Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

menyembunyikan amalan itu lebih utama (agar ikhlas)

MENYEMBUNYIKAN AMALAN KETAATAN LEBIH UTAMA DARIPADA MENAMPAKKANNYA Foto: Camera | Sumber : Pixabay ( Renungan Bagi Yang Suka Memotret Amalan Baik Yang Dilakukannya Kemudian Mempostingnya Di Media Sosial) Sebelum engkau memotret ibadah umrahmu atau ibadah hajimu atau perjalananmu menuju masjid atau sumbanganmu untuk orang miskin. Dan sebelum engkau meletakkan kamera fotomu di depan mihrab, lalu kau sebarkan foto-foto tersebut di media sosial.... Sebelum engkau lakukan hal itu semua, hendaklah engkau ingat wahai saudaraku muslim, bahwasanya ikhlas adalah syarat bagi amalan shalih. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ " Maka beribadahlah pada Allah satu-satunya dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya" (Q.S. Az-Zumar:2) Dan tidak akan diterima suatu amalan yang tidak ikhlas karena Allah seperti apapun amalan tersebut. Bahkan walaupun seorang yang berjihad mempertaruhkan jiwanya sampai dia terbunuh, Allah tidak akan menerima darinya amalan jihadnya dan syahadahnya (mati syahidnya). Bahkan sungguh dia termasuk orang yang pertama yang an-Nar (neraka) dinyalakan untuk mereka sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih ¹. Oleh karenanya, menyembunyikan amalan shalih yang tidak disyariatkan untuk ditampakkan, itu lebih utama daripada menampakkannya. Sebab hal itu lebih jauh dari riya'. Allah Ta’ala berfirman: ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ "Berdoalah pada Rabbmu dengan merendahkan diri dan dengan sembunyi-sembunyi" . (Q.S. Al-A'raf: 55) Dan perhatikanlah hadits tentang 7 golongan yang Allah beri naungan di bawah naungan ('arsy)-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Engkau akan dapati diantara mereka adalah: 1. Seseorang yang berdzikir mengingat Allah di saat sendiri lalu air matanya mengalir 2. Dan orang yang bershadaqah dalam keadaan dia menyembunyikan shadaqahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Bahwasanya menampakkan ibadah-ibadah nafilah (sunnah) terkadang lebih utama dibandingkan dengan menyembunyikannya, apabila dalam menampakkan tersebut terdapat maslahat yang lebih kuat. Seperti dalam rangka mengajari orang-orang yang bodoh dengan cara mempraktekkan amalan (dihadapannya). Demikian pula seperti  berniat memotivasi manusia agar mereka menjadikan engkau sebagai contoh, agar engkau menjadi teladan bagi mereka dalam amalan yang mereka lalaikan atau mereka bermalas-malasan dalam melakukannya. Adapun semata-mata memotret amalan taat (yang dia lakukan) dan menyebarkannya di grup-grup dan akun-akun (medsos), maka sungguh hal itu dikuatirkan bahwasanya maksud dari perbuatan tersebut tidak lain kecuali agar manusia melihatnya dalam keadaan shalat atau sedang thawaf atau sedang bersa'i atau sedang membaca al-Qur'an atau dia sedang bershadaqah. Apabila memang niatnya seperti itu, maka dia telah membuat lelah dirinya, menyia-nyiakan pahala (amalan)nya, dan menyerahkan dirinya untuk mendapatkan adzab yang pedih. Dan hendaklah engkau mengingat, bahwasanya orang-orang yang engkau riya' pada mereka dan kau mengharapkan pujian mereka, mereka semua tidak bisa memberi manfaat kepadamu di hari semua rahasia dibuka, pahala orang-orang yang ikhlas dilipat gandakan, dan amalan orang-orang yang riya' dihapuskan (hari kiamat). Allah lah satu-satunya tempat memohon pertolongan. Dr. 'Ali bin Yahya al-Haddadi (hafizhahullah) 13/11/1438 H https://twitter.com/amri3232/status/893841507010191361 Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) Muraja'ah: Al-Ustadz Kharisman Abu 'Utsman hafizhahullah 🗓 17 Dzulqa'dah 1438 H / 10 Agustus 2017
7 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kerusakan anak, bersumber dari orang tua

KERUSAKAN YANG TIMBUL PADA ANAK BERSUMBER DARI ORANG TUANYA Anak merupakan anugerah besar yang dimiliki oleh setiap insan, terlebih bila sang anak adalah anak yang shalih lagi berbakti kepada orang tuanya. Tak heran bila Nabi Ibrohim 'alaihi salam, tuntunan kita, berdoa sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat ke-100 رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ “Ya Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” Namun perlu diingat oleh kita bahwa apa jadinya sang anak, tak bisa lepas dari peran orang tua. Baiknya pendidikan yang sesuai Quran dan Sunnah, insyaallah ta'ala akan melahirkan buah yang baik. Begitupun sebaliknya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (HR. Bukhari) [1] "Anak-anak merupakan amanah di pundak para orang tua semenjak masa tumbuh kembangnya hingga mereka mencapai usia dewasa.",  .jelas Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah. [2] Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma menjelaskan sebuah kalam Allah 'azza wa jalla: ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺃَﺑُﻮْﻫُﻤَﺎ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ. (" Ayah dari kedua anak yatim tersebut semasa hidupnya adalah orang yang shalih." - QS. Al-Kahfi: 