Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

baghad banjir darah ( kisah ibnul alqami )

6 tahun yang lalu
baca 11 menit

"Baghdad Banjir Darah"

Oleh Ustadz Abdul Mu'thi Sutarman, Lc

Nama Baghdad tidaklah asing bagi kebanyakan orang. Ia adalah nama ibukota untuk Negara Irak di masa kini. Kota ini dibangun pada pertengahan abad kedua hijriyah oleh seorang khalifah Dinasti Abbasiyah bernama Abu Ja'far Abdullah bin Muhammad Al Manshur (wafat tahun 158H). Baghdad kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh dinasti (khilafah) Abbasiyah hingga jatuh ke tangan pasukan Tartar yang kafir pada tahun (656H). 

Kota ini dijadikan pusat pemerintahan di masa itu karena memang letak geografis yang sangat strategis dengan kekayaan alam yang melimpah. Baghdad pada waktu itu menjadi pusat peradaban Islam di dunia timur. Pergerakan di berbagai disiplin ilmu begitu pesat hingga Baghdad merupakan kantong para ulama dan pusat perhatian para pecinta ilmu untuk melakukan pelancongan kesana. 

Seiring dengan itu pula aktifitas perekonomian menggeliat. Sehingga untuk berjalannya pemerintahan dengan baik, Baghdad pun berbenah diri dengan mengadakan beragam fasilitas yang memadai guna mendukung aktifitas masyarakat. Oleh karenanya, tak berlebihan jika Imam Asy Syafi'i pernah bertanya kepada Yunus bin Abdul A'la, "Wahai Yunus, pernahkah kamu masuk Baghdad? Jawab Yunus, 'belum.' Berkata Asy-Syafi'i kepadanya, 'Kamu belum melihat dunia." [Tarikh Baghdad 1/4].

Namun demikian bukan berarti dinasti Abbasiyah yang berkuasa kurang lebih lima abad di sana adalah dinasti yang maksum, luput dari kesalahan. Mereka tidak lebih dari manusia biasa sehingga kesalahan tetap ada di sana sini. Akan tetapi di masa itu syiar-syiar Islam begitu tampak di permukaan, jihad melawan orang-orang kafir digalakkan dan kaum muslimin adalah umat yang berwibawa di hadapan para musuhnya, suatu hal yang sulit kita dapatkan di masa sekarang ini. 

Ibnul 'Al Qami Sang Menteri Syiah Rafidhah 

Namun tak disangka-sangka Baghdad yang menjadi mercusuar beratus-ratus tahun lamanya harus menelan takdir yang pahit. Tak terbesit pada benak orang kala itu bahwa mayoritas penduduk Baghdad akan menemui ajalnya dengan cara yang sangat tragis. Yaitu dibantai oleh pasukan Tartar pimpinan Holakokhan yang jumlah tentaranya sekitar dua ratus ribu personil. 

Dalam peristiwa pembantaian ini sang khalifah (Al Musta'shim) dibunuh beserta keluarga kerajaan, para petinggi kerajaan, alim ulama dan tokoh-tokoh penting. Ditaksir lebih dari satu juta penduduk Baghdad dibantai pasukan Tartar secara bengis. Mereka tidak pandang bulu apakah yang mereka bunuh itu wanita, anak-anak atau orang yang sudah tua renta. Akan tetapi mengapa hal ini bisa terjadi? Di mana pasukan khalifah? 

Jawabannya : disamping memang itu sudah merupakan takdir/ketentuan Dzat Yang Maha Kuasa karena kemaksiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia di sana juga ada faktor yang dominan kenapa pasukan Tartar dengan mudah melumpuhkan kota baghdad dalam waktu yang kurang dari 40 hari. Diantara faktornya adalah penghianatan Ibnu 'Alqami menterinya al-Mustashim yang beraliran Syiah Rafidhah. 

Sebelum peristiwa ini sempat terjadi keributan sektarian yaitu antara ahlusunnah dengan Syiah yang berakhir dengan kekalahan telak di pihak Syiah dengan direbutnya wilayah-wilayah Syiah dan hunian-hunian kerabat Ibnul 'Alqami.

Ibnul 'Alqami ingin membalas dendam. Di samping memang telah berkumpul dalam benak Sang Menteri ini beragam kejahatan yang ingin ia lancarkan. Diantaranya: kebencian terhadap Ahlusunnah dan ambisinya untuk mendirikan kekuasaan Alawiyah (ahlul bait) di bawah kepemimpinannya. Dialah yang membuka jalan bagi pasukan Tartar di bawah pimpinan Holakokhan untuk masuk ke Baghdad agar pasukan Holako membinasakan penduduk Baghdad kecuali Ibnul 'Alqami beserta keluarganya dan orang-orang yang sepaham dengannya. 

Maksud Ibnul Alqami adalah ia ingin meminjam tangannya pasukan Tartar untuk menumpas khalifah Abbasiyah dan penduduk Baghdad yang berkeyakinan Ahlussunnah kemudian pada gilirannya nanti dia akan mengambil alih kekuasaan untuk dirinya. 

Cara-Cara Licik Ibnul 'Alqami 

Sebelum kita mengetahui lebih lanjut bentuk penghianatan menteri Syiah ini alangkah baiknya kita mengenal lebih dahulu siapa Ibnu 'Alqami ini sebenarnya. Dia adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib Ibnul 'Alqami, menterinya khalifah Al musta'shim, khalifah terakhir dari bani Abbasiyah. 

Sebelum diangkat jadi menteri, Ibnu 'Alqami telah lama menjadi seorang guru di komplek kerajaan. Dia seorang yang mumpuni dalam bidang sastra. Namun dia seorang syiah Rafidhah yang jahat dan menyimpan kejelekan kepada Islam dan kaum muslimin. Semasa menjadi menteri dia mendapatkan pengagungan dan posisi yang sangat terpandang yang tidak pernah didapat oleh para menteri yang lainnya. 

Kebijakan menteri ini sering diikuti oleh khalifah Al musta'sim yang memang kurang jeli terhadap makar sang menteri. Beragam niatan kejahatan terkumpul padanya hingga akhirnya ia berhasil membuka jalan bagi Holakokhan dan pasukannya untuk menumpas Baghdad. 

Namun Allah berkehendak lain. Ibnu 'Alqami justeru mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari pasukan Tartar. Bahkan dia menjadi orang yang miskin lagi terhina. Padahal sebelumnya dia orang yang terpandang dan disegani. 

Kini dia naik keledai sendirian yang sebelumnya, iring-iringan kebesarannya menyerupai iring-iringan khalifah. Ketika dia naik kuda dalam keadaan hina dengan kuda yang dicambuki oleh yang menuntunnya, ia disindir oleh seorang wanita: "Hai Ibnul 'Alqami, apakah seperti ini dahulu Bani Abbas (keluarga khalifah) memperlakukan kamu?! Ibnul 'Alqani sakit hatinya dan sangat terpukul dengan ejekan itu. Setelah itu dia tidak mau keluar rumah sampai mati dalam keadaan sedih dan terpukul hatinya. 

Ibnul 'Alqami hidupnya tidaklah lebih dari 3 bulan setelah tragedi pembantaian penduduk Baghdad. Kemudian tidak lama anak Ibnul 'Alqami yang diangkat menjadi menteri pada masa-masa kritis ini menyusul mati bapaknya. Hilang sudah harapan Ibnul 'Alqami untuk menjadikan Baghdad sebagai pusat pemerintahan 'Alawiyah. Ternyata ia dikhianati oleh pasukan Tartar. Ibnul 'Alqami mati pada tahun (656 H) pada umur 66 tahun. 

Inilah diantara cara-cara licik yang dilakukan oleh Ibnul 'Alqami dalam andilnya menghancurkan Baghdad :
  1. Memangkas jumlah pasukan khalifah dari yang sebelumnya seratus ribu personil menjadi sekitar sepuluh ribu dengan dalih menghemat anggaran negara.
  2. Diam-diam mengirimkan surat kepada Holakokhan yang isinya membeberkan rahasia lemahnya muslimin dan sedikitnya pasukan khalifah.
  3. Menahan surat-surat yang datang dari luar Baghdad untuk khalifah al musta'shim yang dikirim oleh beberapa penguasa yang memberi nasihat kepada khalifah. 
  4. Mendorong Holakokhan untuk masuk ke Baghdad dan membuka jalan untuknya. 
Ketika pasukan Tartar di bawah komando Holakokhan telah mengepung Baghdad dari timur dan baratnya maka Ibnul 'Alqami meminta kepada khalifah untuk menghadap Holakokhan agar melakukan perdamaian dengan Holako yang isi perdamaiannya adalah menyepakati setengah hasil dari wilayah Irak diserahkan kepada Holakokhan dan setengahnya untuk khalifah. 

Akan tetapi ini hanya tipuan belaka dari menteri Syi'ah ini agar Holako bisa menangkap khalifah dan para petinggi kerajaan. Sang khalifah tidak jeli membaca makar jahat Ibnul 'Alqami. Khalifah keluar dengan sekitar tujuh ratus orang dari kalangan hakim, ulama, shufi (ahli ibadah), para petinggi negara dan para tokoh untuk menghadap Holako. 

Ketika sudah dekat dari tempatnya Holako, khalifah dikepung bersama sekitar tujuh belas orang sedangkan yang selebihnya yang berjumlah lebih dari enam ratus tokoh dibunuh semua dan kendaraan mereka dirampas. 

Setelah khalifah bertemu Holako dan terjadi pembicaraan, sSang khalifah dilepas untuk pulang ke istananya di Baghdad untuk menyerahkan perhiasan-perhiasan dan harta-harta yang mewah kepada Holako. Ketika khalifah datang lagi membawa harta-harta tersebut kepada Holako maka orang-orang munafik dan para petinggi syi'ah Rafidhah membisikan kepada Holako bahwa perdamaian ini jika disetujui maka tidak akan berjalan kecuali setahun atau dua tahun. Mereka mengusulkan kepada Holako untuk membunuh khalifah. Disebutkanbahwa yang menyarankan pembunuhan sang khalifah adalah Ibnul 'Alqami dan Nashiruddin ath-Thusi yang notabenenya adalah Syi'ah. Holako mengikuti saran mereka dan akhirnya ia membunuh khalifah. 

PEMBANTAIAN YANG SANGAT SADIS 

Setelah khalifah dibunuh, pasukan Tartar bergerak masuk Baghdad untuk membunuh siapa saja yang bisa mereka tangkap. Mereka tidak mempedulikan lagi apakah yang mereka bunuh itu laki-laki atau wanita orang tua atau anak kecil. Karena bengisnya pembantaian maka ada sebagian orang bersembunyi masuk ke sumur, jamban-jamban, dan got-got pembuangan kotoran. 

Sebagian lagi ada yang bersembunyi di pertokoan -pertokoan dengan mengunci pintu-pintunya namun pasukan Tartar membuka dengan paksa atau membakarnya lalu membunuhi orang yang bersembunyi padanya. Tidak luput pula dari pembantaian orang-orang yang berlindung di masjid-masjid. 

Penduduk Baghdad tidak ada yang selamat dari pembantaian ini kecuali orang-orang kafir dzimmi (orang kafir yang hidup aman di dalam negeri Islam) dari kalangan Yahudi dan Nashrani dan orang-orang yang berlindung di rumah sang menteri syi'ah, Ibnul Alqami dan sekelompok saudagar yang meminta jaminan keamanan dengan menyerahkan harta yang banyak kepada Ibnul 'Alqami supaya selamat.

Berrubahlah Baghdad menjadi kota yang hancur luluh yang sebelumnya merupakan kota yang paling tentram dan sejahtera. Baghdad pasca pembantaian tidaklah dihuni kecuali oleh segelintir manusia dalam keadaan mereka serba ketakutan, kelaparan serta terhinakan. 

Ahli sejarah berbeda pendapat tentang beberapa jumlah penduduk Baghdad yang terbantai dalam peristiwa ini, ada yang menyatakan delapan ratus ribu orang, ada pula yang mengatakan satu juta delapan ratus ribu orang dan bahkan ada yang memperkirakan mencapai dua juta orang, Innalillahi wainna ilaihi raji'un. 

Dan adalah masuknya pasukan Tartar ke Baghdad di akhir-akhir bulan Al Muharram. Mereka membunuhi penduduknya sampai empat puluh hari. Mayat-mayat berserakan di jalan-jalan, sehingga wabah dan penyakit menyebar kemana-mana. Orang-orang yang masih hidup waktu itu di Baghdad, banyak yang menyusul saudaranya yang telah mati sebelumnya. 

Kematian di mana-mana karena hawa menjadi berubah dengan membawa wabah penyakit. Bahkan saking dahsyatnya hawa karena bangkai-bangkai manusia yang berserakan, orang-orang yang berada di Syam banyak juga yang meninggal. 

BIOGRAFI SINGKAT KHALIFAH AL MUSTA'SHIM 

Beliau adalah Abdullah bin Abi Ja'far Al Manshur bin Muhammad Al hasyimi Al 'Abbasy. Akhir khalifah dinasti (daulah) Abbasiyah di Irak. Beliau seorang Sunni di atas keyakinan salaf, akan tetapi pada diri beliau ada sikap lembek, tidak jeli dan tidak sigap (terhadap makar musuh) dan punya ambisi menumpuk harta. 

Ia dibunuh oleh pasukan Tartar dalam keadaan terzalimi pada hari Rabu 14 Shafar 656 H pada umur 46 tahun lebih empat bulan. Masa kekhalifahannya 15 tahun 8 bulan dan beberapa hari. Semoga Allah melimpahkan ampunan dan rahmat kepadanya. 

SEKILAS FAEDAH DARI KISAH 

  1. Bahayanya menjadikan orang yang menyimpang akidahnya sebagai teman dekat atau menjadikannya sebagai orang yang diserahkan kepada tugas. Dan sebaik-baiknya orang yang diserahkan kepadanya tugas adalah yang kuat lagi terpercaya sebagaimana firman Allah:

    اِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَئْجَرْتَ الْقَوِيُّ الأَمِيْنُ

    "Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". 
  2. Orang-orang syi'ah untuk memuluskan niat jahatnya mereka menghalalkan penghianatan dan menggandeng orang-orang kafir untuk tujuan-tujuan busuk mereka. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, "Mereka (orang-orang syi'ah) selalu membela orang-orang kafir dari kalangan musyrikin, Yahudi dan Nashrani untuk memerangi dan memusuhi muslimin." [Al Watsaiq Attaamuriyah hal. 133] 
Apa yang dilakukan oleh orang-orang syi'ah di masa lalu dari penghianatan dan kerjasama dengan musuh-musuh Islam juga dilanjutkan terus anak cucunya generasi demi generasi sampai saat ini. 

Berikut beberapa bukti yang menunjukkan hal tersebut:
  1. Runtuhnya Baghdad dan Kabul di jaman sekarang oleh Amerika dan sekutunya karena sokongan dari Iran (negeriSyi'ah). Berkata wakil presiden Iran di masa  Muhammad Khatami : Kalau bukan karena Iran niscaya Kabul (ibukota Afganistan) dan Baghdad tidaklah jatuh sedemikian mudah. 
  2. Berkata Yahya Al Houtsi (Syi'ah Yaman) dalam wawancaranya di salah satu televisi Arab bahwa Amerika tidak pernah suatu haripun menjadi musuhnya al-Houtsi sebagaimana Al Houtsi dan pengikutnya tidak pernah menjadikan Amerika menjadi musuh [lihat Al Watsaiq Attaamuriyah: 136] 
  3. Kemaksiatan berdampak negatif bagi kehidupan manusia. 
  4. Waspada dari makar-makar jahat musuh yang akan menghancurkan umat. 

Demikian sekelumit pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa runtuhnya Baghdad pada tahun 656 H. Wallahu a'lam 

Baghad Banjir Darah ( Kisah Ibnul Alqami )
Baghad Banjir Darah ( Kisah Ibnul Alqami )
Referensi
  • Al Bidayah Wannihayah 
  • Si'ar A'lam an nubala 
  • Tarikh Daulah Abbasiyyah

Sumber : Majalah Qudwah edisi 23 tahun 2013 halaman 37 
Oleh:
Atsar ID