muamalah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum membeli barang black market (bm)

Hukum Membeli Barang BM : Black Market (selundupan) Sumber: .http://siskiyou.sou.edu/ Disampaikan Oleh: (Asy-Syaikh Hani bin Buraik hafizhahullah) Pertanyaan: Apa hukum membeli barang-barang yang diimpor dari luar negeri yang tidak melalui pemeriksaan negara (barang selundupan-pent). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengambil cukai (pajak) atas barang-barang yang diimpor tersebut? Jawaban: Peraturan-peraturan yang dibuat oleh negara, Negara mengharuskan masyarakat untuk melaksanakannya, seperti mengambil cukai (pajak) terhadap barang-barang yang diimpor dari luar negeri. Maka rakyat di dalam negeri ini tetap (mesti) menunaikan peraturan ini, dan yang menanggung dosanya adalah yang mengambil (cukai), yang memaksanya dan mengharuskannya. Mereka dibebani membayar berbagai pajak yang banyak jenisnya, yang bukan disini tempat menyebutkannya. Bagaimanapun,  maka pajak ini dibayarkan untuk mereka (pemerintah-pent), maka yang menanggung dosa adalah yang memaksanya. Adapun penyelundupan barang-barang, ini menyelisihi peraturan pemerintah dalam hal ini, hal ini bisa mengantarkan kepada perkara yang lebih besar kejelekannya dari pada kejelekan membayar cukai (pajak), yaitu terjadinya penyelundupan barang-barang haram dan penyelundupan barang-barang terlarang, dan semakin menyemangati para penyelundup, dan ini termasuk kerusakan. Maka dengan melihat kerusakan membayar pajak, maka ini lebih ringan daripada kerusakan membuka pintu-pintu penyelundupan. Selesai. Sumber: Pertanyaan ditanyakan kepada Asy-Syaikh Hani bin Buraik hafizhahullah pada daurah asatidzah di Ma’had Al-Anshar. Pada rekaman menit 03:23-05:06. Ditranskrip dan diterjemahkan oleh: Umar Al-Atsary. Sumber: Forum Salafy سئل الشيخ‎ ‎هاني بن بريك‎ ‎حفظه الله تعالى السؤال : ما حكم شراء‎ ‎البضائع المستوردة من خارج البلد التي لا تمر على التفتيش‎ ‎من قبل البلد. وهذا التفتيش يقصد به أخذ الضريبة على تلك البضائع المستوردة?‎ الجواب : الأنظمة التي تضعها الدولة كانت تجبر عليهاالموطنين إجبارا كأخذ الضرائب‎ ‎على البضائع المستوردة‎ ‎فإن المواطن‎ ‎في هذه الدولة‎ ‎يؤدي هذا الأمر والإثم على من أخذ وأجبر وألزم‎ ‎. وهم يتضرعون بضرائب كثيرة لا مجال‎ ‎لذكرها. على ‎كل حال فإن تؤدى لهم والإثم على من أجبر. أما تهريب البضائع‎ ‎مخالفة ولاة الأمورفي ذالك سيجر إلى ما هو أعظم شرا من دفع‎ ‎الضريب وهي تهريب المحرمات تهريب الممنوعات وتشجيع المهربين‎ ‎وهذامن الإفساد. وبالنظر لمفسدة ضرب الضريبة وهي أخف من مفسدة فتح مجال التهريب انتهى. ⚪️ Sumber: Forum Salafy 🔁 Publikasi: 🔎 Fawaid Jual Beli 🔍 🌐 https://tlgrm.me/fawaidjualbeli 📱 JOIN Channel: @fawaidJualBeli 📝 Senin, 7 Shafar 1438 H / 7 Nopember 2016
8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nasehat syaikh bin baz kepada orang yang berhutang

NASEHAT BAGI ORANG YANG BERHUTANG Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah Pertanyaan: Mayoritas orang terjatuh pada banyak hutang. Apa nasehat Anda bagi pedagang dan orang yang berhutang dan selain mereka dalam masalah ini, Syaikh? Jawaban: Nasehatnya adalah bahwa seseorang hendaknya berusaha berhemat dan tidak berhutang. Hendaknya dia gembira dengan apa yang Allah Ta'ala mencukupinya dari hutang sebisa mungkin. Namun jika dia perlu berhutang maka hendaknya dia berniat melunasi hutang dan berusaha dalam melunasi hutang bila dia membutuhkannya berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:  .مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيْدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللهُ. “Barangsiapa yang mengambil harta orang dengan maksud mengembalikannya, maka Allah akan (menolong) untuk mengembalikannya. Dan barangsiapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya, maka Allah akan merusaknya.” [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 598)], Shahiih al-Bukhari (V/53, no. 2387).] Sehingga hendaknya berusaha dengan niat yang baik dan hendaknya dia berhutang karena faktor yang mendesak dan tidak memperbanyak hutang karena bisa jadi dia tidak sanggup membayarnya. Jadi, seyogyanya dia berhemat dalam urusan dan memilih berhemat dalam pakaiannya, makannya, minumannya dan lainnya sehingga dia tidak perlu banyak hutang. Adapun bila dia perlu berhutang maka hendaknya dia berusaha melakukan sebab-sebab terbayarnya hutang dengan cara yang dia menyanggupinya disertai niat yang baik. Hendaknya niatnya adalah bersegera melunasi hutang ketika mudah baginya hal itu. Jangan dia bermudah-mudahan yakni hendaknya dia memiliki niat yang baik yaitu bekerja dan berusaha melunasi hutang. Nurun 'Ala ad Darb 947 http://bit.ly/Al-Ukhuwwah نصيحة للمدينين السؤال: وقع كثير من الناس في ديون كثيرة, ما نصيحتكم للتاجر والمدين وغيرهم في هذه الأمور سماحة الشيخ؟الجواب: النصيحة أن الإنسان يجتهد في الاقتصاد وعدم الدين، ويفرح بما أغناه الله عن الدين مهما أمكن، وإن احتاج إلى الدين فيكون عنده نية أنه يسدد الدين وأنه يجتهد في سداد الدين إذا أضطر إليه لقول النبي صلى الله عليه وسلم: (من أخذ أموال الناس يريد أداءها أدى الله عنه، ومن أخذها يريد إتلافها أتلفه الله)، فليجتهد في النية الصالحة، وليستدن الذي تدعو إليه الضرورة، ولا يستكثر من الدين فإنه قد يعجز عن الأداء فينبغي له الاقتصاد في أموره وتحري الاقتصاد في ملبسه، ومأكله، ومشربه وغيره ذلك حتى لا يحتاج إلى الدين الكثير، وإذا احتاج للدين فليجتهد في أسباب قضاء الدين بالطرق التي يستطيعها مع النية الصالحة، نيته أنه يبادر بالدين من حين يتيسر له ذلك، لا يتساهل، يعني يكون عنده نية صالحة أنه يعمل ويجتهد لقضاء الدي Fatwa Syaikh Bin Baz Tentang Seorang yang Akan Membayar Hutang Tapi Pihak Penghutang Sudah Tidak Ada diterjemahkan Oleh Al Ustadz  Abu Utsman Kharisman Pertanyaan: Wahai Syaikh yang mulya, saya memiliki hutang kepada beberapa orang. Sebagian waktunya sudah lama, sebagian waktunya masih belum lama. Pada saat mereka menagih hutangnya, waktu itu saya belum punya uang. Sekarang saya punya uang. Akan tetapi sebagian mereka ada, sebagian lagi tidak ada (tidak ketemu). Apa yang saya lakukan terhadap harta orang-orang yang tidak diketemukan? Jawaban Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah dan sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah dan kepada keluarga, Sahabat, dan orang yang mendapat petunjuk dengan PetunjukNya. Amma ba’du… Hendaknya anda berusaha bertanya tentang tempat-tempat mereka. Jika alamat-alamat mereka telah diketahui kirimkan hak-hak mereka. Ini yang wajib bagi anda. Karena menunaikan hutang adalah wajib dan ini adalah media untuk menunaikannya. Anda wajib bertanya dan berusaha keras hingga mengetahui tempat-tempat dan alamat-alamat mereka. Kemudian mengirimkan hak-hak mereka. Dan jangan tergesa-gesa (untuk memastikan mereka tidak ketemu, pent). Mungkin saja mereka akan datang. Mungkin anda mengetahui alamat-alamat mereka, jika mereka belum datang jangan tergesa-gesa. Jika