82) حُفظا بصلاح أبيهما، ولم يذكر عنهما صلاحًا. "Kedua anak yatim tersebut dijaga dengan sebab keshalihan ayah mereka, dan Allah tidak menyebutkan keshalihan keduanya." (Shahih, diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam kitab az-Zuhd, hlm. 112) [2] Al-Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah memaparkan faedah nan berharga, dikutip dalam Kitab Tuhfatul Maudud 242 [4] وكم ممَّن أشقى وَلَدَه وفلذةَ كبده في الدنيا والآخرة Betapa banyak orang tua yang menjadi penyebab sengsaranya sang anak dan buah hatinya didunia dan diakhirat. بإهماله وتركِ تأديبه , وإعانته له على شهواته Dengan cara sang orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan adab terhadap anaknya. Atau membantu sang anak untuk sebebas-bebasnya memenuhi syahwatnya  ويزعم أنه يُكرمه وقد أهانه , وأنه يرحمه وقد ظَلَمَه وحرمه، Dengan anggapan yang demikian itu adalah bentuk memuliakan dan kasih sayang terhadap anak, padahal justru tindakan dia ini adalah kezhaliman terhadap anak dan merupakan keharaman ففَاتَهُ انتفاعُه بولده، وفوَّت عليه حظَّه في الدنيا والآخرة Dia juga (Orang tua) dengan tindakannya tersebut telah menyebabkan dia terluputkan dari mendapat kemanfaatan dari si anak di dunia dan akhirat. وإذا اعتبرتَ الفسادَ في الأولاد رأيتَ عامَّتَه من قِبَل الآباء Dan jika anda mau mencermati sungguh mayoritas kerusakan yang ada pada anak itu bersumber dari orang tuanya. Dalam mendidik anak, orang tua sudah pasti harus memiliki ilmu. Bukan dengan mengadopsi sistem pendidikan ala barat, melainkan dari Quran dan Sunnah sesuai arahan para salafush shalih.  Tak sedikit orang tua jaman sekarang mendidik anaknya melalui media film kartun dengan alasan lebih menarik, lebih menyenangkan buat anak, dan alasan-alasan lain. Coba tengok bimbingan para ulama', diambil dari fatwa Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhutsi al-'Ilmiyah wal Ifta nomor 19933 [5]. Pertanyaan :   "Apa hukum menyaksikan dan menjual film-film kartun islamy (gambar-gambar bergerak). Dan hal itu menampilkan kisah-kisah yang bermanfaat bagi anak-anak. Semisal memotivasi mereka untuk berbakti kepada dua orang tua, berlaku jujur amanah, mementingkan shalat dan yang semisal itu. " Maksudnya adalah agar hal itu sebagai ganti dari menonton televisi yang telah merata musibahnya. Yang jadi masalah adalah ditampilkanya gambar-gambar manusia dan hewan-hewan yang digambar dengan tangan. Apakah boleh menyaksikannya? Berikan kami fatwa semoga anda mendapatkan pahala.  Jawaban : " Tidak boleh menjual atau membeli dan menggunakan film-film kartun. Karena berisi gambar-gambar bernyawa yang diharamkan. Dan mendidik anak itu mesti dilakukan dengan cara yang sesuai syariat, dengan taklim, mengajari adab memerintahkan shalat dan perhatian yang mulia. Allah-lah tempat meminta taufiq. Semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad keluarga beliau, pengikut beliau dan sahabat beliau. Gambar dari t.me/galeriposterdakwah Yuk, mulai dari sekarang, mari mendidik anak kita semenjak dini, membiasakan dengan ajaran-ajaran agama. Sebab "Menuntut ilmu dimasa kecil seperti memahat di atas batu". Hal ini sebagaimana ucapan Yazid Bin Ma'mar rahimahullah [6] . Asy-Syaikh Khalid ar-Raddady hafizhahullah berkata dalam akun Twitternya: "Siapa yang letih dalam mendidik anak-anaknya di awal hidupnya (di masa muda), dia akan merasa nyaman di masa tuanya." [7] Alhamdulillah asatidzah di Indonesia juga berulang kali mengadakan kajian tentang Tarbiyatul Aulad . Salah satunya, disampaikan oleh Ustadz Ruwaifi hafizhahullah dalam Kajian Islam Ilmiah "Pengaruh Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak"  di Surabaya, 28 Rajab 1436 H ll 17 Mei 2015 M Dengarkan melalui tautan berikut : https://goo.gl/pNqaUO  [KLIK] [8] . Barakallahu fiikum ___________________________ Ditulis ulang oleh admin Happy Islam. Referensi : [1]  http://asysyariah.com/anak-lahir-di-atas-fitrah/ [2] https://twitter.com/salihalfawzan/status/803069907919314944?s=08 | via Manhajul Anbiya [3] https://twitter.com/Arafatbinhassan/status/864078119887622144 | via Forum Salafy [4] http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=41817 | via Forum Salafy [5] https://telegram.me/qanat_munhaj_alssana | via Forum Salafy [6] An-Nafaqatu Alal 'Iyaal, Ibnu Abid Dun-ya, no: 599 | via t.me/AskarybinJamal [7] bit.ly/ForumSalafy | via t.me/TarbiyatulAulad/250 [8] t.me/TarbiyatulAulad
7 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

ketika putri memilih calon suami yang tidak shalih

