Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

cara identifikasi hoax ala islam

CARA IDENTIFIKASI HOAX Oleh Al -Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc. Ada beberapa faktor yang menguatkan banyak bermunculannya pemberitaan dusta di tengah masyarakat. Di antaranya, kerusakan moral manusia di akhir zaman, hilangnya sifat wara' dan takwa pada mayoritas manusia, ditambah dengan teknologi informasi yang terus pesat berkembang. Pemberitaan dusta atau palsu inilah yang lebih populer saat ini dengan sebutan hoax (Ing.), yaitu informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya [1]. Dari definisi ini, tampak adanya rekayasa dan upaya untuk memoles kedustaan dengan berbagai cara agar setiap pembacanya memandang hoaks sebagai sebuah kebenaran dan fakta. . Hoaks yang beredar di masyarakat saat ini sangat beragam karena banyaknya pihak yang membuatnya dengan berbagai tujuan dan sasaran. Dari sisi siapa yang membuat, bisa jadi hoaks berasal dari musuh-musuh Islam yang sengaja membuatnya demi menyerang Islam. Contohnya, berita dusta kaum munafikin (Haditsul Ifk) yang ditujukan untuk mencoreng kemuliaan keluarga Rasulullah, dan berita-berita dusta Abdullah bin Saba' Al- Yahudi untuk menggulingkan Khalifah Utsman bin Affan. Hoaks bisa juga dibuat oleh kelompok oposisi untuk memunculkan rasa takut di tengah-tengah masyarakat demi menggoncang kekuasaan kelompok yang sedang berkuasa di sebuah negara. Hoaks dibuat bisa jadi ditujukan kepada individu, kelompok, penguasa, atau bahkan Islam sebagai agama Allah yang Dia ridhai.  Beredarnya hoaks tentu saja menjadi sebuah tantangan. Ini adalah ujian dari Allah yang harus dihadapi oleh seorang hamba dengan bimbingan syariat. Sebagai pengikut Nabi Muhammad, sudah seharusnya kita menjadi yang terdepan dalam mewaspadai dan memerangi kedustaan, bukan sebaliknya, menjadi bagian para penyebar dusta. Wal 'iyadzu billah. KEJUJURAN DAN KUDUSTAAN MEMILIKI TANDA Kejujuran dan kedustaan pasti memiliki tanda-tanda yang menunjukkan kejujurannya atau jejak-jejak kedustaannya. Pepatah negeri ini mengatakan, Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Artinya, orang yang baik akan meninggalkan nama baik, sedangkan orang jahat akan meninggalkan nama buruk.  Kejujuran memiliki tanda-tanda, demikian pula kedustaan pasti ada tanda-tanda kedustaan yang mengiringinya. Bahkan, lebih dari itu, wajah orang-orang yang jujur memancarkan tanda kejujuran dan keteduhan hati. Di sisi lain, seorang pendusta akan tampak tanda-tanda kedustaannya pada raut muka atau gerik gerak-gerik tubuhnya. Kisah sahabat Abdullah bin Salam (salah seorang pemuka dan ulama Yahudi saat itu yang masuk Islam) pada hari kedatangan Rasulullah di kota Madinah berikut menjadi salah satu contoh dari apa yang kita sebutkan. Abdullah bin Salam, dia berkata,  لما قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة انجفل الناس اليه فكنت فيمن اتاه، فلما رايت وجهه عرفت انه غير وجهه كذاب، فسمعته يقول : ايها الناس افشوا السلام، واطعموا الطعام، وصلوا الارحام، وصلوا بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنه بسلام "Ketika Rasulullah tiba di kota Madinah, manusia berkumpul menyambut beliau. Aku termasuk diantara yang mendatangi beliau. Ketika melihat wajahnya, aku yakin bahwa yang aku lihat bukan wajah pendusta. Ketika itu aku mendengar beliau bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambungkan rahim, dan shalatlah di tengah malam saat manusia tidur, niscaya kalian masuk Jannah dengan keselamatan."  Demikianlah Baginda Rasul. Beliau membawa kebenaran dan kejujuran. Tanda-tanda kebenaran beliau selalu mengiringi ucapan dan perbuatan, bahkan manusia bisa melihat kejujuran dari wajah beliau. Masa muda beliau sebelum diutus menjadi nabi dan rasul juga menjadi salah satu bukti kebenaran dakwah beliau.  Musyrikin Quraisy sepakat akan kejujuran dan amanah sosok Muhammad. Masa lalu beliau yang bersih dari kedustaan dijadikan dalil oleh Heraklius akan kebenaran risalah dan nubuwah beliau.  Munafik adalah kaum pendusta. Dalam tarikh Islam, diantara sebab terjadinya fitnah-fitnah besar adalah kedustaan kaum munafik. Keberadaan mereka membahayakan Islam dan kaum muslimin. Akan tetapi, diantara kasih sayang Allah, kedustaan mereka terbongkar dari tanda-tanda yang mengiringi kedustaan mereka.  