Anak Muda dan Salaf

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

dampak body shaming terhadap anak

Dampak Body Shaming Terhadap Anak Mereka yang beraktivitas di dunia anak dan pendidikan, tentunya tidak asing dengan istilah body shaming. Sebagai istilah, walau berbahasa inggris, body shaming terlanjur jamak dipakai. Body shaming seringkali diartikan dengan celaan terhadap fisik seseorang. Si pendek, si gemuk, si juling, si pesek, si sumbing, si pincang, si gigi mrongos, si cedal, si keriting, si kulit badak, adalah beberapa contohnya. Pelaku body shaming mengaku latar belakangnya dengan beberapa alasan . ingin menyegarkan suasana, iseng tanpa sebab, mau membuat orang tertawa, terbawa pergaulan, sampai memang berniat menghina. Apapun alasannya, body shaming tetap tidak boleh dilakukan.  Dampaknya pada korban cukup mengerikan, seperti : minder, menutup diri, trauma bergaul, kurang bersyukur atas fisik yang Allah berikan, gampang curiga, benci pada diri sendiri, bahkan ada yang mengakibatkan depresi. Apalagi jika dikaitkan dengan perkembangan pendidikan anak, body shaming berefek pada semangat belajar. Akibatnya, anak akan : malas belajar, tidak mau berangkat ke pondok, kurang bergairah thalabul ilmi, dan membenci lingkungan pesantren. Apakah di dalam Islam, hal ini dibahas? Oh, pasti. Tentu! Tidak mungkin tidak. Semua dalil Qur'an dan Hadis yang melarang untuk : menghina dan mengejek, sombong dan meremehkan orang, serta menganggap diri sendiri lebih baik, adalah dalil yang mengharamkan body shaming. Allah berfirman dalam surat Al Hujurat  ayat 11 : يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰئِكَ هُمُ ٱلظَّلِمُونَ " Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim " Jelas, tegas, lugas, dan tuntas! Ayat di atas melarang : 1. Mengejek dan menghina orang. Hal ini berlaku untuk laki-laki maupun perempuan. Sebab, yang diejek boleh jadi lebih baik di sisi Allah Ta'ala dibanding yang mengejek. 2. Mencela diri sendiri. 3. Membuat panggilan atau gelaran yang buruk. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan body shaming di kalangan anak. Antara lain : 1. Menerangkan bahwa ukuran dan takaran derajat seseorang tidak berdasarkan fisik. Takwa kepada Allah lah yang menentukan. 2. Menerangkan bahwa fisik manusia adalah karunia dari Allah Ta'ala. Tentu Allah memberi dengan seadil-adilnya dan sebaik-baiknya. Ada hikmah yang harus dicari dan digali dari fakta perbedaan fisik manusia. 3. Menjelaskan konsep syukur dengan benar. Bahwa masih ada yang lebih di bawah dan lebih memiliki kekurangan. 4. Menggali potensi dan kelebihan pada setiap anak. Kembangkan dan beri motivasi. Tanamkan bahwa di balik setiap kekurangan, selalu ada kelebihan. 5. Sering-seringlah membaca atau membacakan kepada anak tentang riwayat orang-orang besar yang sebelumnya di masa kecil mengalami body shaming. Ibnul Qayyim dalam Miftah Daris Sa'adah (1/165) menukil ringkas biografi Muhamamd bin Abdurrahman Al Auqash. Secara fisik, Al Auqash sangat aneh dan unik. Tidak memiliki leher, kepala langsung bersambung dengan badan. Kedua bahu nya, kanan dan kiri menonjol keluar, seperti dua mata tombak. Ibunya menguatkan, " Anakku, di manapun kamu berada, engkau selalu jadi bahan tertawaan dan obyek hinaan. Oleh sebab itu, engkau harus semangat thalabul ilmi. Sungguh, hanya dengan ilmu, engkau akan tinggi derajatmu! " Motivasi sang ibu membuat Al Auqash bersemangat untuk thalabul ilmi. Di kemudian hari, Al Auqash menjabat Qadhi untuk wilayah Mekkah selama 20 tahun.  Seorang pelapor, terdakwa, atau saksi, pasti gemetaran jika sudah berhadapan dengan Al Auqash. Subhanallah! Motivasi dari orang-orang terdekat akan membantu seorang anak untuk bangkit dari keterpurukan dikarenakan body shaming. Kata-kata positif tentunya berdampak baik untuk menaikkan mental anak. Oleh sebab itu, sering-seringlah memotivasi anak. Bukan hanya tugas orang tua nya, namun tugas kita semua. Orang tua, keluarga, pengajar, guru, kakak kelas, atau siapapun status kita.  Bisa jadi, anak yang sekarang kecil dan ditertawakan, kelak di kemudian hari menjadi orang besar yang berwibawa dan disegani. Karena ilmu dan imannya. Wonosobo, 18 Jumadil Akhir 1444 H/11 Januari 2023 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kemudian beliau tertawa