KETIKA SEORANG PUTRI MEMILIH CALON SUAMI YANG TIDAK SHALIH SEDANGKAN AYAHNYA MEMILIH CALON SUAMI YANG SHALIH Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah Pertanyaan: Anda tahu--hafizhakumullah-- bahwa kaum wanita itu kurang akal dan agamanya sehingga disini dihadapkan pada sebuah masalah berupa seorang wanita jika memilih calon suami yang tidak shalih sedangkan calon suami yang dipilihkan orang tuanya pria yang shalih, maka apakah diterima usulannya atau wanita ini dipaksa menerima pilihan orang tuanya? Jawaban: Adapun memaksanya untuk menerima pilihan orang tuanya maka tidak boleh meskipun pilihan orang tuanya itu orang shalih berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam: لا تنكح البكر حتى تستأذن ، ولا تنكح الأيم حتى تستأمر Seorang perawan tidak dinikahkan hingga dimintai ijinnya dan seorang janda tidak dinikahkan hingga diajak musyawarah. Dalam lafadh riwayat Imam Muslim: (Dan seorang perawan dimintai ijin ayahnya terhadap dirinya). Adapun menikahkannya dengan orang yang tidak dia ridhai agama dan akhlaknya, tidak boleh pula. Jadi, wali wanita ini hendaknya melarangnya dengan mengatakan saya tidak akan menikahkan engkau dengan pria yang jadi pilihanmu ini, jika dia tidak shalih. Jika ada yang bertanya:  ."sekiranya wanita ini masih tidak mau menikah kecuali dengan pria ini?" Jawaban:  Kita tetap tidak menikahkan dia dengan pria ini dan tidak ada sedikitpun dosa atas kita, ya. Namun sekiranya seorang khawatir terjadi kerusakan berupa terjadinya fitnah yang menghilangkan kesucian antara wanita dan pria yang melamar ini sedangkan pada pria pelamar ini tidak ada sesuatu yang menghalangi untuk menikahkan wanita ini dengannya secara syar'i (seperti: masih mahram, masih saudara susuan, non muslim) maka disini kita menikahkan wanita ini dengan pria pelamar untuk menghindari kerusakan. http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=1151 Sumber: http://t.me/ukhwh Dalam faedah lainnya, sebagaimana kami kutip dari website ForumSalafy [1], Syaikh Zaid bin Muhammad Al-Madkhaly rahimahullah memberikan jawaban tatkala ada yang bertanya: “Apa hukum menikahkan wanita dengan pria yang tidak dia sukai?” Beliau menjawab: "Harus ada keridhaan dari wanita tersebut dan tidak boleh bagi walinya untuk menikahkannya dengan seorang pria yang tidak dia sukai. Jadi diteliti keadaan si pria, jika dia seorang yang shalih namun pihak wanita tidak menyukainya, maka hendaknya si wali mengajaknya bermusyawarah dan menyebutkan kebaikan-kebaikan pria tersebut kepadanya dengan harapan agar dia menerimanya.  Namun jika dia tetap menolak, maka tidak boleh bagi si wali untuk memaksanya. Karena kehidupan rumah tangga dibangun atas dasar keridhaan diantara suami istri. Sedangkan saling ridha termasuk salah satu syarat sahnya pernikahan. Adapun jika wanita tersebut menolaknya karena dia adalah seorang pria yang menyimpang atau tidak ada kebaikan padanya, maka dia berhak –sama saja apakah walinya terlebih dahulu mengajaknya bermusyawarah atau tidak– untuk menolak siapa saja yang melamarnya yang keadaannya tidak diridhai. Alih bahasa: Abu Almass Senin, 21 Jumaadats Tsaniyah 1435 H Lalu bagaimana bila sang calon suami adalah pria yang tidak shalat berjamaah di Masjid? Asy Syeikh Muhammad Bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah memberikan penjelasan sebagai berikut: Apabila laki laki yang datang melamar tidak melakukan sholat jamaah maka dia adalah seorang yang FASIK, pelaku ma'siat kepada Allah dan RosulNya. Dia menyelisihi ijma' (kesepakatan kaum muslimin) bahwa sholat jamaah adalah TERMASUK IBADAH YANG PALING UTAMA. Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah didalam Majmu' Fatawa 23/222: "Sepakat para Ulama' bahwa sholat jamaah termasuk ibadah yang paling ditekankan, dan ketaatan yang paling mulia, dan paling agungnya syiar syiar islam". Tetapi kefasikan ini tidak mengeluarkan dari keislaman sehingga boleh dia menikahi wanita muslimah. NAMUN SELAIN DIA DARI ORANG ORANG YANG ISTIQOMAH DIATAS AGAMA DAN AKHLAQNYA LEBIH UTAMA DAN LEBIH BERHAK DARI DIRINYA, WALAUPUN LEBIH SEDIKIT HARTA DAN KEDUDUKANNYA. Sumber: Fatawa Arkanil Islam 270-271. Telegram: https://bit.ly/Berbagiilmuagama Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy _______________________ [1] http://forumsalafy.net/bolehkah-memaksa-wanita-menikah-dengan-pria-yang-tidak-dia-sukai/ milk-glass-frisch-healthy-drink by Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Rizal Kurnia R

nasehat sebelum memasuki ramadhan

NASEHAT MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan hafizhahullah Pertanyaan: Apa nasehat anda kepada kaum muslimin terkait telah dekatnya bulan Ramadhan? Jawaban: Wajib bagi kaum muslimin untuk memohon kepada Allah agar dia bisa sampai kebulan Ramadhan, dan diberi kemampuan untuk berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih padanya, dan juga bisa beramal saleh pada bulan Ramadhan. Dikarenakan bulan tersebut merupakan kesempatan besar dikehidupan seorang muslim. “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dikarenakan keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang terdahulu ” (H.R al-Bukhari) ” Barang siapa yang shalat malam pada bulan Ramadhan dikarenakan keimanan dan mengharap pahala,  .maka akan diampuni dosanya yang terdahulu. “(H.R al-Bukhari) Maka ini merupakan kesempatan besar bagi setiap muslim -untuk beramal- yang mungkin saja dia tidak bisa mendapatkan kesempatan kedua setelahnya. Maka seorang muslim hendaknya bergembira dan merasa senang dengan datangnya bulan Ramadhan, menyambutnya