Allah berfirman,  أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ *  وَلَوْ نَشَاءُ لأرَيْنَاكَهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ "Atau apakah orang-orang yang ada penyakitdalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakan kedengkian mereka? Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu." (Muhammad : 29-30) IDENTIFIKASI HOAKS DICONTOHKAN PARA ULAMA Para ulama Islam sesungguhnya telah memberikan contoh dalam menyikap berita-berita dusta. Salah satu contoh yang sangat bermanfaat kita ketengahkan di sini adalah kegigihan para ulama dalam menyingkap kedustaan para pemalsu hadits.  Para ulama hadits telah meletakkan kaidah-kaidah ilmiah untuk mengidentifikasi dan menyingkap kelemahan dan kedustaan berita-berita tarikh dan hadits-hadits maudhu' (palsu) yang disandarkan kepada Rasulullah.  Asy-Syaikh 'Utsman Al-Makki berkata, "Ulama telah memberikan perhatian (khusus) dengan mengumpulkan hadits-hadits palsu serta menerangkan dengan sejelas-jelasnya (kepalsuan hadits tersebut). Semoga Allah memberikan balasan kepada mereka dan Allah tempatkan di jannah-Nya yang luas." (al-Qalaid al-'Anbariyah 'Alal Manzhumatil Baiquniyah hlm.  106-107) Allah membimbing hati mereka sehingga mampu membedakan hadits-hadits Rasulullah yang sahih dan tampak jelas cahayanya, dengan hadits-hadits tidak sahih yang sangat tanpak kegelapannya. Ar-Rabi' bin Khutsaim [2] rahimahullah berkata, "Sungguh, hadits (sahih) itu memiliki cahaya sebagaimana cahaya siang yang dikenal, sedangkan (hadits palsu memiliki) kegelapan sebagaimana gelapnya malam yang diingkari."[3]  Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menulis sebuah kitab yang berisi kaidah sekaligus contoh dalam mengidentifikasi hadits-hadits palsu. Kitab berjudul Al-Manarul Munif bisa menjadi rujukan sebagai salah satu contoh peninggalan ulama Islam dalam upaya mereka mengidentifikasikan kedustaan dalam hadits-hadits Rasulullah dan riwayat-riwayat tarikh.  MENGIDENTIFIKASI HOAKS  Kembali kepada pembahasan hoaks yang menjadi salah satu tantangan kita pada zaman ini. Banyak langkah yang bisa dilakukan untuk mengenali berita dusta sebagaimana telah disosialisasikan oleh pihak yang berwenang atau lembaga pemerintah - seperti Polri dan Kemenkominfo - yang bertugas menangani merebaknya hoaks yang sangat merugikan masyarakat, bangsa, dan negara.  Bagi kita, dengan terus mengingat bimbingan Islam dalam mewaspadai berita-berita dusta ada beberapa contoh langkah sederhana yang mungkin membantu dalam identifikasi awal berita-berita hoaks. Di antara langkah tersebut:  1. HATI-HATI DENGAN JUDUL PROVOKATIF  Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Misalnya, dengan langsung menudingkan jari ke pihak-pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah dan direkayasa agar menimbulkan persepsi sesuai dengan yang dikehendaki oleh sang pembuat hoaks.  Oleh karena itu, apabila seseorang menjumpai berita dengan judul provokatif, kita bisa mencari referensi berupa berita serupa dari situs daring (dalam jaringan atau online) resmi yang telah diverifikasi oleh pemerintah. Selanjutnya, bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.  2. CERMATI ALAMAT SITUS  Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya situs yang menggunakan domain blog, informasinya bisa dikatakan meragukan. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tidak mencapai 300 situs. Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.  3. PERIKSA FAKTA  Perhatikan darimana berita yang Anda dapatkan berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi? Apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, LSM, atau pengamat, sebaiknya jangan cepat percaya. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.  Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan berita yang dibuat berdasarkan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti. Adapun opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subjektif.  4. CEK KEASLIAN FOTO  Pada era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Foto-foto yang digunakan biasanya sudah lama dan berasal dari kejadian di tempat lain. Keterangannya pun sudah dimanipulasi. Berita hoaks berupa foto dan gambar yang dimanipulasi cukup banyak terjadi dan tersebar di media sosial.  Sebagaimana diketahui, dengan kecanggihan teknologi, dua orang yang tidak pernah bertemu bisa disajikan seakan-akan bertemu dalam sebuah foto yang telah direkayasa dan dimanipulasi. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.  DUA SISI IDENTIFIKASI HOAKS  Apa yang telah disebutkan di atas adalah salah satu langkah sederhana dalam mengidentifikasi hoaks. Masih banyak poin lain untuk menyingkap berita dusta. Akan tetapi, secara global identifikasi terwujud dengan melihat salah satu dari dua sisi atau sekaligus kedua sisi berikut.  1. Meneliti pembawa atau sumber berita. 2. Meneliti konten atau isi berita.  Adapun sisi pertama, meneliti pembawa atau sumber berita, kita akan mencium aroma hoaks manakala sumber berita tidak jelas, atau tidak ada yang bisa dimintai klarifikasi atau tanggung jawab. Demikian pula hoaks akan tersingkap ketika media penyebar berita tidak jelas alamat dan susunan redaksinya. Media abal-abal seperti inilah yang biasa menulis dan menyebarkan berita hoaks.  Sisi kedua, meneliti konten atau isi berita. Biasanya, aroma kedustaan ini sangat kental terasa ketika  konten berita menciptakan kecemasan di tengah masyarakat, kebencian, permusuhan.  berita memuat foto dan keterangannya yang telah dimanipulasi.  berita berisi pesan-pesan sepihak, menyerang, dan tidak netral atau berat sebelah (one-side) mencatut nama tokoh berpengaruh atau memakai nama-nama yang mirip dengan media-media terkenal.  memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, surat rakyat.  judul dan pengantarnya provokatif dan tidak sesuai dengan isinya.  memberi penjulukan.  menggunakan argument dan data yang sangat teknis supaya terlihat ilmiah dan dipercaya. [4]  MELAPORKAN BERITA DAN INFORMASI HOAKS Maksud dari judul ini bukan mengajak pembaca untuk sibuk mencari berita-berita hoaks dan memenuhi hari dengan identifikasi hoaks untuk kemudian dilaporkan kepada pihak yang berwenang.  Dalam hal ini pemerintah telah menyiapkan berbagai peranti dan lembaga khusus untuk melacak berita-berita dusta (hoaks) yang merugikan negara dan masyarakat, seperti berita hoaks yang menimbulkan keresahan dan rasa takut.  Ketika ada berita-berita yang meresahkan masyarakat serta mengganggu stabilitas keamanan, ada pihak-pihak yang bekerja keras menyingkap hakikat berita yang beredar, benar atau hoaks belaka.  Berikut ini sebuah contoh yang sedikit memberi gambaran tentang sebagian upaya pemerintah -dalam hal ini Polri- untuk menangani hoaks yang beredar di tengah masyarakat.  Pascatragedi bom bunuh diri di Surabaya, tersebar berita berantai yang mengabarkan adanya aksi-aksi serupa yang akan terjadi di beberapa tempat baik di Surabaya dan Jakarta. Berita ini pun dibantah dan dinyatakan hoaks oleh Humas Polda Metro Jaya.  Humas Polda Metro Jaya menyatakan, pesan berantai yang menyebutkan wilayah DKI Jakarta dalam keadaan rawan pasca - aksi teroris yang terjadi di Surabaya adalah tidak benar atau hoaks.  "Berkaitan dengan broadcast yang beredar ada info bahwa Polda Metro Jakarta siaga satu, kemudian ada nomor-nomor yang bisa dihubungi, kemudian nama-nama tempat perbelanjaan di Jakarta dan Surabaya, jadi saat ini kami sampaikan bahwa itu semua adalah tidak benar," tegas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya Senin (14/5/2018)  Kepolisian adalah salah satu lembaga pemerintah yang bertugas untuk menerima laporan hoaks. Selain itu, mereka juga punya tugas untuk melacaknya dan memberikan penjelasan kepada masyarakat. Oleh karena itu, apabila kita sebagai warga negara -terlebih seorang muslim- menjumpai informasi hoaks, hendaknya kita sampaikan kepada pihak yang berwenang sebagai bentuk pencegahan agar hal tersebut tidak tersebar dengan tidak berakibat buruk bagi masyarakat.  Pengguna internet bisa melaporkan hoaks tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media. Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Repost Status dan kategorikan informasi hoaks sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut. Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga Instagram.  