Kemudian Beliau Tertawa Baiknya memang sering-sering membaca kisah kesabaran Nabi Muhammad ﷺ. . Ibarat tanaman, kisah-kisah itu adalah airnya. Sementara kita, bagai tanaman yang akan kering lalu mati tanpa air. Kesabaran dapat berkurang kualitasnya. Bisa tergerus lalu habis. Bisa menyusut dan surut. Maka, agar sabar tidak menurun, harus disuntik dengan kisah-kisah Nabi Muhammad ﷺ yang menakjubkan. Kisah tentang itu sangat banyak! Anas bin Malik ( Bukhari 3149 Muslim 1057 ) pernah menemani Nabi Muhammad ﷺ berjalan-jalan.  Saat itu, pakaian dari negeri Najran yang dikenakan. Bagian tepi kainnya kasar. Pakaian itu menutupi bagian atas tubuh Nabi Muhammad ﷺ. Dari arah belakang, seorang Arab badui menyusul. Seolah sengaja mengejar. Tanpa kata-kata, tiada kalimat pembuka, badui itu menarik keras pakaian Nabi Muhammad ﷺ. Kata Anas, " Saya perhatikan, bagian leher Nabi Muhammad sudah memerah lecet, terkena bagian tepi kain yang kasar. Saking kerasnya badui itu menarik " Tidak berhenti di situ. Seakan belum merasa cukup, badui itu berbicara tanpa kesopanan.  Bukannya memanggil dengan : wahai Rasulullah, atau wahai Nabiyullah, atau panggilan hormat lainnya, badui itu langsung menyebut nama , " He, Muhammad!' Apa yang dimaukan si badui? " He, Muhammad! Suruh orangmu untuk memberikan kepadaku harta milik Allah yang ada padamu! ", bentaknya. Kira-kira, jika hal itu terjadi pada kita, apa yang akan kita lakukan? Oh, bukankah malah sudah pernah terjadi, bahkan beberapa kali? Bayangkan! Ada orang tidak dikenal, melukai dan menyakiti, sikapnya kasar, bahasanya tanpa etika, lalu ia meminta harta secara paksa. Oh, tak perlu sampai separah itu. Ada yang berbicara kasar, marah langsung tak terkendali. Ada dendam yang sulit padam, karena pernah disakiti. Ingin membalas berlebih bila ada yang memaki. Mari belajar sabar dari Nabi Muhammad ﷺ  dari kisah di atas. Anas bin Malik melanjutkan kisahnya. Setelah si badui menarik keras pakaian Nabi, melukai, dan berkata kasar, Nabi Muhammad ﷺ justru : فَالْتَفَتَ إلَيْهِ فَضَحِكَ " Nabi Muhammad menoleh ke belakang. Kemudian Beliau tertawa " Setelah mengetahui orang itu datang dari pemukiman badui, orang Arab gunung yang memang kulturnya apa adanya, budayanya yang bersikap blak-blakan, dan adat mereka yang suka berterusterang, Nabi Muhammad ﷺ justru tertawa. Bahkan, Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan agar orang badui itu diberi apa yang ia mau. Tertawa di sini bukan untuk menghina. Tidak bertujuan merendahkan. Beliau tertawa karena senang, geli, dan terhibur.  Sebenarnya, banyak orang di sekitar kita yang berperilaku dan berperangai badui. Pandanglah mereka sebagaimana Nabi Muhammad memandang. Bersikaplah dengan sabar. Ibunda Aisyah ( Tirmidzi 2016) bercerita tentang sifat Nabi Muhammad ﷺ : ولا يَجْزِي بالسيئةِ السيئةَ، ولكن يَعْفُو ويَصْفَحُ " Tidak pernah membalas keburukan, dengan keburukan. Akan tetapi beliau memaafkan dan mengampuni " Semoga saja sifat sabar kita semakin meningkat. Lebih baik dan lebih berkualitas. TRK, 10 Jumadal Akhir 1444 H/02 Jan 2023 http://t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