dengan penuh kegembiraan, menggunakan kesempatan pada bulan tersebut untuk memperbanyak ketaatan. Shalat dimalam hari dan pada siang harinya berpuasa, membaca Al-qur’an dan berdzikir, yang mana ini semua merupakan ghanimah bagi setiap muslim. Adapun orang-orang yang menyambut bulan Ramadhan dengan mempersiapkan berbagai kegiatan-kegiatan yang negatif, seperti acara musik, acara drama yang bersambung, acara -acara lawakan atau perlombaan kuis, yang semua ini melalaikan kaum muslimin -dari ibadah-, maka mereka ini adalah bala tentara Syaithan. Maka wajib bagi setiap muslim untuk berhati-hati dari mereka, dan mentahzir mereka. Bulan Ramadhan bukanlah waktu untuk bermain-main atau perkara sia-sia seperti kuis-kuis dan semisalnya yang semua ini menyia-nyiakan waktu 🌏 Sumber: http://alfawzan.af.org.sa/node/14849 ⚪ WhatsApp Salafy Indonesia ⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy MEMPERSIAPKAN DIRI MENYAMBUT RAMADHAN Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri hafizhahullah بسم الله الرحمن الرحيم Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau. Adapun setelah itu, Tidak diragukan lagi, kita semua akan menyambut datangnya sebuah bulan yang mulia. Akan datang kepada kita musim kebaikan dan ketaatan. Musim itu adalah bulan Ramadhan yang diberkahi. Keutamaannya banyak disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada musim yang akan tiba ini -dengan izin Allah-, setiap muslim dan muslimah hendaknya mempersiapkan berbagai hal untuk menyambutnya, yaitu dengan mempersiapkan jiwa (untuk bersemangat) melakukan kebaikan di bulan ini. Oleh karena itu, persiapkanlah dirimu untuk berpuasa, qiyamullail, membaca Al-Qur’an, sedekah, dan amal kebaikannya lainnya. Hendaknya kita menjadikan bulan yang penuh berkah ini sebagai kunci pembuka kebaikan bagi kita. Demikian pula kita buka lembaran baru bersama Allah, Al-Qur’an, dan taubat kepada Allah. Hendaknya kita memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Demikian pula hendaknya kita menjadi orang mendapati bulan Ramadhan dalam keadaan dosa-dosa diampuni. Persiapkanlah dirimu untuk membebaskan diri dari seluruh dosa dan maksiat. Jadikanlah bulan Ramadhan sebagai pintu kebaikanmu dengan (membaca dan mentadaburi) Al-Qur’an. Betapa banyak di antara kita orang-orang yang meninggalkan Al-Qur’an, tidak mengkhatamkannya kecuali di bulan Ramadhan -Itupun jika dia benar-benar mengkhatamkannya- Setiap bulan sekali, malaikat Jibril mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga pada tahun wafatnya Nabi, Jibril mengajarkan Al-Qur’an dua kali dalam sebulan. Tidak diragukan lagi, disyariatkan qiyamullail secara berjamaah di bulan Ramadhan. Akan tetapi, seorang muslim tidak sepantasnya meninggalkannya dengan selesainya bulan Ramadhan. Rabb bulan Ramadhan, juga merupakan Rabb bulan Syawwal dan bulan-bulan lainnya. Namun, shalat malam secara berjamaah (shalat tarawih berjamaah) tidak dilakukan (secara rutin) selain pada bulan Ramadhan. Hendaknya kita menjadikan bulan ini sebagai langkah awal istiqamah kita dan bulan introspeksi diri. Kita memohon kepada Allah agar Dia mengantarkan kita semua bertemu bulan ini. Kunjungi || https://forumsalafy.net/mempersiapkan-diri-menyambut-ramadhan/ WhatsApp Salafy Indonesia Channel Telegram || http://telegram.me/forumsalafy 💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎 NASIHAT MENYAMBUT BULAN RAMADHAN Asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih al-Fauzan hafizhahullah pernah ditanya : “Bagaimana keadaan para as-Salaf ash-Shalih yang Allah telah meridhai dan merahmati mereka ketika menyambut bulan yang agung ini ? Bagaimana bimbingan mereka ? Bagaimana perilaku dan tindak tanduk mereka ? Kedua : Wahai syaikh yang mulia, bagaimana persiapan seorang muslim untuk memanfaatkan hari-hari yang ia berada padanya sekarang ini ? Persiapan ilmu berupa mengenal hukum-hukum seputar puasa dan mengenal pembatal-pembatal puasa. Sebagian manusia lalai dari perkara-perkara ini sehingga tidak mendalami permasalahan puasa. Demikian juga, tidak mendalami perkara wajib pada puasa. Apakah syaikh yang semoga Allah menjaga anda dapat mengingatkan perkara ini ?” maka beliau menjawab : “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Wa ‘alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh. Semoga Allah memberkahi anda. Keadaan para salaf di bulan Ramadhan, sebagaimana tercatat di dalam buku-buku yang teriwayatkan dari orang-orang yang terpercaya, bahwasanya mereka (para salaf) memohon kepada Allah ‘Azza Wa Jalla agar menjadikan mereka dapat berjumpa dengan Ramadhan. Sebelum tiba Ramadhan, mereka memohon agar Allah menjadikan mereka dapat berjumpa dengan bulan tersebut. Sebab, mereka tahu bahwa di dalam bulan tersebut terdapat kebaikan yang besar dan kemanfaatan yang sempurna. Lantas jika mereka telah berjumpa dengan Ramadhan, mereka memohon kepada Allah agar menolong mereka untuk dapat beramal saleh. Lalu jika Ramadhan telah berlalu, mereka memohon kepada Allah agar menerima amal saleh mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah Jalla Wa ‘Ala : وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ “Dan orang-orang yang memberi apa yang telah mereka berikan dalam keadaan hati mereka takut (karena mereka tahu bahwa mereka akan kembali kepada Rabb mereka). Mereka bersegera dalam kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperoleh kebaikan”. (Al Mu’minun : 60-61) Mereka bersungguh-sungguh dalam beramal, lalu kekhawatiran menimpa mereka usai beramal, apakah amalan mereka diterima ataukah tidak ? Hal ini karena mereka tahu tentang keagungan Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka tahu bahwa Allah tidak menerima amalan kecuali jika ikhlas mengharap wajah-Nya dan sesuai sunnah Rasul-Nya. Mereka tidak merekomendasi diri mereka sendiri. Mereka (justru) takut jika amalan mereka gugur. Mereka merasa lebih berat amalan itu diterima dibanding lelahnya mereka saat beramal, karena Allah Jalla Wa ‘Ala berfirman : إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ “ Hanyalah Allah itu menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa”. (Al Ma idah : 27) Mereka benar-benar menghabiskan bulan ini dengan ibadah, sebagaimana telah kami sebutkan. Mereka mengurangi aktifitas-aktifitas duniawi. Mereka memperbanyak waktu untuk duduk di masjid-masjid Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka berkata : “Kita jaga puasa kita. Kita jangan menggunjing seorang pun”. Mereka menghadirkan mushaf-mushaf Al Qur’an. Mereka saling mempelajari Kitab Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka menjaga waktu dari kesia-siaan. Mereka tidak menyia-nyiakan atau meremehkan seperti kebanyakan manusia hari ini. Akan tetapi mereka menjaga waktu malam dengan qiyamul lail dan siang dengan puasa, membaca Al Qur’an, zikrullah dan amalan-amalan kebaikan. Tidaklah mereka itu menyia-nyiakan sekalipun 1 menit atau sesaat saja, melainkan mereka manfaatkan dengan amalan saleh”. (www.alfawzan.af.org.sa) Beliau juga ditanya :  “Kami berharap arahan dari anda, syaikh yang mulia terkait datangnya bulan Ramadhan ? Apa kewajiban seorang muslim menyongsong bulan tersebut ?” Maka beliau menjawab :  “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam Allah tercurahkan untuk Nabi kita Muhammad, keluarga dan segenap sahabat beliau. Selanjutnya : Sebentar lagi akan tiba bulan Ramadhan yang penuh berkah karena kebaikan dan keutamaannya bagi umat Islam. Bulan yang Allah jadikan berkah ini, telah Dia turunkan padanya Al Qur’an. Allah jadikan padanya ada Lailatul Qadr. Allah jadikan padanya ada puasa bagi kaum muslimin. Allah syariatkan puasa bagi kaum muslimin. Siangnya adalah (waktu) puasa, sedangkan malamnya adalah (waktu) Qiyamul Lail. Diantara waktu itu adalah zikrullah ‘Azza Wa Jalla, mendekatkan diri dengan beragam ketaatan. Setiap waktu bulan ini adalah berkah. Setiap waktu bulan ini adalah kebaikan. Setiap waktu bulan ini adalah keberuntungan bagi seorang muslim. Maka wajib bagi seorang muslim untuk bergembira dengan kedatangan bulan ini, karena di dalam bulan ini terdapat hal-hal yang melepaskan seseorang dari kebinasaan. Sesungguhnya bulan ini dapat mendorong seseorang untuk kebaikan yang banyak dan perkara yang menyelamatkannya, jika memang dia bersedia mengetahui kedudukan bulan ini dan dapat mengambil manfaat darinya. Adapun orang yang lalai dan tidak mengerti hak bulan ini, maka ia tidak bisa membedakan antara bulan ini dengan selainnya. Bisa jadi, dia menganggap bulan Ramadhan adalah bulan untuk bermalas-malasan, bulan untuk makan-makan dan minum-minum (di malam hari, pen), bulan untuk tidur di siang hari dan begadang di malam hari. Maka dia tidak dapat mengambil manfaat darinya. Bahkan dia berdosa, karena kejelekan di bulan Ramadhan dapat dilipatgandakan dibanding bulan lain, sebagaimana pula kebaikan di bulan ini juga diperbesar (pahalanya). Kebaikan di bulan ini akan diperbesar pahalanya di sisi Allah, lebih besar dibanding bulan lain. Demikian pula kejelekan, dosanya semakin besar. Demikian karena kemuliaan bulan ini. Maka seseorang dilewati begitu saja oleh bulan ini, keluar tanpa bisa mengambil faidah. Ini pada hakikatnya bukan manusia. Ini adalah hewan atau lebih hina dibanding hewan. Hewan tidak dikenai hukuman, sedangkan manusia itu dikenai hukuman. Hakikatnya bahwa ini adalah bulan yang agung. Semestinya bulan ini disambut dengan taubat, persiapan amalan saleh dan seorang muslim sangat bergembira dengannya. Allah berfirman : قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ “ Katakanlah (wahai Nabi) : “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira” . (Yunus : 58) Seorang muslim bergembira dengan musim kebaikan, sebagaimana para pedagang dan pemilik harta yang banyak bergembira dengan (datangnya) musim jual beli. Itu adalah harta benda yang ada sekarang. Bisa jadi harta benda tersebut akan menjadi petaka bagi pemiliknya. Pecinta syahwat yang bergembira dengan syahwatnya bisa jadi syahwatnya justru akan menjadi petaka dan penghancur baginya Adapun bulan ini, maka kegembiraan dengannya