Haji-Umroh

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tata cara umroh ringkas

TATA CARA UMROH RINGKAS Oleh Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal Lc حفظه الله تعالى . Soal : Mohon disampaikan tentang tata cara umroh secara ringkas bagi kami jamaah umrah yang singgah terlebih dahulu di Madinah ? Jawab: "Umrah secara bahasa maknanya adalah ziarah (berkunjung). Adapun secara Syar’i, umrah adalah: Mengunjungi Baitullah Al-Haram untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan-amalan yang telah ditentukan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم  berupa: Ihram, Thawaf, Sa’i  dan diakhiri dengan Tahallul. Umrah terdiri dari tiga rukun dan dua kewajiban. Rukun-rukunnya adalah : 1)- Ihram, 2)- Thawaf dan 3)- Sa’i. Adapun kewajibannya adalah : 1)- Memulai Ihram dari Miqat. 2)- Tahallul dengan menggundul kepala atau memendekkannya secara merata bagi laki laki, atau memendekkan rambut seukuran ruas jari bagi wanita. RINGKASAN PERJALANAN UMRAH Berikut ini Ringkasan Perjalanan umroh yang dilakukan bagi jamaah yang berangkat dari Madinah atau melewatinya: 1- Jamaah Menuju Miqat (Tempat yang telah ditetapkan syareat untuk memulai ibadah umrah). Bagi penduduk Madinah atau yang melewati Madinah miqatnya adalah Dzul hulaifah (Bir Ali), yang berjarak  kurang lebih 10 km dari kota Madinah. 2- Di Miqat anda akan melakukan Rukun Pertama yaitu : IHROM. 3- Sebelum ihram anda disunnahkan: • Mandi untuk ihram,  • memakai wangi-wangian pada badan dan rambut, (tidak pada pakaian),  • membersihkan bulu kemaluan,  • menggunting kuku,  • mencabut bulu-bulu ketiak. Wanita tidak diperbolehkan memakai wangi wangian (parfum). • Untuk ihrom, anda (pria) harus melepas semua baju yang anda pakai, anda hanya boleh memakai dua lembar kain ihram, dan tidak memakai alas kaki yang menutup kedua mata kaki. • Untuk kaum wanita semua jenis pakaian boleh dipakai selama tidak menyelisihi syareat. Wanita dilarang memakai cadar dan kaos tangan. Catatan: Semua persiapan ini bisa dikerjakan di hotel tempat anda menginap di Madinah. 4- Jika segala sesuatu sudah siap, anda segera melakukan IHROM, yaitu niat memulai ibadah. Disunnahkan mengucapkan jenis ibadah yang akan anda akan lakukan,  "LABBAIKA ALLOHUMMA UMROTAN" 5- Dengan masuknya anda ke dalam ibadah Umroh, maka berlaku larangan-larangan ihrom, • seperti dilarang menikah,  • menikahkan,  • mengkhitbah,  • berburu,  • memakai wewangian,  • memotong rambut kuku, dan larangan lainnya. 6- Setelah itu anda melanjutkan perjalanan menuju Mekah dalam jarak sekitar 450 km, kurang lebih 5 jam perjalanan Bus. Selama perjalanan disunnahkan memperbanyak Talbiah:  "LABBAIKA ALLOHUMMA LABBAIKA LABBAIKA LAA SYARIKA LAKA LABBAIK, INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULK LAA SYARIIKA LAKA." 7- Sesampainya di Mekah, anda akan melakukan rukun yang kedua yaitu TAWAF. Dengan anda mengelilingi Ka’bah tujuh putaran dari hajar Aswad hingga Hajar Aswad, anda telah sah tawafnya, walaupun tidak membaca apapun. 8- Setelah itu anda menuju Bukit Shafa untuk melakukan rukun ketiga yaitu SA’I. Dengan anda berjalan dari Shofa ke Marwah, berbolak balik 7 perjalanan, telah sah sa’i anda, walaupun anda tidak membaca bacaan apa pun. 9- Seusai Sa’i, tidak ada amalan yang lain kecuali TAHALLUL, dengan menggundul kepala atau memendekkannya secara merata. Bagi kaum wanita cukup memotong rambut seukuran ruas jari secara merata. Inilah gambaran ringkas ibadah umroh, banyak sunnah sunnah yang tidak kita sebutkan. Tentunya sangat merugi jika kita tidak berusaha mempelajari tata cara umroh secara sempurna. Harapan kita semua Rukun, Kewajiban, Sunah-sunah umroh kita tunaikan sesempurna mungkin. Semoga Allah mudahkan atas kita semua menunaikan ibadah Umroh ini dan menjadikannya mabrur. Amin https://problematikaumat.com/tata-cara-umroh-ringkas/ 
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

haji tegak di atas tauhid

HAJI TEGAK DI ATAS TAUHID Diantara syiar ibadah haji yang paling nampak ialah ucapan talbiyyah yaitu ucapan : "لبيك اللّٰهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك، لا شريك لك". "Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda wanni'mata laka wal mulk, laa syarika lak". Maka makna ucapan 'labbaikallahumma labbaik ' yaitu seseorang yang bertalbiyyah menampakkan secara terus-menerus sikap menyambut seruan Allah untuk beribadah kepadaNya semata yang diantaranya ialah menyambut seruan Allah ketika Dia menyeru hamba-hambaNya untuk berhaji menuju Baitullah Al Haram. Dan makna ucapan 'laa syarika lak' yaitu seseorang yang bertalbiyyah menampakkan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah dalam rububiyyahNya, UluhiyyahNya dan nama- nama serta sifat-sifatNya, maka Dialah satu-satunya pencipta, pengatur, Yang menghidupkan, Yang mematikan dan Dialah yang berhak untuk diibadahi sehingga tidak berhak selainNya diibadahi bersamaNya baik dari kalangan para nabi, para wali, jin, kuburan, berhala dan selain itu, dan Dialah Dzat yang tidak ada sekutu bagiNya dalam nama-nama dan sifat-sifatNya dan tidak ada yang semisal bagiNya serta tidak ada tandingan bagiNya sebagaimana Allah berfirman : ليس كمثله شيء وهو السميع البصير". "Tidak ada yang semisal bagiNya dan Dialah Maha mendengar lagi Maha melihat". Dan makna 'innal hamda wanni'mata laka wal mulka laa syarika lak' yaitu Engkaulah wahai Rabbku yang berhak terhadap seluruh pujian dikarenakan seluruh kesempurnaan milikMu dan dikarenakan seluruh kenikmatan dari sisiMu dan Engkau wahai Rabb adalah pemilik langit dan bumi dan pemilik dunia dan akhirat, tidak keluar sedikitpun di langit dan di bumi dari kekuasaanMu dan dari pengaturanMu maka tidak bisa aku beribadah kepada selainMu dan tidak bisa aku meminta kepada selainMu dikarenakan tidak ada sekutu bagiMu pada hal itu semua. Foto : statue-bronze-street-statue | Sumber: Pixabay Diantara syiar ibadah haji yang terbesar ialah thawaf di Baitullah dan amalan yang menyertainya berupa menyentuh Hajar Aswad dan menciumnya. Thawaf tersebut bukanlah bentuk peribadatan kepada Baitullah dan bukan pula thawaf yang ditujukan kepada Baitullah namun thawaf ditujukan hanya kepada Allah. Allah yang telah mensyariatkan kepada kita shalat dan puasa dan Dia pulalah yang mensyariatkan kepada kita thawaf di Baitullah sehingga kita thawaf di Baitullah dalam rangka menjalankan perintah Allah Ta'ala. Oleh karena inilah kita tidak boleh melakukan thawaf di tempat manapun di muka bumi. dikarenakan Allah tidak mensyariatkan bagi kita thawaf yang lain selain di Baitullah maka kita tidak melakukan thawaf di masjid, di kuburan, di pohon, di bebatuan dan selain itu. Demikian pula tatkala kita mencium Hajar Aswad atau menyentuhnya kita melakukannya dalam rangka meneladani sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan dalam rangka mentaati Allah yang telah memerintahkan kita untuk mentaati RasulNya shallallahu alaihi wasallam sehingga kita mencium Hajar Aswad  dalam keadaan kita meyakini dengan sempurna bahwa tidak ada hajar (bebatuan) yang bisa memudharatkan dan mendatangkan manfaat. Seandainya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mensyariatkannya kepada kita niscaya kita tidak melakukannya sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat 'Umar Al Faruq radhiallahu anhu. Dari 'Abis Bin Rabi'ah dari 'Umar radhiallahu anhu bahwasanya beliau datang kepada Hajar Aswad lalu menciumnya dan mengatakan : "إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع، لولا أني رأيت رسول الله صلى اللّٰه عليه وسلم يقبلك ما قبلتك".  "Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak memudharatkan dan tidak pula mendatangkan manfaat, seandainya aku tidak melihat Nabi shallallahu alaihi wasallam menciummu niscaya aku tidak akan menciummu". Diriwayatkan oleh Al Bukhary. Diantara syiar-syiar ibadah haji ialah menjadikan maqam Ibrahim sebagai mushalla (tempat shalat) sehingga disyariatkan bagi orang yang selesai dari melakukan thawaf untuk menjadikan maqam berada antara dia dengan Ka'bah lalu ia melakukan shalat dua raka'at apabila di tempat tersebut tidak terdapat desakan (kerumunan) manusia atau tidak mengganggu orang-orang yang sedang melakukan thawaf. Dan maqam ialah batu yang Nabi Ibrahim alaihissalam selaku pemimpin orang-orang yang bertauhid berdiri di atasnya ketika beliau membangun Baitullah sehingga Allah menjaga jejak-jejak kedua telapak kakinya lalu Allah memerintahkan kita untuk menjadikannya mushalla (tempat shalat). Maka hendaknya bagi orang yang berhaji dan orang yang melakukan umrah serta orang yang melakukan thawaf di Baitullah untuk berhenti dimana nash (dalil) berhenti sehingga ia tidak melebihi apa yang dituntunkan oleh nash (dalil) dikarenakan ia mentauhidkan Allah, tunduk kepadaNya dan mengikuti perintahNya sehingga ia tidak melebihi dari menjadikan maqam sebagai mushalla (tempat shalat); tidak dengan mencari berkah darinya dan tidak pula menyentuhnya dan selain itu dari apa yang dilakukan oleh sebagian manusia. insyaallah bersambung... Sumber : "Min Mazhahirit Tauhid Fil Hajj" tulisan Asy Syaikh Dr. Ali Bin Yahya Al Haddady hafizhahullah. http://www.haddady.com/من-مظاهر-التوحيد-في-الحج-خطبة/ telegram.me/dinulqoyyim
7 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kesalahan-kesalahan dalam thawaf

BEBERAPA PENYELISIHAN SYAR'IYYAH SEPUTAR THOWAF Image by Pixabay 1⃣Sebagian orang menyangka bahwasanya thowaf sebagaimana disyariatkan di sekitar baitullah maka thowaf juga disyariatkan di sekitar kuburan para nabi dan orang-orang yang sholih. Ini merupakan kesalahan besar dikarenakan thowaf merupakan ibadah dan memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah merupakan syirik besar. Maka barangsiapa yang thowaf kepada (kuburan) nabi atau wali maka sungguh ia telah menjadikannya sekutu bagi Allah dalam ibadah. Dan kesyirikan merupakan dosa yang paling besar dikarenakan ia bisa menghapus seluruh amalan dan menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. 2⃣ Diantara kesalahan-kesalahan seputar thowaf ialah seorang yang melakukan thowaf meminta sesuatu dari ka'bah, berdoa kepadanya dan memanggilnya dengan meminta darinya rohmat dan ampunan dan semisal itu sebagaimana kami mendengarnya dari sebagian jamaah haji yang jahil. Hal ini juga merupakan kemungkaran besar dikarenakan berdoa kepada selain Allah untuk meminta sesuatu yang merupakan kekhususan Allah dalam memberikannya adalah kesyirikan terhadap Allah dalam ibadah. Maka tidak boleh engkau meminta rohmat, ampunan, keselamatan dari neraka dan keberhasilan mendapatkan jannah serta kesembuhan dari penyakit kecuali memintanya kepada Allah. Maka kita tidak beribadah kepada ka'bah namun kita thowaf di sisinya dalam rangka beribadah kepada Pemilik ka'bah tersebut yaitu Allah yang telah memerintahkan kita untuk thowaf di sisinya. 3⃣ Diantara bentuk kebid'ahan ialah meyakini bahwa pada masing-masing putaran thowaf terdapat doa tertentu yang tidak sah dan tidak sepantasnya berdoa dengan doa selainnya. Nabi صلى اللّٰه عليه وسلم tidaklah menentukan doa maupun dzikir khusus pada masing-masing putaran thowaf namun beliau menutup masing-masing putaran dengan ucapan : ((ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار)) Adapun selain doa tersebut maka hendaknya seorang muslim bersungguh-sungguh dalam berdzikir dengan sesuatu yang disyariatkan berupa membaca Al Quran atau bertasbih, bertahlil, bertakbir dan semisal itu. Dan berbicara ketika thowaf diperbolehkan namun hendaknya seseorang menyibukkan dirinya dengan berdzikir. Berkata Ibnu Abbas رضي اللّٰه عنه : ((الطواف بالبيت صلاة، ولكن اللّٰه تعالى أحل فيه المنطق، فمن نطق فلا ينطق إلا بخير)) "Thowaf di baitullah merupakan sholat namun Allah menghalalkan padanya berbicara, sehingga barangsiapa yang berbicara maka tidaklah ia berbicara melainkan dengan kebaikan". 4⃣ Diantara kesalahan-kesalahan pada thowaf ialah menyakiti kaum muslimin dan memberikan marabahaya kepada mereka dalam rangka untuk melakukan salah satu dari sunnah-sunnah thowaf seperti Ar Roml disertai dengan berdesak-desakan atara para jamaah haji atau untuk mencium hajar aswad atau dalam rangka melakukan sholat dua rokaat di sisi maqom Ibrohim. Barangsiapa yang dimudahkan melakukan Ar Roml maka lakukanlah yaitu mempercepat dalam berjalan disertai memperpendek langkah-langkah kaki. Dan sebagian mereka ada yang berlari dan ini melebihi apa yang telah disyariatkan disamping itu juga bisa menyakiti orang-orang yang thowaf. Dan jika dimudahkan baginya untuk mencium hajar aswad dengan tanpa bertengkar dan bertindak kasar serta mendorong orang-orang lemah maka lakukanlah dan kalau tidak dimudahkan maka tunggulah waktu-waktu sedikitnya manusia dan ciumlah hajar aswad tersebut. Dan jika ia dimudahkan untuk menunaikan dua rokaat di belakang maqom Ibrohim maka itu perkara yang bagus dan jika tidak dimudahkan maka lakukanlah sholat tersebut di tempat manapun di masjidil harom atau di tempat manapun di Makkah. 5⃣ Diantara kesalahan-kesalahan pada thowaf ialah seseorang keluar dari tempat thowaf sebelum sempurna putaran yang ketujuh. Maka wajib bagi orang yang melakukan thowaf untuk berusaha menyempurnakan putaran ketujuh hingga sejajar dengan hajar aswad kemudian ia beranjak pergi. Hal ini perlu diperhatikan terutama pada thowaf yang dihukumi rukun dan thowaf wajib dikarenakan dengan kurang dalam menunaikan dua macam thowaf ini akan mengakibatkan pertanggungjawaban yang besar terutama thowaf yang dihukumi rukun. Sumber artikel : khutbah tertulis syaikh Ali Bin Yahya Al Haddady حفظه اللّٰه yang berjudul "Min Ahkamit Thowaf Fil Baitil Harom". 🌎http://www.haddady.com/من-أحكام-الطواف-بالبيت-الحرام-خطبة/ telegram.me/dinulqoyyim
8 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

penampakan tauhid dalam ibadah haji

PENAMPAKAN-PENAMPAKAN TAUHID DALAM IBADAH HAJI by Pixabay Diantara syiar ibadah haji yang paling nampak ialah talbiyyah yaitu ucapan : (( لبيك اللّٰهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك، لا شريك لك)). Dan makna talbiyyah ialah menampakkan tauhid dengan menyambut seruan Allah semata untuk beribadah kepadaNya yang diantaranya ialah berhaji ke rumahNya, berlepas diri dari peribadatan kepada selain Allah dan menetapkan segala pujian bagi Allah dan bahwa segala nikmat semuanya dari sisiNya sehingga Dialah dzat yang berhak disyukuri atas semua nikmat-nikmatNya serta menetapkan bahwa Allahlah pemilik langit dan bumi dan pemilik dunia dan akhirat sehingga tidak boleh selainNya diibadahi dan diminta. Diantara syiar ibadah haji yang terbesar ialah thowaf di baitullah dan yang menyertainya berupa menyentuh hajar aswad dan menciumnya. Thowaf tersebut bukanlah bentuk peribadatan kepada baitullah dan bukan pula thowaf kepada baitullah namun thowaf hanya kepada Allah. Allah yang telah mensyariatkan kepada kita sholat dan puasa Dia pulalah yang mensyariatkan kepada kita thowaf di baitullah sehingga kita thowaf di baitullah dalam rangka menjalankan perintah Allah Ta'ala. Oleh karena inilah kita tidak boleh thowaf di tempat manapun di muka bumi. dikarenakan Allah tidak mensyariatkan bagi kita thowaf yang lain selain di baitullah maka kita tidak thowaf di masjid,  di kuburan, di pohon, di bebatuan dan selain itu. Demikian pula tatkala kita mencium hajar aswad atau menyentuhnya kita melakukannya dalam rangka mencontoh sunnah rosulullah صلى اللّٰه عليه وسلم dan mentaati Allah yang telah memerintahkan kita untuk mentaati rosulNya صلى اللّٰه عليه وسلم sehingga kita mencium hajar aswad  dalam keadaan kita meyakini dengan sempurna bahwa tidak ada hajar(batu) yang bisa memudhorotkan dan mendatangkan manfaat. Seandainya rosulullah tidak mensyariatkannya kepada kita niscaya kita tidak melakukannya sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat 'Umar Al Faruq رضي اللّٰه عنه. Dari 'Abis Bin Robi'ah dari 'Umar رضي اللّٰه عنه bahwasanya beliau datang ke hajar aswad lalu menciumnya dan mengatakan : "Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak memudhorotkan dan tidak pula mendatangkan manfaat, seandainya aku tidak melihat nabi صلى اللّٰه عليه وسلم menciummu niscaya aku tidak akan menciummu". Diriwayatkan oleh Al Bukhory. Diantara syiar-syiar ibadah haji ialah menjadikan maqom Ibrohim sebagai musholla (tempat sholat) sehingga disyariatkan bagi orang yang selesai dari melakukan thowaf untuk menjadikan maqom berada antara dia dengan ka'bah lalu ia melakukan sholat dua roka'at apabila di tempat tersebut tidak terdapat desak-desakan manusia atau tidak mengganggu orang-orang yang thowaf. Dan maqom ialah batu yang nabi ibrohim عليه السلام selaku pemimpin orang-orang yang bertauhid berdiri di atasnya ketika beliau membangun baitullah sehingga Allah menjaga jejak-jejak kedua telapak kakinya lalu Allah memerintahkan kita untuk menjadikannya musholla (tempat sholat). Maka hendaknya bagi orang yang berhaji dan orang yang melakukan umroh serta orang yang melakukan thowaf di baitullah untuk berhenti dimana nash(dalil) berhenti sehingga ia tidak melebihi apa yang dituntunkan oleh nash(dalil) dikarenakan ia bertauhid kepada Allah, tunduk kepadaNya dan mengikuti perintahNya sehingga ia tidak melebihi dari tuntunan menjadikan maqom sebagai musholla (tempat sholat) ,tidak dengan mencari berkah darinya, tidak pula menyentuhnya dan selain itu dari apa yang dilakukan oleh sebagian manusia. Dan diantara syiar-syiar ibadah haji ialah sa'i diantara shofa dan marwah dan thowaf antara keduanya. Dan tauhid nampak pada ibadah sa'i dari beberapa sisi : 1⃣ Yang pertama : Engkau melakukan sa'i di tempat ini untuk Allah dalam rangka melaksanakan perintah Allah dalam firmannya : إن الصفا والمروة من شعائر اللّٰه فمن حج البيت أو اعتمر فلا جناح عليه أن يطوف بهما "Sesungguhnya shofa dan marwah termasuk syiar-syiar Allah maka barangsiapa yang berhaji atau melakukan umroh maka tidak ada dosa baginya thowaf antara keduanya". 2⃣ Yang kedua : Tidaklah engkau melakukan sa'i antara dua tempat di dunia dalam rangka beribadah kepada Allah kecuali di antara shofa dan marwah dikarenakan Allah tidak mensyariatkan sa'i di selain shofa dan marwah. 3⃣ Yang ketiga : Bahwasanya nabi صلى اللّٰه عليه وسلم apabila beliau menaiki bukit shofa atau marwah beliau mengangkat kedua tangannya dan bertakbir serta mengucapkan : لا إله إلا اللّٰه وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير، لا إله إلا اللّٰه وحده، أنجز وعده، ونصر عبده، وهزم الأحزاب وحده Beliau mengucapkannya tiga kali dan berdoa di sela-selanya. 4⃣ Yang keempat : Asal muasal sa'i ialah sa'i antara bukit shofa dan marwah yang dilakukan oleh Hajar ibu Isma'il dalam rangka mencari air untuk dirinya dan anaknya. Maka ibadah sa'i mengingatkan kita tentang seorang pemimpin bagi orang-orang yang bertauhid (yaitu nabiyullah Ibrohim) ketika ia meninggalkan anak dan istrinya di tempat yang sunyi tak berpenghuni dan tidak ada air serta tidak ada tumbuh-tumbuhan padanya dalam rangka menjalankan perintah RobbNya dan yakin dengan hukum dan hikmahNya agar menjadi teladan bagi kita. Diantara syiar-syiar ibadah haji ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih al hadyu (binatang ternak) berupa unta, sapi dan kambing di hari 'id dan hari-hari tasyriq. Maka adz dzabh (menyembelih) untuk Allah dan dengan menyebut nama Allah. Allah Ta'ala berfirman : ((لكم فيها منافع إلى أجل مسمى ثم محلها إلى البيت العتيق. ولكل أمة جعلنا منسكا ليذكروا اسم اللّٰه على ما رزقهم من بهيمة الأنعام فإلهكم إله واحد فله أسلموا)) "Pada binatang-binatang hadyu terdapat kemanfaatan bagi kalian hingga waktu yang telah ditentukan yakni waktu ia disembelih kemudian apabila sampai ke tempat yang ditentukan yaitu tanah harom dan disembelih maka makanlah darinya dan hadiahkanlah kepada orang lain serta berikanlah kepada orang-orang faqir". Maka seorang muslim tidak boleh menyembelih dalam rangka mendekatkan diri atau beribadah kepada selain Allah. Barangsiapa yang melakukan hal itu maka ia belum mentauhidkan Allah bahkan ia telah berbuat syirik kepada Allah dan ia berhak mendapatkan laknat Allah sebagaimana dalam hadits yang shohih : ((لعن اللّٰه من ذبح لغير اللّٰه)) "Allah melaknat orang yang menyembelih kepada selain Allah". Sumber : Khutbah syaikh Ali Bin Yahya Al Haddady حفظه اللّٰه yang berjudul "Min Mazhohirit Tauhid Fil Hajj". http://www.haddady.com/من-مظاهر-التوحيد-في-الحج-خطبة/ telegram.me/dinulqoyyim
8 tahun yang lalu
baca 6 menit

Tag Terkait