semangat thalabul ilmi syaikh ubaid al jabiri

 .(167) Semangat Thalabul Ilmi Syaikh Ubaid Al Jabiri Di sini, di Mekkah, 400 km lebih dari arah utara sana, di kota Madinah, saya hanya bisa berdoa lalu terdiam. Tak bisa mensalatkan dan tak dapat turut memakamkan beliau di Pekuburan Baqi'. Entah disebut apa rasa di hati ini. Dibilang dekat, namun jauh dan terkendala. Dikata jauh, tetapi masih dalam jarak tempuh. Berita wafatnya Syaikh Ubaid Al Jabiri tersebar cepat dalam waktu singkat. Menyebar ke berbagai penjuru dunia. اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيه ْراَجِعُوْنَ ...اللهُمَّ، اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ - أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ  Kurang lebih 10 tahun yang lalu, Syaikh Ubaid Al Jabiri yang telah lanjut usia, kisaran 70 tahun, rela menempuh jarak jauh dari Arab Saudi untuk mengunjungi umat Islam di Indonesia.  Tidak ada sama sekali mengeluh lelah. Tidak terucap satu kata pun yang menunjukkan capek. Di usia yang lanjut, Syaikh Ubaid mengajarkan untuk kita bagaimana cara merawat semangat berdakwah. Syaikh Ubaid Al Jabiri lahir pada tahun 1357 H. Di sebuah desa bernama Al Faqir di Lembah Al Far'i, provinsi Madinah. Ayah beliau yang bergabung perusahaan tambang emas di wilayah lain, mau tak mau membuat Syaikh Ubaid yang masih berusia 7 atau 8 tahun ikut berpindah. Setelah 8 tahun, perusahaan tersebut berhenti beroperasi atau dinyatakan bangkrut. Syaikh Ubaid beserta keluarga pulang kampung di Lembah Al Far'i. Karena alasan keluarga dan hal yang lain, pendidikan Syaikh Ubaid sempat terhenti bertahun-tahun. Namun, semangat belajar beliau tidak menguap. Tahun 1381, di usia yang ke- 24, Syaikh Ubaid melanjutkan pendidikan agama di Darul Hadis Kota Madinah.  Setelah 2 tahun, thalabul Ilmi beliau lanjutkan di Ma'had Al Ilmi selama 5 tahun. Di usia 31 tahun, Syaikh Ubaid memilih untuk kuliah di Universitas Islam Madinah dan lulus 4 tahun kemudian. Semasa menjadi dosen di Universitas Islam Madinah - di kurun tahun 1407-1414 H -, semangat thalabul ilmi beliau tidak pudar. Program magister beliau selesaikan.  Andaikan dihitung dari tahun pertama beliau menjadi dosen, paling tidak di usia 47 tahun beliau baru mengambil program magister. Usia yang tak lagi muda. Tetapi, bukan alasan surut langkah thalabul ilmi. Beliau yang telah puluhan tahun berdakwah dan menjadi pengajar, seperti tak kenal henti untuk belajar. Walaupun telah pensiun sebagai dosen Universitas Islam Madinah di usia 60 tahun, Syaikh Ubaid tetap aktif dan produktif dalam berkarya. Dakwah tetap berjalan. Kajian-kajian beliau di berbagai masjid selalu penuh oleh para penuntut ilmu. Tidak hanya di Arab Saudi, Syaikh Ubaid juga menyempatkan diri untuk memenuhi undangan Kajian di berbagai negara, termasuk Indonesia. t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

