Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

mendoakan guru adalah sebab barakahnya ilmu

7 tahun yang lalu
baca 9 menit

MENDOAKAN KEBAIKAN UNTUK GURU DAN MENUTUPI AIBNYA

Al-Imam anNawawiy rahimahullah menyatakan:

وَقَدْ كَانَ بَعْضُ الْمُتَقَدِّمِيْنَ إِذَا ذَهَبَ إِلَى مُعَلِّمِهِ تَصَدَّقَ بِشَئْ ٍوَقَالَ اللَّهُمَّ اسْتُرْعَيْبَ مُعَلِّمِي عَنِّى وَلاَ تَذْهَبْ بَرَكَةَ عِلْمِهِ مِنِّى

Sebagian (Ulama) terdahulu jika berangkat menuju gurunya ia bershodaqoh dengan sesuatu kemudian berdoa: Ya Allah, tutuplah aib guruku dariku. Jangan hilangkan keberkahan ilmunya dariku (al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (1/36), atTibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran (1/47))

CATATAN:

Demikianlah keberkahan ilmu yang didapat oleh para Ulama Salaf. Mereka mendapatkan keberkahan itu dari Allah dengan sebab baiknya adab mereka dalam menuntut ilmu dan adab mereka terhadap guru.

Sebelum berangkat menuju majelis ilmu, sebagian mereka bershodaqoh. Subhanallah. Shodaqoh yang dimaksudkan untuk mempermudah ilmu yang mereka dapatkan. Tidak cukup sampai di situ saja, mereka juga berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla, pemilik hakiki segala ilmu. Sungguh indah doa yang mereka ucapkan.

Permintaan pertama: Ya Allah, tutuplah aib guruku dariku. Ia sadar bahwa gurunya adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan. Tapi ia berharap tidak mengetahui kekurangan gurunya itu. Agar tidak timbul kesan buruk darinya terhadap guru itu sehingga menghalangi ia mendapat ilmu dari guru tersebut.

Perhatikan wahai saudaraku...Ulama Salaf kita tidak sekedar enggan menyebarluaskan keburukan gurunya. Lebih dari itu, ia tidak berharap mengetahui kekurangan dan aib gurunya sendiri.

Permintaan kedua: ia meminta agar jangan Allah hilangkan keberkahan ilmu gurunya untuk dia. Ia menyadari dan mengakui bahwa gurunya memiliki ilmu. Tapi jika Allah tidak menghendaki sampainya ilmu yang berkah pada dirinya, ia tidak akan mendapat manfaat sedikitpun.

Kadangkala seorang alim sangat luas ilmunya. Banyak orang yang hadir di majelisnya mendapat manfaat dari ilmunya. Tapi, di antara sekian banyak orang itu, ada sebagian orang yang juga hadir di tempat yang sama dalam kondisi yang sama tidak mendapat keberkahan ilmu seperti yang lain.

Semoga Allah senantiasa menjaga dan memberikan keberkahan ilmu kepada kita dan kepada guru-guru kita yang telah mengajarkan Tauhid dan Sunnah kepada kita...

(Abu Utsman Kharisman)
WA al I'tishom

Mendoakan Guru adalah Sebab Barakahnya Ilmu
Sumber Gambar Pixabay


MENDO'AKAN SYAIKH (GURU) DAN MENGAKUI KEUTAMAAN MEREKA

Mendo'akan guru yang telah mengajarkan ilmu agama merupakan bagian dari adab penuntut ilmu. Dalam hadits yang diriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Umar Radhiallahu 'anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Dan barangsiapa berbuat baik kepada kalian maka balaslah kebaikannya. Jika kamu tidak mampu (membalas kebaikannya) maka berdoalah kebaikan untuknya hingga ia mengetahui bahwa kalian telah membalasnya." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod no.216)

Jika saja seseorang diperintahkan agar membalas kebaikan orang yang berjasa kepadanya dalam urusan dunia walaupun sekadar dengan do'a, maka membalas jasa syaikh atau ustadz yang telah mengajarkan ilmu agama tentu lebih utama.

Oleh karena itu, kita dapati para ulama salaf rahimahumullah mendo'akan guru-guru mereka dan mengakui bahwa ilmu yang mereka miliki merupakan berkat jasa mereka, ba'dallah.

Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah berkata,

"Apa yang kalian lihat ini (yakni ilmu yang beliau sampaikan,pen)  atau keumumannya yang aku miliki adalah dari Asy-Syafi'i." (Al-Intiqo' li Ibni Abdil Barr hal.76)

Yahya bin Sa'id Al-Qatthan Rahimahullah berkata,
"Aku mendo'akan kebaikan bagi Asy-Syafi'i hingga di dalam shalatku." (Al-Intiqo' hal 72)

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah berkata,
"Malik adalah pengajarku dan darinyalah aku mengambil ilmu."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
"dan bagi seorang pelajar hendaknya ia mengetahui kehormatan ustadznya dan berterima kasih atas kebaikannya kepada dirinya. Karena sesungguhnya orang yang tidak berterima kasih kepada manusia hakekatnya ia tidak bersyukur kepada Allah, dan (hendaknya) ia tidak mengabaikan haknya dan tidak mengingkari kebaikannya." (Majmu' Fatawa 28/17)

Sehingga, marilah kita berterima kasih kepada para ustadz kita dengan membalas kebaikan mereka, atau setidaknya mendo'akan kebaikan untuk mereka. Semoga Allah menjadikan ilmu yang telah mereka ajarkan kepada kita sebagai amal shalih yang terus mengalir pahalanya, dan (semoga mereka) diberi keistiqomahan hingga bertemu dengan Allah Azza wa Jalla, amin.

Wallahu 'alam.

Panduan Aqwal Ulama: An-Nubadz fi Adabi Thalabil ilmi  (hal.173)
Dirangkum oleh Tim Warisan Salaf
Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah
Channel kami https://bit.ly/warisansalaf
Situs Resmi http://www.warisansalaf.com

MENGAMBIL PELAJARAN TERKAIT HIMBAUAN TERKAIT AKH ABU NAUFAL KENDARI DAN CHANNEL TELEGRAM AL-ISTIQOMAH


بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه أجمعين

Segenap puji hanya milik Allah semata. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah Azza Wa Jalla

Sekitar beberapa tahun yang lalu, seorang akh dari Kendari yang bernama Abu Naufal La Ode Muh Djainal Abidin menyampaikan kepada saya (Abu Utsman Kharisman) via whatsapp hendak menyebarluaskan tulisan-tulisan saya melalui channel telegram yang dia buat. Saya pun mempersilakannya. Channel tsb kemudian baru saya ketahui bernama al-Istiqomah.

Tidak dipungkiri bahwa keberadaan channel telegram al-Istiqomah tsb memberikan banyak manfaat bagi kaum muslimin, termasuk saya sendiri. Tidak jarang ada beberapa masukan dan koreksi yang sangat berharga dari berbagai pihak yang dialamatkan pada admin (Abu Naufal) kemudian diteruskan pada saya terkait tulisan dalam buku-buku yang saya tulis maupun terjemahkan. Jazaahumullaahu khayran.

Anggota grup tsb pernah mencapai 7200 orang. Suatu jumlah yang cukup besar. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah Ta'ala.

Hingga kemudian ada masalah antara akh Abu Naufal ini dgn sebagian ikhwah Kendari yang juga merembet pada celaan dia terhadap sebagian asatidzah di Kendari, di antaranya ustadz Hasan bin Rosyid, Lc hafidzhahullah.

Saat terjadinya masalah itu, Abu Naufal tidak jarang menghubungi saya via telpon maupun whatsapp untuk berkonsultasi. Saya menasihatkan pada dia untuk bersabar, tetap bertaawun dalam dakwah bersama ikhwah dan asatidzah di Kendari. Kedepankan husnudzhdzhon. Jika ada hal-hal yang dirasa musykil, bisa dikonsultasikan langsung dengan para asatidzah kibar yang datang berkunjung ke Kendari.

Namun, dalam perjalanan waktu, akh Abu Naufal ini ternyata semakin menjauh dari majelis ilmu bersama para ikhwah Salafiyyin Kendari. Juga terkesan ia merasa cukup dgn faidah-faidah yang didapat dari grup WA maupun telegram yang diikutinya. Padahal dalam berbagai kesempatan kami selalu mengingatkan bahwa keberkahan dan limpahan kebaikan  di majelis ilmu tidak bisa dipadankan dgn faidah-faidah yang didapatkan dari media yang lain.