adalah kegembiraan atas karunia Allah dan rahmat-Nya. Tidaklah bergembira dengan bulan ini, kecuali orang-orang yang beriman. Adapun orang-orang munafik dan lemah imannya, maka bulan ini menjadi sebuah beban berat bagi mereka. Hal ini dikarenakan bulan ini menghalangi mereka dari kejelekan dan syahwat. Mereka tidak leluasa di bulan ini sebagaimana bulan lainnya. Maka bulan ini menjadi beban berat bagi mereka. Oleh karena itu salah seorang penyair yang tidak memiliki rasa malu berkata : Maka kiranya malam itu lamanya satu bulan Dan siang itu lewat seperti lewatnya awan Penyair tanpa malu ini bermaksud menggunakan waktu malamnya dengan syahwat dan kelalaiannya. Adapun siang, ia ingin agar lewat seperti lewatnya awan karena tidak ada syahwat dan dorongan. Ini adalah perasaan orang-orang munafik dan lemah imannya. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah menyadari dosa-dosanya dan takut atas kesalahan-kesalahannya. Dirinya bergembira dengan bulan ini untuk bertaubat kepada Allah, beristighfar dan menambah ketaatan. Dirinya sibuk menambah (kebaikan) untuk usianya di bulan ini. Sesungguhnya usia itu pendek, sedangkan akhirat adalah negeri kekal dan abadi. Usia manusia itu pendek. Tiba-tiba bulan ini telah melewatinya. Di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Maka dirinya mengambil faidah dari malam ini. Ini adalah kebaikan yang agung. Mengingat usianya yang pendek, maka usianya dapat menjadi panjang dengan sebab amalan saleh. Diantara rahmat Allah terhadap umat ini bahwasanya Dia telah menetapkan bulan ini untuk mereka, mengingat usia mereka yang pendek. Allah menetapkan malam ini untuk mereka dalam rangka memanjangkan usia mereka dan menambah amal saleh. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami dan kalian sebagai orang yang diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa dengan bulan ini, memberikan taufik untuk beramal saleh dan dapat mengambil faidah dari bulan ini. Dan jangan Dia jadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang lalai dan merugi”. (www.ajurry.com) Beliau juga ditanya : “Apa faktor terpenting untuk membantu wanita melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan ?” Beliau pun menjawab : “Faktor yang dapat membantu seorang muslim, baik pria maupun wanita untuk melakukan ketaatan di Ramadhan adalah : 1) Takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan yakin bahwa Dia senantiasa mengawasi segenap perbuatan, ucapan dan niat hamba. Dia akan memperhitungkan hal itu. Jika seorang muslim merasakan hal ini, maka dia akan menyibukkan diri dengan ketaatan, meninggalkan dosa dan bersegera bertaubat dari kemaksiatan. 2) Memperbanyak zikrullah dan membaca Al Qur’an, karena hal itu akan melembutkan hati. Allah Ta’ala berfirman : الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ “Orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram karena zikrullah. Ketahuilah, dengan zikrullah hati itu akan menjadi tentram”. (Ar Ra’du : 28) Allah juga berfirman : إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ “…orang-orang yang jika disebut nama Allah, maka hati mereka menjadi gemetar”. (Al Anfal : 2) 3) Menjauhi penghalang-penghalang ketaatan yang akan mengeraskan hati dan menjauhkan hati tersebut dari Allah. Penghalang-penghalang itu adalah seluruh kemaksiatan, pergaulan dengan orang-orang buruk, makan yang haram, lalai dari zikrullah ‘Azza Wa Jalla dan menyaksikan film-film amoral. 4) Menetapnya wanita di dalam rumah dan tidak keluar, kecuali untuk kebutuhan seiring segera pulang ke rumah jika kebutuhannya telah selesai. 5) Tidur di malam hari, karena akan membantu Qiyamul Lail segera di akhir malam,  mengurangi tidur di siang hari hingga sanggup melaksanakan shalat pada waktu-waktunya dan menyibukkan waktunya dengan ketaatan. 6) Menjaga lisan dari menggunjing orang lain, adu domba, ucapan batil, perkataan yang haram dan menyibukkan diri dengan zikir”. (www.alfawzan.af.org.sa)   Demikian sedikit untaian nasihat dari seorang ulama besar masa ini untuk kita semuanya. Semoga Ramadhan tahun ini menjadi kesempatan untuk kita memperbaiki amal saleh dan menjauhi dosa-dosa. Selain itu, kita pun bersyukur pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan di setiap tahunnya. Alhamdulillah keadaan kita tidak seperti saudara-saudara kita muslimin di Xinjiang Cina yang setiap tahunnya dilarang berpuasa Ramadhan oleh rezim komunis Cina. Ini salah satu bukti bahwa komunis yang anti agama sangat memusuhi agama, terkhusus Islam. Hendaknya kita sadar bahwa kaum komunis yang kini semakin berani di negeri yang mayoritas muslimin ini akan berteriak menuntut HAM kala mereka minoritas. Namun manakala berkuasa, mereka akan benar-benar menginjak-injak HAM pihak lain (dalam hal ini muslimin). Jangan sekali-kali percaya terhadap tuntutan kaum komunis yang perjuangannya tak pernah lepas dari kekerasan dan teror ! Wallahu a’lamu bish-Shawab Sumber:  http://daarulihsan.com/nasihat-menyambut-bulan-ramadhan/
8 tahun yang lalu