cinta : tak bisa melihatnya terluka

Cinta : Tak Bisa Melihatnya Terluka Urwah bin Mas'ud, pemuka kabilah Tsaqif, yang sempat terdepan memusuhi Nabi Muhammad . ﷺ lalu akhirnya masuk Islam, bersaksi : " Demi Allah, wahai kaumku, aku pernah menemui raja-raja. Aku temui Kaisar. Aku temui Kisra. Aku temui Najasyi. Demi Allah, tidak pernah saya menyaksikan seorang raja dihormati sedemikian rupa sebagaimana Nabi Muhammad dihormati sahabat-sahabatnya" Cinta yang luar biasa! Cinta yang melebihi cinta apapun. Cinta para sahabat kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah cinta nyata yang begitu istimewa. Cinta yang membuat tak rela bila Nabi Muhammad  ﷺ terluka! Ibnu Hisyam dalam As Siroh, Ibnu Katsir dalam Al Bidayah dan banyak pakar sejarah menyebutkan riwayat wanita dari kabilah Dinar.  Suaminya gugur di perang Uhud. Saudara laki-laki dan ayahnya pun turut gugur. Saat berita gugurnya mereka disampaikan, wanita tersebut justru menanyakan kabar Rasulullah ﷺ. Walau sudah dijawab bahwa Rasulullah  ﷺ baik-baik saja, wanita itu masih belum puas.  Setelah melihat sendiri kondisi Rasulullah ﷺ, barulah wanita itu mengatakan,  كُلُّ مُصِيبَةٍ بَعْدَكَ جَلَلٌ " Semua musibah amatlah ringan, asalkan Anda selamat" Subhanallah! Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma'ad menyebutkan kisah gugurnya sahabat Khubaib bin Adi.  Sebelum dieksekusi mati dengan cara disalib oleh kaum musyrikin, Khubaib sempat ditanya, " Apakah kamu setuju jika Muhammad saja yang ada di sini untuk dipenggal lehernya, sementara engkau senang-senang di tengah keluargamu?".  لَا وَاللَّهِ، مَا يَسُرُّنِي أَنِّي فِي أَهْلِي، وَأَنَّ مُحَمَّدًا فِي مَكَانِهِ الَّذِي هُوَ فِيهِ تُصِيبُهُ شَوْكَةٌ تُؤْذِيهِ " Tidak! Demi Allah. Saya tidak rela bersenang-senang di tengah keluargaku, sementara Nabi Muhammad di tempatnya merasa sakit tercucuk duri", tegas Khubaib. Begitulah cinta kepada Rasulullah ﷺ! Apapun dilakukan, apapun dikorbankan, bagaimanapun akan diperjuangkan, untuk membela Rasulullah ﷺ. Untuk menyebarkan dan membela ajaran-ajaran beliau. Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq menangis dan mengatakan,  فدَيْناك بآبائِنا وأمَّهاتِنا " Kami siap menebus Anda dengan ayah-ayah kami dan ibu-ibu kami". Para sahabat terheran-heran kenapa Abu Bakar demikian?  " Lihat orang tua ini! Rasulullah sekadar bercerita tentang seorang hamba yang diberi Allah 2 pilihan : kesenangan dunia ataukah apa yang ada di sisi -Nya, kenapa dia malah bilang : Kami siap menebus Anda dengan ayah-ayah kami dan ibu-ibu kami " Rupanya, yang dimaksud Rasulullah  ﷺ  seorang hamba itu adalah beliau sendiri. Dan hanya Abu Bakar yang paham di antara kami"  (HR Bukhari 3904 Muslim 2382) Lihatlah! Abu Bakar menangis karena mengerti bahwa kebersamaan Nabi Muhammad ﷺ akan segera berakhir. Ajal beliau telah dekat. Abu Bakar merasakan beratnya! Apapun siap diberikan sebagai ganti dan tebusan, walau orang tua kandung sendiri, demi Rasulullah  ﷺ. Namun, setiap manusia pasti meninggal dunia. Tak terkecuali Rasulullah ﷺ. Jika di dunia tak sempat bertemu, bukankah seharusnya berjuang dan berkorban agar besok di hari kiamat dapat berjumpa Rasulullah ﷺ? King Saud Gate, 19 November 2022 https://t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