Para asatidzah dan ikhwah Salafy Kendari juga telah menempuh upaya nasihat terhadapnya. Bahkan, cukup lama waktu berjalan, ia belum ditahdzir secara luas. Kalaupun diperingatkan, masih dalam majelis-majelis yg khusus. Namun, hal itu semakin membuatnya menjauh dari para ikhwah Salafy Kendari.

Saya juga menasihatkan kepadanya untuk meminta maaf kepada ikhwah dan asatidzah Kendari, setelah salah satu poin (tentang masalah mengintip) yang dia jadikan bahan celaan, telah terbahas dgn tuntas tanpa menyisakan syubhat. Tapi akh Abu Naufal ini tetap tidak mau berubah mendekat dan bertaawun kembali dgn ikhwah Salafy Kendari. Nasihat-nasihat dari ustadz maupun ikhwah Kendari tidak ditanggapi kecuali dgn celaan.

Saat muncul tahdzir Ust Hasan bin Rosyid terhadap dia, saya mengeluarkan dia dari grup WA al I'tishom (grup yang kami asuh). Ia ternyata menanggapi tahdzir itu dgn memposting 3 poin kritikan dia thd ust Hasan di grup al-Istiqomah, padahal 3 poin itu tdk mendapatkan persetujuan dari asatidzah manapun. Apalagi, salah satu poin yg disebutkan telah dibahas tuntas antara saya dengan dia tanpa menyisakan syubhat seperti yg dikemukakan di atas.

Saya pun kembali menasihati dia untuk meminta maaf secara terbuka. Terakhir, saya menasihati dia juga untuk menutup channel grup al-Istiqomah itu. Karena saya melihat keberadaan grup itu lah yg membuat dia takabbur merasa cukup terhadap majelis ilmu dan bergaul dgn ikhwah lainnya. Ia merasa bangga dgn banyaknya jumlah member dalam grup itu yang berjumlah 7000 lebih. Ia menganggap bahwa kritikan para ikhwah dan asatidzah Kendari kepada dia semata karena hasad akan jumlah member dalam channel yg diasuhnya itu. Padahal sesungguhnya tidaklah demikian.

Seharusnya grup WA atau channel telegram apa pun yg berisi faidah-faidah ilmiyyah adalah pendukung terhadap keberadaan majelis-majelis ilmu. Bukan sebagai pengganti, atau bahkan menjauhkan seseorang dari majelis ilmu.

Jika keberadaan suatu channel justru menimbulkan masalah dengan menjauhkan dari majelis ilmu atau komunitas Ahlussunnah, tidak menjadi media pemersatu, tapi justru pemecah belah, penggalang dukungan untuk membela orang yang salah, di saat itulah semestinya grup itu harus ditutup/ dibubarkan. Saya melihat, keberadaan channel telegram al-Istiqomah sudah mulai mengarah ke hal itu.

Untuk itu, saya menghimbau kepada para saudara kami yang masih bergabung dalam grup itu (channel telegram al-Istiqomah) untuk keluar. Sikap yang kita lakukan ini adalah bagian dari bentuk nasihat, meski terasa pahit dan pedas dirasakan. Suatu upaya untuk menghindar dari kemudharatan yang lebih besar. Saya menyatakan berlepas diri dari postingan yang ada di channel al-Istiqomah, selama Abu Naufal Kendari belum berubah dari sikapnya tersebut.

Saya juga mengharapkan kepada akh Abu Naufal Kendari untuk meminta maaf secara terbuka, bersikap tawadhu', kembali bergabung bertaawun dgn ikhwah dan asatidzah Salafy di Kendari. Mau dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan mereka dalam hal-hal yang terkait dakwah Ahlussunnah di Kendari dan sekitarnya.

Demikian himbauan ini disampaikan, semoga Allah Ta'ala senantiasa memberikan taufiq, kemudahan, dan pertolongan kepada kita dalam meniti Sunnnah Nabi shollallahu alaihi wasallam.

Kraksaan Probolinggo, Sabtu, 20 Syawwal 1438 H/ 15 Juli 2017

<< Akhukum fillaah: Abu Utsman Kharisman >>

WA al I'tishom