sejarah

Atsar.id
Atsar.id oleh Abu Abdillah

siroh shahabat radhiallahu 'anhum, penggugah qalbu (seri 1)

Jejak ” Penaklukan Irak “ Al Ustadz Abu Muhammad Harits Upaya Pembunuhan Terhadap Panglima Khalid Setelah selesai berunding dengan sisa-sisa pengikut Musailamah al-Kadzdzab dan mereka pun kembali kepada Islam yang haq, selesailah peperangan di Yamamah. Korban yang berjatuhan di kedua belah pihak cukup besar. Pengikut Musailamah al-Kadzdzab yang tewas tidak kurang dari 14.000 orang, sedangkan pasukan muslimin yang gugur sekitar enam ratus orang. Situasi perang masih menyelimuti Yamamah. Suatu hari setelah sisa-sisa bani Hanifah sepakat untuk berbaiat, salah seorang pemuka mereka, Salamah bin ‘Umair meminta izin kepada Majja’ah agar dapat menemui Panglima Khalidradhiyallahu ‘anhuma. Majja’ah mengizinkan. Tanpa setahu mereka, Salamah menyelipkan pedang di balik bajunya lalu berangkat menemui Khalid. “Siapa yang datang ini?” tanya Khalid, naluri prajuritnya menggetarkan adanya bahaya. “Ia ingin berbicara dengan Anda,” kata Majja’ah, “Dan sudah saya izinkan.” “Keluarkanlah dia dari sini!” perintah Panglima, seakan-akan tahu maksud kedatangan Salamah. Dengan segera orang-orang yang menemaninya membawa Salamah bin ‘Umair keluar sambil menggeledah tubuhnya, ternyata di balik bajunya terdapat sebilah pedang. Mereka mencacinya bahkan mengutuknya, “Kau mau membantai kaummu sendiri? Kalau Panglima Khalid tahu kau membawa senjata, pasti sisa-sisa bani Hanifah ini akan dibantai, anak-anak dan kaum wanita akan dijadikan tawanan? Kau senang dengan tindakanmu ini?” Akhirnya, mereka mengikatnya dan memenjarakannya di dalam benteng. Salamah berjanji tidak akan melakukan yang membahayakan lagi, dan meminta agar mereka melepaskannya. Tetapi, mereka belum mau percaya dengan katakatanya. Mereka masih mengkhawatirkan kebodohannya akan mendorongnya melakukan tindakan nekat. Ternyata benar. Malam harinya, Salamah melarikan diri dan menerobos pasukan penjaga Panglima. Para pengawal pun ribut, dan tentu saja orang-orang bani Hanifah menjadi geger. Mereka segera mengejar dan menangkap Salamah. Begitu tertangkap, mereka segera membunuh Salamah dengan pedang mereka sendiri. Khalid Menikahi Putri Majja’ah Telah diceritakan sebelumnya bahwa Khalid menikahi Ummu Tamim, istri Malik bin Nuwairah, setelah membunuh Malik. Khalid kemudian dipanggil oleh Khalifah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mendapat teguran yang sangat keras. Sekarang, setelah kemenangan kaum muslimin di Yamamah, Khalid melamar putri Majja’ah yang baru berusia belasan tahun, “Nikahkan saya dengan putrimu.” Mulanya, Majja’ah menolak. Panglima Khalid kembali mengulangi permintaannya, “Nikahkan saya dengan putrimu.” Akhirnya, Majja’ah menikahkan putrinya dengan Panglima Khalid. Berita ini gaungnya sampai juga ke telinga Khalifah ash-Shiddiq. Beberapa utusan yang dikirim oleh Panglima Khalid, dipimpin oleh Abu Khaitsamah, termasuk sebagian bekas pengikut Musailamah yang telah kembali kepada Islam, menceritakan keadaan di Yamamah. Begitu mengetahui tindakan Panglima yang menikah dengan putri Majja’ah dan perdamaian yang dilakukannya, Khalifah Abu Bakr segera menulis surat teguran untuk Khalid: “Demi Allah, hai putra ibu Khalid, kamu betul-betul telah berbuat siasia. Kamu menikahi seorang perawan sementara di pelataran rumahmu masih tergenang darah 1.200 kaum muslimin? Kemudian kamu berhasil dikelabui oleh Majja’ah sehingga ia berdamai denganmu padahal Allah Subhanahu wata’ala telah mengalahkan mereka?” Segera saja Khalid mengirim surat balasan di antaranya sebagai penjelasan terhadap tindakan yang dilakukannya. Surat itu dititipkannya bersama Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhuma. “… Amma ba’du. Demi Allah, saya tidak menikahi seorang wanita kecuali betul-betul dalam keadaan senang dan aman. Saya tidak menikah kecuali dengan putri seseorang yang seandainya saya melamar di Madinah, saya tidak dipedulikan. Biarkanlah saya melamarnya sendiri. Kalau Anda tidak menyukai hal ini karena urusan agama atau dunia, saya memaafkan Anda. Adapun kesedihan saya terhadap kaum muslimin yang gugur, maka demi Allah, seandainya kesedihan saya dapat membuat yang hidup itu tetap hidup atau dapat mengembalikan yang sudah mati, pasti kesedihan itu sudah membuat yang hidup tetap hidup dan yang mati bangkit kembali. Saya sudah berusaha mencari syahadah, hingga putus asa untuk tetap hidup. Kemudian, tindakan Majja’ah mengecoh pendapat saya, sebetulnya tidak. Saya merasa yakin pendapat saya tidak keliru. Saya juga tidak mengetahui perkara gaib. Di sisi lain, Allah Subhanahu wata’ala telah memberi kebaikan bagi kaum muslimin. Dia mewariskan tanah Yamamah kepada kaum muslimin, dan kesudahan itu adalah untuk orang-orang yang bertakwa.” Setelah membaca surat itu, hati Khalifah ash-Shiddiq menjadi lembut, beliau pun menerima alasan Si Pedang Allah itu . Mengetahui hal itu, beberapa tokoh Quraisy lain tergerak memberikan alasan membela Khalid, termasuk Abu Barzah al-Aslami, kata beliau, “Wahai Khalifah Rasulillah, Khalid itu bukanlah seorang pengecut dan pengkhianat. Dia sudah mati-matian berusaha untuk mati sebagai syahid, tetapi gagal. Dia tetap bertahan sampai akhirnya diberi kemenangan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Khalid tidak berdamai dengan mereka kecuali dengan sukarela dan pendapatnya tidak salah ketika berdamai, karena dia mengira kaum wanita yang dilihatnya di atas benteng adalah pasukan musuh.” “Kau benar,” kata ash-Shiddiq, “Alasanmu ini lebih bagus daripada yang ditulis Khalid.” Dari sini, jelaslah bahwa pembelaan Khalid terhadap dirinya bukan tanpa alasan. Dapat pula ditambahkan beberapa hal yang menunjukkan keutamaan Khalid, sebagai berikut. 1. Pernikahan Khalid ini terjadi setelah keadaan benar-benar aman dan tenang. 2. Dia menikah dengan putri seorang pemuka masyarakat. 3. Pernikahan itu tanpa ada upaya yang menyusahkan dirinya dan yang lain. 4. Pernikahan itu terjadi tanpa ada sesuatu yang menyelisihi agama ataupun dunia. 5. Jihad yang dilakukannya bukan karena urusan dunia, tetapi mencari syahadah karena Allah l. 6. Khalid mengikat hubungan keluarga dengan Majja’ah karena kagum melihat pembelaan Majja’ah terhadap kaumnya. Keberanian Khalid tidak pernah disangsikan. Dalam setiap pertempuran, dia selalu di barisan terdepan, walaupun sebagai panglima. Pernah, dalam sebuah pertempuran, Khalid menerjang musuh bersama kudanya. Beberapa prajurit muslim berteriak mengingatkan, “(Ingatlah) Allah, (ingatlah) Allah. Anda adalah pemimpin kaum muslimin. Tidak pantas Anda maju seperti ini!” Akan tetapi, Khalid adalah Khalid, “Demi Allah, saya tahu apa yang kalian katakan, tetapi saya tidak dapat menahan diri, khawatir kaum muslimin kalah.” Bahkan seperti telah diceritakan, dalam Perang Yamamah ini, Khalid sendiri maju menantang duel satu lawan satu dengan pihak musuh. Begitu pula ketika terjadi pertempuran di kebun “maut”, Khalid sempat bertarung dengan salah seorang pengikut Musailamah al- Kadzdzab. Ternyata lawannya adalah seorang ahli berkuda juga. Setelah bertarung beberapa saat, keduanya terjatuh dari kuda masingmasing. Lawan Khalid segera menerkam. Keduanya bergumul di atas pasir. Khalid segera mengeluarkan belatinya menikam lawannya. Tetapi orang itu cukup tangkas, dia berhasil pula menusuk Khalid hingga luka tujuh tusukan. Akhirnya, Khalid tergeletak karena luka-lukanya sambil berusaha bangkit, sedangkan lawannya itu sudah mati lebih dahulu. Persiapan Setelah Islam semakin kuat di Yamamah, keadaan pun aman dan tenang. Kabilah-kabilah Arab semakin yakin dengan kekuatan kaum muslimin. Untuk sementara, Khalifah