Bersemangatlah Wahai saudaraku
Alhamdulillah. Segala pujian untuk Allah saat apapun dan kondisi apapun.
Betapa besar jika hitung nikmat Allah yang kita pakai sekarang. Tak henti rasanya lidah ini ingin berucap syukur sebanyak hembus nafas kita, sebanyak jauh memandang mata kita, sebanyak huruf yang selama ini kita dengar. Masyaallah! Ini fasilitas yang luar biasa...
|
Sumber gambar : Pixabay |
Tapi.. Tak hentinya kita merasa kurang, kurang dan kurang wahai saudaraku
Mungkin..
- Baju yang kurang bagus,
- hape sering eror,
- belum punya gadget terbaru,
- bisa juga mungkin kendaraan yang sudah kuno, atau
- makanan yang begitu hambar,
- juga rumah yang begitu sempit,ditambah kondisi hati yang terus menghimpit.
- Diperparah dengan kerjaan yang begitu berat atau membosankan,
- saudara kita yang membuat sebal, kesal dan marah,
- anak anak yang begitu nakal,
- rezeki yang kian mengalir lambat,
- fisik yang melemah atau cacat,
- penyakit yang menakutkan dan mengkhawatirkan tak kunjung membaik dan alih alih sembuh,
- hati kita yang mudah hasad, riya, ujub, sombong, atau kita yang masih terjebak dalam lingkaran dosa yang masih sulit untuk bertaubat walau berkali kali bangkit menghindar, atau
- fitnah yang menyayat harga diri dan kehormatan, sawah yang gagal panen, toko yang sepi, ujian ini itu, musibah ini itu_..Na'am....
Semua itu..Ya Allah. Jika kita memikirkannya, serasa
kitalah yang paling sengsara, derita setiap hari tiada tara, malah malah mengharap harap kematian segera. Subhanallah..
Tak pernah terpikirkan ya akhi, tentang saudara kita yang kini kehilangan penglihatannya.
Bahkan langit semesta yang menhampar luar diatas kepala setitikpun tak dapat diraba. Mereka tak mampu melihat wajah anak anak mereka. Istri mereka, wajah saudara semuslim yang selalu ceria dan cerah juga tak mampu dipandang. Yang ada, hanya lembaran hitam sepenuh mata memandang..
na'am, boro boro berharap memandang yang haram, dapat kembali melihat walau sedikit buram saja, sehingga nampak warna warna indah dunia ini.. mereka sudah amat bersyukur..
Mereka pula yang tak mampu lagi mengenal bunyi. Kadang harus memiliki alat tambahan untuk mendengar yang harga tak semurah sarapan pagi ditambah bensin 5 liter.
Boro boro mau bermesra dengan suara yang dilarang, terdengar suara istrinya yang cerewet atau rengekan anaknya,maupun omelan orang tuanya pun ia sudah bersimpuh bersyukur..
Apalagi, mereka yang tak mampu lagi berbicara. Ia memiliki suara namun tak bermakna. Memilki lidah namun hanya terpatah patah. Memliki mulut namun tak kuasa menyahut.
Wahai saudaraku. Boro boro mereka ingin mencaci pemerintah, atau kucing yang sembarang buang air, atau hujan yang terus menerus turun, atau membentak istrinya yang tak bisa diam berpidato,
jika saja mampu berkata dengan jelas dan dimengerti saja mereka sudah amat bersyukur..
Mereka ada. Mungkin ada salah satu dari keluarga kita. Atau teman kerabat kita. Wallahu a'lam.
Mereka berjuang menutupi kekurangan yang ada, menepis keluhan semata, mengganti dengan perbuatan perbuatan dan amalan amalan yang nyata!
Mereka adalah hamba hamba yang senantiasa bersyukur. Berjiwa tegar dan kokoh. Bak batu karang di tengah laut yang badannya ditenggelamkan air namun tetap berdiri.
Mereka juga yang ditampar tampar ombak namun tetap keras dan mantap tam gentarr. Sesungguhnya Allah tlah menguatkan hati hati mereka. Segala puji bagiNya.
Lalu bagaimana kita saudaraku, apakah kita menunggu mata kita buta, pendengaran kita lenyap, mulut kita yang menjadi bisu untuk mulai mau bersabar dan berjuang layaknya batu karang tadi?
Tentu jawabannya tidak ya akhi.
Allahu akbar. Allah Maha Besar. Semua masalah kita sangat kecil, sangat keciil di matanya. Ia dapat menyelesaikannya dengan mudah sesuai kehendakNya. Namun tinggal bagaimana kita, berikhtiar semampu kita, sebaik baiknya, paling baik, bahkan terbaik yang pernah kita lakukan dalam rangka mempersembahkan ikhtiar terbaik sesuai kadar diri kita kepada Allah azza wa jalla.
Bersabar hingga kesabaran kita yang tidak sabar dengan diri kita.
Bersyukur hingga bagian terkecil dalam hidup kita dan dalam bagian tersulit dalam hidup kita
Berdoa siang dan malam. Pagi dan petang. Diantara adzan dan iqomah. Di setiap sujud.
Di setiap diamnya. Di setiap tangisnya. Di tengah orang terlelap atau di tengah orang tengah berkopi dan teh dengan hiruk pikuk dunia.
Terus berharap, tak peduli dicaci di maki yang terus memotong motong hati.
Mereka teringat Allah tak pernah mendzaliminya, lebih lebih Allah yang paling sayang padanya.
KepadaNya kita memohon taufiqNya dan pertolonganNya.
Dialah pencipta dan Tuhan alam semesta.
Teruslah semangat menjalani segala ujian dan bersabar disetiap musibah.
Kesudahan yang baik bagi orang yang bertakwa dan tak ada kerugian bagi orang yang bersabar.
Tulisan ini diambil dari postingan salah satu member Grup WA Pemuda Islam (Grup Salafy)