Anak Muda dan Salaf

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

dunia, haus menggerus

 .(108) Haus Menggerus Singkat cerita, syahwat dunia sering diidentikkan dengan 3 hal, yaitu tahta, harta, dan wanita. Memang perlu dirinci. Juga masih bisa ditambah dan dikembangkan.  Contoh syahwat dunia lainnya adalah popularitas.  Namun, singkat ceritanya demikian. Kita sedang berbicara tentang syahwat dunia. Mengenai orang-orang yang menghinakan diri sebagai budak-budaknya. Mereka yang lebih memilih memuaskan syahwat dunia,  dibanding berlelah-lelah mengekang syahwat demi kebahagiaan akhirat. Tidak akan ada puasnya! Titik! Mana bisa puncak terlampiaskan? Sebab, syahwat dunia bukannya terpenuhi lalu berhenti. Ia terus berambisi hingga mati oleh kepongahan dan keangkuhannya sendiri. Ibnul Qayyim ( Uddatus Shabirin, hal.276 ) membuat analog yang memadankan antara kehidupan dunia dan perjalanan sebuah rombongan. Sebuah rombongan yang telah menempuh perjalanan jauh. Bekal makanan menipis, bahkan air minum telah habis. Haus dan benar-benar haus. Tibalah rombongan di tepi laut. Mereka yang haus namun hilang akal, melihat air laut sebatas fisiknya.  Air!  Mereka tidak lagi secara sehat berpikir bahwa minum air laut tidak menghilangkan haus. Tidak ada lagi pertimbangan efek dan dampaknya. Pokoknya; haus. Pokoknya ; ada air. Mereka minum air laut. Semakin banyak yang diminum, semakin bertambah haus. Terus mereka minum, justru perut menjadi sakit. Bahkan, bisa berujung kematian. Berbeda hal dengan orang-orang yang masih berakal. Walau lelah, meski payah, mereka masih bisa berpikir akibat buruk minum air laut yang asin. Mereka menjauh dari tepi laut. Mereka mencari dataran. Mereka menemukan tanah yang baik. Mereka menggali sumur. Mereka menemukan air segar, sejuk, dan tawar. Karena melekat rasa sayang, mereka mengajak rombongan yang masih ada di tepi laut. Mereka panggil. Mereka beritahu.  Namun, rata-rata rombongan tidak percaya, bahkan ada yang mencemooh dan mengejek. Hanya satu dua saja yang menyambut. Demikianlah analog yang diberikan Ibnul Qayyim! Para pemburu syahwat dunia ibarat orang haus yang minum air laut. Akan selalu haus. Tidak terpuaskan. Ingin berhenti, namun tak bisa. Karena belum juga sadar, di sana ada air yang segar dan sejuk. Syahwat dunia bagai air laut! Orang-orang yang berpikir jernih. Memandang sangat jauh ke depan. Mereka yang sadar bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah di dunia.  Mereka yang berpikir jernih itu akan mencari sumber air yang jernih juga. Mereka ingin kehidupan yang bersih. Tidak keruh, apalagi kotor. Tidakkah cukup engkau merasakan lelah? Belumkah tiba saatnya engkau melepaskan diri dari belenggu dunia? Ingatlah, bahwa mereka yang beruntung adalah mereka yang selalu mengingat bahwa : {وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ} “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” QS. Ali Imran 185 {قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى }  “Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” QS. An Nisa’:77 وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ  “Mereka merasa bahagia dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” QS. Ar Ra’du:26 Semoga kita tidak termasuk yang Allah Ta'ala firmankan : بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى ( 17 ) "Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal" QS. Al A’la: 16-17. Lendah, 05 Ramadhan 1443 H/07 April 2022 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