merasa tenang, karena sudah tidak ada lagi kemungkinan serangan dari orang-orang Arab yang ingin memberontak. Khalifah mulai mengarahkan pandangannya jauh ke depan. Terkenang dengan sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya. Dahulu, ketika bersama-sama memecah batu, menggali parit Khandaq, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, pernah mengatakan bahwa beliau melihat Kerajaan Persia, dan kekayaan negeri itu akan jatuh ke tangan kaum muslimin lalu digunakan untuk jalan Allah Subhanahu wata’alal. Khalifah ingin mewujudkannya, dan agaknya saatnya telah tiba. Khalifah segera mengirim surat kepada Panglima Khalid memberi perintah agar membawa pasukan muslimin menuju Irak, dimulai dari Ubullah yang terletak di tepi sungai Tigris (Dijlah). Khalifah mengingatkan agar tetap mengajak manusia kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala, atau membayar jizyah, atau perang. Khalifah juga mengingatkan agar tidak memaksa kaum muslimin untuk ikut dan tidak meminta bantuan kepada mereka yang pernah murtad dari Islam walaupun sudah kembali. Sebagian ahli sejarah ada yang mengatakan bahwa Khalid berangkat setelah pulang ke Madinah. Tetapi yang masyhur adalah bahwa beliau berangkat langsung dari Yamamah. Wallahu a’lam. Khalifah juga mengirim surat kepada ‘Iyadh bin Ghunm yang telah berhasil menaklukkan Daumatil Jandal agar bergerak menuju Irak. Kepada Khalid dan ‘Iyadh, Khalifah ash-Shiddiq menegaskan bahwa siapa saja di antara mereka yang lebih dahulu sampai di Irak, dialah yang memimpin seluruh pasukan. Dengan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala, Khalid dan pasukannya lebih dahulu tiba di Irak. Sementara itu, al-Mutsanna bin Haritsah yang memperoleh kemenangan dalam peperangan di Bahrain meminta izin kepada Khalifah agar ikut memerangi Irak. Khalifah pun mengizinkan, maka berangkatlah al-Mutsanna dengan kekuatan 8.000 orang menyusul pasukan Khalid bin al-Walid. Setelah bertemu dengan seluruh pasukan, segera Panglima memecah pasukannya menjadi tiga kelompok, masing-masing menempuh jalan yang berbeda. Kelompok pertama, dipimpin oleh al-Mutsanna dengan Zhufar sebagai penunjuk jalan, berangkat dua hari sebelum Khalid bertolak. Kelompok kedua, ‘Adi bin Hatim dan ‘Isham bin ‘Amr, dengan penunjuk jalan masingmasing Malik bin ‘Abbad dan Salim bin Nashr, salah satu dari kedua kelompok ini mendahului yang lain satu hari sebelumnya. Setelah itu, Khalid dan pasukannya mulai bergerak dengan penunjuk jalan Rafi’. Khalid menjanjikan akan bertemu mereka di al-Hafir. Memasuki Wilayah Persia Farjul Hindi adalah tapal batas Persia yang sangat kuat. Pemimpin mereka, Hurmuz selalu menyerang bangsa Arab di daratan dan menyerang Hindia di lautan. Sesampainya di wilayah Persia itu, Panglima memulai gerakan militernya dengan mengirim surat kepada seluruh pembesar Kerajaan Persia, termasuk para gubernur di wilayah Irak. Isi surat itu tidak hanya seruan dakwah kepada Islam, melainkan juga menampilkan sikap kepahlawanan barisan muslimin, bahwa yang mereka cari hanya dua, kemenangan atau mati syahid.  “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid Ibnu Walid kepada para pembesar Persia. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du; Segala puji kepunyaan Allah Subhanahu wata’ala yang telah memorakporandakan kaki tangan kalian, merenggut kerajaan kalian, serta melemahkan tipu daya kalian. Siapa yang shalat seperti shalat kami dan menghadap kiblat kami, jadilah ia seorang muslim. Ia akan mendapatkan hak seperti yang kami dapatkan, dan ia mempunyai kewajiban seperti kewajiban kami. Bila telah sampai kepada kalian surat ini, maka hendaklah kalian kirimkan kepadaku jaminan, dan terimalah perlindungan dariku. Kalau tidak, maka demi Allah Subhanahu wata’ala yang tiada sesembahan yang haq selain Dia, akankukirimkan kepada kalian satu kaum yang mencintai kematian, seperti kalian yang masih sangat mencintai hidup…!” Para pembesar yang menerima surat tersebut terheran-heran melihat keberanian dan seruan Khalid. Tetapi, kesombongan telah menutupi mata dan__ hati mereka. Hurmuz yang menerima surat itu segera mengirimkannya kepada Syira bin Kisra dan Azdasyir bin Syira. Hurmuz segera mengumpulkan kekuatan dan segera bertolak menuju Kazhimah. Masing-masing sayap pasukan itu dipimpin oleh Qabbadz dan Anusyjan, dari keluarga kerajaan. Hurmuz sendiri adalah seorang pembesar yang paling bengis dan cerdik, serta paling kafir. Kedudukannya cukup tinggi, dan ini diketahui dari mahkota yang dikenakannya. Semakin mahal perhiasan mahkota tersebut, semakin tinggi pula kedudukan pemiliknya. Mahkota Hurmuz ditaksir seharga seratus ribu (dinar).  Bersambung ke Seri 2 Sumber: http://asysyariah.com/penaklukan-irak/
8 tahun yang lalu
baca 11 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

maulid pertama kali dirayakan raja al-mazhaffar, benarkah?

BENARKAH YANG MERAYAKAN 'MAULID NABI' PERTAMA KALI ADALAH RAJA AL-MUZHAFFAR, PENGUASA KOTA IRBIL?! . Diedarkan sebuah tulisan, bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi adalah Raja Abu Sa'id al-Muzhaffar Penguasa Irbil,  wafat tahun 184 H!! Propaganda dengan mengatasnamakan sejarah ini perlu dijawab, Bahwa tidak benar Raja al-Muzhaffar tersebut wafat pada tahun 184 H. Namun yang benar adalah dia lahir tahun 549, wafat tahun 630 H!! Yakni wafat pada abad ke-7 hijriah. Bahwa yang pertama kali MEMBUAT perayaan 'Maulid Nabi' adalah kerajaan Bani Ubaidiyyah (yang menamakan dirinya Bani Fathimiyyah) di Mesir, yang berkuasa pada 362 - 567 H. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh para pakar sejarah. Di antaranya oleh Taqiyyuddin al-Miqrizi,  dalam kitabnya yang berjudul "al-Mawa'izh wa al-i'tibar bi Dzikri al-Khuthath wa al-Aatsaar". Pada 1/490, al-Miqrizi mengatakan, "Para Khalifah Dinasti Fathimiyyah memiliki banyak hari raya dan peringatan sepanjang tahun. Yaitu : Peringatan Awal Tahun, 💥 Hari Asyura 💥 Maulid Nabi — shallallahu alaihi wa sallam — 💥 Maulid Ali bin Abi Thalib 💥 Maulid al-Hasan 💥 Maulid al-Husein 💥 Maulid Fathimah az-Zahra 💥 Maulid Khalifah yang sedang berkuasa 💥 Malam awal Rajab 💥 Malam Nishfu Rajab 💥 Malam awal Sya'ban 💥 Malam Nishfu Sya'ban ..... dst." demikian keterangan dari al-Miqrizi Jadi, Perayaan Maulid Nabi yang pertama kali mengadakan adalah Dinasti Ubaidiyyah. Tahukah Anda siapakah Bani/Dinasti Ubaidiyyah (yang menamakan diri sebagai Dinasti Fathimiyyah) ini? 👉🏻 Mereka adalah berpaham Syi'ah Rafidhah. 👉🏻 Mereka telah : • Mencela para nabi • Mencela dan benci terhadap para shahabat • Mencela para salaf. Seorang 'ulama ahli sejarah, al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah telah menegaskan tentang Daulah Ubaidiyyah, "Mereka (Daulah Ubaidiyyah) membalik Islam, menampakkan (manhaj) Rafidhah, dan menyembunyikan madzhab Isma'iliyyah (salah satu sekte ekstrim dalam Syi'ah, pen)." Al-Qadhi 'Iyadh berkata tentang Daulah Ubaidiyyah, "Para 'ulama di negeri Qairawan telah sepakat bahwa kondisi Bani 'Ubaid (penguasa di Daulah Ubaidiyyah) adalah kondisi ORANG-ORANG MURTAD DAN PARA ZINDIQ."  