Al Hafidz Ibnu Katsir saat menafsirkan ayat 21 dan 22 dari surat Al Baqarah, membawakan sekian keterangan ulama tentang bukti adanya dzat yang mencipta dan mengatur alam semesta.
Antara lain jawaban Imam Syafi'i. Saat ditanya tentang bukti adanya pencipta dan pengatur alam semesta, beliau menjawab, "Daun Murbei".
Ada apa dengan daun murbei?
Imam Syafi'i lebih lanjut menerangkan, " Rasa daun murbei sama. Namun, jika dimakan ulat sutra akan keluar sutra. Dimakan lebah menjadi madu. Dimakan kambing dan unta menjadi kotoran. Dimakan kijang keluar minyak misik"
"Padahal, obyeknya sama", beliau menyimpulkan.
Subhanallah!
Hal ini tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Pasti ada dzat yang mengatur. Siapa lagi kalau bukan Allah Ta'ala?
Sayang, tidak semua yang mengerti rububiah Allah, lantas mentauhidkan-Nya secara uluhiah. Padahal setelah menyebutkan kuasa rububiah-Nya, Allah melarang ibadah kepada selain-Nya ;
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
(Dia-lah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia-lah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al Baqarah 22)
*
Masuk kota Sengkang, ada tulisan besar di gerbang kota yang jelas terbaca "Kota Sutera".
Iya! Sengkang sejak zaman dahulu dikenal sebagai sentra kerajinan sutra. Hingga kini, ikon itu coba dipertahankan bahkan dikembangkan.
Pemerintah daerah berusaha untuk membudidayakan pohon Murbei menjadi perkebunan sebagai sumber makanan ulat-ulat sutra.
Menyaksikan langsung di kampung produksi sutra, rupanya sejarah kain tenun sutra sudah sangat lama di Sengkang.
Dari sutra, kita bisa banyak mengambil pelajaran!
Di dalam Bada'iul Fawaid (3/756), Ibnul Qayyim menganalogikan amal orang ikhlas dengan sutra, sementara amal orang riya' dengan jaring laba-laba.
"Dua hal yang sangat jauh berbeda jika ingin disamakan", jelas Ibnul Qayyim.
Beliau melanjutkan, "Ketika ulat sutra mulai memproduksi benang, laba-laba ingin meniru. Laba-laba mengatakan, : Kamu punya jaring. Aku pun punya jaring". Ulat sutra menanggapi, : Namun, jaringku adalah pakaian para raja sementara jaringmu untuk perangkap lalat. Ketika diperlukan, akan nampak perbedaan"
Kemudian Ibnul Qayyim menukil bait syair karya al Mutanabbi ;
إذا اشْتبهَت دُموعٌ في خدودٍ تَبَيَّنَ مَن بكى مِمَّن تَباكى
Jika air mata telah berlinang membasahi pipi
Niscaya orang yang serius menangis dan pura-pura akan diketahui
Memang!
Untuk menghasilkan selembar kain sutra berkualitas, dibutuhkan proses panjang, rumit, dan melelahkan.
Mulai dari proses ngengat yang bertelur dan direkatkan di daun-daun Murbei, lalu menetas menjadi larva dan diamankan oleh induknya sambil diberi makan daun-daun Murbei, hingga berkali-kali ganti kulit lalu menjadi kepompong.
Kepompong sutra direndam dan direbus dengan air panas sambil diurai dan dicari ujung pintalan benangnya lalu digulung layaknya benang.
Proses membuat kain dari bahan benang-benang tadi pun masih panjang. Apalagi dilakukan secara manual dan tradisional.
Maka, kepadamu, wahai anak muda!
Sabarlah dan teruslah berproses! Jangan bosan dan jangan menyerah! Jika untuk sehelai kain sutra berkualitas harus melewati tahapan panjang dan melelahkan, apalagi menjadi seorang pemuda yang baik dan saleh.
Menjadi pemuda hebat dan bermanfaat serta mau berjuang untuk agama Allah, harus dijalani dengan proses panjang.
Tidak ada kata berhenti. Tidak kenal istilah mundur. Semoga Allah Ta'ala memudahkan jalan kalian, wahai anak-anak muda.
Wajo, 31 Oktober 2021
t.me/anakmudadansalaf