Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

renungan : luwes bagaikan air

3 tahun yang lalu
baca 8 menit

 Luwes Bagaikan Air

Oleh : Al Ustadz Abu Nasiim Mukhtar ibn Rifa’i La Firlaz

Luwes Bagaikan Air


Allah Tidak Akan Membebani Di Luar Batas Kemampuan Hamba

Saat ujian dan cobaan datang menghampiri, seringkali kita menganggap bahwa kitalah orang yang paling berat cobaannya. Seolah-olah cobaan yang sedang dialami oleh orang lain masih belum seberapa dibandingkan dengan cobaan yang kita rasakan. Kita menilai orang lain hidup dalam kesenangan dan kebahagiaan, sementara hanya kita yang tersiksa dan menderita oleh cobaan.

Prasangka semacam itu salah, wahai Saudaraku!

Jika saja kita mau jujur, masih banyak orang lain yang lebih berat cobaannya. Boleh jadi cobaan yang sedang dialami oleh orang lain tidak mampu kita hadapi. Lima panca indera yang berfungsi dengan baik pada tubuh kita saja merupakan nikmat yang tiada tara. Apa jadinya bila fungsi kelima panca indera kita hilang?

Nas’alullahas salaamah…

Pernahkah terbayang jika kita hidup dalam keadaan buta? Tak mengenal wajah dan rupa? Tidak bisa menikmati keindahan cakrawala dunia? Tidak mampu merasakan romantisnya matahari di kala senja? Bintang gemerlap di ruang angkasa? Gunung, bukit, sungai dan awan di langit sana?

Alhamdulillah, kita masih bisa melihat orang yang kita cinta dengan kedua mata. Syaithan sengaja membisik-bisikkan ke dalam jiwa manusia. Syaithan berusaha membuat manusia cepat putus asa. Syaithan tidak pernah mengenal lelah untuk mengalihkan perhatian manusia dari ibadah. Sungguh! Saat kita sedang diuji dengan cobaan –apapun bentuknya–, syaithan berusaha menghilangkan kekhusyu’an di dalam beribadah.

Bukankah sering kita merasakan shalat seolah tanpa makna? Tak terasa, takbiratul ihram di awal shalat tiba-tiba telah berubah menjadi salam ke kanan dan ke kiri. Surat apa yang kita baca tadi? Lupa… Konsentrasi kepada Pencipta berubah menjadi tamasya dalam masalah di kepala yang melarutkan makna shalat…

Apapun cobaan yang ditetapkan oleh Allah untuk seorang hamba, yang pasti tidak akan melebihi batas kemampuannya.

لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. 2:286)

Hidup di dunia ini dibuat mudah saja. Lapang-lapangkanlah dada dan berusahalah untuk selalu tersenyum. Lakukan kebaikan dan jauhi keburukan. Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan seorang hamba.

Allah Tidak Mungkin Mempersulit Hamba

Cobaan memang tidak mungkin terlepas dari setiap langkah anak manusia. Cobaan itu pasti selalu ada. Justru dengan cobaan, kualitas iman seorang hamba akan terasah. Tanpa cobaan, bagaimana mungkin seorang hamba bisa membuktikan kualitas imannya? Oleh sebab itu, cobaan yang dialami oleh para nabi dan rasul berkali-kali lipat lebih berat dibandingkan yang lain.

Silahkan saja kita membaca sejarah kehidupan para nabi. Surat Al Anbiya’ misalnya… Coba longgarkan waktu, cari kesempatan untuk merenungi ayat pertama sampai ayat terakhir dari surat Al Anbiya’. Pergunakan Al Qur’an terjemah agar lebih mudah… Pilih waktu yang lapang. Berdua dengan istri juga lebih baik…

Coba dan rasakan sensasinya!

Salah satu ibrah dari membaca kisah-kisah para nabi adalah kita akan menyadari bahwa cobaan yang Allah berikan untuk kita masih terlalu ringan jika dibandingkan dengan yang dirasakan oleh mereka.

Ini contoh kecilnya!

Nabi Muhammad jika jatuh sakit, panas tubuh karena demam yang beliau rasakan dua kali lipat dari demam yang dirasakan orang biasa. Padahal jika kita demam, berapa kali keluhan tertahan yang keluar dari mulut seorang pasien… Antum pasti lebih paham.

Ambil sisi positifnya dari setiap cobaan yang ada. Yakinlah bahwa di balik setiap cobaan pasti ada hikmah yang mendalam. Ingat-ingatlah selalu bahwa Allah menghendaki kemudahan untuk kita! Jangan lupa, Allah tidak ingin mempersulit hamba Nya! Ikhlas menerima dengan tetap terus berusaha adalah pilihan yang terbaik!

يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. 2:185)

Syukur dan Sabar, Konsep Sederhana yang Harus Diaplikasikan

Dalam sebuah kesempatan, Nabi Muhammad memotivasi para sahabat agar tegar di dalam menghadapi kehidupan dunia. Beliau membimbing kita untuk mengaplikasikan sebuah konsep sederhana di dalam keseharian. Konsep beliau tentu sempurna dan pasti bermakna. Bahkan nabi Muhammad menyebut konsep ini sebagai watak dan karakter seorang hamba yang mukmin.

Beliau bersabda (Muslim dari hadits Shuhaib bin Sinan),

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Benar-benar menakjubkan kehidupan orang mukmin! Semua urusannya selalu berbuah kebaikan untuk dirinya! Hal ini tidak mungkin diraih kecuali oleh hamba yang mukmin. Jika merasakan kesenangan, ia bersyukur. Dan bersyukur itu adalah kebaikan untuk dirinya. Jika ditimpa kesulitan, ia bersabar. Dan bersabar itu adalah kebaikan untuk dirinya”

Luar biasa sekali motivasi dari Rasulullah di atas!

Indah sekali kehidupan seorang mukmin. Dari satu garis kebaikan menuju garis kebaikan selanjutnya. Ia selalu berpindah-pindah dari satu wilayah pahala menuju wilayah berpahala lainnya. Prinsip hidupnya tidak lepas dari dua sikap agung : bersyukur dan bersabar.

Nah, pada saat seorang hamba ditimpa cobaan, ia pun harus mengedapankan sikap syukur dan sabar. Bersyukur karena telah terhindar dari cobaan yang lebih berat. Bersyukur karena Allah akan memberikan pahala di balik setiap cobaan. Bersyukur karena Allah telah menunjukkan cinta Nya dengan menegur kita melalui cobaan tersebut. Bersyukur dan bersyukur serta terus bersyukur.

Bersabar karena semua cobaan telah ditetapkan Allah sejak 50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Bersabar karena Allah tidak akan membebani di luar batas kemampuan hamba. Bersabar karena Allah mencintai 0rang-orang yang bersabar. Bukankah kita ingin menjadi hamba yang dicintai Allah?

Allah Maha Tahu dan Maha Hikmah

Sudah watak manusia untuk selalu berangan-angan. Setiap waktu yang berlalu pasti muncul khayalan dan angan-angan. Aku ingin begini aku ingin begitu… Hari ini aku berbuat ini, besok lain lagi… Bulan depan rencananya seperti ini, bulan berikutnya kita sudah mereka-reka rencana selanjutnya. Bahkan kita punya angan-angan untuk hari tua…

Namun kita terkadang lupa bahwa semuanya bukan kita yang mengatur. Allah yangmemiliki hak mutlak untuk mengatur segala-galanya. Akan tetapi hal ini tidak lantas dijadikan alasan untuk berdiam diri. Hidup tanpa usaha, ikhtiar dan semangat. Bukan! Tentu bukan!

Sebab, Allah pun memerintahkan kita untuk selalu berusaha dan tak kenal lelah. Allah juga melarang kita untuk berputus asa. Allah senang jika kita meminta dan berdoa kepada Nya. Semakin kita sering meminta, Allah semakin cinta. Semakin banyak kita meminta, Allah semakin sayang. Tidak ada yang sulit bagi Allah, semuanya mudah…

Namun, kita pun harus menyadari dengan ridha dan ikhlas, bahwa keputusan akhir ada di tangan Allah. Jika saja semua usaha dan upaya yang telah kita lakukan tidak menghasilkan sesuatu yang kita impikan, tidak perlu sedih dan patah hati. Jangan berprasangka buruk kepada Allah! Barangkali Allah telah mempersiapkan balasan yang lebih baik daripada yang kita minta…

Sebuah ayat termaktub indah di penghujung surat Al Insan. Ayat tersebut menggambarkan sedikit yang Ana uraikan di atas. Ayat tersebut semakin terasa indah lagi sebab Allah menutupnya dengan dua nama Nya yang mulia.