Majmu'ah Manhajul Anbiya Join Telegram https://tlgrm.me/ManhajulAnbiya Situs Resmi http://www.manhajul-anbiya.net Istana Starling (hanya sebagai ilustrasi) - Sumber: Pixabay SIAPA YANG AWAL MULA MENGADA-ADAKAN BID’AH MAULID? Mereka adalah orang-orang Bani ‘Ubaidiyyah dan Rafidhah. Al-Miqrizi rahimahullah berkata di dalam kitabnya “al-Khuthath” (1/hal. 490 dan yang setelahnya): ”Penyebutan hari-hari dimana para khalifah Dinasti Fathimiyah menjadikannya sebagai hari-hari raya dan peringatan…” Beliau berkata: “Para khalifah Dinasti Fathimiyah memiliki berbagai hari raya dan peringatan dalam sepanjang tahunnya. yaitu: ■ Peringatan penghujung tahun, ■ Peringatan awal tahun, ■ Hari ‘Asyura’, ■ Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi was salam, ■ Maulid ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ■ Maulid al-Hasan dan al-Husein ‘alihimas salam, ■ Maulid Fathimah az-Zahra ‘alihas salam, ■ Maulid khalifah yang tengah berkuasa, ■ Malam awal Rajab, ■ Malam pertengahan Rajab, ■ Peringatan malam Ramadhan, ■ Awal Ramadhan, ■ Hidangan Ramadhan, ■ Malam penutupan, ■ Peringatan ‘Idul Fithri, ■ Peringatan ‘Idul ‘Adhha, ■ ‘Idul Ghadir, ■ Kiswah (pakaian) musim panas, ■ Kiswah musim dingin, ■ Peringatan Fathul Khalij (pembukaan teluk), ■ Hari an-Nauruz, ■ Hari al-Ghithas, ■ Hari Masehi, ■ Khamis al-‘adas, ■ dan hari-hari kendaraan.” Selesai penukilan dari beliau. Saya (asy-Syaikh Usamah bin Sa’ud al-‘Amri) mendengar syaikh kami ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah mengatakan: Mereka mengada-adakan enam maulid: ● Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam ● Maulid ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ● Maulid Fathimah radhiyallahu ‘anha ● Maulid al-Hasan radhiyallahu ‘anhu ● Maulid al-Husein radhiyallahu ‘anhu ● Maulid penguasa yang sedang berkuasa di zaman mereka •••• Sumber: https://telegram.me/Osamasaud @ashshorowaky | salafysorowako.com/siapa-yang-mengada-adakan-bidah-maulid/?relatedposts_hit=1&relatedposts_origin=1633&relatedposts_position=2
8 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Abu Abdillah

ketika tentara allah berjihad di tanah persia - bagian 1

BOBOLNYA BENTENG KOKOH NAHAWAND *Sulit membayangkan betapa syahdu medan jihad Nahawand siang itu. Andai ikut serta hadir, tangis pecah kita pasti terjadi bersamaan isak tangis prajurit-prajurit Muslim lainnya. Hati siapa yang tak bergetar hebat bila mendengar pesan terakhir sang panglima tertinggi yang ia rangkai dalam sebingkai do'a.Suntikan moril yang amat berharga*. Komando puncak dipegang An Nu'man bin Muqarrin radhiyallahu 'anhu atas pilihan kalifah Umar radhiyallahu 'anhu.Tetapi bukan itu yang menggetarkan.Pesan terakhir yang diikuti dengan pembuktian dan Allah Ta'ala yang mengabulkan itulah yang menggetarkan. Bahkan khalifah Umar radhiyallahu 'anhu pun turut menangis di atas mimbar kota Madinah, saat memberitahukan gugurnya An Nu'man radhiyallahu 'anhu. Cobalah anda ikut bersama saya untuk membayangkan dalam ruang berfikir.Suasana perang yang mencekam namun dihadapi dengan ketenangan.Sekira tiga puluh ribu prajurit berdiri tegak, di bawah terik matahari, sedang khusyu' mengikuti setiap huruf dalam kata dari panglima mereka.Iya,disana An Nu'man radhiyallahu 'anhu menyampaikan. "Segenap umat Islam! Aku berulang kali mengikuti perang di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.Kalau dipagi hari tidak memulai serangan, maka beliau menunda sampai pada saat matahari tergelincir ke arah barat untuk kemudian memulai pertempuran",An Nu'man radhiyallahu 'anhu memulai pidatonya. *Ma syaa Allah! Lihatlah betapa kukuh, taguh, dan gigihnya kaum sahabat dalam meneladani tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.Sampaipun pilihan waktu untuk memulai pertempuran,mereka tidak akan tenang tanpa mencontoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam*.Disuasana genting, dalam kondisi menghadapi hidup mati,An Nu'man radhiyallahu 'anhu masih berusaha mengingatkan pasukannya kepada sosok Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian An Nu'man menjatuhkan instruksi.Takbir pertama, setiap personil telah bersiap dengan menunaikan hajat dan bersuci.Takbir kedua,setiap personil telah bersiap dengan senjata (perlengkapan) masing-masing.Takbir ketiga,serangan yang dilakukan secara serentak. *Setiap personil pasukan mendengarkan seksama kata-kata An Nu'man radhiyallahu 'anhu memanjatkan do'a "Allahummar zuq An Nu'maaan syahaadatan bi nashril Muslimin waftah 'alaihim". Seluruh pasukan meng-aminkan do'anya: Ya Allah berikan rezeki untuk An Nu'maaan berupa kematian syahid dengan memberikan pertolongan untuk umat Islam dan menangkanlah mereka*. Tiap-tiap personil prajurit bergetar saat An Nu'man berucap harapan untuk gugur.Tiap-tiap personil prajurit merasakan betapa tulusnya panglima mereka bertutur.Didalam hat kecil mereka, kata-kata tersebut bisa saja benar-benar menjadi kalimat perpisahan.Apalagi tidak sedikit prajurit yang terbawa lalu kemudian menangis. Bagaimana tidak menangis? Sudah sekian banyak momen perang yang mereka lewatkan bersama sang panglima.Suka duka-nya pertempuran mereka ukir bersama.Lalu mereka mendengarkan sebuah tekad untuk gugur sebagai syahid di hari itu.Bukankah hal itu cukup menjadi alasan mereka untuk menangis. Nahawand, Berangkali tidak semua orang pernah mendengar nama ini.Padahal sejarah perjuangan Islam sulit untuk tidak dikaitkan dengan Nahawand. Berjarak tiga hari perjalanan dari wilayah Hamadzan,Nahawand adalah sebuah kota ramai diatas dataran tinggi.Nahawand masuk dalam lingkup negeri Asbahan.Nahawand juga bisa disebut Nihawand (nun difathah atau dikasrah) . Seorang ahli geografi di zaman itu menjelaskan,"Nahawand letaknya pada iklim keempat. Panjangnya 72° dengan lebar 36°" Di puncak Nahawand terdapat sebuah benteng dengan bentuknya yang mengagumkan dan sangat tinggi. Didalam benteng tersebut terdapat kubur prajurit Islam yang gugur di awal sejarahnya. Nahawand dinilai staretegis oleh imperium persia kala itu. Menaklukkan Nahawand artinya telah menguasai Asbahan.Jika Asbahan di taklukkan, Kerajaan persia hanya tinggal menghitung hari kehancurannya. Oleh sebab itu, Umar bin khaththab radhiyallahu 'anhu menerima saran hurmuzan, seorang panglima persia yang masuk Islam. Menurut hurmuzan,"Asbahan ibaratnya kepala.persia dan azerbaijan adalah kedua sayapnya. Jika anda memotong kepala,dua sayap pasti jatuh. Jika anda memotong salah satu sayap,sayap yang lain akan bergabung dengan kepala" Selain kokoh sebagai batas pertahanan,sumber mata air nahawand dikenal dengan alirannya yang deras dan melimpah. Disana ada sejenis pohon yang tidak ditemukan pada tempat lain. Kayu pohon itu dibuat menjadi tongkat dengan kekuatan dan kualitas istimewa. Dibeberapa lokasi tepi sungai nahawand ditemukan tanah hitam sebagai bahan membuat perkakas berkualitas karena sangat hitam dan liat. Menurut Penduduk setempat,tanah tersebut di keluarkan kepiting-kepiting dari dasar sungai. Di atas gunung nawahand . ditemukan dua buah batu indah berbentuk ikan dan sapi jantan. Keduanya terbuat dari es dan tidak habis meleleh dimusim dengan maupun panas. Kini nahawand masuk dalam wilayah iran. Ibnu Katsir rahimahullah pakar sejarah Islam ternama,mendeskripsikan perang nahawand dengan jelas dalam Al Bidayah wan Nihayah, tepat pada sejarah di tahun 21H. Beliau menyebut perang nahawand dengan waq'atun 'adziimatun jiddan lahaa sya'nun rafii' wa naba-un 'ajiibun. Perang yang sangat dahsyat. Penuh cerita hebat dan kisah menakjubkan. Seperti itulah Ibnu katsir menyebut perang nahawand. Apa latar belakang meletusnya perang nahawand? Kesal,jengkel, dan dendam.itu menjadi faktor terbesar perang nahawand. Raja persia dari keluarga sasania,yaz-da-jird, tidak bisa menerima kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh pasukannya. Berita kekalahan seolah mengalir tiada henti berdatangan ketelinganya dari berbagai medan tempur di wilayah persia. Bagaimana tidak kesal dan dendam ? Negeri demi negeri terus ditaklukkan pasukan Islam. Lebih mengesalkan lagi saat Al Madain, ibukota dan pusat pemerintahan persia,tidak dapat dipertahankan. Padahal di Al Madain, simbol-simbol kejayaan dan kekuasaan mereka ada disana,termasuk Al Qash-rul Abyadh (istana putih) . Al madain artinya kumpulan kota. Sebab setiap raja yang baru berkuasa,ia mesti membangun sebuah kota untuk dirinya sendiri dan berdampingan dengan kota sebelumnya. Yas-da-jird sekeluarga mundur teratur untuk bergabung bersama kaum loyalisnya. Dengan harta yang masih tersisa ,ia terus melakukan konsolidasi. Sampai akhirnya ia memilih asbahan sebagai pusat komando dan sentral kegiatan. Yas-da-jird bersurat kepada para pemimpin dan penguasa tiap-tiap negeri disekitar asbahan untuk bersatu dibawah kendalinya untuk menyerang kaum Muslimin. Rupanya Yas-da-jird masih mempunyai pengaruh,. Di samping sejarah besar dan lama kekuasaan keluarga sasania, yas-da-jird menggunakan uang untuk menggerakkan pasukan persia. Dari berbagai penjuru negeri,jumlah pasukan yang mampu ia kumpulkan disebut-sebut sebagai yang pertama dalam sejarah. Pasukan terbesar sepanjang sejarah itu berkumpul dan di pusatkan di nahawand. Bersambung Oleh : Al Ustadz Abu Nashim Mukhtar bin Rifa'i La firlaz Ditulis dari Majallah Qudwah, Edisi.28 🌈@LilHuda🌈 🔻🔻🔻🔻🔻 📬 Telegram Ahkam, Tanya jawab 📲 tlgrm.me/LilHuda
8 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nahwaran, kuburan massal para teroris (khawarij)

NAHRAWAN KUBURAN MASAL PARA TERORIS Urat nadi kehidupan manusia di kota kufah berjalan sebagaimana biasa. Akan tetapi, disalah satu sudut kota kufah, sahabat Abu Musa Al Asy'ari Rodhiyallohu 'anhu nampak sedang duduk bersama beberapa orang didepan rumah shahabat Abdullah bin Mas'ud Rodhiyallohu 'anhu. Rupanya, mereka sedang menanti Abdullah bin Mas'ud keluar menuju masjid. Wahai Abu Abdirrahman, tadi aku melihat sesuatu dimasjid yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dan aku tidak melihat kecuali kebaikan, Walhamdulillah, Kata Abu Musa Kepada Abdullah bin Mas'ud ketika keluar dari rumah. Lalu, Abu Musa pun menggambarkan apa yang dilihatnya. Sejumlah orang secara berkelompok, sambil menunggu shalat, melakukan dzikir berjama'ah dengan panduan salah seorang diantara mereka. Sambil menghitung kerikil, mereka bertasbih, bertakbir, dan bertahlil. Lalu, apa yang engkau katakan kepada mereka. Abdullah bin Mas'ud bertanya. Abu Musa menjawab, Aku tidak mengatakan apa apa, karena menunggu bimbingan anda. Seharusnya, engkau meminta mereka menghitung hitung kesalahan sendiri. Aku menjamin, kebaikan mereka tidak akan hilang, tegas Abdullah bin Mas'ud. Sesampainya dimasjid tersebut, Abdullah bin Mas'ud menemui orang orang itu dan mengingkari perbuatan mereka. Abdullah bin Mas'ud juga sempat menegur keras, wahai umat Muhammad❗️alangkah cepatnya Kalian menuju kehancuran❗️Lihatlah, para shahabat Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam masih banyak yang hidup. Pakaian Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam belum usang dan periuk beliau pun masih belum pecah. Apakah kalian berada diatas ajaran yang lebih baik dari ajaran Muhammad❓Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan❓ Demi Allah, Wahai Abu Abdirrahman. Kami tidak menginginkan kecuali kebaikan❗️Mereka berkilah. Abdullah bin Mas'ud menyatakan, sungguh banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak memperolehnya. Sesungguhnya Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam pernah menyampaikan kepada kami tentang akan munculnya sekelompok orang yang pandai membaca Al Qur'an, namun tidak melewati tenggorokannya. Demi Allah, saya tidak tahu barangkali mayoritas mereka malah berasal dari kalian. Setelah itu, Abdullah Bin Mas'ud pergi meninggalkan mereka. (Sunan Ad Darimi 68-69). Amr Bin Salamah perawi kisah diatas bercerita, kami menyaksikan sendiri, ternyata mayoritas orang yang ikut dalam dzikir berjama'ah itu bergabung bersama kaum Khawarij dan ikut MEMERANGI KAMI DALAM MEDAN NAHRAWAN. Inilah firasat seorang shahabat muliaBid'ah yang dianggap kecil, boleh jadi akan menyeret pelakunya kepada Bid'ah yang lebih besar. Kata kata Abdullah bin Mas'ud diatas, akhirnya terbukti kebenarannya dalam PERANG NAHRAWAN, KURANG LEBIH ENAM TAHUN SETELAH BELIAU MENINGGAL DUNIA. Afwan bagian 2 skip, lanjut part 3 ALI BIN ABI THALIB BERUSAHA MENASEHATI Rasa cinta dan kasih sayang Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu terhadap umat tidak cukup sampai disitu. Beliau tidak langsung mengambil langkah perang dan kekerasan kepada kaum Khawarij. Setelah mengutus Ibnu Abbas Rodhiyallohu 'anhu, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu sendiri berangkat untuk menemui mereka dan berdiskusi. Dari hasil diskusi tersebut, terjadi beberapa kesepakatan. Hanya saja, kaum khawarij salah paham❗️ Mereka menyangka Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu telah rujuk dan menolak hasil tahkim dalam perang shiffin. Berdasarkan salah paham khawarij, mereka pun bersedia kembali ke kufah dan bergabung bersama pasukan Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, setelah dua hari berada di kufah, akhirnya kaum khawarij mengerti bahwa Ali bin Abi tholib Rodhiyallohu 'anhu tetap mematuhi dan menghormati hasil tahkim pada perang shiffin, setelah mendengar tentang salah paham khawarij, beliau langsung berpiidato untuk menjelaskan sikap beliau atas hasil tahkim. Hingga pada saat Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu menyampaikan khutbah dimasjid, orang orang khawarij berbuat onar dengan berteriak teriak dari seluruh sudut masjid dengan mengatakan, Tidak ada hukum kecuali Hukum Allah. Setelah itu, mereka pun keluar meninggalkan masjid. Kata kata yang benar, sayang tujuannya adalah kebatilan, demikian kata Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu ketika mendengar teriakan kaum Kahwarij. Ketika peristiwa tersebut terjadi, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu masih memilih bersikap lembut dan penuh cinta. Beliau malah memutuskan, Sesungguhnya masih ada hak kalian (kaum khawarij) pada kami. Kami tidak akan menghalangi hak harta Fa'i selama kalian masih bersama kami. Kami tidak akan mengahalangi kalian dari masjid, dan kami tidak akan memulai untuk memerangi kalian selama kalian tidak memulai untuk memerangi kami. Benci kaum Khawarij justru dibalas dengan sikap cinta kasih oleh Ali bin Abi Thalib❗️ Oleh sebab itu, beberapa sahabat dan tabi'in masih terus masih menyadarkan kaum Khawarij. Akan tetapi, hidayah memang mutlaq berada ditangan Allah. Manusia hanya berkewajiban untuk berusaha. Allahul Musta'an. KONSOLIDASI KAUM KHAWARIJ Langkah kaum khawarij berikutnya adalah melakukan Konsolidasi kekuatan. Hal itu diselenggarakan di rumah Abdullah bin Wahb Ar Rasibi, sebelum mengangkat panglima besar, mereka terlebih dahulu mendengarkan khutbah penyemangat dari beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh. Tiba saatnya pemilihan panglima tertinggi, masing masing menolak dan mengalihkannya kepada orang lain. Hingga akhirnya Abdullah bin Wahb Ar Rasibi yang terpilih sebagai pemimpin besar. Saat menerima permintaan tersebut, dia berujar, Demi Allah❗️Aku menerima jabatan ini bukan karena cinta dunia. Aku pun ketika menolak jabatan ini bukan takut mati❗️ Dikalangan mereka, Abdullah bin Wahb memang pantas untuk diangkat sebagai pemimpin besar. Sebab dia memiliki kepandaian, kefasihan, keberanian, dan kesungguhan dalam beribadah. Abdullah bin Wahb tercatat sebagai bagian dari pasukan sa'ad bin Abi Waqosh Rodhiyallohu 'anhu ketika penaklukan irak, akan tetapi, Berikutnya ia akan terbunuh dalam perang Nahrawan sebagai pemimpin besar kaum Khawarij. Peristiwa konsolidasi tersebut terjadi bulan Syawal tahun 37H. Sejak saat itu, orang orang tersebut secara resmi telah menanggalkan baiat kepada Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu ' anhu. Langkah mereka berikutnya