sejarah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sejarah penaklukan persia

PENAKLUKAN PERSIA ✍🏻 Al-Ustadz Idral Harits Thalib Abrar حفظه الله تعالى Di MASA KHULAFAUR RASYIDIN Futuhat Islamiyah (Kemenangan Islam) akan terus berlanjut. Ketika Rasulullah ﷺ diutus, manusia sudah tersebar di beberapa wilayah di dunia, di Asia, Eropa, dan Afrika. Kekuatan terbesar saat itu dipegang oleh imperium Romawi di barat dan Persia di timur. Akan tetapi, dua kekuatan tersebut tidak berdiri di atas agama yang benar dan lurus. Persia menyembah api dan memeluk agama Majusi sebagai keyakinan mereka. Adapun bangsa Romawi memeluk agama Nashrani, tetapi tidak memelihara dengan benar ajaran yang dibawa oleh Nabi 'Isa عليه السلام. Mereka mengubah-ubah agama itu sesuai menurut selera mereka. Akibat penyimpangan akidah tersebut, dua kekuatan ini tidak mampu membawa peradaban manusia berkembang semakin baik. Berbagai ketidakadilan tersebar dalam kehidupan masyarakat. Perbuatan syirik sebagai kezaliman paling besar adalah hal yang biasa. Bahkan menjadi budaya yang dilestarikan serta dibela mati-matian. Karena itu, tidak mengherankan jika kejahatan lain juga tumbuh dengan suburnya. Di zaman itu pula, ternyata masih ada orang-orang Yahudi tinggal di beberapa wilayah, seperti Syam, Irak, dan Hijaz. Akan tetapi, ajaran Nabi Musa عليه السلام yang ada di kalangan mereka sudah banyak berubah. Berbagai pemikiran filsafat dan khurafat telah menodai kesucian kitab-kitab yang ada di tangan mereka. Sebab itu pula, keadaan tersebut tidak mendukung kemajuan peradaban manusia, apalagi untuk menaikkan martabat mereka sebagai manusia. . Dalam keadaan zaman seperti itulah, Rasulullah ﷺ diutus membawa risalah langit untuk membawa manusia dari kegelapan yang bertumpuk menuju cahaya yang terang benderang. Akhirnya, selama dua puluh tiga tahun beliau berdakwah, terbentuklah prototipe masyarakat maju yang beradab sepanjang masa. Selama kurang dari seperempat abad itu, dengan bimbingan Allah Ta'ala, Rasulullah ﷺ berhasil membentuk manusia-manusia yang membawa pencerahan dan kemajuan di semua bidang. Tidak satu negeri pun yang mereka masuki dan mereka taklukkan, kecuali membuktikan bahwa merekalah sesungguhnya guru dalam bidang kemanusiaan dan urusan dunia lainnya. DI MASA ABU BAKAR ASH SHIDDIQ Sepeninggal Rasulullah ﷺ, pintu-pintu kemenangan terus dibukakan oleh Allah Ta'ala untuk shahabat-shahabatnya. Dimulai dengan penaklukan Bani Hanifah yang murtad, hingga mereka kembali ke pangkuan Islam, menjadi peringatan bagi kabilah-kabilah Arab lainnya di sekitar Madinah untuk tidak mengambil tindakan yang sama. Setelah Islam semakin kuat di Yamamah, keadaan pun aman dan tenang. Kabilah-kabilah Arab semakin yakin dengan kekuatan kaum muslimin. Untuk sementara, Khalifah Abu Bakar yang menggantikan Rasulullah ﷺ memimpin kaum muslimin merasa tenang, karena sudah tidak ada lagi kemungkinan serangan dari orang-orang Arab yang ingin memberontak.  Khalifah memandang jauh ke depan. Kembali terngiang-ngiang di telinganya sabda Rasul yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya. Dahulu, ketika bersama-sama memecah batu, menggali parit dalam peristiwa Khandaq, Rasulullah ﷺ pernah mengatakan bahwa beliau melihat kerajaan Persia, dan kekayaan negeri itu akan jatuh ke tangan kaum muslimin lalu akan digunakan untuk jalan Allah. Khalifah ingin mewujudkannya, dan agaknya telah tiba waktunya.  Khalifah segera mengirim surat kepada Panglima Khalid memberi perintah agar membawa pasukan muslimin menuju Irak, dimulai dari Ubullah yang terletak di tepi sungai Tigris. Khalifah mengingatkan agar pasukan muslimin tetap mengajak manusia kembali kepada Allah عزوجل, atau membayar jizyah, atau perang. Khalifah juga mengingatkan agar Khalid tidak memaksa kaum muslimin untuk ikut, dan tidak pula meminta bantuan kepada mereka yang pernah murtad dari Islam walaupun sudah kembali.  Begitu mendapat perintah melalui surat itu, Khalid رضي الله عنه segera bersiap meninggalkan bumi Yamamah. Khalifah juga mengirim surat kepada 'Iyadh bin Ghunm yang telah berhasil menaklukkan Daumatil Jandal untuk segera menuju Irak. Kepada kedua panglima ini, Khalifah menegaskan bahwa siapa saja di antara mereka yang lebih dahulu sampai di Irak, dialah yang menjadi pemimpin bagi seluruh pasukan. Dan Khalid bersama pasukannya tiba lebih dahulu di Irak.  Di tempat lain, Al Mutsanna Haritsah yang telah menang dalam peperangan di Bahrain meminta izin kepada Khalifah agar ikut menaklukkan Irak. Khalifah mengizinkannya, maka dia pun berangkat dengan kekuatan 8000 orang, menyusul pasukan Khalid bin Al Walid.  Setelah bertemu dengan Khalid dan pasukannya, segera Khalid membagi-bagi pasukannya menjadi tiga batalion dan berangkat menempuh jalan yang berbeda. Kelompok pertama, dipimpin oleh Al Mutsanna dengan Zhufar sebagai penunjuk jalan, berangkat dua hari sebelum Khalid bertolak.  Kelompok kedua 'Adi bin Hatim dan 'Isham bin 'Amr dengan penunjuk jalan masing-masing Malik bin 'Abbad dan Salim bin Nashr, salah satu dari kedua kelompok ini mendahului yang lain satu hari sebelumnya. Setelah itu, Khalid dan pasukannya mulai bergerak dengan penunjuk jalan Rafi'. Sesampainya di wilayah Persia itu, Khalid memulai gerakan militernya dengan mengirim surat kepada seluruh pembesar kerajaan Persia, termasuk para gubernur di wilayah Irak. Isi surat itu tidak hanya mengajak mereka kepada Islam. Tetapi juga menampilkan sikap kepahlawan barisan muslimin, bahwa yang mereka cari hanya dua, kemenangan atau mati syahid. “Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid Ibnul Walid kepada para pembesar Persia. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk  Amma ba'du:  Segala puji hanya milik Allah yang telah memporak-porandakan kaki tangan kalian, dan merenggut kerajaan kalian, serta melumpuhkan tipu muslihat kalian. Siapa yang shalat seperti shalat kami, dan menghadap kiblat kami, jadilah ia seorang muslim. la akan mendapatkan hak seperti yang kami dapatkan, dan ia mempunyai kewajiban seperti kewajiban kami.  Bila telah sampai kepada kalian surat ini, hendaklah kalian mengirimkan kepadaku jaminan, dan terimalah perlindungan dariku. Kalau tidak, maka demi Allah yang tiada sesembahan yang haq selain Dia, akan kukirimkan kepada kalian satu kaum yang mencintai kematian, seperti kalian yang sangat mencintai hidup...!”  Para pembesar yang menerima surat tersebut terheran-heran melihat keberanian dan seruan Khalid. Tetapi bangsa Arab bukanlah bangsa yang masuk dalam perhitungan mereka. Bagi mereka, bangsa Arab adalah bangsa terbelakang, tidak berbudaya, bahkan tidak memiliki kekuatan besar, sehingga tidak perlu diperhitungkan. Hurmuz yang menerima surat itu segera mengirimkannya kepada Syira bin Kisra dan Azdasyir bin Syira. Hurmuz segera mengumpulkan kekuatan dan segera bertolak menuju Kazhimah. Masing-masing sayap pasukan itu dipimpin oleh Qabbadz dan Anusyjan, dari pihak keluarga kerajaan.  Hurmuz adalah pembesar yang terkenal bengis tetapi cerdik, dan paling kafir. Kedudukannya cukup tinggi, dan ini diketahui dari mahkota yang dikenakannya. Semakin mahal perhiasan mahkota tersebut, semakin tinggi pula kedudukan pemiliknya. Mahkota Hurmuz ditaksir seharga seratus ribu dinar. والله أعلم. Khalid tiba bersama pasukannya yang berjumlah 2000 orang yang sebelumnya ikut memerangi orang-orang murtad. Kemudian bergabung pula 8000 orang dari kabilah Rabi'ah. Setelah itu Khalid menulis surat kepada tiga orang pembesar yang ada di Irak, yang juga sudah siap berjihad, agar bersatu menyerang Irak. Ketiga pembesar itu adalah Ma'dzur bin 'Adi Al 'Ijli, Sulma bin Al Qayn At Tamimi, dan Harmalah bin Murabthah At Tamimi.  Surat itu diterima baik dan ketiga pembesar itu pun menggabungkan pasukan mereka yang jumlahnya dengan pasukan Al Mutsanna adalah 8.000 personil. Akhirnya, kekuatan pasukan muslimin bertambah menjadi 18.000 orang. Mereka berkumpul di Ubulla. Sebagaimana telah diceritakan sebelum memasuki Irak, Khalid sudah menulis surat peringatan kepada Hurmuz pemimpin Persia di perbatasan Ubulla.  Setelah mendekati wilayah pertempuran, Khalid memecah pasukannya menjadi tiga dan memerintahkan masing-masing memilih jalannya sendiri-sendiri, tidak dari satu jalan saja. Strategi ini disengaja Khalid untuk menepis adanya blokade-blokade. Akhirnya, di bagian depan, berangkatlah Al Mutsanna, kemudian pasukan kedua adalah pasukan 'Adi bin Hatim Ath Tha'i, dan terakhir adalah pasukan Khalid, dan berjanji bertemu di Hudhair.  PASUKAN RANTAI Hurmuz sudah tahu perjalanan pasukan Khalid dan tahu pula bahwa kaum muslimin berjanji untuk bertemu di Hudhair. Maka ia pun mempercepat gerak pasukannya untuk mendahului kaum muslimin tiba di tempat tersebut. Hurmuz menempatkan Qubbadz dan Anusyjan di bagian depan pasukan.  Sampailah berita kepada Khalid bahwa orang-orang Persia sudah bersegera menuju Hudhair. Sebab itu, Khalid membawa pasukannya menjauh dari Hudhair menuju Kazhimah, tetapi Hurmuz sudah mendahului pula dan berhenti di tempat yang cukup persediaan airnya.  Adapun Khalid berhenti di tempat yang tidak ada persediaan airnya. Khalid berkata kepada shahabat-shahabatnya, “Turunkan beban-beban kalian, kemudian rebut air mereka. Demi Allah, air itu akan mengalir untuk golongan pasukan yang paling sabar dan tentara paling mulia.” Kaum muslimin segera menurunkan beban-beban mereka. Sedangkan kuda-kuda masih berdiri tegak, dan pasukan pejalan kaki mulai mendekati orang-orang kafir.  Allah Ta'ala yang Maha Pemurah mulai mengirimkan awan dan menurunkan hujan di bagian belakang barisan kaum muslimin. Akhirnya, kaum muslimin menjadi kuat dengan tersedianya air yang melimpah untuk bekal mereka.  Itulah sebagian bukti kebersamaan Allah Ta'ala dengan para wali-Nya yang beriman. Akhirnya, kedua pasukan itu saling berhadapan.  Hurmuz panglima Persia dikenal sebagai orang yang jahat dan curang, bahkan menjadi simbol dengan kejahatannya. Hurmuz sudah mendengar ketangguhan Khalid di medan laga. Oleh karena itu, ia berusaha melakukan muslihat untuk mengalahkan Khalid dan kaum muslimin dengan cepat.  Beberapa pengawalnya diperintahkan untuk maju bersamanya ke tengah-tengah lapangan antara kaum muslimin dan Persia. Hurmuz mulai berjalan ke depan dan menantang Khalid agar maju bertanding satu lawan dengannya.  Khalid menyambut tantangan itu dan turun dari kudanya. Dengan tenang, Khalid berjalan ke tengah gelanggang sambil menghunus pedangnya. Hurmuz juga mulai maju.  Tiba-tiba, begitu mendekat, Hurmuz menyerang Khalid. Tetapi dengan enteng Khalid mengelak.  Kedua pedang mulai beradu. Beberapa saat keduanya masih tangguh dan saling tebas. Dalam satu kesempatan, Khalid berhasil menelikung Hurmuz. Tetapi, beberapa pengawal Hurmuz segera maju hendak menyergap Khalid ketika beliau lengah. Qa’qa’ bin ‘Amr yang diturunkan dalam pasukan Khalid melihat kecurangan itu segera memacu kudanya bersama beberapa orang berkuda lainnya menyerang pengawal Hurmuz. Melihat keadaan ini kaum muslimin di belakang Qa’qa’ segera menyerbu.  Tentara Persia dengan kekuatan dan persenjataan lengkap segera menyambut serangan muslimin. Bunyi gemerincing rantai menggema menyelingi suara takbir dan jerit kematian. Pasukan Persia memang menggunakan rantai. Mereka mengikat kaki-kaki mereka agar tidak lari dari medang perang. Inilah salah satu alasan perang ini dinamakan juga Dzatu Salasil (pasukan rantai). Walaupun jumlah kaum muslimin jauh di bawah tentara Persia, tetapi semangat iman yang ada di hati mereka seakan meruntuhkan gunung. Kekuatan inilah yang sesungguhnya dihadapi oleh tentara penyembah api. Dengan cepat, pertempuran itu diselesaikan oleh kaum muslimin. Puluhan ribu prajurit Persia yang bertahun-tahun terlatih dalam strategi perang yang canggih saat itu bergelimpangan sia-sia. Kenyataan ini pula menambah dendam anak cucu dinasti Sasanid hingga saat ini terhadap kaum muslimin, khususnya bangsa Arab (Quraisy-ed). Akhirnya, kaum muslimin memperoleh ganimah yang berlimpah, dibawa oleh seribu ekor unta. Tetapi, kaum muslimin tidak menyerang para petani yang mereka jumpai di wilayah Persia. Para petani ditawari untuk menerima Islam, kalau mereka menerima, ada kewajiban zakat dari hasil pertanian mereka. Kalau mereka mau, mereka harus menyerahkan jizyah yang jauh lebih kecil daripada yang dirampas raja-raja Persia dari petani-petani tersebut. Seperlima rampasan itu dikirim oleh Khalid kepada Khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq. Sedangkan sisanya dibagi-bagi di antara para prajurit muslim.Termasuk yang dikirimkan kepada Khalifah adalah mahkota Hurmuz yang bertakhtakan permata, yang harganya sampai seratus ribu dinar.  Akan tetapi, mahkota itu justru dikembalikan Khalifah kepada Khalid sebagai hadiah untuk si Pedang Allah. Berturut-turut, wilayah Irak mulai membuka dan menyerahkan diri kepada Tentara Allah. Bala bantuan yang diinginkan Hurmuz terlambat datang. Bahkan kedatangan mereka pun sia-sia, karena menghadapi orang-orang yang merindukan bertemu dengan Allah sebagaimana orang-orang Persia yang sangat mencintai hidup.  Hampir 30.000 orang prajurit Persia mati di tangan kaum muslimin, setelah mereka memasuki wilayah Irak berikutnya, yaitu Madzar. Jatuhnya Madzar semakin menambah kemarahan dan dendam orang-orang Persia. Raja mereka segera mengirim pasukan besar untuk menghentikan laju kaum muslimin. Tetapi, siapa yang dapat menahan tentara Allah❓ Siapa yang dapat mencegah kekuatan iman jika sudah menerjang❓ Dalam pertempuran di wilayah Waljah, kekalahan Persia demikian memalukan. Khalid bertanding dengan seorang tentara Persia yang kekuatannya sebanding dengan seribu prajurit. Tetapi dengan mudah Khalid membunuhnya. والله أعلم. Sumber || Majalah Qudwah Edisi 11 | https://t.me/Majalah_Qudwah
3 tahun yang lalu
baca 10 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah pembunuhan para penghafal al quran

PEMBUNUHAN PARA PENGHAFAL AL-QUR'AN Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc حفظه الله تعالى Kisah Pembunuhan Para Penghafal Al Quran Ka'ab bin Zaid bin An-Najjar رضي الله عنه berada di tengah-tengah tumpukan mayat Syuhada. Beliau terluka parah. Namun, tak ada yang menyangka ia akan terus hidup. Allah سبحانه وتعالى takdirkan Ka’ab berumur panjang hingga mengikuti perang Khandaq bersama Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dan syahid di perang tersebut. Apakah gerangan yang terjadi pada diri Ka’ab bin Zaid رضي الله عنه? Bersama jasad-jasad siapa tubuh beliau berlumur darah? Beliaulah saksi hidup kekejian dan penghianatan kuffar (orang-orang kafir) terhadap perjanjian bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada peristiwa Bi’r Ma’unah. Tragedi berdarah Bi’r Ma’unah mengantarkan semua shahabat, tujuh puluh ahli Al-Quran menemui Rabb-Nya dalam keadaan Syahid. Kecuali Ka’ab bin Zaid. Bagaimana kisahnya? Perang Uhud masih menyisakan kesedihan. Tujuh puluh shahabat terbaik, dari kaum Muhajirin dan Anshar meninggal. Hamzah bin Abdul Muththalib, Mush'ab bin Umair, Abdullah bin Haram, dan sederet nama patriot Islam menghembuskan nafas terakhir untuk Allah, syahid di bumi Uhud. Selang beberapa bulan, musibah kembali menimpa kaum muslimin. Dua peristiwa, Ar-Rajii' dan Bi'r Ma'unah menjadi saksi pengorbanan shahabat dalam menyebarkan IsIam. Sekaligus bukti kegigihan mereka menegakkan kalimat Allah di muka Bumi. SEBAB PENGIRIMAN SATUAN PASUKAN DALAM PERISTIWA BI’R MA'UNAH Imam Muslim رحمه الله meriwayatkan dalam kitab Shahihnya¹, bahwa sebab pengiriman satuan perang ini adalah datangnya serombongan tamu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta beliau agar mengutus shahabat-shahabat untuk mangajari mereka AI-Quran dan As-Sunnah. Selaras dengan riwayat Muslim rahimahullah, Al-Bukhari رحمه الله menyebutkan bahwa sebab pengiriman rombongan shahabat adalah permohonan Ri’l dan Dzakwan dari Bani Sulaim, dan Ushayyah dari Bani Lahyan, mereka memohon bantuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka beIiau mengutus tujuh puluh shahabat. Dalam referensi Sirah Nabawiyah² disebutkan bahwa suatu ketika Abu Barra’, Amir bin Malik bin Ja‘far, pembesar Bani Amir, yang dikenal sebagai ahli tombak menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam .di Madinah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menawarkan Islam kepadanya. Abu Barra' tidak menerima ajakan Islam, namun tidak pula menolaknya. Abu Barra' kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, seandainya Engkau mengutus shahabat-shahabatmu ke penduduk Najd untuk mengajak mereka kepada Islam. Aku berharap mereka mau menerima seruan tersebut." Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun menjawab, "Aku mengkhawatirkan mereka dari berbagai kemungkinan buruk yang dilakukan oieh penduduk Najd." Kekhawatiran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat beralasan. Wilayah Najd saat itu masih dikuasai kuffar. Abu Barra’ menyahut, "Aku yang menjamin keselamatan mereka." Mendapat jaminan Abu Barra‘, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun mengutus 70 orang shahabat untuk membawa misi dakwah. Dari semua riwayat-riwayat di atas, mungkin kita katakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengutus para shahabat dengan semua sebab itu. Pertama: permintaan Bani Sulaim, kedua: permintaan Abu Barra’. Allahu a’lam. Siapa tujuh puluh orang shahabat yang diutus Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? Mereka adalah shahabat-shahabat pilihan yang disebut qurra‘ (ahli Al-Qur‘an). Hari-hari mereka dipenuhi dengan amalan shalih dan semangat menuntut ilmu. Di siang hari mereka bekerja sebagai pencari kayu bakar, hasilnya mereka sedekahkan untuk ahli suffah, shahabat-shahabat fuqara'. Adapun di malam hari, mereka tekun menegakkan shalat dan ibadah kepada Allah.³ Dengan penuh pengharapan dan tawakkal kepada Allah, berangkatlah kesatuan pasukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Al-Mundzir bin Amr رضي الله عنه dari Bani Sa'idah ditunjuk sebagai pimpinan sariyyah (pasukan kecil) itu. Dialah shahabat yang berjuluk 'aI-Mu'niq Ii Yamût', ’Sang pemberani mati, orang yang bergegas meraih syahadah (mati syahid)’.  Di bawah kepemimpinannya, berangkatlah shahabat qurra’ lainnya seperti Amir bin Fuhairah, seorang bekas budak Abu Bakar Ash-Shiddiq, Haram bin Milhan, Ka'ab bin Zaid bin An-Najjar, AI-Harits bin Ash-Shimmah, Urwah bin Asma', Nafi’ bin Budail bin Warqâ', dan shahabat-sahabat pilihan Iainnya. Mereka meninggalkan Madinah pada bulan Shafar tahun 4 hijriyah, empat bulan setelah perang Uhud. TIBA DI BI'R MA’UNAH DAN WAFATNYA HARAM BIN MILHAN Sampailah rombongan Al-Mundzir bin Amr di sebuah tempat bernama Bi‘r Ma'unah. Daerah ini berada di antara wilayah Bani Amir dan wilayah Bani Sulaim. Kedua daerah tersebut berdekatan, namun Bi'r Ma'unah lebih dekat kepada wilayah Bani Sulaim daripada wilayah Bani Amir. Setibanya di Bi’r Ma'unah, diutuslah Haram bin Milhan, saudara Ummu Sulaim bintu Milhan untuk menyampaikan surat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada musuh Allah, Amir bin Ath Thufail. Ternyata Haram رضي الله عنه tidak disambut sebagaimana mestinya seorang utusan yang terhormat. Surat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak dihiraukan sama sekali oleh Amir bin Ath Thufail. Bahkan, ia memberi isyarat kepada seseorang agar Haram bin Milham dibunuh. Tombak nan tajam melesat, ditusukkan dengan demikian kuat dari belakang tubuh Haram. Benda tajam itu menembus dadanya, merobek dada yang selama ini dipenuhi dengan Kalamullah, Al-Qur'an. Innalillahi wa inna ilaihi Raji'un. Darah bersimbah. Detik-detik kematian menghampiri shahabat yang mulia, Haram bin Milhan رضي الله عنه. Demi melihat darah segar, bukan kesedihan yang tersirat dari wajah Haram, justru kebahagiaan melingkupi relung qalbunya. Dengan lantang Haram bin Milhan, seorang yang pincang kakinya berteriak penuh kebahagiaan: اللهُ أَكْبَرُ فُزْتُ وَرَبِّ الْكَعْبَتِ "Allahu Akbar, Aku telah beruntung, Demi Rabb Ka’bah" Subhanallah, sungguh tidak terbayang kalimat indah ini terucap  Tubuh Haram bin Milhan rebah, bersama diangkatnya Roh menuju keridhaan dan ampunan Rabbul'izzah. AMIR BIN ATH THUFAIL MENGHASUT BANI AMIR DAN BANI SULAIM Kematian Al-Haram tidak cukup bagi Amir bin Ath Thufail. Dia lanjutkan makar dan pengkhianatannya dengan menghasut orang-orang Bani Amir agar memerangi rombongan qurra’. Namun mereka menolak karena adanya perlindungan Abu Barra‘. Dia pun menghasut Bani Sulaim. Ajakan ini kemudian disambut oleh Ushayyah, Ri'l, dan Dzakwan, padahal merekalah yang meminta kedatangan shahabat, dan mereka masih terikat perjanjian dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ushayyah, Ri’l, dan Dzakwan termakan hasutan lbnu Ath Thufail. Segera mereka mengepung para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Meskipun shahabat Qurra’ mencoba mengadakan perlawanan dengan senjata-senjata yang mereka bawa, namun Allah سبحانه وتعالى menghendaki kemuliaan atas mereka. Semua dibunuh, kecuali Ka’ab bin Zaid bin An-Najjar, tubuhnya terlempar, terbaring bersama jenazah lainnya dengan luka yang sangat parah. Hingga beliau selamat, bahkan menyaksikan Perang Khandaq, dan syahid di pertempuran tersebut. lbnu Hajar رحمه الله dalam Fathul Bari juga memaparkan kisah yang disebutkan Al-lmam Al-Bukhari dalam Shahih-nya. Beliau mengatakan, ”Bahwasanya ada perjanjian antara kaum musyrikin dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam. Mereka adalah kelompok yang tidak ikut memerangi beliau. Diceritakan oleh Ibnu Ishaq dari para gurunya, demikian pula oleh Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab, bahwa yang mengadakan perjanjian dengan beliau adalah Bani Amir yang dipimpin oleh Abu Barra‘ Amir bin Malik bin Ja'far si Pemain Tombak. Sedangkan kelompok lain adalah Bani Sulaim. Amir bin Ath Thufail ingin mengkhianati perjanjian dengan para shahabat Rasulullah. Dia pun menghasut Bani Amir agar memerangi para shahabat. Namun, Bani Amir menolak. Kata mereka. "Kami tidak akan melanggar jaminan yang diberikan Abu Barra.” Kemudian dia menghasut Ushayyah dan Dzakwan dari Bani Sulaim. Mereka pun mengikutinya, membunuh para shahabat." Demikian secara ringkas. PASCA PERISTIWA BI’R MA’UNAH Pada saat pembantaian, Amr bin Umayyah Adh-Dhamri dan Al-Mundzir bin Uqbah bin Amir tidak bersama pasukan. Keduanya sedang mengurusi keperluan kaum Muslimin. Mereka tidak mengetahui peristiwa, melainkan karena adanya burung-burung yang mengitari tempat kejadian. Akhirnya kedua shahabat ini melihat kenyataan yang memilukan. Menyaksikan para utusan berlumuran darah, sementara kuda-kuda mereka masih berdiri. Berkatalah Al-Mundzir bin Uqbah kepada Amr bin Umayyah, "Bagaimana pendapatmu?" Amr bin Umayyah berkata, "Aku berpendapat sebaiknya kita segera menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan memberitakan kepada beliau apa yang terjadi." Namun Al-Mundzir bin Uqbah menolak dan lebih suka turun  menyerang kaum musyrikin. Ia berkata, ”Aku lebih suka terbunuh bersama Al-Mundzir bin Amr di tempat ia terbunuh." Kemudian ia menyerang kabilah tersebut dan gugur terbunuh. Adapun Amr, dia ditawan. Namun, ketika dia menyebutkan  bahwa dia berasal dari kabilah Mudhar, Amir bin Ath Thufail  membebaskannya dan hanya memotong (mencukur) rambut ubun-ubunnya. Amr bin Umayyah bergegas pulang ke Madinah. Setibanya di Al-Qarqarah, sekitar 8 burud (sekitar 177 Km) dari Madinah, dia berhenti  berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian datanglah dua laki-laki Bani Kilab dan turut berteduh di  tempat itu juga. Ketika keduanya tertidur, Amr menyergap mereka dan membunuhnya. Dia beranggapan bahwa ia telah membalas dendam para shahabatnya. Ternyata, keduanya mempunyai ikatan perjanjian dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam yang tidak disadarinya. Setelah tiba di Madinah, dia ceritakan semuanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau pun berkata, "Sungguh kamu membunuh mereka berdua, tentu saya akan tebus keduanya.”5 KARAMAH IBNU FUHAIRAH Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari Ayahnya, bahwa ketika orang-orang yang pergi ke Bi'r Ma’unah terbunuh, dan Amr bin Umayyah Adh-Dhamri ditawan, Amir bin Ath Thufail bertanya kepada Amr bin Umayyah, ”Siapa orang ini?" Sambil menunjuk kepada salah seorang yang terbunuh. Amr bin Umayyah menjawab, ”lni Amir bin Fuhairah.” Amir bin Ath Thufail berkata, ”Sungguh, setelah ia terbunuh, aku melihatnya diangkat ke atas, sehingga berada di antara langit dan bumi. Kemudian diletakkan kembali ke bumi." SAMPAINYA BERITA DAN TURUNNYA WAHYU KEPADA RASULULLAH Berita tentang musibah yang menimpa satuan dakwah Nabi sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril. Berita mereka juga datang dari Amr bin Umayyah Adh Dhamri. Lalu beliau mengabarkan kematian mereka kepada para shahabat. Beliau shallallahu alaihi wasallam berkata, “Shahabat-shahabat kalian telah gugur dan mereka teIah berdoa kepada Allah, ”Wahai Rabb kami, beritahukanlah kepada saudara-saudara kami, bahwa kami ridha kepada-Mu dan Engkau ridha kepada kami." Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan hal tersebut kepada para shahabat. [H.R. Al Bukhari dari jalur Hisyam bin Urwah]. Dalam Riwayat AI-Imam Al-Baihaqi, lbnu Mas'ud رضي الله عنه menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengirim pasukan. Tidak lama kemudian Rasulullah berdiri, memuji Allah, dan berkata, "Saudara-saudara kalian telah berhadapan dengan orang-orang musyrik dan mereka gugur, hingga tidak tersisa seorang pun. Mereka telah berdoa, ‘Wahai Rabb, sampaikan kepada kaum kami bahwa kami telah ridha kepada-Mu dan Engkau telah ridha kepada kami.‘ Aku adalah utusan mereka untuk menyampaikan hal ini kepada kalian. Mereka telah ridha dan Allah meridhai mereka." Demikianlah syuhada, mereka meninggal, namun sesungguhnya mereka telah meraih kehidupan barzakh yang membahagiakan. Mereka ingin mengabarkan kabar gembira kepada kaum mukminin di dunia akan nikmat yang mereka raih. Allah سبحانه وتعالى berfirman: وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠) "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Q.S. Ali lmran: 169-170]. QUNUT NAZILAH Kesedihan sangat tampak pada wajah beliau dengan tragedi Bi'r Ma’unah. Sebagaimana dikisahkan shahabat Anas bin Malik رضي الله عنه dalam riwayat Al-Bukhari. Belum pernah para shahabat melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam begitu berduka dibandingkan ketika mendengar berita ini. Dengan sebab kejadian inilah, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan qunut selama sebulan mendoakan kejelekan atas orang-orang yang membunuh shahabat-shahabat qurra‘ di Bi‘r Ma’unah. Al-Imam Al-Bukhari menceritakan dari Anas bin Malik رضي الله عنه, ”Rasulullah shallallahu alaihi wasallam qunut selama satu bulan ketika para qurra‘ itu terbunuh. Dan aku belum pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam begitu berduka dibandingkan ketika kejadian tersebut.” Dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Anas bin Malik رضي الله عنه berkata, “Rasulullah ﷺ berdoa untuk kehancuran orang-orang yang telah membunuh para shahabat di Bi’r Ma'unah sebanyak tiga puluh kali setiap Shubuh. Beliau juga mendoakan untuk kehancuran Bani Ri‘l, Bani Dzakwan, Bani Lihyan, dan Bani Ushayyah, serta orang yang mendustai Allah dan Rasul-Nya." [H.R. Muslim No.1085]. Ya Allah, dengan Nama-nama dan Shifat-Mu Aku memohon kepada Mu, kumpulkanlah diri-diri kami bersama dengan Rasul-Mu dan shahabat-shahabat beliau di jannah -Mu. Ampunilah kami sebagaimana Engkau telah mengampuni mereka, dan ridhailah kami sebagaimana Engkau telah meridhai mereka. Amin. FAEDAH-FAEDAH KISAH Banyak pelajaran penting dan berharga yang mungkin kita ambil dari peristiwa Bi’r Ma'unah. Di antara faedah-faedahnya adalah: 1. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mengetahui perkara ghaib. Beliau tidak mengetahui sama sekali apa yang akan terjadi atas shahabat Qurra' di Bi’r Ma’unah. lni di antara pelajaran akidah yang perlu kita tanamkan. Bahwasannya perkara ghaib hanya di sisi Allah سبحانه وتعالى. 2. Wali-wali Allah mendapatkan mushibah sebagai ujian untuk mengangkat derajat mereka sebagaimana hal ini menimpa para shahabat dalam banyak peristiwa termasuk Bi’r Ma’unah. 3. Syuhada, jasad-jasad mereka terluka di dunia namun mereka hidup mendapatkan rezeki dan kebahagiaan di sisi Rabbul 'alamin. 4. Kisah ini memberikan pelajaran agar kaum muslimin selalu waspada terhadap makar dan pengkhianatan kuffar. Mereka adalah kaum yang terus melakukan upaya penipuan demi menjebak umat Islam dalam segala aspek kehidupan. 5. Telah menjadi sunnatullah bahwa musuh-musuh Islam akan terus berupaya memadamkan cahaya agama ini. Tidak saja dengan menghalangi penyebaran dakwah Islam, bahkan bisa jadi berupaya membunuh para ulama dan dainya. Seperti makar Amr bin Ath-Thufail membunuh shahabat ahli Al-quran yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam utus kepada mereka. 6. Keberuntungan dan kebahagiaan yang sesungguhnya adalah meraih keridhaan Allah. Renungkanlah ucapan Haram bin Milhan, ”Allahu Akbar, Fuztu Birabbil Ka’bah," saat ajal menjemput. Sungguh, ucapan ini salah satu di antara bukti yang menunjukkan bagaimana shahabat memahami arti kebahagiaan dan keberuntungan. 7. Pentingnya dakwah dan pengutusan delegasi dakwah sebagaimana dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Perang Uhud yang menjadi sebab gugurnya tujuh puluh shahabat tidak menghalangi Rasulullah ﷺ untuk tetap mengutus delegasi yang berakhir dengan wafatnya para shahabat dalam dua peristiwa, Ar-Rajii’ dan Bi’r Ma’unah. 8. Disyariatkan Qunut Nazilah atas mushibah yang menimpa kaum muslimin 9. Perlu menjadi perhatian bahwasanya qunut yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hanyalah qunut nazilah. Itupun beliau lakukan selama satu bulan, mendoakan kejelekan terhadap Bani Libyan, 'Ushayyah, dan Iain-lain. Qunut yang beliau lakukan bukanlah Qunut yang dilakukan terus menerus pada shalat shubuh. AI-lmam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Anas bin Malik رضي الله عنه beliau berkata, "Bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam qunut selama satu bulan lalu meninggalkannya.“ Kisah Amir bin Fuhairah yang diangkat ke langit di antara bukti bahwa karamah Wali-wali Allah adalah perkara yang ada dan wajib diyakini keberadaannya. 11. Bolehnya bersedih atas mushibah yang menimpa. Dan sesungguhnya kesedihan tidaklah menafikkan kesabaran sebagaimana kesedihan Rasulullah ﷺ atas peristiwa Bi’r Ma’unah. Bahkan tetesan air mata sekalipun, sebagaimana Rasulullah ﷺ meneteskan air mata saat kematian putranya, Ibrahim. Yang tercela adalah An-Niyahah, yaitu meratapi mayit dengan ratapan-ratapan jahiliah. 12. Bolehnya mengabarkan kematian saudara muslim, sebagaimana Rasulullah ﷺ kabarkan wafatnya delegasi beliau. Rasulullah ﷺ juga mengabarkan kematian Najasyi di hari kematiannya. 13. Semua apa yang menimpa kita hendaknya selalu diserahkan dan diadukan kepada Allah Yang Maha Agung. ltulah yang dilakukan Rasuluiiah ﷺ. Beliau mengadukan semua kepedihan itu kepada Allah dan menyerahkan urusannya kepada Allah. Di antaranya dengan Qunut Nazilah. Demikian yang dilakukan semua Nabi dan Rasul. Adalah Nabi Ya'qub ketika cobaan demi cobaan datang mendera beliau mengadukan urusannya kepada Allah سبحانه وتعالى: قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ "Ya'qub mengatakan, ‘Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” [Q.S. Yusuf: 86].   14. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap adil dan selalu menetapi perjanjian meskipun kepada musuh. Lihatlah kisah di atas, ketika Amr bin Umayyah Adh-Dhamri membunuh dua orang Bani Kilab, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersama kaum Muslimin tetap bertanggungjawab membayar diat (denda). Amr bin Umayyah semula hanya berniat membalas dendam atas terbunuhnya shahabat-shahabat beliau. Ternyata yang dia bunuh adalah dua orang dari Bani Kilab yang telah mengadakan perjanjian damai dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di Madinah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetap bertanggungjawab membayar diatnya. Semua ini memberikan tauladan kepada kaum muslimin untuk bersikap adil dan selalu menjaga hak-hak manusia bagaimana pun gentingnya suasana. BACA JUGA : BIOGRAFI PARA ULAMA Catatan Kaki: 1) Shahih Muslim (3/1511 no. 677)  2) Sirah Ibnu Hisyam (3/260) dengan sanad Mursal, Ibnu Sa'd dalam Ath-Thabaqat (2/51) tanpa sanad, dan Al-Waqidi (1/346). 3) Lihat Shahih Al-Bukhari no. 3064. 4) Amir bin Fuhairah رضي الله عنه memiliki jasa andil dalam perjalanan Hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah. Dialah shahabat yang ditugasi Abu Bakar رضي الله عنه untuk mengembalakan kambing di sekitar persembunyian Rasulullah ﷺ untuk menghilangkan jejak. 5) Ibnu Jarir meriwayatkan pula dalam Tarikh-nya (2/81), dan dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma'ad (3/247). 6) Lihat keterangan Ibnul Qayyim tentang masalah ini dalam kitabnya Zaadul Ma'ad (1/273-285). Sumber : Majalah Qudwah Edisi 07 | Telegram : t.me/majalah_qudwah
5 tahun yang lalu
baca 17 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah dzulqarnain sang penakluk

DZULQARNAIN SANG PENAKLUK Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc حفظه الله تعالى Kisah Dzulqarnain Sang Penakluk Kisah Dzulqarnain berawal dari kedatangan sekelompok musyrikin kepada Rasulullah ﷺ mengajukan tiga buah pertanyaan. Tentang roh, tentang para pemuda penghuni gua (Ashabul kahfi), dan Dzulqarnain. Yahudilah sesungguhnya yang telah membisikkan kepada musyrikin Quraisy agar menanyakan tiga hal tersebut. Allah سبحانه وتعالى berfirman: وَيَسْـَٔلُونَكَ عَن ذِى ٱلْقَرْنَيْنِ “Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain.” [Q.S. Al Kahfi: 83]. Siapakah Dzulqarnain? Dalam kitab-kitab tafsir dinukilkan perbedaan pendapat di kalangan ulama tentangnya. Apakah ia seorang nabi atau bukan? Al-Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Aku tidak tahu apakah Tubba’ seorang nabi atau bukan? Dan aku tidak tahu apakah Dzulqarnain seorang nabi atau bukan ❓”¹ Seandainya hadits ini shahih, niscaya kita juga akan katakan sebagaimana Rasulullah ﷺ sabdakan. Terlepas dari silang pendapat ahli tafsir tentang kedudukannya sebagai nabi atau bukan, yang pasti Dzulqarnain adalah seorang raja shalih, penguasa yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Di antara perkara yang menunjukkan keimanan beliau, beliau selalu menyeru Rabb-Nya. Hal ini menunjukkan penghambaannya kepada Allah. Berulang kali Dzulqarnain mengucapkan: Rabbku, sebagaimana Allah سبحانه وتعالى kisahkan: قَالَ هَـٰذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّى ۖ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّى جَعَلَهُۥ دَكَّآءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّى حَقًّا “Dzulqarnain berkata, ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku, Dia akan menjadikannya hancur luluh. Dan janji Rabbku itu adalah benar.” [Q.S. Al Kahfi: 98]. Dzulqarnain yang termaktub dalam surat Al-Kahfi bukanlah Iskandar Dzulkarnaen atau Alexander The Great, penguasa asal Makedonia. Dzulqarnain dalam surat Al-Kahfi adalah seorang muslim. Adapun Alexander The Great adalah seorang musyrik. Demikian diterangkan Syaikhul Islam. Allahu a’lam. Allah سبحانه وتعالى turunkan wahyu kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai jawaban atas tantangan musyrikin. Allah سبحانه وتعالى berfirman: قُلْ سَأَتْلُوا۟ عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْرًا “Katakanlah (wahai Nabi), ‘Aku akan bacakan kepada kalian sebagian cerita tentangnya.’” [Q.S. Al-Kahfi: 83]. Telah dimaklumi, bahwa apa yang Allah سبحانه وتعالى kisahkan dalam Al-Quran adalah sebaik-baik kisah. Kisah yang paling bermanfaat. Allah سبحانه وتعالى berikan kepada Dzulqarnain kemuliaan dan kekuasaan di muka bumi. إِنَّا مَكَّنَّا لَهُۥ فِى ٱلْأَرْضِ وَءَاتَيْنَـٰهُ مِن كُلِّ شَىْءٍ سَبَبًا “Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.” [Q.S. Al Kahfi: 84]. Yakni Allah سبحانه وتعالى anugerahkan segala sebab yang dengannya terwujudlah kekuasaan. Baik berupa ilmu siasah (politik) kenegaraan, kemampuan pengaturan, tentara, kekuatan persenjataan, dan sebab-sebab lain. Kekuasaan yang Allah سبحانه وتعالى berikan kepadanya, memudahkan Dzulqarnain untuk mengelilingi penjuru bumi. Dengan pasukannya yang kuat, ia menyebarkan Islam, berdakwah kepada manusia untuk menauhidkan Allah سبحانه وتعالى. MENUJU BELAHAN BUMI SEBELAH BARAT Di antara yang Allah سبحانه وتعالى kisahkan, Dzulqarnain mengarahkan pasukan, menjelajah belahan bumi sebelah barat. Kemenangan demi kemenangan menyertai perjuangan Dzulqarnain. Hingga sampailah ia di sebuah wilayah, di mana matahari terlihat tenggelam di samudra. Allah سبحانه وتعالى berfirman: فَأَتْبَعَ سَبَبًا . حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ ٱلشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِى عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْمًا “Maka dia pun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, & dia mendapati di situ segolongan umat.” [Q.S. Al Kahfi: 85-86]. Maksud dari ayat ini, Dzulqarnain dalam perjalanannya ke arah barat mencapai akhir daerah yang mampu ditempuh manusia dengan pasukan kuda dan semisalnya. Di tempat inilah beliau dapatkan satu kaum yang terdiri dari muslim dan kafir. Allah سبحانه وتعالى mengilhamkan kepadanya atau mewahyukan kepadanya, atau yang berkata adalah seorang nabi atau ulama, agar Dzulqarnain memberikan keputusan bagi penduduk negeri tersebut. Allah سبحانه وتعالى berfirman: قُلْنَا يَـٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا “Kami berkata, ‘Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.’” [Q.S. Al Kahfi: 86]. Dzulqarnain lalu mengumumkan bahwa siapa saja yang zalim akan dihukum di dunia, kemudian hisabnya di sisi Allah nanti di akhirat. Adapun mereka yang beriman, mereka akan dimuliakan. Allah سبحانه وتعالى berfirman: قَالَ أَمَّا مَن ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُۥ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِۦ فَيُعَذِّبُهُۥ عَذَابًا نُّكْرًا  وَأَمَّا مَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحًا فَلَهُۥ جَزَآءً ٱلْحُسْنَىٰ ۖ وَسَنَقُولُ لَهُۥ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا “Berkata Dzulqarnain, ‘Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami.’” [Q.S. Al Kahfi: 87-88]. Perkataan Dzulqarnain menunjukkan keadilan yang ditegakkan di kerajaannya. Dan ayat ini di antara dalil yang menunjukkan bahwa beliau seorang muslim. Seorang yang mengimani hari pembalasan dan seorang pemeluk tauhid. MENUJU BELAHAN BUMI SEBELAH TIMUR Seusai kemenangan demi kemenangan dalam perjalanannya menyisir belahan bumi bagian barat, Dzulqarnain mengarahkan pasukan untuk menjelajah negeri-negeri timur. Ia melanjutkan penjelajahan yang Allah سبحانه وتعالى berkahi, perjalanan dengan risalah tauhid. Sampailah di ujung bumi paling timur dimana matahari terbit darinya. Di negeri tersebut Dzulqarnain mendapati kaum yang tidak terlindungi dari panas matahari. Mereka tidak memiliki rumah-rumah tempat tinggal untuk berteduh. Mereka benar-benar tinggal di pedalaman, terpencil seperti binatang-binatang liar yang berlindung ke gua-gua. Terasing dari manusia lain. Ini menunjukan bahwa dia telah tiba di daerah yang belum pernah dijangkau penguasa mana pun. Allah سبحانه وتعالى berfirman: ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا  حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ ٱلشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَىٰ قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتْرًا  كَذَٰلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا “Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur), dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah, dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.”  [Q.S. Al Kahfi: 89-91]. Dalam perjalanannya ke arah timur pun, Dzulqarnain memberlakukan hukum seperti hukumnya dalam perjalanan di bumi bagian barat. DINDING KOKOH PENGHALANG YA’JUJ MA’JUJ Seusai beliau kuasai bagian timur bumi, beliau lanjutkan perjalanan hingga tiba di suatu tempat di antara dua gunung, di antara keduanya celah. ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا  حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيْنَ ٱلسَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا “Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.” [Q.S. Al Kahfi: 92-93]. Berkata As Sa’di رحمه الله, “Keduanya adalah deretan pegunungan besar yang tinggi. Sambung menyambung di tempat yang luas itu, yaitu suatu dataran tinggi sampai laut sebelah timur dan barat di daerah Turki. Demikianlah disepakati para ahli tafsir dan ahli tarikh. Namun, kemudian mereka berselisih apakah pegunungan itu termasuk rangkaian gunung-gunung Qafqas (Kaukasus), atau yang lain di daerah Azerbaijan. Atau rangkaian gunung-gunung Tay atau gunung-gunung yang bersambung dengan tembok Cina di negeri Mongolia, dan inilah yang tampak. Apa pun pendapat ulama tentang daerah yang diapit dua gunung itu, di tempat itulah Dzulqarnain menemukan suatu bangsa yang hampir tidak mengerti suatu bahasa pun. Karena asingnya bahasa mereka dan susahnya mereka memahami bahasa bangsa lain.” [Qashashul Anbiya, As Sa’di رحمه الله hal. 163]. Ada kebahagiaan terselip di hati kaum ketika berjumpa dengan Dzulqarnain, seorang raja shalih yang kuat. Mereka keluhkan kejelekan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka mohon Dzulqarnain membuat penghalang yang menutupi jalan Ya’juj dan Ma’juj. Tidak lupa mereka tawarkan kepada Dzulqarnain imbalan atas pekerjaan yang akan dilakukan. قَالُوا۟ يَـٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰٓ أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا “Mereka berkata, ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Mu’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka’” [Q.S. Al Kahfi: 94]. Dzulqarnain tidak mengharap imbalan. Beliau hanya meminta bantuan dalam membangun dinding kuat tersebut. قَالَ مَا مَكَّنِّى فِيهِ رَبِّى خَيْرٌ فَأَعِينُونِى بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا “Dzulqarnain berkata, ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik. Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kalian dan mereka.’” [Q.S. Al Kahfi: 95]. ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ ٱلصَّدَفَيْنِ قَالَ ٱنفُخُوا۟ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُۥ نَارًا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا  فَمَا ٱسْطَـٰعُوٓا۟ أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا ٱسْتَطَـٰعُوا۟ لَهُۥ نَقْبًا “Berilah aku potongan-potongan besi. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain, ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya.”  [Q.S. Al Kahfi: 96-97]. Seusai pekerjaan besar itu, Dzulqarnain memandang hasil pekerjaan besarnya. Namun, tidak sedikit pun beliau bangga dan ujub. Ia kembalikan semuanya kepada keutamaan Allah سبحانه وتعالى. Dengan penuh tawadhu, Dzulqarnain berkata seperti yang Allah سبحانه وتعالى kabarkan: قَالَ هَـٰذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّى “Dzulqarnain berkata, ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku.’”  [Q.S. Al Kahfi: 98]. Dinding itu demikian kokoh. Menghalangi Ya’juj Ma’juj hingga akhir zaman. Dinding itu terus menghalangi, hingga Allah سبحانه وتعالى izinkan kehancurannya nanti di akhir zaman.  Allah سبحانه وتعالى berfirman: فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّى جَعَلَهُۥ دَكَّآءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّى حَقًّا “Maka apabila sudah datang janji Rabbku, Dia akan menjadikannya hancur luluh. Dan janji Rabbku itu adalah benar.” [Q.S. Al Kahfi: 98]. Ya, dinding itu tidak kekal selamanya. Ada saat Allah izinkan Ya’juj dan Ma’juj menembusnya. Kehancurannya sebagai tanda akan segera tegaknya hari kiamat. Allah سبحانه وتعالى berfirman: حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” [Q.S. Al-Anbiya’: 96].  FAEDAH-FAEDAH KISAH: Kisah Dzulqarnain adalah dalil kenabian Rasulullah ﷺ. Yahudi berkata kepada Musyrikin, bahwa pertanyaan ini tidak ada yang mampu menjawabnya kecuali seorang Nabi. Kisah Dzulqarnain sesungguhnya masyhur di kalangan Ahlul kitab. Meskipun banyak ketidakjelasan mengitari kisah tersebut. Kemukjizatan Al-Quran sebagai kitab yang mengabarkan berita-berita ghaib. Rasul tidak tahu perkara ghaib. Beliau hanya membacakan dan menyampaikan apa yang Allah wahyukan. Di antara model pertanyaan yang diajukan kepada seorang alim adalah pertanyaan menguji, bukan untuk mencari kebenaran. Yang seperti ini tercela. Sebagaimana pertanyaan musyrikin yang diajukan kepada Rasulullah ﷺ tentang Dzulqarnain. Kekuasaan, kemuliaan adalah dari Allah سبحانه وتعالى. Dia yang memberi, Dia pula yang mencabutnya. Menempuh sebab-sebab yang disyariatkan untuk tercapainya sebuah cita-cita dan tujuan mulia. Wajib bagi seorang hamba menyandarkan semua nikmat dan kebaikan kepada Allah. Lihatlah perkataan Dzulqarnain, lihat pula perkataan Nabi Sulaiman عليه السلام ketika singgasana Ratu Saba’ diangkat dari Yaman ke Palestina dengan demikian cepatnya, sebelum mata berkedip. Nabi Sulaiman عليه السلام bersyukur seraya mengatakan: قَالَ هَـٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ “Ini adalah salah satu karunia Rabbku kepadaku, untuk mencoba apakah aku bersyukur atas karunia-Nya itu atau mengingkari-Nya.” [Q.S. An Naml: 40]. Kisah Dzulqarnain adalah contoh figur penguasa yang adil, tawadhu’, dan jauh dari kibr (kesombongan). Bolehnya menjadikan upah atas pekerjaan. Disyariatkannya ta’awun (saling membantu) dalam kebaikan. Balasan sesuai dengan amalan. Kisah Dzulqarnain adalah di antara dalil adanya karamah bagi wali-wali Allah. Di antara karamah Dzulqarnain; membangun dinding penghalang Ya’juj Ma’juj yang sangat kokoh hingga hari kiamat. Allahu a’lam. Catatan Kaki: 1) Al-Mustadrak no. 3682. Dan melalui jalan Al-Hakim, Al-Baihaqi mengeluarkan hadits ini dalam As-Sunan Al-Kubra (8/570), dalam sanadnya ada Abdurrahman bin Hasan Al-Qadhi, Munkarul Hadits. Sumber || http://ismailibnuisa.blogspot.com/2016/12/dzulqarnain-sang-penakluk.html?m=1
5 tahun yang lalu
baca 12 menit