjadi terkendala. Jika mampu, bukankah semestinya orang tua tertarik dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ : نَعَمْ، وَلَكِ أَجْرٌ " Tentu. Dan engkau pun memperoleh pahala ". Orang tua beroleh pahala karena telah mengajarkan kebaikan kepada anak, membiayai, membantu, dan mendampingi. Selain itu, orang tua telah berusaha menanamkan nilai-nilai ibadah kepada anak sejak dini. Momen anak di Tanah Suci dengan berbagai manasik, diharapkan menjadi pondasi kuat untuk kehidupannya di masa depan. Daripada harta habis percuma, uang begitu saja terbuang, atau membawa anak wisata ke luar negeri, tidakkah akan lebih baik jika membawa anak ke Mekkah untuk beribadah? Semoga anak-anak kita menjadi saleh salehah. 12 Rajab 1444 H/03 Februari 2023 ( bahan kajian jamaah umroh di Musholla Hotel Meridien Tower ) t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit