بسم اللّٰه الرحمن الرحيم.
Awali dengan ikhlas akhiri dengan syukur.
Para pembaca pecinta ilmu, kaum muslimin wal muslimat, mukminin wal mukminat seluruhnya, semoga Allah mencintai dan merahmati kita semua.. selalu dalam kebaikan..
[abai] Arti abai di KBBI adalah tidak dipedulikan (tidak dikerjakan baik-baik, tidak dipentingkan, dan sebagainya); 2 lalai: sebagai seorang ayah, ia -- dari kewajiban keluarga;
Pranala (link): https://kbbi.web.id/abai.html
Demikianlah nukilan dari KBBI, Kata "ABAI" terhadap sesuatu yang baik memiliki konotasi negatif, dan setiap yang negatif dengan makna "buruk" atau "jelek" pasti memilki sifat merugikan. Tentu kita tidak ingin disebut sebagai orang yang Abai dan merugi.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa kita pungkiri bahwa ternyata Abai dan merugi ini selalu melekat pada diri seorang hamba.
Allah berfirman,
وَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian." (QS. Al-'Asr: 1-2)
Berat ringannya sifat kerugian dari ABAI atas kebaikan mengikuti perkara yang diabaikan, jika perkara yang diabaikan adalah perkara yang ringan tentu kerugiannya akan lebih ringan, akan tetapi jika perkara yang diabaikan adalah perkara penting maka akibat kerugiannya akan semakin berat, bahkan jika yang diabaikan adalah suatu kewajiban, maka derajat keburukannya tidak hanya merugi tetapi menjadi tercela dan dosa. Ini berlaku untuk perkara-perkara dunia maupun perkara-perkara akhirat.
Coba sedikit saja kita ingat kembali kebelakang sejenak untuk hari ini, berapa banyak manusia yang Abai,
tidak bagun pagi;
tidak bersyukur;
tidak membaca do'a bangun tidur;
tidak mencuci kedua tangan setelah bangun tidur;
tidak berdo'a ketika melepas pakaian;
tidak berdo'a ketika masuk kamar mandi;
tidak masuk kamar mandi dengan kaki kiri;
tidak ke luar dari kamar mandi dengan kaki kanan;
tidak berdo'a ketika ke luar dari kamar mandi;
tidak bersyukur dan berdo'a ketika mengenakan pakaian;
tidak berwudhu' dengan sempurna;
tidak membaca do'a setelah berwudhu' dengan penuh keyakinan;
tidak menjawab adzan dengan sungguh-sungguh;
tidak sholat sunnah fajar di rumah;
tidak bersegera ke masjid;
tidak mendapat keutamaan di shaf pertama;
tidak berdo'a ketika ke luar rumah menuju masjid;
tidak berniat ke masjid hanya untuk sholat dan beribadah;
tidak berdo'a ketika masuk masjid;
tidak dengan kaki kanan ketika masuk masjid;
tidak berniat i'tikaf di Masjid;
tidak sholat subuh;
tidak sholat berjama'ah;
tidak berdzikir setelah sholat fardhu;
tidak berdo'a;
tidak dzikir pagi;
tidak merasa diawasi oleh Allah; dan seterusnya..
Ketika sholat,
tidak merapatkan shaf;
tidak benar niat dan kaifiyah (cara)-nya;
tidak ikhlas;
tidak khusyuk;
tidak ihsan;
tidak berharap;
tidak takut;
tidak merendahkan dan menghinakan diri;
tidak menghambakan diri; dan lupa mengagungkan-Nya.
Padahal semua itu terang benderang syariatnya.
Ini baru perkara seputar bangun tidur dan sholat subuh saja.. begitu banyak perkara-perkara kebaikan yang telah kita abaikan..
Ada yang sudah kita amalkan, tetapi masih banyak yang kita abaikan..
Tentu daftar itu bisa kita perpanjang sampai awal malam hingga kita tidur kembali 24 jam.
Padahal sebagai seorang muslim, kita harus selalu dan selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala..
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (QS. Az-Zariat: 56)
Bagaimana caranya agar kita tidak ABAI..
Cara terbaik untuk tidak abai yang pertama adalah dengan memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala, berdo'a agar kita dimudahkan mengamalkan semua kebaikan, dan diantara do'a yang diajarkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam adalah,
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Ya.. Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu". (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih).
Do'a lainnya,
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
"Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)".
(HR. Tirmidzi, no. 3522 dan Ahmad, 6:315).
Dan masih banyak lagi do'a-do'a yang semacam ini yang warid dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam.
Tanpa pertolongan Allah niscaya kita tidak akan mampu melakukan kebaikan apapun.. bahkan hanya untuk mengangkat tangan atau menggerakkan jari, kita tidak akan mampu melakukannya tanpa pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Oleh karena itulah kita harus senantiasa memohon pertolongan dan bantuann-Nya untuk tidak abai pada perkara-perkara yang baik seluruhnya..
Kedua dengan melakukan lawannya, lawan dari "abai" adalah "peduli" dan "sungguh-sungguh".
Untuk dapat peduli dan bersungguh-sungguh tentu kita harus berilmu tentang perkara-perkara tersebut, mengetahui keutamaan-keutamaannya, mengetahui nas dan dalilnya yang sahih dan benar, serta memahami seluk-beluk ilmu tentang perkara-perkara yang akan kita amalkan tersebut, intinya beramal di atas bashirah, di atas ilmu.
Tentu saja ilmu tentang semua itu tidak mungkin kita dapatkan hanya dengan berpangku tangan, lemah dalam belajar dan tidak memiliki ghirah (semangat menggebu) dalam thulabul ilmi, tanpa belajar dan belajar, keutamaan limu tidak mungkin kita dapatkan. Ilmu tidak akan datang dengan sendirinya tanpa susah payah dan pengorbanan.
Orang yang sudah berusaha keras dan bersungguh-sungguh saja dalam belajar mendapatkan ilmu hanya sedikit, konon lagi orang yang santai dan bermalas-malasan, tentu akan lebih-lebih sedikit lagi memperoleh ilmu, bahkan mungkin tidak mendapatkannya sama sekali.
Inilah salah satu alasan kita harus terus.. dan terus belajar, tiada hari tanpa belajar untuk kemudian ilmu yang kita pelajari itu kita amalkan.
Hal yang tidak boleh diabaikan dalam belajar, terkhusus belajar ilmu agama adalah dari siapa ilmu itu kita peroleh dan apa yang diajarkan kepada kita oleh guru kita.
Kita harus betul-betul perhatian dengan masalah ini, belajarlah dengan guru sejati yang pada dirinya tegak amalan Al-Quran wa Sunnah, tinggi adabnya dan mulia akhlaknya biijnillah, itulah seorang guru yang pantas diambil ilmunya. Bukan yang populer, terkenal dan tersohor, bukan itu kriterianya.
Jika yang populer, terkenal dan tersohor itu seorang Ahlussunnah sejati, yang tegak pada dirinya amalan Al-Quran wa Sunnah, tinggi adabnya dan mulia akhlaknya ini yang kita harapkan. Namun ketahuilah banyak mereka yang dianggap ustadz, guru, kiai dan sebagainya di luar sana yang populer, terkenal dan tersohor ternyata mereka bukanlah Ahlussunnah yang sejati, karena tidak tegak padanya Al-Qur'an wa Sunnah, bahkan dengan ringannya dia mengabaikan Al-Qur'an wa Sunnah. Tinggalkan guru yang seperi itu.
Karena ilmu agama adalah darah dagingmu, maka perhatikanlah dari siapa engkau mengambilnya.
Ilmu agamamu akan menentukan kehidupanmu di akhirat ba'dallah, kehidupan yang kekal abadi selamanya.
Maka sekali lagi perhatikanlah dari siapa engkau mengambil ilmu agamamu.
Seleksilah ilmu yang diajarkan dan disampaikan kepadamu karena ilmu yang sesungguhnya (Al-Haq) mudah dikenali.
Jika yang disampaikan gurumu adalah Qalallahu Ta'ala (Perkataan Allah) dan Qala Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam (Perkataan Rasul-Nya), inilah ilmu yang sejati dan tidak cukup sebatas itu karena keduanya Al-Qur'an wa Sunnah itu harus dipahami dengan pemahaman Salaful Umah (orang-orang sholeh terdahulu).
Karena jika Al-Qur'an wa Sunnah tidak dipahami dengan pemahaman Salaful umah, pasti dan pasti dia akan menyimpang.
Siapa salaful umah, mereka adalah para sahabat Nabi Shalallahu alaihi wassalam yang mulia, generasi Tabi'in dan Atba'ut Tabi'in, serta Ulama-ulama yang mengikuti jalan-jalan mereka hingga mendekati akhir zaman.
Inilah standar kesahihan materi ilmu agama yang harus kita ilmui, yang selain itu tidak perlu engkau pelajari dibidang ilmu agama karena hanya akan merancukan pikiranmu dan menggoyahkan keyakinanmu.
Selanjutnya, agar kita peduli dan sungguh-sungguh dalam perkara kebaikan, kita harus meyakini bahwa pokok semua perkara-perkara itu kita lakukan karena itu adalah perintah Allah dan bimbingan Rasul Nya, semata-mata kita lakukan dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala saja..
Ketiga membiasakan diri terorbit dalam kebaikan, perkara membiasakan diri ini sangatlah penting, karena tidak mungkin seorang hamba dapat istiqomah dalam kebaikan jika tidak terlatih membiasakan diri terus-menerus untuk waktu yang lama.
Ajari anggota tubuh kita ini sesuai peran dan fungsinya masing-masing untuk terbiasa melakukan kebaikan, mengamalkan sunnah.
Ajari hati kita untuk selalu ikhlas, khusyuk dan ikhsan, ajari ia untuk takut kepada Rabbnya, ajari dia untuk merendah, hina dihadapan-Nya, dan halangi dia, cegah dia dari pembangkangan terhadap wahyu dan hikmah (baca: sunnah). Jagalah dia dari berbagai noda dan kotoran serta berbagai penyakit-penyakit hati.
Sungguh hatimu ini adalah organ yang paling penting diantara organ-organ tubuhmu yang lain, karena dialah sang raja yang akan dipatuhi titahnya oleh semua anggota tubuh yang lain.
Maka bersungguh-sungguhlah mendidik dan menjaganya..
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
“Ketahilah bahwa sesungguhnya di dalam jasad (tubuh) itu terdapat segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik, lurus di atas keimanan, lurus di atas ketaatan, lurus di atas aqidah yang sahihah, maka akan diikuti oleh seluruh anggota badan yang lainnya menjadi baik.
Ajari lisan kita untuk senantiasa berdo'a, membiasakannya untuk berdzikir disetiap keadan, dan mengucapkan kata-kata yang baik dan ahsan, ajari dia untuk diam dari ucapan yang keji dan sia-sia, ajari dia diam sebagaimana engkau mengajarinya untuk bicara.
Demikian pula kaki ajari dan biasakan masuk kamar mandi dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan. Ajari dia masuk masjid dengan kaki kanan keuar dengan kaki kiri, ajari dia berjalan dengan tawadhuk tidak sombong, ajari dia untuk melangkah dalam kebaikan dan cegah dia utuk melangkah pada maksiat dan keburukan.
dan tangan kita untuk terbiasa melakukan tugasnya dengan baik, menghitung dzikir dengan ruas jemarimu, bekerja mencari nafkah, menolong keluarga dan sesama, makan dan minum dengan tangan kanan, istinjak dengan yang kiri. Menulis tulisan yang baik, men-share postingan yang baik. Cegah dan larang dia untuk menyakiti anak, istri, keluarga dan sesama makhluk, halangi dia dari semua maksiat dan keburukan.
Demikian anggota tubuh yang lainnya, mata, telinga, hidung dan seterusnya, biasakan, didik dan ajari mereka semua jangan ABAI dengan sunnah dan segala kebaikan. terus menerus hingga seluruh anggota tubuh dan gerak-geri kita terorbit dengan sunnah.
Akhirnya kita berserah diri hanya kepada Allah dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya seraya berupaya sekuat tenaga untuk tidak abai lagi dari pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak.
Kita mohon hidayah irsyad dan taufiq hanya kepada Allah, agar Allah memudahkan kita istiqomah dalam mengamalkannya..
Wallahu a'lam bish-shawab
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Semoga bermanfaat.
جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم
====================
Sabtu, 13 Rajab 1444 H. /4 Pebruari 2023 M.
https://t.me/KajianIslamLhokseumawe/2079