Ada dua orang dengan nama yang sama, yaitu Khalifah bin Khayyath. Keduanya ulama hadis. Beda angkatan yang tentu beda usia dan masa. Khalifah bin Khayyath pertama (yang tua), dikenal dengan panggilan Abu Hubairah. Sementara Khalifah bin Khayyath yang muda dijuluki Syabab (Anak Muda)
Kedua ulama tersebut, satunya kakek, lainnya cucu. Nama lengkap yang cucu adalah Khalifah bin Khayyath bin Khalifah bin Khayyath. Jadi, nama kakek dan nama cucu memang sama. Cucu meninggal tahun 240 H, kakek wafat tahun 160 H.
Jika disebut nama Khalifah bin Khayyath, maka yang dimaksud adalah cucu. Sebab, cucu lebih terkenal, lebih banyak riwayat hadisnya, lebih banyak muridnya, dan lebih banyak karya tulisnya.
Marilah kita berbicara tentang Khalifah bin Khayyath yang cucu.
Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam menyebut beliau sebagai : “Al Imam (seorang imam panutan) Al Hafidz (penghafal banyak riwayat hadis) Al Allamah (ulama besar) Al Akhbari (pakar sejarah). Abu Amr Al Bashri. Gelarnya Syabab (Anak Muda). Penulis kitab Tarikh dan Thabaqat dan lain-lain”
Cukuplah sebagai bukti ketokohan dan keilmuan beliau, Imam Bukhari belajar dan meriwayatkan hadisnya dalam Sahih Bukhari. Imam Bukhari adalah murid beliau.
Khalifah berprofesi sebagai pedagang usfhur, yaitu bahan pewarna pakaian yang terbuat dari sejenis tanaman. Oleh sebab itu, beliau dipanggil al Ushfuri (pedagang ushfur). Sementara menurut al Khatib al Baghdadi, al Ushfuri artinya orang yang berasal dari kabilah Ushfur. Wallahu a'lam.
Yang membuat penasaran adalah gelar beliau “Syabab”, yang berarti anak muda. Dari beberapa referensi, belum ditemukan keterangan sabab musabab beliau digelari demikian. Apakah karena sampai tua pun tampak selalu muda, ataukah semangat ibadah dan thalabul ilmi beliau yang seakan tak kenal padam, atau adakah alasan yang lain.
Jelasnya, dalam banyak riwayat, beliau lebih akrab dipanggil Syabab ; anak muda.
Ketika mendengar nama Khalifah bin Khayyath, mestinya pertama kali yang teringat adalah kitab Tarikh yang beliau susun. Kenapa? Boleh dikata, kitab Tarikh karya beliau adalah karya tulis pertama di bidang sejarah yang disusun berdasarkan batasan tahun.
Dalam Tarikh-nya, beliau tidak hanya menjelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Beliau secara luas membahas tokoh-tokoh ternama yang wafat di tahun tersebut, termasuk para pejabat, menteri, qadhi, dan pejabat militer.
Khalifah juga berbicara tentang pentingnya mempelajari dan mendalami sejarah. Kemudian beliau membahas sejarah per tahun, sampai pada tahun 232 H, yakni beberapa tahun sebelum beliau wafat. Adz Dzahabi menyebutkan usia Khalifah bin Khayyath saat wafat telah masuk usia 80-an tahun.
Ada beberapa hal yang bisa dicetak tebal di sini, yaitu:
Pertama ; Umat Islam sangat kaya dengan karya-karya tulis di bidang sejarah dan terpercaya. Kitab Tarikh karya Khalifah bin Khayyath juga menggunakan metode sanad (mata rantai riwayat). Oleh sebab itu, tidak seharusnya kita melupakan dan meninggalkan referensi-referensi sejarah Islam.
Kedua ; Belajar sejarah itu penting. Belajar sejarah sangat banyak manfaatnya. Dari sejarah, kita bisa memahami banyak hal. Oleh sebab itu, para ulama sangat banyak yang mendalami ilmu sejarah, termasuk Khalifah bin Khayyath.
Ketiga ; Lingkungan yang baik, terutama keluarga, sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang seorang anak. Khalifah berasal dari keluarga yang dihiasi ilmu. Selain ayahnya yang seorang ahli hadis, kakeknya pun ahli hadis terkemuka.
Keempat ; Hidup harus produktif dalam kebaikan. Salah satunya dengan menulis. Meskipun menulis tentang sebuah peristiwa kehidupan yang dianggap biasa. Bisa jadi di kemudian hari, tulisan tersebut menjadi referensi penting.
Terakhir ; Bagaimanapun, masa muda adalah modal besar untuk berkontribusi dalam kebaikan. Perjuangan Islam tidak pernah lepas dari peran anak-anak muda. Meskipun sudah tua, semangat tak boleh ikut menua. Raga boleh tua, namun gairah juang tetaplah membaja. Ingat, gelar Khalifah bin Khayyath adalah Syabab ; anak muda.
Lendah, 11 Agustus 2021
t.me/anakmudadansalaf