anda sudah putus asa (yakin mereka memang tidak ditemukan setelah berusaha keras, pent), maka bershodaqohlah (sejumlah hak mereka, pent) diniatkan untuk mereka. Jika mereka kemudian datang (setelah anda shodaqohkan, pent), berikan mereka pilihan. Jika mereka menerima harta itu dishodaqohkan, maka pahalanya untuk mereka. Jika mereka tidak terima, maka pahala shodaqoh itu untuk anda dan anda harus memberikan hak mereka kepadanya. Kita meminta kepada Allah agar Dia memberikan taufiq kepada semuanya. Jazaakumullahu khairan. Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/12963 http://salafy.or.id/blog/2015/02/18/fatwa-syaikh-bin-baz-tentang-seorang-yang-akan-membayar-hutang-tapi-pihak-penghutang-sudah-tidak-ada/ APA HUKUM MENUNDA MENGEMBALIKAN  PINJAMAN DARI WAKTU YANG DITENTUKAN? . Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah . Pertanyaan: Jika seseorang meminjam sesuatu , namun tidak dia kembalikan pada waktu yang ditentukan dan bermudah-mudahan dengannya padahal pemiliknya memerlukan barang yang dipinjam tersebut. Berdosakah orang itu karena perbuatannya? . Jawaban: Apabila pinjaman tersebut ditentukan waktu peminjamannya, maka wajib baginya mengembalikan setelah habis waktunya dan dia berdosa apabila tidak dilakukannya. Sehingga ketika diberikan kepadanya semisal mobil untuk dipinjam selama sehari atau dua hari, maka dia kembalikan setelah waktunya. Begitu pula ketika diberikan kepadanya semisal kebutuhan lainnya yang dia mendapat manfaat darinya, maka dia kembalikan setelah waktu yang ditentukan dan tidak boleh baginya bermudah-mudahan pada hal ini, karena merupakan kezhaliman. Apabila dia bermudah-mudahan, maka dia telah berbuat zhalim dan termasuk sebab jeleknya kondisi hubungan antar tetangga dan sahabat. Kemudian apabila dia berbuat zhalim atas  pinjaman, maka dia bertanggung jawab terhadapnya, maksudnya wajib baginya memperhatikan  pinjaman dan menjaganya serta mengembalikannya di waktu yang telah ditentukan. Sehingga apabila selama batasan waktu dia menyelesaikan keperluannya, maka hendaknya segera mengembalikannya. Semoga Allah meridhai dan memberi pahala bagi kalian. . http://www.binbaz.org.sa/node/20281 Sumber: http://bit.ly/Al-Ukhuwwah TAMBAHAN FAEDAH DARI SYAIKH IBNU 'UTSAIMIN JANGAN MUDAH BERHUTANG !!!* Berkata Al 'Allamah Ibnul 'Utsaimin rahimahullah : "Tidak sepantasnya bagi seseorang untuk berhutang kecuali apabila dalam kondisi darurat. Tidak berhutang untuk menikah, tidak pula untuk membangun rumah, tidak pula untuk barang-barang tidak penting (yang hanya bersifat) pelengkap dalam rumah, semua ini termasuk kedunguan. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :  ولْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغْنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِه "Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya"_ [QS. An-Nur: Ayat 33] Ini dalam urusan nikah, bagaimana menurutmu dengan urusan yang jauh lebih rendah daripadanya?" ___________ Syarhu Riyadhish Shalihin (2/337) ***** http://bit.ly/alistifadah Arsip WALIS » http://walis-net.blogspot.com/2016/10/jangan-mudah-berhutang.html Kritik dan saran » http://goo.gl/d0M01P Faedah Lain » http://walis.salafymedia.com/
8 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sikap kepada tetangga yang bukan salafy

 .SIKAP KEPADA TETANGGA YANG BUKAN SALAFIY Tetanggaku yang hidup bersamaku di kamar asrama yang ada di kampus universitas bukanlah seorang salafiy. Apakah saya wajib memuliakannya? Asy Syaikh 'Ubaid bin 'Abdillah Al-Jabiriy hafizhahullah Penanya :  Semoga Alloh memberikan keberkahan kepada engkau, wahai Syaikh kami. Pertanyaan ke-3, (penanya) mengatakan: Tetanggaku yang hidup bersamaku di kamar asrama yang ada di kampus universitas bukanlah seorang salafiy. Apakah saya wajib memuliakannya, sementara saya khawatir terkena syubuhat? Jawaban : Selama engkau diuji dengan (kebersamaan)nya, maka bersikaplah dengan tepat dan mendekati (kebenaran) (*) ketika bersama dengannya. Ucapkan salam kepadanya. Jika dia mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah salamnya. Kemudian jadikankanlah majelismu (mendekat) kepada saudara-saudaramu ahlus sunnah. Jika engkau melihat adanya keterbukaan & kelapangan dada darinya, maka tidak mengapa engkau mengingatkannya dan menasihatinya. Akan tetapi, jika engkau mengenalnya bahwa dia adalah orang yang memiliki syubhat-syubhat, maka janganlah engkau memberinya kelonggaran untuk menguasai pendengaranmu (**) Sungguh saya telah menyebutkan kepada kalian berulang-kali perkataan Ayyub As-Sikhtiyaniy rahimahullah Abu Qilabah telah berkata kepadaku: Wahai Ayyub, hafalkan (ingatlah selalu) 4 hal dariku: ▪️Janganlah engkau berbicara tentang (isi) Al-Qur'an dengan akalmu; ▪️Dan berhati-hatilah engkau terhadap (pembicaraan tentang) takdir; ▪️Dan jika para sahabat (Nabi) Muhammad ~shollallohu 'alaihi wa sallam~ disebut-sebut, maka tahanlah dirimu (***) ▪️Serta janganlah engkau memberi kelonggaran kepada para pengikut hawa nafsu untuk menguasai pendengaranmu (**), sehingga mereka membuang apa saja (syubhat) yang mereka maukan ke dalamnya (pendengaranmu).》 Para imam ahlus sunnah telah sepakat tentang Memisahkan diri dari ahlul ahwa' (para pengikut hawa nafsu; ahlul bid'ah) dan menjauhi mereka, serta tidak bermajelis dan memasang pendengaran untuk mereka. ➖➖➖➖➖➖➖ (*) Beliau berpesan untuk mengamalkan hadits ((سددوا وقاربوا)) dalam bermuamalah dengan tetangganya tersebut. Wallohu a'lam (**) Menyampaikan syubhat-syubhatnya kepadamu. (***) Jangan membicarakan keburukan mereka. ~~~~~~~~~~~~ جاري الذي يعيش معي في الغرفة في الجامعة ليس بسلفي، هل عليّ أن أُكرمه؟ الشيخ عبيد بن عبد الله الجابري حفظه اللّٰه السؤال: بارك الله فيكم شيخنا، السؤال الثالث، يقول: جاري الذي يعيش معي في الغرفة في الجامعة ليس بسلفي، هل عليَّ أن أُكرمه مع أني أخشى أن يلقنني شُبهات؟ الجواب : ما دمت بُليت به فسَدِّد وقارب معه، أَلْقِ- عليه السلام- وإذا سَلَّم عليك فرُدّه عليه، ثم اجعل مجلسك إلى إخوانك أهل السُّنّة، وإن رأيتَ منهُ رحابة صدر وانشراح فلا مانع أن تُذاكره وتناصحه، لكن إذا عرفت أنه صاحب شُبَه فلا تُمَكِّنه من سَمعِك، وقد ذكرت لكم مرارًا قول أَيُّوبَ  السَّخْتِيَانِيِّ - رحمه الله-: (قَالَ لِي أَبُو قِلَابَةَ: يَا أَيُّوبُ احْفَظْ عَنِّي أَرْبَعًا: لَا تَقُلْ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِكَ, وَإِيَّاكَ وَالْقَدَرَ، وَإِذَا ذُكِرَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم- فَأمْسِك، وَلَا تُمَكِّنُ أَصْحَابَ الْأَهْوَاءِ مِنْ سَمْعِكَ , فَيَنْبُذُوا فِيهِ مَا شَاءُوا)، وأئمة أهل السنة مُجمعون على مفاصلة أهل الأهواء والبعد عنهم وعدم مجالستهم والاستماع إليهم. 🗂 http://miraath.net/questions.php?cat=50&id=396 🔻🔻🔻🔻🔻🔻 ✍🏼 Ibnu abi Humaidi hafizhahullah 🎯 Majmu'ah Ashhaabus Sunnah 🚀 ©hannel telegram : http://bit.ly/ashhabussunnah
8 tahun yang lalu
baca 3 menit