Di samping itu, sebagai pengguna internet, Anda juga dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan surel (e-mail) ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id. [5] Wallahul Muwwafiq. Sumber : Majalah Asy-Syariah edisi 122/XI/1440H/2018 hal.20  ------------ [1] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan_palsu [2] Tabi'in mukhadhram (seorang yang menjumpai zaman Nabi tetapi tidak berjumpa dengan beliau). Beliau meninggal pada 61 H atau 63 H. [3] Al-Fasawi meriwayatkan dalam al-Ma'rifah wat-Tarikh (2/564), juga disebutkan oleh al-Khatib dalam al-Kifayah fi 'Ilmir Riwayah hlm. 431. [4] https://kominfo.go.id/content/detail/12952/ancam-persatuan-ini-tips-dan-cara-polri-kenali-berita-hoax/0/sorotan_media diakses pada 10 Juni 2018 [5] Diringkas dari artikel Ini Cara Mengatasi Berita Hoax di Dunia Maya, https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media diakses pada 10 Juni 2018
6 tahun yang lalu
baca 13 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tua-tua keladi, tambah tua makin lupa diri

"Tua-Tua Keladi, Tambah Tua Makin Lupa Diri" Oleh : Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i "Berlari, hingga hilang pedih peri, dan aku akan lebih tidak perduli, aku mau hidup seribu tahun lagi." Peggal bait puisi ini tentu dikenal dekat oleh ahli sastra maupun penggemar prosa dan puisi. Bahkan, kalangan awamnya banyak yang pernah mengenal bait-bait gubahan Khairil Anwar diatas. Aku mau hidup seribu tahun lagi! Kelihatan indah memang. "Mengandung seni yang tinggi." kata sebagai orang. Namun, sebuah ayat di dalam Al Qur'an, firman Allah menerangkan hal yang berbeda. Jangan pernah ucapkan, "Urusan seni berpuisi tidak ada hubungannya dengan agama!" Ingat-ingatlah selalu bahwa Islam, agama kita, mengatur segala-galanya. Islam itu sempurna! Keinginan untuk bisa hidup seribu tahun lagi, keinginan siapa? Allah menyebutnya sebagai angan-angan kosong kaum Yahudi. Apakah terbatas pada mereka saja? Tidak! Hal ini berlaku untuk kaum Yahudi dan orang-orang yang mempunyai kesatuan angan, mau hidup seribu tahun lagi. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 96: وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ ٱلْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ "Dan sungguh kamu akan mendapati mereka sebagai manusia yang paling berambisi terhadap kehidupan (di dunia), bahkan (lebih ambisi lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." [Q.S. Al-Baqarah: 96] Ada banyak tafsiran yang disebutkan oleh ulama tentang ayat diatas. Al Hafidz Ibnu Katsir telah menukil sebagiannya secara ringkas di dalam Tafsirnya. Namun, sengaja saya menukilkan keterangan Asy Syaikh As Sa'di di dalam Tafsir Karimir Rahman. Kata beliau, "Kemudian Allah menyebutkan ambisi besar mereka terhadap dunia. Allah berfirman yang artinya, 'Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun.' Ambisi semacam ini adalah ambisi terbesar. Mereka berangankan satu kondisi yang mustahil. Padahal sejatinya, andai diberi umur panjang seperti angan-angan mereka, hal itu tidak akan bermanfaat sedikit pun. Hal itu pun tidak akan bisa menyelamatkan mereka dari azab sedikit pun." Kesimpulannya? Al 'Ibrah laisat bil 'umr, wa innamal 'ibratu bima fa'ala minal khair. Tolak ukurnya bukan pada panjang umurnya, namun kebaikan apa yang diperbuat seumur-umur. Ada sekian banyak hamba yang hanya berumur pendek, akan tetapi manfaat yang bisa ia berikan untuk Islam dan umat sangat banyak. An Nawawi rahimahullah adalah contoh yang yang sering disebut oleh para ulama. Meninggal masih dalam usia muda, emapt puluh lima tahun. Namun begitu, beliau telah mewariskan banyak ilmu untuk kita. Al Imam As Sakhawi (Hayaatul Iman An Nawawi hal 22) memuji An Nawawi. "Inilah karya-karya beliau, kurang lebih berjumlah lima puluh kitab. Semuanya -seperti kata Al Kamal Al Adfawi-, dalam waktu singkat dan usia masih muda." Iya, siapa yang tidak kenal dengan karya-karya beliau? Arbain An-Nawawi, Riyadhush Shalihin, Syarah Shahih Muslim, Ar Raudhah, Al Adzkaar, Majmu' Syarhul Muhadzab, At Tibyan, Manaqib Asy Syafi'i dan Tahdzibul Asma' hanyalah sederet contoh karya beliau yang memenuhi perpustakaan kaum muslimin. Baca : Berapa Harga Anak Kita? (Sebuah Renungan) Sumber : Majalah Qudwah edisi 16/2014 hal. 47 Tua-Tua Keladi, Tambah Tua Makin Lupa Diri
6 tahun yang lalu
baca 4 menit