TIPS RINGKAS UNTUK KHUSYU’ DALAM SHOLAT Pembahasan-pembahasan berikutnya yang akan anda ikuti adalah penjelasan detail tentang makna bacaan-bacaan dalam sholat. Setiap bacaan akan memiliki “rasa” tersendiri. “Rasa” itulah yang sebenarnya harus dihadirkan dalam setiap sholat. Sebagian Ulama’ Salaf menyatakan bahwa setiap ibadah harus diiringi dengan perasaan: ✔ (i) cinta dengan pengagungan, ✔ (ii) takut, dan ✔ (iii) berharap kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Pada saat disebutkan tentang Nama dan Sifat-Sifat Allah serta keagunganNya, dalam diri kita harus timbul perasaan mengagungkan. Jika disebutkan tentang kebaikan-kebaikan, Keadilan-keadilan dan kasih sayang Allah, dalam diri kita mestinya timbul perasaan cinta kepada Allah. Cinta yang berpadu dengan pengagungan tertinggi. Perasaan takut kepada Allah muncul jika kita membaca bacaan-bacaan tentang ancaman adzab Allah yang pedih, atau Sifat Allah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Kuat, bahwa Allah Penguasa satu-satunya, dan seluruhnya kecil di hadapanNya, dan makna-makna semisalnya. Perasaan takut juga muncul jika kita membaca pengakuan atas dosa kita dan kedzhaliman yang telah kita lakukan. Bila kita membaca bacaan-bacaan yang menyebutkan rahmat Allah, pemberian ampunan, dan penerimaan taubat kepada suatu kaum tertentu, atau Allah memberi hidayah kepada kaum tertentu, harusnya dalam diri kita timbul perasaan berharap. Perasaan-perasaan tersebut akan tetap terpelihara dan mudah dihadirkan setiap sholat jika kita melakukan hal-hal sebagai berikut*: 1. Memahami makna bacaan yang kita baca. InsyaAllah buku ini akan menuntun anda untuk memahami bacaan dalam sholat. Sesungguhnya kadar pahala kita dalam sholat sangat ditentukan oleh seberapa persen kita ingat kepada Allah, menghadirkan hati, menghayati ucapan dan gerakan dalam sholat. Sahabat Nabi Ammar bin Yasir radhiyallahu anhu menyatakan: لاَ يُكْتَبُ لِلرَّجُلِ مِنْ صَلاَتِهِ مَا سَهَا عَنْهُ “Tidaklah dicatat (sebagai pahala) dalam sholat seseorang ketika ia lalai” (diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhud no riwayat 1300) 2. Banyak berdzikir kepada Allah Kadang orang sulit untuk mengingat Allah dalam sholat, karena ia tidak terbiasa. Ia terbiasa lalai dari mengingat Allah. Pada saat datang waktu sholat, maka ia baru berjuang mengingat Allah. Bagi orang yang banyak berdzikir, baik di luar maupun di dalam sholat, ketika datang panggilan sholat, lebih mudah baginya untuk menata hati menghadap Allah karena ia telah terbiasa dengan dzikir, sedangkan sholat pada hakikatnya adalah untuk mengingat (berdzikir) kepada Allah. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي “…Dan tunaikanlah sholat untuk mengingatKu…” (Q.S Thaha:14) 3. Menjadikan dunia di tangan kita, bukan di hati kita. Seorang menjadikan “dunia” di tangannya jika ia jadikan seluruh aktifitas kehidupannya -seperti bekerja untuk menghidupi keluarga- sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Jika ia menjadikan ibadah kepada Allah sebagai tujuan utama, jika ia yakin bahwa ia akan bertemu dengan Allah dan dikembalikan kepadaNya, maka ia tidak akan mudah larut memikirkan urusan dunia. Sebaliknya, jika dunia telah merasuk dalam hatinya, atau bahkan menjadi prioritas utama, jika ia temui permasalahan-permasalahan terkait pekerjaan menjadikan ia susah tidur, selalu memikirkan hal itu setiap waktu, termasuk ketika ia berada dalam sholat, pikiran-pikiran itu akan menyesaki hati dan otaknya. وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45) الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (46) _“Dan minta tolonglah (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya itu adalah berat kecuali bagi orang yang khusyu’. Yaitu orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Rabb mereka dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya”_ (Q.S alBaqoroh:45-46) 4. Selalu meningkatkan ilmu yang bermanfaat Semakin seseorang berilmu, semakin tinggi perasaan takutnya kepada Allah. Perasaan takut yang diiringi pengetahuan tentang keagungan Dzat yang ditakuti. Semakin bertambah keilmuan seseorang, semakin kokoh ketauhidannya terhadap Allah. Hal itu akan semakin membuatnya khusyu’ di dalam sholat. Ilmu yang bermanfaat hanya bisa didapatkan jika bersumber dari AlQuran dan as-Sunnah yang shahihah dengan pemahaman para Sahabat Nabi ridlwaanullahi ‘alaihim ‘ajmain. إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ “…orang-orang yang takut (khosy-yah) kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu” (Q.S Faathir: 28). 5. Menghayati dan meyakini bahwa setiap kita berdzikir (di dalam atau di luar sholat), kita sedang berdialog dengan Allah. Allah menjawab bacaan dzikir kita dengan jawaban yang sesuai, sebagaimana hadits: مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ صَدَّقَهُ رَبُّهُ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَأَنَا أَكْبَرُ وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَحْدِي وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ قَالَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَحْدِي لَا شَرِيكَ لِي وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ قَالَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا لِيَ الْمُلْكُ وَلِيَ الْحَمْدُ وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِي وَكَانَ يَقُولُ مَنْ قَالَهَا فِي مَرَضِهِ ثُمَّ مَاتَ لَمْ تَطْعَمْهُ النَّارُ Barangsiapa yang mengucapkan: Laa Ilaaha Illallahu wallaahu Akbar (Tiada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Allah adalah yang terbesar), Rabbnya akan membenarkan ucapannya itu dan menyatakan: Tiada sesembahan yang benar kecuali Aku dan Aku yang terbesar. Jika ia mengucapkan: Laa Ilaaha Illallahu wahdah (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah semata), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku saja. Jika seseorang itu mengucapkan: Laa Ilaaha Illallahu wahdahu laa syariika lah (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagiNya), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku semata, tidak ada sekutu bagiKu. Jika orang itu mengucapkan: Laa Ilaaha Illallah Lahul Mulku wa lahul hamdu (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah. Hanya milikNyalah kekuasaan dan pujian), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku, hanya milikKu lah kekuasaan dan pujian. Jika seseorang itu mengucapkan: Laa Ilaaha Illallah wa laa hawla walaa quwwata illaa billaah (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganKu. Nabi ﷺ bersabda: . “Barangsiapa yang mengucapkan ucapan tersebut dalam sakitnya kemudian meninggal, tidak akan terlalap api Neraka” (H.R atTirmidzi, dihasankan olehnya, dishahihkan al-Albaniy) Iringi juga dzikir atau bacaan kebaikan itu dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat gerak-gerik kita dalam sholat (Q.S asy-Syu’araa’:219-220). 6. Meminta tolong kepada Allah agar kita bisa mempersembahkan ibadah yang terbaik kepadaNya, kemudian bertawakkal (berserah diri) hanya kepada Allah. Salah satu do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam adalah: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ “Ya Allah tolonglah saya untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu, dan mempersembahkan ibadah yang (ter)baik untukMu” (H.R Abu Dawud, anNasaai, Ahmad). Permohonan tolong kepada Allah ini bisa jadi adalah bagian terpenting, karena tanpa pertolongan Allah, kita tidak akan bisa khusyu’ dalam sholat. Termasuk bentuk permohonan pertolongan dalam hal ini adalah berlindung dari godaan syaitan yang akan selalu berusaha mengganggu dalam sholat. (dikutip dari buku “Memahami Makna Bacaan Sholat”, Pustaka Hudaya) Ustadz Abu Utsman Kharisman_ حفظه الله