baca 13 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh jowan ichsan

jauhilah sikap pamer

Pamer, Lagi-Lagi Pamer Rasanya, sifat satu ini sudah kadung tersohor bagi bangsa manusia. Bukan tersohor karena sesuatu positif yang menakjubkan, namun karena manusia sudah tahu akan tercelanya sikap pamer. Baik yang tua maupun yang muda, semuanya pasti menyadari jeleknya sikap pamer. Terlebih, di bangku pendidikan tingkat dasar pun, buruknya sifat ini sudah dikenal dan dipelajari. Jadi tema pamer bukanlah tema baru dan asing buat kita. Mayoritas telah tahu akan jeleknya sikap ini, tetapi anehnya mayoritas manusia sering terjatuh dalam sikap ini, kok aneh ya? Sobat muda, suka pamer hakikatnya bisa dilakukan dengan ragam macam sikap dan perbuatan. Bisa diaplikasikan pada harta, kedudukan, nasab (garis keturunan), bisa pula pada ibadah dan seluruh amalan saleh. Jadi, semua perkara bisa dipamerkan. Jangankan yang berharta banyak, orang miskinpun bisa juga pamer. Jangankan yang beramal saleh, yang nggak saleh bisa pula pamer dengan kemaksiatannya. Oleh karenanya dari segala sisi kehidupan, manusia bisa tertimpa sikap suka pamer. Jadi, masing-masing kita jangan merasa aman dari sikap pamer ini ya. Sifat pamer ini, sudah ada sejak jaman dulu, bahkan sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalian ingat bukan salah seorang kaya raya yang Allah subhanahu wata’ala tenggelamkan dirinya dan hartanya karena sikap sombong, bangga diri dan kufur nikmat. Ya, dialah Qarun yang ditenggelamkan ke bumi, dirinya dan semua hartanya. Lihatlah sikap pamernya yang Allah subhanahu wata’ala cela dalam Al Quran, . “Ia (Qarun) berkata, ‘Aku diberikan (harta itu) semata-mata karena ilmu yang ada padaku.’ Tidakkah ia tahu bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat darinya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah (Qarun) kepada kaumnya dengan segala perhiasan miliknya. Berkatalah orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, ‘Aduhai seandainya aku memiliki seperti apa yang dimiliki Qarun sesungguhnya ia benar-benar memiliki keuntungan yang besar.’” [Q.S. Al Qashash:78-79] Lihatlah bagaimana Allah menceritakan kepada kita tercelanya sikap Qarun yang sengaja memamerkan perbendaharaan dunia miliknya. Lihatlah pula sikap sombong berbalut sikap pamer dengan ilmu yang ia miliki sehingga menyandarkan hasil kerjanya kepada dirinya, tidak kepada Allah. Harta yang harusnya dipakai untuk ketaatan, justru ia pakai sebagai sarana pamer, bangga diri, takabur, dan merendahkan orang lain. Allah pun murka kepadanya dan Allah subhanahu wata’ala tenggelamkan dia beserta seluruh hartanya. Demikianlah, nggak berguna harta yang melimpah yang dipamerkan bila itu justru membuat Allah murka. Kecanggihan Teknologi, Wasilah kepada Sikap Pamer Sobat muda, di zaman serba canggih ini, rupanya sifat pamer menempati ruang yang luas nan nyaman untuk dilakukan. Kok bisa? Ya, orang jadi mudah berbuat pamer karena ada faktor teknologi yang mendukungnya. Parahnya, dia bisa pamer bukan cuma ke satu dua orang loh, bahkan ke semua orang di seluruh pelosok dunia. “BB lagi rusak nih, untung masih ada iPhone” atau “Akhirnya punya moge (motor gedhe) juga.” Yah, pamer nih, terasa nggak sih kalau ente lagi pamer? Punya perasaan dong dengan orang yang nggak sepertimu. Selain model pamer tadi, ada lagi lo bentuk pamer lainnya: pamer jabatan, kepandaian, bahkan pamer tampang. Kacau kan kalo gitu, bisa membikin lawan jenis tergoda dong lihat tampangmu di pampangin di medsos. Sobat muda, walau terkadang pamernya berupa gambar foto, tanpa kata dan ucapan, tetap saja ini adalah sikap pamer, ya kan? Kalau kita nggak bisa mengendalikan hati sedangkan fasilitas pamer ini banyak dan mudah didapat, bahaya ‘kan buat agama kita. Ancaman Terhadap Perilaku Pamer dalam Ibadah Sobat muda, sikap pamer hakikatnya bukan hanya menimpa orang yang jahil tentang agamanya, bahkan pamer juga banyak menimpa kaum berilmu. Ya kalau orang-orang umum biasa membanggakan kemewahan, kepandaian, tampang, dan sebagainya, maka ahli ilmu dan ibadah akan berbangga dan memamerkan ilmu serta ibadahnya. Seorang akan memperbaiki dan memperindah salatnya ketika dilihat manusia, membaguskan suara saat membaca Al Quran, bahkan bersikap dan berbuat layaknya seorang yang zuhud terhadap dunia dan hanya mementingkan akhirat. Semua dilakonin dalam rangka pamer ketaatan dan ibadah. Sobat muda, inilah riya’ yang sesungguhnya. Riya yang dicela dan merupakan bentuk syirik kecil yang haram hukumnya.  