manifestasi cinta

Manifestasi Cinta Cinta harus terwujud nyata. Tidak hanya kata. Bukan sebatas retorika. Bukan karena terampil berbahasa. Ada bukti, ada aksi. Itulah manifestasi! Duduk di hamparan karpet Masjid Nabawi, langsung hadir dalam benak, bagaimana para sahabat memuliakan dan menghormati Nabi Muhammad ﷺ. Pasti hari-hari dilalui penuh cinta. Tentu mereka tak mau berpisah! Anas bin Malik (Sahih Tirmidzi 2433) memohon Rasulullah untuk memberinya syafaat kelak hari kiamat. Beliau mengabulkan. يا رسولَ اللَّهِ فأينَ أطلبُكَ " Wahai Rasulullah, di manakah esok aku mencari Anda? ", tanya Anas. " Carilah aku pertama kali di Shirat (Jembatan)", Nabi Muhammad menjawab. Anas bertanya lagi, " Bila aku tidak bisa berjumpa Anda di Shirat? ". Nabi Muhammad menjawab, " Carilah aku di Al Mizan (Timbangan Amal)" " Bila aku tidak bisa berjumpa Anda di Al Mizan?", Anas bertanya. Nabi Muhammad bersabda, " Maka, carilah aku di Al Haudh (Telaga). Sungguh, aku tidak akan meninggalkan tiga tempat ini" Di situ, setiap muslim harus berpikir, " Dengan bekal apa yang dibawa jika hendak berjumpa Nabi Muhammad ﷺ ? " Ditanya tentang sejarah hidup Nabi ﷺ , tak bisa menjawab. Apalagi bercerita rinci. Ditanya mengenai sabda-sabda beliau, terdiam seribu bahasa. Tidak tahu, katanya. Bahasa arab sebagai bahasa Nabi ﷺ tidak dikuasai. Justru dihabiskan waktunya untuk belajar bahasa-bahasa lainnya. Praktek beribadahnya masih belum sesuai benar dengan ibadah yang dikerjakan Nabi Muhammad ﷺ, lalu bagaimana? Mana rindunya untuk berziarah ke Masjid Nabawi? . Kenapa dia diam ketika sunnah-sunnahnya dicela? Kenapa tak bersalawat dan bersalam ketika nama beliau disebut? Nabi Muhammad ﷺ yang selalu membaca Al Qur'an, kenapa tidak diteladani? Masalahnya, ia tidak tertarik bahkan tidak terbetik di hati untuk belajar membaca Al Qur'an. Kapan ia berdoa agar mendapat syafaat Nabi Muhammad ﷺ? Ah, hidupnya sangat jauh dari Nabi Muhammad ﷺ. Ia habiskan waktu untuk foya-foya. Ia kuras tenaga demi hawa nafsu. Ia kejar ambisi duniawi hingga habis nafas. Sahabat Rabi'ah bin Ka'ab pernah ditawari permohonan oleh Rasulullah ﷺ, " Mintalah sesuatu!" أسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ في الجَنَّةِ " Aku meminta agar tetap bisa menemani Anda kelak di surga" , pinta Rabi'ah. ( HR Muslim 489) Inilah cita-cita! Inilah masa depan! Bukan jabatan! Bukan puncak karir! Bukan kekayaan! Bukan harta! Bukan status di masyarakat! Bukan titel dan gelar sarjana! Bukan! Cita-cita itu adalah bagaimana agar bisa bersama-sama Nabi Muhammad ﷺ di surga. Caranya? Pelajarilah kehidupan beliau, lalu terapkan. Kota Madinah, 19 November 2022 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

pemuda, sebenarnya ini ujian!