al qaffal : tak lekang waktu untuk belajar

Al Qaffal : Tak Lekang Waktu Untuk Belajar Paling tidak, ada 2 ulama besar bermadzhab Syafi'i yang digelari al Qaffal. Sama-sama berkunyah . Abu Bakar. Sehingga, jika membaca keterangan tentang Abu Bakar al Qaffal as Syafi'i, paling tidak kita harus memastikan, al Qaffal siapa yang dimaksud? Berikut ini beberapa perbedaan antara 2 al Qaffal; al Qaffal al Kabiir dan al Qaffal as Shaghiir, antara lain : 1.al Qaffal al Kabiir bernama : Muhammad bin Ali as Syaasi. Al Qaffal as Saghiir bernama : Abdullah bin Ahmad al Marwazi. 2. Al Qaffal al Kabiir (tua) lahir di tahun 291 H dan wafat pada tahun 365 H. Sementara al Qaffal as Saghiir (muda) dilahirkan pada 327 H meninggal dunia pada tahun 417 H. 3. Al Qaffal al Kabiir berasal dari kota Syas, sebuah kota besar di masa lampau yang saat ini menjadi ibukota Uzbekistan, yakni Tashkent. Adapun al Qaffal as Shaghiir dinisbatkan ke negeri Marwa Syahijan. Saat ini masuk dalam wilayah Turkmenistan. 4. Al Qaffal al Kabiir lebih sering ditemukan dalam kitab-kitab tafsir dan hadis. Al Qaffal as Saghiir lebih dikenal sebagai ahli fikih. Beliau berdua adalah tokoh besar dengan sederet pujian dan sanjungan para ulama. Banyak literatur yang membicarakannya. Namun, di sini, saya ingin menukil keterangan Adz Dzahabi (Siyar A'lam Nubala 17/406) tentang al Qaffal as Saghiir. "Seorang imam, ahli ilmu yang sangat dihormati, dan guru besar di kalangan ulama bermadzhab Syafi'i" Adz Dzahabi menambahkan, "Beliau sangat ahli di bidang produksi dan rekayasa gembog. Bahkan, al Qaffal pernah membuat gembog, kunci, dan perangkatnya seberat 4 habbah" Karya beliau ini adalah gembog super mini. 4 habbah artinya seberat 4 biji gandum. " Setelah berusia 30 tahun, al Qaffal menyadari dirinya sangatlah cerdas. Maka, beliau tertarik belajar ilmu fikih. Al Qaffal lalu fokus mendalami fikih sampai benar-benar menguasai. Bahkan, beliau dijadikan sebagai permisalan. Al Qaffal adalah penemu metode Khurasan dalam bidang fikih" , demikian Adz Dzahabi menerangkan. Subhanallah! Minimal ada 3 pelajaran hidup dari beliau : 1. Thalabul ilmi (belajar ilmu-ilmu agama) termasuk rejeki. Allah membagikannya hanya untuk yang terpilih saja. Maka, bagi yang belum sempat merasakan manisnya thalabul ilmi, banyaklah berdoa agar diberi rejeki thalabul ilmi. Bagimu yang telah terpilih menjalani thalabul ilmi, merasakan lezatnya, jangan lepaskan dan jangan biarkan hilang dari genggaman. Al Qaffal termasuk yang Allah pilih. Maka, beliau tidak sia-siakan itu. 2. Thalabul ilmi tidak dibatasi usia. Walaupun telah berumur, meskipun sudah lanjut usia, bukanlah alasan untuk tidak thalabul ilmi. Al Qaffal memulai start thalabul ilmi setelah menginjak usia 30 tahun. Masih ragu kah? 3. Tekad bulat thalabul ilmi tidak akan sia-sia. Siapa yang sungguh-sungguh, niscaya ada jalan. Apapun yang ditinggalkan dengan niat meraih ridha Allah, tentulah Allah menggantikan dengan yang lebih baik. Pekerjaan yang telah lama ditekuni bahkan benar-benar dikuasai oleh al Qaffal, beliau tinggalkan.  Apa gantinya? Ilmu yang bermanfaat. Menjadilah beliau seorang ulama, bahkan guru besar dalam madzhab Syafi'i'. Adakah alasan yang tersisa? Masihkah bimbang? Muntilan, 19 Sya'ban 1443 H/22 Maret 2022 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 3 menit