Allah subhanahu wata’ala berfirman menceritakan keadaan kaum munafikin yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan salat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” [ Q.S. An Nisa:142] Ya, ibadah yang dilakukannya tidak lain tidak bukan hanya untuk dilihat oleh manusia, tiada niatan untuk taat kepada Allah atau ikhlas karena-Nya. Atau ia beribadah tujuannya Lillah wa lighairihi, ia niatkan untuk Allah subhanahu wata’ala sekaligus untuk selainnya. Allah tidak menerima ibadah dari seorang yang riya’, terlebih Allah mencela dan mengancam mereka para tukang pamer ibadah,  “Maka celakalah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, (yaitu) orang-orang yang berbuat riya.” [Q.S. Al Ma’un: 4-6] “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian membatalkan sadaqah-sadaqah kalian dengan cara mengungkit-ungkit (pemberian) serta menyakiti (yang menerimanya), layaknya seorang yang menginfaqkan hartanya karena pamer di hadapan manusia sedangkan mereka tidak beriman dengan Allah dan hari akhir. Permisalannya seperti batu yang licin di atasnya ada tanah. Tatkala tertimpa hujan lebat jadilah batu itu licin kembali. Mereka tiada memeroleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjaan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” [Q.S. Al Baqarah:264] Dalam dua ayat yang mulia tersebut, nyatalah akan celaan orang yang suka pamer dalam ibadahnya. Yang pertama Allah subhanahu wata’ala sebutkan dengan konteks “kecelakaan (Wail), yang kedua Allah sebutkan dalam konteks larangan dan penyerupaan dengan seorang yang membatalkan sedekah mereka. Sobat muda, meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amal, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia. Sobat muda, sikap pamer tentu akan membuat pelakunya tercela dihadapan Allah dan manusia. baik pamer yang sifatnya duniawi, ataupun pamer dalam hal-hal yang bersifat ukhrawi. Kita memohon kepada Allah untuk menjaga hati kita, amalan kita dari sifat pamer ini. Wallahul mustaan. [Ustadz Hammam] Majalah Tashfiyah Edisi 52  
8 tahun yang lalu
baca 8 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

derajat kemuliaan hamba, ada pada kekuasaan allah

Derajat Hamba, Ada Pada Kekuasaan Allah Ditulis oleh: Ustadz Abu Nashim Mukhtar hafizhahullah Seorang guru sedang memegang sekeping uang koin telapak tangannya. Di hadapan muridnya, uang koin senilai 10 keping itu diangkat dan diturunkan. Setelah selesai, sang guru bertanya, "Berapakah nilai uang koin ini saat aku mengangkatnya tadi?" "10 keping" ,  .jawab muridnya. "Saat Aku menurunkannya, berapakah nilai uang koin ini?", s ang guru bertanya untuk yang kedua kalinya. Muridnya menjawab dengan penuh keheranan, "Bukankah tetap senilai 10 keping, wahai guru??"  Gurunya lalu menerangkan, " Itulah manusia,  wahai muridku.  Ia tidak mampu meninggikan atau merendahkan apapun!!!"  Subhanallah!  Benar-benar kalimat bijak!  Kejadian di atas pun benar-benar nyata dan benar-benar ada. Pelajaran berharga telah ditanamkan oleh sang guru kepada muridnya untuk tidak mengharapkan kemuliaan dan derajat dari manusia. Ia ingin menegaskan kepada muridnya untuk tidak takut dihinakan oleh orang, hanya karena ingin menegakkan syariat Allah. Sebab, hanya Allah yang mampu memuliakan atau menghinakan. "Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang mampu memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." [Q.s.  Al Hajj:18]. Saudara Pembaca, jika seorang manusia tidak memiliki kemampuan untuk meninggikan atau merendahkan, bukankah aneh dan ganjil jika ia : Masih memelihara sikap ujub dan sombong di dalam dirinya? Mengapa ia sombong dan takabur? Kenapa ia tidak merendahkan dirinya di hadapan Allah yang Maha Tinggi? Mengapa ia meremehkan saudaranya? Mengapa ia menganggap dirinya serba bisa, padahal untuk mengobati sebuah luka di punggungnya, ia masih membutuhkan bantuan orang lain? Rasulullah bersabda di dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim, "Dan tidak ada seorang pun hamba yang mau tawadhu karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. Imam Ibnu Hazm bertutur dalam kalimat kalimat bijak, "Barangsiapa diserang oleh penyakit ujub, hendaknya ia segera merenungi aib-aib yang ada pada dirinya. Jika ia diserang penyakit ujub dengan merasa memiliki budi pekerti yang baik, hendaknya ia segera memeriksa kembali bentuk perilaku buruknya. Apabila ia tidak mampu menemukan di manakah letak perilaku perilaku buruknya, sampai akhirnya ia merasa tidak memiliki perilaku buruk, hendaknya ia menyadari jika musibah itu berlaku untuk selamanya. Berarti dia adalah manusia yang paling lengkap kekurangannya, aib yang ada pada dirinya terlalu besar, sementara sangat lemah tamyiznya (kemampuan untuk memilah dan memilih serta mengetahui aibnya)," (Mudaawaat hal 88l) Wahai hamba yang lemah, jika engkau tidak mampu menemukan di manakah aib dan kesalahan pada sendiri, maka ucapkanlah selamat tinggal untuk kelezatan taubat. Hamba yang cerdas adalah yang mampu menentukan secara rinci, di manakah letak aib aib dan kesalahannya. Sebab, setelah itu, ia berusaha untuk mencabutnya dari dalam dirinya. Wahai hamba yang lemah, tak perlu ujub dan tak usah sombong! Di dalam dirimu tersembunyi aib dan cacat yang tak terbilang. Jangan mudah menghinakan orang lain! Terimalah kebenaran dengan dada yang lapang Banyak-banyaklah merenungi firman Nya قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran:26) forest-mushrooms-nature-autumn by Pixabay Sumber : Qudwah Edisi 5 Vol 01 2013 Disalin oleh Happy Islam
8 tahun yang lalu
baca 4 menit