 .(149) Pemuda, Sebenarnya Ini Ujian! Nabi Sulaiman bertanya, siapa yang sanggup mendatangkan singgasana Ratu Saba sebelum tiba. Padahal, jarak dua kerajaan sangatlah jauh. Ribuan kilometer. Jin Ifrit menyatakan mampu sebelum Nabi Sulaiman beranjak berdiri. Ada yang berilmu mengatakan, " Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip ". Singgasana Ratu Saba' benar-benar dipindahkan ke Istana Nabi Sulaiman. Itu sungguh-sungguh luar biasa. Itu nikmat. Itu karunia. Bukannya sombong, tidak juga takabbur. Nabi Sulaiman sadar lalu berkata (An Naml : 40) : هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ " Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya) " Untukmu, Pemuda, renungkanlah! Wajahmu yang tampan. Badanmu yang atletis. Kakimu yang kokoh. Tanganmu yang kuat. Rambutmu yang bagus. Kamu yang pintar bicara. Pandai berperibahasa. Mampu merangkai huruf. Sanggup merayu dengan kata-kata. Kamu yang merasa hebat beretorika. Ingatlah! هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)  Kamu yang cerdas. Kuat mengingat. Cepat menghafal. Sekali lihat susah terlewat. Satu kali membaca sulit dilupa. Kamu yang ber-IQ tinggi, katanya. Orangtuamu masih sehat. Motivasi dan support keluarga terus ada. Dukungan finansial dan dana selalu tersedia. Apapun yang kamu perlukan, orangtuamu katakan, " Iya ". Ingatlah! هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)  Coba bercerminlah! Lihatlah fakta kehidupan lalu berkaca! Pandanglah dunia yang begitu luas itu! Bukankah ada dan masih banyak anak muda yang tidak seberuntung dirimu? Ada yang merundung sedih karena fisiknya yang tak sebaik dirimu. Buruk rupa. Lemah. Ringkih. Mudah sakit. Cacat barangkali. Ada yang minder hingga sering diam. Susah berkomunikasi. Sulit berbicara. Tak pandai berkata-kata. Bicara, baginya, sangat menyiksa. Ada yang susah hati karena merasa bodoh. Gampang lupa. Mengingat itu berat. Belajar, menurutnya, seperti memahat gunung batu. Ada yang sejak kecil kehilangan kasihsayang orangtua. Ia tumbuh sebagai anak yatim, piatu, atau yatim piatu. Atau juga orangtuanya berpisah. Dingin dan kaku, ia rasakan, hidup ini. Ada yang tak mampu secara finansial. Tidak ada biaya. Kurang dana. Ia tak selalu bisa memiliki apa yang diinginkan. Ia merasa tak berhak meraih apa yang diangankan. Ingatlah dirimu, wahai Pemuda! Bukankah engkau jauh lebih baik? هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)  Lalu, wahai Pemuda, kenapa dan kenapa? Kenapa tak kunjung habis hawa nafsumu dipuaskan? Engkau yang menghabiskan waktu dengan bermain game online dan offline. Engkau yang melewatkan hari dengan bermedsos tanpa batasan. Engkau tonton video-video itu tanpa malu. Engkau yang lalui malam dengan nongkrong dan begadang. Engkau yang sia-siakan kesempatan dengan tidur pagi hingga siang, bahkan sepanjang hari hingga gelap. Engkau yang disibukkan dengan perempuan-perempuan yang tidak halal itu. Perempuan asing yang lebih engkau perhatikan dibandingkan ibumu yang melahirkanmu. Engkau yang membuat susah orangtua. Seakan tak ada hati melihat orangtua yang bekerja tanpa engkau bantu. Engkau yang ogah belajar agama. Lari dan menghindar dari majelis ilmu. Katamu, pondok pesantren, adalah penjara tak berkesudahan. Ah, Pemuda, berpikirlah! Sudah banyak nikmat yang Allah titipkan padamu. Engkau gunakan untuk apa itu? Semua yang ada pada dirimu, sebenarnya adalah ujian. Untuk menguji, apakah engkau mau bersyukur atau justru ingkar? هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya Lendah, 29 Oktober 2022 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

remaja kabur (fenomena santri kabur dari pondok)