Allah berfirman,

وَمَاتَشَآءُونَ إِلآ أَن يَشَآءَ اللهُ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Luas Hikmah Nya. (QS. 76:30)

Maha suci Engkau, ya Allah… Engkau adalah Dzat yang maha mengetahui lagi maha luas hikmah Nya. Demi Allah.., Allah maha mengetahui apa yang kita butuhkan. Allah memberikan yang terbaik untuk kita menurut Nya, sesuai dengan hikmah Nya. Sungguh.., apapun yang Allah berikan untuk kita, maka yakinlah bahwa keputusan Nya adalah yang terbaik untuk kita.

Keputusan Allah adalah yang terbaik untuk kita!

Belajar dan Berlatih

Konsep hidup bahagia menurut Islam sebenarnya sederhana-sederhana saja. Akan tetapi, sifat dasar manusia yang dipenuhi dengan kejahilan, kedzaliman, banyak protes, senang mengeluh dan kikir membuat konsep-konsep tersebut perlu dipelajari dan dilatih. Untuk menuju sebuah puncak memang diperlukan anak-anak tangga dan jalan setapak.

Kita memang harus belajar dan berlatih untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur. Mulailah dari hal-hal kecil dan sepele di sekitar kita. Perjalanan dari rumah ke tempat kerja, setelah sampai ucapkan Alhamdulillah. Setelah makan gorengan dan minum es teh Campool ucapkan Alhamdulillah. Baru saja mengantar istri ke tempat taklim ucapkan Alhamdulillah… Dan seterusnya.

Belajar dan berlatih!

Kita memang harus belajar dan berlatih untuk menjadi hamba yang penuh sabar. Jika ada yang menyinggung perasaan kita, bersabarlah karena masih banyak cobaan yang lebih berat dari itu. Jika kehilangan uang 1.000 rupiah, bersabarlah sebab masih ada orang yang mengalami kecurian sampai berjuta-juta. Apabila makanan kurang tepat bumbunya, bersabarlah karena masih banyak orang yang kesulitan makan. Dan seterusnya.

Pokoknya belajar dan berlatih! Dari hal-hal ringan dan sepele hingga akhirnya kita mampu meraih predikat hamba yang bersyukur dan bersabar dalam kondisi apapun. Allahumma yassiril umuur..

Luwes Bagaikan Air

Sengaja Ana pilihkan judul Luwes Bagaikan Air untuk tulisan ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, luwes diartikan dengan tidak kaku, tidak canggung, mudah disesuaikan. Air pun seperti itu… Air sangat mudah menyesuaikan dengan ruang. Jika ruangnya kecil, air pun akan mengecil. Apabila ruangnya besar, air pun demikian. Air bisa mengikuti aliran sungai apapun bentuknya… Cekung, cembung, bercelah sempit bahkan pori-pori tanah bisa ditembus oleh air.

Entah kenapa, dari dulu Ana sangat tertarik untuk memperhatikan air. Di dalam Al Qur’an, air disebutkan sampai berpuluh-puluh kali dengan pembahasan masing-masing. Oleh sebab itu, Ana selalu ingin meniru air… Ketenangannya, manfaat dan fungsinya, kekuatan dan kekokohan, keluwesannya juga kelembutannya. Wallahu a’lam

Mungkin sedikit saja yang bisa Ana lakukan untuk Antum,Mas.Tidak lebih dari susunan kata yang belepotan. Tidak mengandung makna sastra atau makna pujangga. Namun, paling tidak tulisan ini adalah bukti bahwa Antum telah mengambil tempat tersendiri di dalam hati Ana.

Salam rindu, Salam Thalabul Ilmi!

Semangat dan Sukses!

_saudara kecil di kamar kecil

_14.39,25 Maret 2013

_Abu Nasiim Mukhtar “iben”Rifai_Helga  La Firlaz_

Cat: (Inti surat beliau kepada salah seorang Ikhwah di Solo)
Sumber : Arsip ibnutaimiyah.org

Oleh:
Atsar ID