Sebagai pepatah yang sering dipakai, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, selalu dimaknai tentang kemiripan pola pikir, kebiasaan, perilaku, dan sikap, antara anak dengan orang tua nya.
Sebagai faktor, hal ini bukanlah satu-satunya. Pola pikir dan kebiasaan pada anak, tentu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebagai faktor, pepatah di atas juga tidak bisa mutlak diberlakukan.
Hanya saja, seorang anak, pertama kali yang dilihat, didengar, dan dirasakan, adalah mengenai orang tua nya. Anak tentu merekam, mengingat, meniru, dan menilai berdasarkan apa yang ia peroleh dari orang tua nya.
Banyak orang tua bertanya tentang, cara membiasakan anak untuk bangun salat Subuh, apa langkahnya?
Seorang ulama tabi'in bernama Malik bin Dinar ( wafat tahun 127 H ), saat menyaksikan seseorang mengerjakan salat dengan buruk dan tidak sempurna, mengatakan, " Sungguh kasihan anak-anaknya! ".
Ada yang bertanya, " Orang itu mengerjakan salat dengan buruk, kenapa Anda merasa kasihan? "
"Sungguh! Dia adalah orang tua. Anak-anaknya tentu belajar darinya ", beliau menerangkan.
Malik bin Dinar secara singkat mengingatkan kita, bahwa sikap dan kebiasaan anak, juga dipengaruhi oleh sikap dan kebiasaan orang tua nya.
Dengan memberikan contoh nyata di lapangan, yaitu seseorang yang tidak sempurna salatnya, Malik bin Dinar mengungkapkan sikap prihatin dan sedih hati. Sebabnya? Anak-anak orang itu sangat mungkin akan terbawa dan terpengaruh. Akan ikut-ikutan tidak baik juga salatnya.
Ibnu Rajab ( Jamiul Ulum wal Hikam 2/554 ) menyebut ucapan seorang ulama tabi'in lainnya, yaitu Sa'id bin Musayyab.
Sa'id senang mengerjakan salat. Disempurnakan dan dipersering salat sunnah nya.
Kepada anaknya, Sa'id mengungkapkan:
" Untuk kebaikanmu, wahai anakku, sungguh aku akan mempersering salatku ".
Kemudian beliau membaca firman Allah Ta'ala dalam surat Al Kahfi ayat 82 :
وَكَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا
" Ayah kedua anak tersebut adalah seorang yang saleh "
Kembali kepada pertanyaan di atas, maka sebagai ikhtiar, agar anak terbiasa mudah bangun salat Subuh, adalah dengan mengkondisikan rumah sebaik mungkin untuk salat Subuh.
Misalnya, waktu salat Subuh pukul 04.10 WIB, orang tua sejak beberapa waktu sebelumnya, katakan 30 atau 40 menit, sudah mencontohkan.
Ayah sudah bangun. Ibu pun demikian. Orang tua berwudhu dan salat tahajjud atau witir. Lampu rumah dinyalakan agar terang. Aktivitas dihidupkan. Orang tua membaca Al Qur'an, berdoa, atau berbincang-bincang. Jangan lupa, untuk membangunkan anak dengan penuh kasih sayang.
Ajarkan anak untuk bangun Subuh dengan semangat melalui contoh langsung dan teladan.
Hal di atas, tentu akan berbeda, bila orang tua sendiri bangun terlambat, atau saat adzan dikumandangkan, lebih parah lagi jika setelah iqomat terdengar. Ingat, anak akan meniru!
Sebisa mungkin, ikhtiar ini dimulai dan dikenalkan anak sejak dini. Biarlah anak mengerti betapa nikmat dan menyenangkan jika bisa bangun Subuh, apalagi didahului dengan ibadah di akhir malam.
Kaum Salaf di akhir malam, membiasakan anak-anaknya untuk bangun beribadah.
Oleh sebab itu, mulailah dari orang tua, jika ingin anak-anaknya mudah bangun Subuh. Tidak mengapa jika orang tua mengapresiasi dengan pujian, doa, atau hadiah.
Jangan lupa, hati manusia dibolak-balikkan oleh Allah Ta'ala, maka doakanlah tanpa kenal lelah agar anak-anak kita mudah bangun Subuh. Wallahu a'lam.
Ciulengsi, 23 Jumadal Akhir 1444 H/16 Januari 2023
t.me/anakmudadansalaf