Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

negeri aman di tengah pegunungan tandus

setahun yang lalu
baca 3 menit

 Negeri Aman di Tengah Pegunungan Tandus


Mekkah berada di seputaran 330 meter di atas permukaan laut. Kota tua ini, terletak di lembah yang sangat kering. Mekkah dikepung perbukitan dan pegunungan batu yang tandus, dari ujung timur sampai ke barat.

Lebih lanjut tentang Mekkah, bukan di artikel ini dibahas, karena di usianya yang sudah ribuan tahun, tentu Mekkah punya berjuta kisah dan berlaksa-laksa sejarah.

Mekkah adalah kota yang paling aman di seluruh dunia. Berdasarkan beberapa indikator, seperti personal, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, dan digital, sebuah kota akan diberi skor untuk status amannya.

Namun, ada satu indikator yang tidak ada di kota-kota dunia yang dikata aman, yaitu Mekkah adalah kota yang menjanjikan rasa aman di jiwa. Apalagi, Allah Ta'ala yang menegaskan dalam firman- Nya :

وَهٰذَا الۡبَلَدِ الۡاَمِيۡنِۙ

" Dan demi negeri (Mekkah) yang aman ini " QS At Tin: 3.

Menurut Al Baghawi, Mekkah adalah kota yang siapa saja berada di sana selalu merasa aman, baik penduduk maupun pengunjung, dari zaman jahiliah sampai masa Islam.

Bagi peziarah ke Mekkah, tentu menyaksikan satuan keamanan berseragam doreng coklat warna padang pasir. Di salah satu emblemnya tertulis : Diplomatic Security Special Forces (DSSF).

DSSF berafiliasi di bawah Keamanan Publik Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi. Tugas pokoknya adalah melindungi kedutaan, konsulat, tokoh diplomatik, dan pejabat kementerian luar negeri Arab Saudi.

Walaupun demikian,  DSSF juga menaungi divisi yang turut melayani keamanan Masjidil Haram, terutama di area proyek perluasan tahap III, yaitu King Abdullah Expansion.

Di sepuluh hari terakhir Ramadhan, jamaah Masjidil Haram di area I'tikaf, tentu sehari-hari berinteraksi dengan DSSF.

Ada beberapa hal menarik yang kami perhatikan dari tugas DSSF. Saya, Mas Rois, Mas Ramadhan, dan Mas Eka, yang duduk berdekatan di area I'tikaf, beberapa kali memperbincangkan.

Sebagai aparat keamanan yang berbasis diplomasi, sangat jelas dari sikap dan cara berbicaranya. Plus, tanpa membawa alat pengaman apapun.

Seringkali sambil mengarahkan, petugas DSSF mendoakan jamaah, : Allah yardhaa alaika ( semoga Allah meridhai Anda ), Allah yardhaa waalidaik ( semoga Allah meridhai kedua orang tua Anda ).

Menghadapi beribu-ribu orang, hanya hitungan jari petugas DSSF yang menghadapi. Santun dan sabar walau seringkali dibentak dan diprotes. 

Terutama saat memahamkan ego jamaah, padahal DSSF hanya hendak mengatur lalulintas orang. Misalnya, sistem naik turun eskalator dari lantai bawah hingga rooftop Masjidil Haram. Di saat selesai salat, semua akses tangga dan eskalator hanya difungsikan untuk turun, tidak ada yang naik. Sementara tidak sedikit jamaah yang memaksa ingin naik.

Satu lagi, kira-kira satu jam sebelum salat wajib, petugas DSSF akan berkeliling untuk membangunkan jamaah yang tidur. Didatangi satu per satu, dengan lembut menepuk bahu, sambil menyampaikan, " Silahkan persiapan salat. Berwudhu. Sebelum eskalator hanya difungsikan untuk turun. Khawatir tidak bisa naik lagi ".

Meskipun demikian, ada saja yang sinis dan mengatakan, " Orang sedang enak tidur, kok dibangunin? Biar sajalah tidur! ".

Padahal DSSF hendak membantu jamaah agar tidak repot sendiri. Jika jalur terlanjur ditutup, akses jalan dibatasi, siapa yang akan rugi?

Intinya, jamaah yang sedang menjalankan ibadah di Tanah Suci akan dilayani dengan aman nyaman. 

Petugas DSSF dan petugas dari kesatuan-kesatuan lain hanya hendak membantu. Bukan untuk mempersulit. Mereka menjalankan sistem untuk kemaslahatan orang banyak, bukan menuruti ego orang per orang. Maka, belajarlah untuk mendahulukan kepentingan yang lebih luas. Dan, berlatihlah untuk tidak egois!

Gate 105, 23 Ramadhan 1444 H/14 April 2023

t.me/anakmudadansalaf

Oleh:
Atsar ID