 .(147) Remaja Kabur Kabur yang dimaksud adalah melarikan diri. Selepas kajian Zuhur, siang kemarin, saya bertanya kepada satu per satu siswa, " Pernah kabur dari pondok? ". 80% menjawab pernah. Saya mengajukan beberapa kemungkinan faktor yang membuat mereka kabur.  Urutan pertama yang menjadi alasan kabur adalah pengajar yang galak. Selain itu, kesulitan beradaptasi, kangen orangtua, dan konflik dengan teman, menjadi faktor lain yang menyebabkan mereka kabur. Pengajar galak menjadi momok yang menakutkan bagi santri. Seharusnya disayang, justru santri tertekan. Ia seakan hidup dalam teror, karena pengajarnya yang berpembawaan marah-marah dan mencaci-maki. Itulah fakta pahit pendidikan yang mesti didiskusikan. Kasus santri kabur, mengingatkan kita pada firman Allah Ta'ala : فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu (QS Ali Imran 159) Ibnu Katsir dalam At Tafsir, menerangkan,  " Andaikan engkau berbahasa kasar dan berhati kaku terhadap mereka, pasti mereka akan lari menyingkir dan meninggalkanmu " Nabi Muhammad ﷺ adalah pribadi yang lembut, penyayang, dan menyenangkan. Gaya berbicara beliau menyejukkan. Bahasa yang dipilih tidak menyinggung perasaan. Sulit untuk dilupakan kata-kata beliau, saking ademnya. Jangankan kawan, kepada lawan pun Nabi Muhammad ﷺ berbahasa dengan sopan. Musuh sekalipun diperlakukan dengan baik. Betapa penyayangnya beliau kepada kaum penentang, sampai-sampai mendoakan mereka dengan hidayah.  Kepada orang-orang badui yang belum mengerti tata krama, Nabi Muhammad  ﷺ sabarnya luar biasa. Bahasa beliau tetap lembut. Sikap beliau selalu halus. Sebab, kepada orang-orang yang beriman, Nabi Muhammad  ﷺ adalah pribadi yang penyayang. Memang benar Nabi Muhammad ﷺ  jika berkhutbah, kedua mata beliau memerah, suaranya meninggi, dan marahnya bertambah.Sahabat Jabir dalam riwayat Muslim meriwayatkan demikian. Namun, hal itu tidak setiap saat. Bukan selalu tiap waktu. Sebelum dan setelah khutbah, Nabi Muhammad  ﷺ tidak demikian.  Al Utsaimin dalam Syarah nya menjelaskan,  " Nabi Muhammad ﷺ demikian keadaannya karena sebuah maslahat. Sebab, sama-sama diketahui bahwa beliau adalah pribadi yang paling baik akhlaknya dan paling lembut perangainya. Namun, setiap kondisi ada hukumnya tersendiri" Tidak kalah penting diingat bahwa yang dimaksud adalah kemampuan seorang orator. Suaranya tinggi dan lantang, namun menyenangkan. Walau mata memerah dan seperti sedang marah, pendengar merasa nyaman dan tenang. Lain halnya jika pembicara memang membentak-bentak, menghentak-hentak. Pendengar bisa merasakan jika pembicara tengah meluapkan amarah, mengalirkan emosi. "Memberi nasihat atau sedang marah-marah?", pikirnya. Bahasanya tidak indah. Kata-kata tidak tersusun baik. Kalimat-kalimatnya tak beraturan. Tidak karuan. Pendengar kurang simpati. Lagi-lagi, " Ini nasihat atau marah-marah?", pikirnya lagi. Apalagi, hal itu memang identik dengan pribadinya. Sehari-hari seperti itu. Kepada siapa saja demikian. Itulah sifat dan karakternya. Bukan hanya saat khutbah saja! Wajar jika santri-santri berusia remaja itu kabur. Pantas anak-anak belum berusia baligh lebih memilih lari. Sebab, mereka tidak memperoleh kasih sayang yang diinginkan. Mereka selalu ketakutan karena pengajar yang galak, kasar, dan suka marah-marah.  Maka, bagaimana caranya, dengan bijak dan hikmah, pengajar semacam itu diberi pengarahan dan pencerahan. Sebab, mempertahankan pengajar seperti itu hanya akan merugikan lembaga pendidikan. Parahnya lagi, memunculkan stigma negatif dan mencoreng nama baik pesantren.  Lendah, 18 Oktober 2022 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit