Anak Muda dan Salaf

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sengkang dan keajaiban sutra

Sengkang dan Keajaiban Sutra Al Hafidz Ibnu Katsir saat menafsirkan ayat 21 dan 22 dari surat Al Baqarah, membawakan sekian keterangan ulama tentang bukti adanya dzat yang mencipta dan mengatur alam semesta. Antara lain jawaban Imam Syafi'i. Saat ditanya tentang bukti adanya pencipta dan pengatur alam semesta, beliau menjawab, "Daun Murbei". Ada apa dengan daun murbei? Imam Syafi'i lebih lanjut menerangkan, " Rasa daun murbei sama. Namun, jika dimakan ulat sutra akan keluar sutra. Dimakan lebah menjadi madu. Dimakan kambing dan unta menjadi kotoran. Dimakan kijang keluar minyak misik" "Padahal, obyeknya sama", beliau menyimpulkan. Subhanallah! Hal ini tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Pasti ada dzat yang mengatur. Siapa lagi kalau bukan Allah Ta'ala? . Sayang, tidak semua yang mengerti rububiah Allah, lantas mentauhidkan-Nya secara uluhiah. Padahal setelah menyebutkan kuasa rububiah-Nya, Allah melarang ibadah kepada selain-Nya ; الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (Dia-lah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia-lah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al Baqarah 22) * Masuk kota Sengkang, ada tulisan besar di gerbang kota yang jelas terbaca "Kota Sutera". Iya! Sengkang sejak zaman dahulu dikenal sebagai sentra kerajinan sutra. Hingga kini, ikon itu coba dipertahankan bahkan dikembangkan. Pemerintah daerah berusaha untuk membudidayakan pohon Murbei menjadi perkebunan sebagai sumber makanan ulat-ulat sutra. Menyaksikan langsung di kampung produksi sutra, rupanya sejarah kain tenun sutra sudah sangat lama di Sengkang.  Dari sutra, kita bisa banyak mengambil pelajaran! Di dalam Bada'iul Fawaid (3/756), Ibnul Qayyim menganalogikan amal orang ikhlas dengan sutra, sementara amal orang riya' dengan jaring laba-laba. "Dua hal yang sangat jauh berbeda jika ingin disamakan", jelas Ibnul Qayyim. Beliau melanjutkan, "Ketika ulat sutra mulai memproduksi benang, laba-laba ingin meniru. Laba-laba mengatakan, : Kamu punya jaring. Aku pun punya jaring". Ulat sutra menanggapi, : Namun, jaringku adalah pakaian para raja sementara jaringmu untuk perangkap lalat. Ketika diperlukan, akan nampak perbedaan" Kemudian Ibnul Qayyim menukil bait syair karya al Mutanabbi ; إذا اشْتبهَت دُموعٌ في خدودٍ  تَبَيَّنَ مَن بكى مِمَّن تَباكى Jika air mata telah berlinang membasahi pipi Niscaya orang yang serius menangis dan pura-pura akan diketahui Memang!  Untuk menghasilkan selembar kain sutra berkualitas, dibutuhkan proses panjang, rumit, dan melelahkan. Mulai dari proses ngengat yang bertelur dan direkatkan di daun-daun Murbei, lalu menetas menjadi larva dan diamankan oleh induknya sambil diberi makan daun-daun Murbei, hingga berkali-kali ganti kulit lalu menjadi kepompong. Kepompong sutra direndam dan direbus dengan air panas sambil diurai dan dicari ujung pintalan benangnya lalu digulung layaknya benang. Proses membuat kain dari bahan benang-benang tadi pun masih panjang. Apalagi dilakukan secara manual dan tradisional. Maka, kepadamu, wahai anak muda!  Sabarlah dan teruslah berproses! Jangan bosan dan jangan menyerah! Jika untuk sehelai kain sutra berkualitas harus melewati tahapan panjang dan melelahkan, apalagi menjadi seorang pemuda yang baik dan saleh. Menjadi pemuda hebat dan bermanfaat serta mau berjuang untuk agama Allah, harus dijalani dengan proses panjang. Tidak ada kata berhenti. Tidak kenal istilah mundur. Semoga Allah Ta'ala memudahkan jalan kalian, wahai anak-anak muda. Wajo, 31 Oktober 2021 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

mengorek sampah?

Mengorek Sampah? Sedih rasanya jika mendengar seorang pemuda mengatakan, “Aku ingin bekerja saja”. . Jika bekerja adalah opsi terakhir dan pilihan yang tak terelakkan, bisalah dimaklumi. Namun, sangat menyakitkan dan menyayat hati, jika hal itu dijadikan pelarian atau pelampiasan untuk tidak lagi thalabul ilmi. Tidakkah engkau tahu, bekerja sebagai ujud mengarungi lautan dunia, adalah perjalanan panjang. Bekerja itu bukan sebatas bekerja. Engkau bekerja bukan lalu menerima gaji kemudian dihabiskan untuk senang-senang. Bekerja itu bukan hanya urusan uang.  Bekerja adalah ruang hidup yang penuh kebosanan, tekanan, pertentangan, persaingan, godaan-godaan haram, rayuan-rayuan syahwat, dan penat yang tak berujung. Jika tidak memiliki bekal agama yang memadai, engkau bakal menjadi santapan serigala-serigala dunia. Jika ilmu mu tidak cukup, engkau hanya sebagai korban keserakahan. Apabila imanmu lemah, engkau akan teronggok bagai sampah. Jika tidak mengerti bagaimana bekerja harus bernilai ibadah, nantinya engkau hidup sebagai budak. Coba bertanya! Bertanyalah kepada mereka yang pernah menjadi robot-robot pabrik. Bertanyalah kepada mereka yang sempat menjadi budak-budak rupiah. Bertanyalah kepada mereka yang dahulunya dijadikan bidak-bidak uang.  Bukankah tidak sedikit dari mereka yang berkesimpulan, “Aku harus berhenti dari semua ini” dan “Aku harus memulai hidup dalam thalabul ilmi”. Ibnu Qudamah (Mukhtasar Minhajul Qashidin hal.193) mengutip kalimat bijak yang berbunyi, “ Orang yang berambisi terhadap dunia, ibarat minum air laut. Setiap kali meneguknya, justru semakin bertambah haus.Sampai hal itu membunuhnya” Mengerikan! Namun, itulah kenyataan! Berapa banyak yang terbunuh karena persaingan dunia? Berapa banyak yang bunuh diri karena tekanan pekerjaan? Sangat banyak yang mengalami depresi karena bekerja. Tak terhitung yang mati sia-sia hanya karena mengejar keutungan yang spekulatif. Dan, banyak orang yang mati rasa karena menghalalkan segala cara. Untukmu anak muda yang ingin bekerja, punya uang, lalu bisa bersenang-senang... Ingatlah bahwa dunia ini hanyalah sampah. Imam Ahmad (Az Zuhud hal 97) menyebutkan riwayat Umar bin Khatab yang berkeliling membawa rombongan lalu berhenti di muka lokasi pembuangan sampah.  Cukup lama Umar berhenti dan berdiri. Sementara nampak terlihat, rombongan tidak nyaman dan merasa terganggu dengan pemandangan dan bau busuknya. Di saat itulah, Umar bin Khatab mengingatkan kita semua;  «هَذِهِ دُنْيَاكُمُ الَّتِي تَحْرِصُونَ عَلَيْهَا» “Sudah inilah dunia yang kalian berambisi mengejarnya”  Ibnu Qudamah (Mukhtasar hal.193) juga menyebutkan ulama Salaf yang mengajak murid-muridnya menuju lokasi pembuangan sampah.  Di sana, sang guru mengingatkan, “ Coba perhatikan! Inilah ujung dari buah-buahan, daging, madu, dan minyak yang mereka makan” Begitulah dunia! Dunia adalah sampah yang diperebutkan.  Masruq bin al Ajda' mengajak keponakannya naik ke atas menara di kota Kufah. Dari atas ketinggian sambil melihat-lihat, Masruq berbicara, “Maukah aku perlihatkan dunia kepadamu? Inilah dunia! Mereka makan sampai habis. Mereka berpakaian hingga usang. Mereka berkendaraan dan akhirnya dibuang. Mereka menumpahkan darah karena dunia. Mereka menghalalkan yang haram hanya demi dunia. Dan mereka memutuskan silaturahmi disebabkan dunia” (Hilyatul Auliya 2/97) Bukannya tidak boleh bekerja. Namun, ukurlah dirimu. Nilailah kadarmu sendiri! Apakah bekerja itu bagimu telah bernilai ibadah? Apakah bekerja dapat membantumu meningkatkan ibadah? Ataukah? Bekerja adalah pelarianmu dari ibadah? Bekerja menjadi alasanmu meninggalkan ibadah? Bekerja justru memperberat langkahmu untuk beribadah? Bekerja itu tidak semudah yang dibayangkan. Mumpung masih muda, kumpulkanlah bekal cukup agar bekerjamu menjadi ibadah. Bagaimana bisa bekerjamu akan bernilai ibadah, jika engkau ; masih terbiasa tidur pagi, masih susah menjaga salat, masih senang begadang malam, masih kecanduan game, masih ketagihan film-film bohongan, bagaimana bisa? Bagaimana bisa niatmu ingin bekerja dapat diterima apabila engkau ; belum bisa membagi waktu, belum bisa membuat rencana hidup, belum mampu mengelola keuangan, belum bisa disiplin, dan belum bisa mengatur diri sendiri, bagaimana akan bisa? Jika masih juga belum bisa melakukan hal-hal di atas, silahkan saja dinikmati nanti, bagaimana pahitnya menjadi robot kerja tanpa rasa, bagaimana deritanya menjadi budak dunia, dan seperti apa sengsaranya menjadi pengorek-orek sampah dunia. Apalagi jika akhirnya menjadi sampah itu sendiri. Wal 'iyaadzu billah Pendopo Lama, 23 Oktober 2021 Bakda Isya t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

renungan buatnya yang setahun menikah

 .Buatnya Yang Setahun Menikah Jika rumah tangga sering dianalogikan mengayuh biduk di tengah samudra, sebenarnya masih ringan. Sebab, rumah tangga lebih luas dari samudra, tidak sekecil biduk, dan gelombangnya lebih tidak beraturan. Namun, sebagai pendekatan, sah-sah saja. Tidak semua suami istri menyadari dari awal, bahwa rumah tangga bukanlah drama cerita yang alurnya telah ditentukan sampai akhir. Sayangnya banyak yang terbuai oleh drama-drama cengeng buatan khayal manusia. Rumah tangga pun bukan sinetron cinta yang dapat ditebak arahnya yang ujung-ujungnya tertawa bahagia. Walaupun banyak juga yang terbawa angan-angan sinteron. Tinggalkan mimpi-mimpi buruk itu! Engkau harus bangun dari tidur nyenyakmu. Hidup tak seindah mimpi. Hidup tak sedramatis novel fiktif. Hadapilah kenyataan yang ada di depanmu! Memang, lintasan rumah tangga amat berat. Ego harus disingkirkan. Mesti berdamai dengan idealisme. Perfeksionis tidaklah tepat, yang menuntut segala-galanya sesuai rencana. Berpikir bebas konflik tidaklah bijak. Jangan berharap pasangan hidupmu komplit serba bisa dan serba ada. Sebab, cacatmu sendiri terpampang jelas di depan mata. Meskipun, tidak mau mengakui itu namun fakta lah yang bercerita. Wajahmu yang cemberut. Hatimu yang kesal. Dadamu yang sesak. Itu semua sudah cukup memberitakan bahwa engkau lupa bercermin pada diri sendiri. Engkau yang tersinggung. Engkau yang marah. Engkau yang kecewa. Bukankah itu semua adalah bukti bahwa engkau kurang sadar diri? Hanya karena sepatah kata, hatimu bagai tersayat-sayat. Hanya karena satu tekuk wajah, engkau sudah tenggelam dalam prasangka buruk. Hanya karena satu menit terlambat, bagai engkau dikhianati. Hanya karena salah menempatkan tertawa, engkau sudah merasa terhina. Ada apa denganmu? Coba dan teruslah mencoba untuk mengingat! Apa tujuanmu menikah? Bukankah untuk beribadah bersama? Sadarlah, bahwa ibadah itu harus ikhlas. Menikah itu seperti ibadah-ibadah lainnya, yaitu harus mengharap ridha Allah. Bukan puja puji istri. Bukan sanjungan suami. Lupakah engkau tentang hal ini? Engkau merasa tidak dihargai. Engkau anggap kurang dimengerti. Engkau kira tidak diapresiasi. Engkau pandang tidak bernilai. Sebenarnya, ridha siapa yang engkau cari?  Sudahlah, tidak ada yang lebih indah dari sabar. Sabar dalam arti yang sesungguhnya! Sabar luar dalam. Senyummu tetap terpancar. Bahasamu tetap santun. Sikapmu tetaplah lembut. Dan doa-doamu untuk kebaikan pasangan hidupmu selalu mengalir.  Yakinlah bahwa di akhirat kelak, Allah Ta'ala memberi pahala berlimpah. Apa yang tidak engkau dapatkan di dunia, niscaya berlipat-ganda engkau akan memperolehnya. Asalkan engkau sabar! Untukmu suami, Nabi Muhammad  صلى الله عليه و سلم  bersabda ; لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ  “ Jangan sampai seorang suami membenci istrinya. Jika ada satu hal yang ia benci, bukankah ia menerima hal lainnya” (HR Muslim dari sahabat Abu Hurairah 1469) Untukmu istri, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم  bersabda ; الْمَرْأَةُ إِذَا صَلَّتْ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَأَحْصَنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا فَلْتَدْخُلْ مِنْ أَيّ  أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ “Seorang istri; jika ia mengerjakan salat lima waktu, puasa Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat pada suaminya, silahkan ia masuk surga dari pintu manapun yang ia suka” (Hadits Anas bin Malik dan disahihkan Al Albani dalam Al Misykah no .3254) Semoga prahara segera berlalu berganti bahagia. Badai segera berlalu berubah angin sejuk. Toh, di dunia hanya beberapa saat saja. Kenapa engkau tidak bersabar untuk meraih surga? Semoga Allah karuniakan istiqomah untuk kita. Ya Allah, wafatkanlah kami dengan husnul khatimah. Pendopo Lama, Lendah 09.26 WIB 28 September 2021 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 3 menit