adalah memilih dan menentukan basis wilayah yang akan diajdikan sebagai landasan perjuangan. Selain itu, mereka juga ingin menghimpun orang orang yang sepaham disebuah lokasi tersendiri, dalam rangka memudahkan konsolidasi. Perintah pun dijatuhkan oleh panglima mereka agar setiap yang sepaham keluar meninggalkan kota kufah secara sembunyi sembunyi lalu berkumpul didaerah Nahrawan. Hal itu dilakukan mereka, karena khawatir orang tua dan sanak kerabat akan menghalangi dan mencegah usaha mereka. Sedikit demi sedikit kekuatan mereka mulai tergalang dengan bertahap. Hingga akhirnya mereka merasa kuat dan bermarkas di Nahrawan. Dalam kondisi semacam ini, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu tetap menempuh langkah persuasif dan tidak mengambil langkah keras dalam menghadapi mereka. Hal itu sesuai janji dan jaminan Ali sebelumnya bahwa beliau tidak akan memerangi mereka kecuali bila didahului. PERTEMUAN DAUMATUL JANDAL Diantara hasil tahkim dalam perang shiffin adalah kedua pasukan, baik pasukan Ali maupun Pasukan Mu'awiyah, kembali kenegrinya masing masing dan menyudahi peperangan. Setelah itu, pembicaraan dan musyawarah akan dilanjutkan dikemudian hari, ditempat yang disepakati. Saat itu, daerah Daumatul Jandal yang dipilih karena letaknya yang berada ditengah tengah antar kufah dan Syam. Pada waktu yang telah disepakati utusan kedua belah pihak datang ke Daumatul Jandal. Akan tetapi, tidak ada kesepakatan yang bisa diperoleh dan disetujui bersama oleh kedua belah pihak. Semua itu sudah ditakdirkan Allah. Dengan demikian, Ali bin Abi tholib berencana untuk menggerakkan pasukan menuju syam, seluruh pasukan kemudian ditempatkan didaerah An Nakhilah, tidak jauh dari kota Kufah. Pada saat pasukan Ali bersiap siap menuju syam, Kaum Khawarij yang berada di Nahrawan semakin menjadi jadi ulah jahatnya. Beberapa penasehat militer Ali lalu menyarankan agar terlebih dahulu menumpas gerakan Khawarij di Nahrawan sebelum berangkat menuju syam. Sebab, semua khawatir jika pasukan diberangkatkan terlebih dahulu menuju syam, hal itu akan dimanfaatkan oleh kaum khawarij untuk melakukan kerusakan dikota kufah dan sekitarnya. Terjadilah kesepakatan: menunda ke syam dan menumpas khawarij di nahrawan. Dan kesepakatan tersebut pun menghasilkan kebaikan yang besar untuk pasukan Ali juga untuk pasukan Syam, terang ibnu Katsir menilai keputusan Ali. Sebab, berdasarkan keputusan tersebut, perang antara pasukan Ali dan Pasukan Mu'awiyah untuk yang kedua kalinya dapat dihindarkan. MENGAPA AKHIRNYA ALI BIN ABI THALIB MENUMPAS KHAWARIJ DI NAHRAWAN? Rencana Ali bin Abi Thalib yang menumpas khawarij di nahrawan sebelum bergerak menuju syam disebabkan ulah mereka sendiri. Kaum Khawarij dinahrawan telah melakukan berbagai pembunuhan dan perampokan. Sebab, mereka telah menghalalkan darah dan harta orang orang yang tidak sepaham. Salah satu pembunuhan keji yang mereka lakukan adalah pembunuhan shahabat Abdullah bin Khabbab bin Al Arats. Ketika itu, Abdullah bin Khabbab sedang melakukan perjalanan bersama seorang budak wanita miliknya yang sedang mengandung. Diperjalanan, sekelompok Khawarij di bashrah yang ingin bergabung ke nahrawan melihat mereka. Ketika kaum khawarij mengetahui bahwa beliau shahabat Nabi, dan saat itu beliau memuji Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, Kaum Khawarij menjadi emosi lalu membunuh beliau. Budak wanita yang sedang mengandung itu pun tidak luput. Setelah mereka membunuhnya. Perut budak itu dibelah dan janinnya dikeluarkan. Na'udzubillah minal fitan. Pembunuhan yang dilakukan oleh kaum khawarij bukan hanya itu saja❗️sehingga, kecemasan dan kekhawatiran pun mulai dirasakan oleh kaum muslimin. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib pun bertekad untuk menumpas mereka. MENUJU NAHRAWAN Bulan Muharram tahun 38 H, Ali bin Abi Thalib beserta seluruh pasukannya bergerak menuju Nahrawan, Beliau memerintahkan untuk membuat perkemahan disisi barat sungat Nahrawan. Sementara itu, kaum Khawarij mendirikan benteng pertahanan disisi timur sungai. Sejumlah pasukan khawarij dari Bashrah juga turut bergabung bersama mereka di Nahrawan. Selama itu, Ali bin Abi Thalib masih berusaha untuk membujuk kaum Khawarij agar tunduk kepada hukum Islam. Ali meminta kepada mereka agar menyerahkan orang orang yang melakukan pembunuhan sehingga Qishas bisa ditegakkan. Kami semua yang telah melakukan pembunuhan, seperti itu kaum kahwarij mensikapi tawaran Ali bin Abi Thalib. Beberapa orang shahabat juga berusaha memberikan nasihat untuk mereka. Namun, kaum khawarij tetap bersikap seolah olah mereka sedang memperjuangkan kebenaran. Bahkan, seorang utusan Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh mereka. DARAH MEMBASAH DI NAHRAWAN Setelah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari pertempuran, akhirnya Ali Bin Abi Thalib pun memerintahkan pasukannya untuk menyeberangi sungai Nahrawan. Sebelum berangkat, Ali bin Abi Thalib berpidato dihadapan seluruh pasukannya untuk memberikan motivasi dan semangat jihad. Bahkan Ali bin Abi Thalib menyampaikan sebuah hadits yang beliau pernah dengar dari Rasulullah tentang sekelompok orang yang akan berbuat kekacauan. Saat berpidato, beliau menilai bahwa ciri ciri yang disebutkan oleh Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam tentang sekelompok orang yang akan berbuat kekacauan. Saat berpidato, beliau menilai bahwa ciri ciri yang disebutkan Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam ditemukan pada kaum khawarij di Nahrawan. Salah satu cirinya, diantara mereka ada al mukhdaj: seorang yang bagian atas salah satu lengannya seperti payudara perempuan dan diatasnya ada beberapa helai ramput putih❗️ Kedua pasukan telah berhadapan Formasi tempur kaum Khawarij disusun dengan sayap Kanan dipimpin oleh zaid bin Hisn At Tha'i, sayap kiri dipimpin Syuraih bin Aufa, pasukan berkuda dikomandani oleh Hamzah bin Sinan, sementara pasukan invanteri mereka dipimpin oleh Hurqush bin Zuhair. Sementara Ali bin Abi thalib menunjuk hijr bin Adi sebagai panglima sayap kanan dan  .memilih Syibts bin Rib'i dan Ma'qil bin Qais untuk mengendalikan sayap kiri. Sementara pasukan berkuda dipimpin oleh pasukan Shahabat Abu Ayub. Adapun pasukan infantri pihak Ali dikomandani oleh Abu Qotadah Al Anshari. Sementara itu, pasukan bala bantuan dari madinah yang berjumlah 700 prajurit diserahkan Ali kepada Qais bin Sa'ad bin Ubadah. Sebelum meletus pertempuran, Ali bin abi Thalib juga memerintahkan kepada Abu Ayub untuk  mengibarkan bendera Amaan (Jaminan keamanan), serta mengumumkan kepada kaum khawarij, Barang siapa datang kebawah bendera Amaan, maka ia dijamin keselamatannya. Demikian juga yang meninggalkan medan lalu menyingkir ke kufah dan madain, ia pun dijamin keselamatannya. Sebab, kami tidak punya keperluan dari kalian, kecuali orang orang yang telah membunuh saudara kami. Keputusan dari Ali bin Abi Thalib ternyata cukup berhasil. Terbukti, sejumlah besar dari mereka kemudian memutuskan untuk menyingkir dan tidak melibatkan diri dalam pertempuran. Dari 4000 orang khawarij, akhirnya  berkurang dan hanya menyisakan 1000 orang saja. Pemimpin besar khawarij, Abdullah bin Wahb Ar Rasibi terus membakar dan memprovokasi kaum khawarij untuk segera maju dan menyongsong pasukan Ali. Ali memerintahkan agar pasukan berkuda mengambil posisi garis depan, kemudain diikuti oleh pasukan infanteri. Ali tak lupa berpesan kepada pasukannya untuk tidak mendahului menyerang. Sementara kaum khawarij memposisikan pasukan pemanah berada digaris paling depan. Sambil berteriak teriak, Tidak Ada hukm kecuali hukum Allah, Kaum Khawarij bergerak menyerang pasukan Ali bin Abi Thalib. Maka pasukan berkuda Ali segera menyambut mereka. Setelah semakin dekat, pasukan Berkuda Ali memecahkan diri menjadi dua bagian, kekanan dan kekiri arah mereka. Gerakan pasukan berkuda ini dilanjutkan dengan aksi pasukan panah Ali yang segera menghujani Khawarij dengan Anak anak panah. Kaum Khawarij terkejut dengan gerak pasukan Ali. Setelah itu, dari sisi kanan dan kiri, pasukan berkuda Ali menjepit kaum Khawarij, dibantu dengan pasukan panah Ali yang berhadap hadapan dengan kaum Khawarij. Habis sudah pasukan Khawarij❗, Tokoh tokoh penting mereka terbujur kaku dimedan Nahrawan. Sebagian dari mereka ada yang terluka dan sebagian kecil berhasil melarikan diri. Sementara korban meninggal dari pasukan Ali hanya beberapa orang saja. Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu melarang pasukannya untuk mengejar orang orang yang melarikan diri. Beliau juga memerintahkan agar orang orang khawarij yang terluka untuk diobati, lalu dikembalikan kepada keluarga masing masing, yang meninggal dikuburkan, harta mereka tidak dirampas, dan tidak menawan mereka. Subhanallah.. Sikap benci Khawarij dihadapi dengan sikap kasih Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu. Apakah mereka kafirSeseorang bertanya kepada Ali saat itu. Ali menjawab, Tidak, justru mereka ingin menghindari kekafiran. Kalau begitu mereka kaum munafiqin❓Tanya yang lain. Ali menerangkan, bukan❗️kaum munafiqin tidak berdzikir kepada Allah kecuali sedikit saja. Kalau begitu, siapakah mereka❓Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu ditanya. Beliau menjawab, sekelompok orang yang bughot (memberontak) kepada kita maka, kita pun memerangi mereka. SABDA RASULULLAH SHOLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM BENAR BENAR TERJADI Setelah pertempuran usai, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu memerintahkan untuk mencari Jasad Al Mukhdaj. Setelah beberapa orang mencari, mereka melaporkan kepada Ali bahwa jasad orang yang dimaksudkan Ali dengan ciri ciri Yang pernah disebutkan Rasulullah tidak ditemukan. Namun, Ali tetap memerintahkan untuk mencarinya kembali. Bahkan, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu turun terjun untuk menemukan jasad orang itu. Ternyata diantara mayat mayat khawarij yang saling bertumpuk berserakan, ditemukan jasad al Mukhdaj. ALI PUN TERLIHAT GEMBIRA DAN SUJUD SYUKUR. Allah maha benar dan Rasulullah benar benar tealah menyampaikan kebenaran❗️kata kata Ali bin Abi Thalib setelah itu. Memang benar❗️Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda tentang kaum Khawarij: آيتهم رجل أسود إحدى عضديه مثل ثدي المرأة أو مثل البضعة تتدردر Tanda tanda mereka adalah seorang yang berkulit hitam, bagian atas salah satu lengannya seperti payudara perempuan, atau seperti potongan daging yang bergerak gerak. (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Shahabat Abu Sa'id Al Khudri Rodhiyallohu 'anhu). Dialah Al Mukhdaj yang ditemukan Ali Diantara mayat mayat kaum Khawarij. Selesai... Alhamdulillah Referensi: Al Bidayah Wan Nihayah karya Ibnu Katsir, Tarikhul Islam Karya Adz Dzahabi, Al Khawarij Karya Sulaiman Al Gusn, Irwaul Ghalil 8/118 Karya Al Al bani, Usdul Ghabah Karya Ibnul Atsir, Shahih Muslim (1066) karya Muslim Bin Al Hajjaj. .Penulis Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar Bin Rifa'i Hafizhahullahu Ta'ala Tambahan Admin  Ciri Ciri Khawarij sebagaimana kisah diatas adalah, ⚔Memberontak kepada pemerintah yang sah, ⚔menghalalkan darah kaum muslimin yang bukan kelompoknya, ⚔menghalalkan harta kaum muslimin yang tidak sepaham dengan mereka. ❗️hendaklah kaum MUSLIMIN berhati hati dari MEREKA, paham TERORIS KHAWARIJ Dimanapun mereka berada. Allahu a'lam.  Abu Dzar Al Falimbaniy. Sumber, Qudwah Edisi 10 Vol 01 2013 Klik Join telegram http://bit.ly/FadhlulIslam www.salafymedia.com Publikasi : WA Fadhlul Islam Bandung
8 tahun yang lalu
baca 14 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

rekam jejak berdarah dari negeri sumber fitnah

Menteri Luar Negeri Arab Saudi membuat pernyataan pada hari Selasa, bahwa sejak Revolusi Iran tahun 1979, Iran telah membuat rekor berupa penyebaran hasutan, kerusuhan dan kekacauan di dalam negeri dalam upayanya untuk melemahkan keamanan dan stabilitas dalam negeri, dan mengabaikan hukum internasional, kesepakatan, perjanjian dan prinsip-prinsip moral. Selama periode yang sama, Kerajaan Arab Saudi masih mempertahankan kebijakannya untuk menahan diri meskipun mengalami banyak kerugian sebagai akibat kebijakan Iran yang agresif. 📆 Tahun 1982 96 warga asing telah diculik di Lebanon, termasuk 25 orang warga AS yang dikenal dengan Krisis Penyanderaan, yang telah berlangsung selama 10 tahun. Sebagian besar penculikan dilakukan oleh Hizbullah dan kelompok lain dukungan Iran. 📆 Tahun 1983 – Hizbullah meledakkan bom di Kedutaan AS di Beirut, 63 orang terbunuh. – Ismail Askari, seorang berkewargaan Iran, melakukan serangan bom bunuh diri di barak marinir AS di Beirut dan membunuh 241 prajurit AS. – Hizbullah mengirimkan bom bunuh diri dalam sebuah truk di barak tentara Prancis di Beirut, 64 warga Prancis dan personel militernya terbunuh. – Anggota Hizbullah dan Hizbud Da’wah melakukan sejumlah serangan, termasuk serangan ke kedutaan AS dan Prancis di Kuwait, ke sebuah kilang minyak dan satu pemukiman penduduk yang mengakibatkan 5 korban jiwa. – Iran menyerang kapal tanker milik Kuwait di Teluk. Kapal-kapal tanker Kuwait diganti benderanya dengan bendera AS dan dikawal kapal-kapal perang AS. 📆 Tahun 1984 Hizbullah menyerang Kedubes AS di Beirut Timur, akibatnya 24 orang tewas. 📆 Tahun 1985 – Beberapa prajurit dan warga sipil di Teluk terbunuh saat terjadi sebuah percobaan serangan bom pada iring-iringan kendaraan Amir Kuwait, Syaikh Jabir Al-Ahmad Al-Shabah – Rezim Iran mendalangi pembajakan penerbangan TWA, 39 penumpang berkebangsaan AS ditawan selama berminggu-minggu 📆 Tahun 1986 Iran meminta jamaah hajinya untuk membuat kerusuhan selama pelaksanaan haji, yang mengakibatkan insiden saling dorong dan mengakibatkan 300 orang tewas 📆 Tahun 1987 – Hizbullah wilayah Hijaz membakar fasilitas minyak di Ras Tanura di wilayah pesisir timur Arab Saudi – Sebuah organisasi pro Iran menyerang sebuah fasilitas milik Perusahaan Minyak Saudi (SADAF) di Jubail, bagian timur Arab Saudi. – Arab Saudi menggagalkan usaha penyeludupan bahan peledak ke wilayah Arab Saudi yang dilakukan oleh salah seorang jamaah haji Iran – Kedubes Saudi di Teheran diserang dan diplomat Saudi bernama Reza Abdul Muhzin Al-Nozha ditembak dan ditahan oleh Garda Revolusi Iran. Diplomat tersebut kemudian dilepas setelah terjadi negosiasi antara Arab Saudi dan Iran 📆 Tahun 1989 – Iran membunuh ketua Partai Demokrat Kurdi, Abdul Rahman Ghassmelou dan wakilnya, Abdullah Azar di Wina. – Rezim Iran menculik dan membunuh sejumlah diplomat AS di Lebanon 📆 Tahun 1990 – Rezim Iran terlibat dalam pembunuhan diplomat Arab Saudi untuk Thailand, Abdullah Al-Malki, Abdullah Al-Bassri, Fahad Al-Bahli dan Ahmed Al-Saif (antara tahun 1989 dan 1990) 📆 Tahun 1991 – Garda Revolusi Iran membunuh Shapour Bakhtiar, PM Iran terakhir di masa kekuasaan Syah Iran, Mohammad Reza Pahlavi, di Prancis. 📆 Tahun 1992 – Iran membunuh Sekretaris Umum Partai Demokrat Kurdi, Sadegh Sharafkandi dan asistennya Fattah Abdouli, Homayoun Ardalan dan Nuri Dechrda di Berlin. – Rezim Iran terlibat pemboman di restoran Mykonos, Berlin. Jaksa Federal Jerman mengeluarkan surat perintah untuk menangkap Menteri Intelejen Iran, Ali Fallahian dengan tuduhan perencanaan dan dalang pemboman. 📆 Tahun 1994 – Iran terlibat dalam pemboman di Buenos Aires tahun 1994, yang mengakibatkan 85 orang tewas. (Pada tahun 2003 Kepolisian Inggris menangkap Hade Pour Soleimanpour, mantan dubes Iran untuk Argentina, dengan tuduhan konspirasi untuk melakukan serangan). – Kementrian Luar Negeri Venezuela mengeluarkan pernyataan pers yang menyebutkan bahwa 4 orang diplomat Iran terlibat sebuah operasi senyap di Bandara Internasional Simon Bolivar, Caracas, dengan tujuan memaksa para pengungsi Iran untuk kembali ke negaranya. 📆 Tahun 1996 Iran terlibat pemboman di Alkhobar tahun 1996, yang dilakukan oleh Hizbullah Hijaz, sebuah organisasi pro Iran, akibatnya 120 orang tewas termasuk 19 warga AS. Iran memberikan perlindungan untuk para pelaku pemboman termasuk Ahmed Al-Moghassil, warga Saudi yang ditangkap di Lebanon tahun 2015 dengan membawa paspor Iran. Para teroris itu menyerang setelah diperintah oleh atase militer Iran di Bahrain. Para pelaku dilatih di Lebanon dan Iran. Bahan peledak diselundupkan dari Lebanon ke Arab Saudi oleh Hizbullah. 📆 Tahun 2001 – Iran memberikan suaka aman untuk sejumlah pimpinan Al-Qaeda sejak tahun 2001, termasuk Saad bin Laden, Saif Al-Adel dan yang lainnya setelah peristiwa 11 September 2001. Iran juga menolak untuk menyerahkan para pimpinan Al-Qaeda ke Arab Saudi meskipun pemerintah Saudi berulang-ulang memintanya. – Iran terlibat pemboman di tiga pemukiman padat penduduk di Riyadh tahun 2003, yang menewaskan banyak warga sipil Saudi dan warga asing termasuk AS, atas perintah salah seorang pimpinan Al-Qaeda di Iran. 📆 Tahun 2003 – Bahrain menangkap anggota jaringan teroris baru yang mendapat dukungan dari Garda Revolusi Iran dan Hizbullah Lebanon, Kuwait dan UEA. – Rezim Iran mendukung elemen Syiah di Iraq dengan membentuk partai-partai politik dan kelompok-kelompok milisi yang loyal kepada Iran. Berbagai aksi yang dilakukan eleman ini mengakibatkan tewasnya sebagian dari 4.400 prajurit AS dan 10.000 warga sipil, sebagiannya warga Arab Sunni. Mantan Dubes AS untuk Irak, James Jeffrey mengatakan bahwa warga AS tewas karena terbunuh dalam operasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang dibeking langsung oleh Iran. 📆 Tahun 2006 Washington mengatakan Iran mendukung Taliban melawan pasukan AS di Afghanistan dan mempersenjatai berbagai kelompok dan sekte yang berbeda untuk menyerang AS didekat perbatasan Iran. Washington juga mengatakan bahwa rezim Iran telah menawarkan hadiah sebesar $1,000 untuk setiap prajurit AS yang tewas di Afghanistan. 📆 Tahun 2007 Senat AS mengeluarkan resolusi untuk menyebut Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris 📆 Tahun 2011 – Iran terlibat dalam pembunuhan diplomat Arab Saudi, Hassan Al-Qahtani di Karachi – AS menggagalkan usaha pembunuhan Dubes Saudi untuk AS dan membuktikan keterlibatan rezim Iran. Dakwaan tersebut dibuktikan di pengadilan federal New York yang mengidentifikasi keterlibatan 2 orang yaitu Mansour Arbabsear yang telah ditangkap dan dipenjara selama 25 tahun, serta Gholam Shakuri, seorang perwira Garda Revolusi Iran, yang saat ini berada di Iran dan menjadi buron pengadilan AS. 📆 Tahun 2012 – Seorang hacker dari Garda Revolusi Iran melakukan serangan cyber dengan target perusahaan minyak dan gas di Arab Saudi dan Teluk. Sekretaris Pertahanan AS, Leon Panetta menggambarkan serangan cyber sebagai diantara serangan yang paling merusak di sektor swasta. Staf kepresidenan Obama mengatakan bahwa ini adalah ulah pemerintah Iran. – Rencana pembunuhan perwira dan diplomat AS di Baku, ibukota Azerbaijan, terungkap. Kelompok Syiah di Azerbaijan, didukung Iran dan bekerja dibawah perintah Garda Revolusi, berada di belakang rencana tersebut. 📆 Tahun 2016 – Pengadilan kriminal Kuwait memvonis mati dua orang, salah satunya berkewarganegaraan Iran. Mereka didakwa melakukan perbuatan yang membahayakan kesatuan dan keamanan Kuwait, dan secara aktif bekerjasama dengan Iran dan Hizbullah untuk melakukan aksi menebar permusuhan. – Iran melalui komandan Garda Revolusinya, Mohammad Ali Jafari, secara resmi mengakui bahwa ada 200.000 pejuang Iran di luar negeri, seperti Syria, Irak, Afghanistan, Pakistan dan Yaman. – Rezim Iran menolak untuk melindungi fasilitas diplomatik milik Saudi di Teheran dan Mashhad. Sumber : Arabnews.com http://serambiharamain.com/rekam-jejak-berdarah-dari-sebuah-negeri-sumber-fitnah/
9 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah terbunuhnya cucu rasulullah husain bin ali bin abu thalib

KISAH TERBUNUHNYA CUCU RASULULLAH 'HUSAIN BIN ALI BIN ABU THALIB RADHIALLAHU ANHUMA. SIAPAKAH PEMBUNUHNYA ❓ Saat Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhuma pada tahun 60 H meninggal, anaknya yang bernama Yazid dibai’at sebagai khalifah. Adapun Husain bin Ali radhiallahu ‘anhuma dan Abdullah bin Zubair termasuk yang enggan berbai’at kepada Yazid. Mereka berdua berangkat menuju Makkah dan menetap di sana. Kaum muslimin banyak yang mendatangi Husain radhiallahu ‘anhu untuk mendengar ilmu dan wejangan dari beliau. Adapun Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu menetap di tempat ibadahnya di sisi Ka’bah. Tidak berapa lama kemudian, berdatanganlah surat-surat yang berasal dari penduduk Kufah yang menghendaki kedatangan Husain radhiallahu ‘anhu ke negeri mereka agar mereka segera membaiatnya sebagai pengganti Yazid bin Muawiyah. Yang pertama kali mendatangi Husain radhiallahu ‘anhu adalah Abdullah bin Saba’, al-Hamdani, dan Abdullah bin Wal. Mereka membawa surat yang berisi ucapan selamat atas kematian Muawiyah radhiallahu ‘anhu. Setelah itu, disusul oleh ratusan surat yang meminta Husain radhiallahu ‘anhu untuk segera datang ke Kufah. Akhirnya Husain radhiallahu ‘anhu mengutus anak pamannya yang bernama Muslim bin Aqil bin Abi Thalib ke Irak untuk meneliti duduk permasalahan sebenarnya dan kesepakatan mereka. Apabila hal ini sesuatu yang jelas dan mesti, Husain akan berangkat bersama keluarga dan kerabatnya. Tatkala Muslim bin Aqil tiba di Kufah, beliau singgah di rumah Muslim bin Ausajah al-Asadi. Ada pula yang berkata bahwa beliau singgah di rumah Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi. Wallahu a’lam. Penduduk Kufah berbondong-bondong mendatangi Muslim untuk membaiatnya atas nama kepemimpinan Husain radhiallahu ‘anhu. Jumlah mereka mencapai 18.000 orang. Akhirnya, Muslim mengirim surat kepada Husain radhiallahu ‘anhu agar segera datang ke Kufah karena pembaiatan telah siap. Husain radhiallahu ‘anhu bersiap berangkat dari Makkah menuju Kufah. Berita kedatangan Husain radhiallahu ‘anhu kian tersiar dan sampai kepada an-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma yang ketika itu menjadi Gubernur Kufah bagi pemerintahan Yazid. Beliau seakan-akan tidak peduli dengan semakin gencarnya isu pembaiatan terhadap Husain radhiallahu ‘anhu. Berita ketidakpedulian Nu’man radhiallahu ‘anhuma sampai kepada Yazid. Yazid melengserkan Nu’man radhiallahu ‘anhuma dari kedudukannya dan memerintah Ubaidullah bin Ziyad untuk menguasai Kufah dan Basrah sekaligus. Yazid berpesan kepada Ibnu Ziyad, “Jika engkau datang ke Kufah, carilah Muslim bin Aqil. Jika engkau mampu membunuhnya, bunuhlah.” Ibnu Ziyad berangkat dari Basrah menuju Kufah. Tatkala memasuki Kufah, ia menutup wajahnya dengan sorban hitam. Setiap kali dia melewati sekumpulan manusia, ia berkata, “Assalamu’alaikum.” Mereka menjawab, “Wa‘alaikassalam, selamat datang wahai anak Rasulullah.” Mereka menyangka bahwa dia adalah Husain radhiallahu ‘anhu, karena memang telah menunggu kedatangannya sampai akhirnya banyak penduduk mengerumuninya. Muslim bin Amr berkata, “Mundurlah kalian, ini adalah Gubernur Ubaidullah bin Ziyad.” Tatkala mereka mengetahui bahwa itu bukan Husain,  .mereka bersedih. Ubaidullah akhirnya yakin bahwa hal ini adalah kesungguhan. Dia kemudian memasuki istana Gubernur Kufah dan mengutus Ma’qil, maula Ubaidullah bin Ziyad, untuk meneliti keadaan dan melacak siapa dalang utama yang mengatur pembaiatan terhadap Husain radhiallahu ‘anhu. Ma’qil berangkat dengan membawa uang 3.000 dirham sambil menyamar sebagai orang yang berasal dari Hims yang datang untuk membaiat Husain radhiallahu ‘anhu. Dia terus berlemah lembut hingga ditunjukkan kepadanya tempat Muslim bin Aqil dibaiat; yaitu rumah milik Hani bin Urwah. Akhirnya, dia mengetahui bahwa Muslim bin Aqil merupakan otaknya. Dia pun kembali dan mengabarkan hal ini kepada Ubaidullah. Setelah Muslim bin Aqil merasa bahwa segala sesuatu telah siap, dia mengirim berita kepada Husain radhiallahu ‘anhu untuk segera datang ke Kufah. Husain akhirnya berangkat menuju Kufah, sementara Ubaidullah mengetahui apa yang dilakukan oleh Muslim bin Aqil. Keberangkatan Husain radhiallahu ‘anhu bertepatan pada hari tarwiyah. Tatkala Husain radhiallahu ‘anhu hendak berangkat, para sahabat Rasulullah g yang masih hidup ketika itu berusaha mencegah keberangkatan beliau. Di antara yang berusaha mencegahnya adalah Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma. Ketika itu Ibnu ‘Umar sedang berada di Makkah. Tatkala mendengar Husain radhiallahu ‘anhu menuju Irak, ia menyusulnya dalam perjalanan selama 3 malam. Setelah bertemu Husain, Ibnu ‘Umar bertanya, “Hendak kemana engkau?” Husain menjawab, “Menuju Irak.” Sambil memperlihatkan surat-surat yang dikirim dari Irak kepadanya, “Ini surat-surat dan bai’at mereka.” Ibnu Umar berkata, “Jangan engkau datangi mereka.” Husain bersikeras berangkat sehingga Ibnu ‘Umar berpesan, “Aku memberitakan kepadamu satu hadits, bahwa Jibril q mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu memberi pilihan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam antara dunia dan akhirat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih akhirat dan tidak menghendaki dunia. Sesungguhnya engkau adalah bagian dari diri beliau. Demi Allah, jangan sekali-kali ada di antara kalian yang memilih dunia. Tidaklah Allah ‘azza wa jalla palingkan kalian darinya kecuali kepada sesuatu yang jauh lebih baik.” Namun, Husain enggan untuk kembali. Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma menangis dan berkata, “Aku titipkan dirimu kepada Allah ‘azza wa jalla agar tidak menjadi orang yang terbunuh.” Selain Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, yang berusaha mencegah beliau adalah Abdullah bin ‘Abbas, Abu Sa’id al-Khudri, dan Abdullah bin Zubair g. Di Kufah, Ubaidullah yang telah mengetahui bahwa Muslim bin Aqil bersembunyi di balik Hani bin Urwah, memanggil Hani ke istananya. Ubaidullah bertanya, “Di manakah Muslim bin Aqil berada?” Hani menjawab, “Saya tidak tahu.” Ubaidullah bin Ziyad memanggil Ma’qil yang pernah menyamar menjadi seorang dari Hims untuk membaiat Husain radhiallahu ‘anhu. Ubaidullah bertanya, “Apakah engkau mengenal orang ini?” Hani menjawab, “Ya.” Hani pun kebingungan. Akhirnya ia mengetahui bahwa hal ini ternyata makar dari Ubaidullah bin Ziyad. Ubaidullah bertanya, “Di mana Muslim bin Aqil?” Hani menjawab, “Demi Allah, seandainya dia berada di bawah kakiku, aku tidak akan mengangkatnya.” Ubaidullah memukul wajah Hani dengan tongkat hingga melukai bagian keningnya dan mematahkan hidungnya. Dia lalu memerintahkan agar Hani dipenjara. Muslim bin Aqil mendengar berita Hani ditahan. Ia mengerahkan para pendukungnya sejumlah 4.000 orang penduduk Kufah. Di antara mereka ialah Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi yang memegang bendera hijau, dan Abdullah bin Harits bin Naufal yang memegang bendera merah. Keduanya diatur menjadi pasukan sayap kanan dan kiri. Mendengar Muslim bin Aqil datang, Ubaidullah dan yang bersamanya segera memasuki istana dan menutup gerbangnya. Sebagian pemimpin kabilah yang berada di pihak Ubaidullah menasihati kaumnya agar meninggalkan Muslim bin Aqil. Sebagian lagi diperintahkan oleh Ubaidullah untuk mengelilingi Kufah untuk menghalangi bantuan kepada pasukan Muslim bin Aqil. Mereka pun melakukannya. Sampai-sampai, seorang wanita berkata kepada anak dan saudaranya, “Kembalilah, yang lain telah mencukupimu.” Seorang lelaki berkata, kepada anak dan saudaranya, “Sepertinya besok pasukan dari negeri Syam akan tiba. Apa yang dapat engkau perbuat menghadapi mereka?” Akhirnya mereka yang berkumpul bersama Muslim meninggalkannya satu per satu. Belum tiba sore hari, jumlah pasukan Muslim tersisa 500 orang, lalu menjadi 300 orang, kemudian menjadi 30 orang. Beliau shalat Maghrib bersama jamaahnya yang tersisa 10 orang. Setelah selesai shalat, Muslim pun tinggal sendirian, beliau bingung hendak pergi ke mana. Ia pun mengetuk salah satu rumah, keluarlah seorang wanita. Muslim berkata, “Berilah aku air.” Wanita itu memberikan air kepadanya. Muslim menceritakan tentang jati dirinya, “Penduduk Kufah telah berdusta dan menipuku,” ujarnya. Wanita itu memasukkan Muslim ke dalam rumah yang berdampingan dengan rumahnya. Anak wanita tersebut, Bilal bin Asid, mengetahui keberadaan Muslim. Ia segera memberitakan hal ini kepada Ubaidullah bin Ziyad. Abdurrahman bin Muhammad bin al-Asy’ats memberitakan kepada ayahnya, Muhammad bin Asy’ats yang sedang berada di sisi Ibnu Ziyad. Ibnu Ziyad mengutus 70 orang tentara berkuda untuk mengepung rumah tempat Muslim berdiam. Muslim sempat melakukan perlawanan, meski akhirnya menyerahkan diri dan dibawa ke istana Ibnu Ziyad. Ibnu Ziyad berkata kepada Muslim, “Aku akan membunuhmu.” Muslim berkata, “Beri aku kesempatan untuk memberi wasiat.” Ibnu Ziyad berkata, “Silakan beri wasiat.” Muslim melihat di sekelilingnya lalu menatap Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqash. Muslim berkata, “Engkau orang yang paling dekat hubungan kerabatnya denganku. Kemarilah, aku ingin memberi wasiat kepadamu.” Muslim berpesan kepadanya agar menyampaikan kepada Husain radhiallahu ‘anhu, “Kembalilah engkau bersama keluargamu. Jangan engkau tertipu oleh penduduk Kufah. Sesungguhnya mereka telah berdusta kepadamu dan kepadaku. Dan pendusta tidak pantas memiliki pendapat.” Setelah itu, dipenggallah kepala Muslim radhiallahu ‘anhu oleh Bukair bin Humran. Ini terjadi pada hari ‘Arafah bulan Dzulhijjah. Sementara itu, Husain telah berangkat dari Makkah pada hari tarwiyah. Setiba Husain radhiallahu ‘anhu di Qadisiah, beliau mendengar berita terbunuhnya Muslim bin Aqil melalui utusan Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqash. Husain radhiallahu ‘anhu ingin kembali dan berdiskusi dengan anak-anak Muslim bin Aqil. Anak-anaknya menjawab, “Tidak, demi Allah, kami tidak akan kembali hingga kami membalas kematian ayah kami.” Akhirnya, Husain radhiallahu ‘anhu mengikuti kemauan mereka. Setelah Ubaidullah bin Ziyad mengetahui bahwa Husain tetap berangkat menuju Irak, ia memerintahkan al-Hur bin Yazid at-Tamimi keluar membawa 1.000 tentara sebagai pasukan pembuka yang akan menemui Husain radhiallahu ‘anhu di tengah perjalanan. Al-Hur menemui Husain di Qadisiah dan bertanya, “Hendak kemana wahai anak dari anak perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Menuju Irak.” Al-Hur memerintahkan Husain untuk kembali atau menuju Syam dan tidak memasuki Kufah. Namun, Husain tidak mengindahkannya. Tatkala Husain radhiallahu ‘anhu tiba di Karbala, beliau bertanya, “Tempat apakah ini?” Dijawab, “Karbala.” Husain berkata, “Karbun wa bala (kesulitan dan bencana).” Setelah itu, tibalah pasukan Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqash dengan 4.000 tentara yang berusaha membujuk Husain radhiallahu ‘anhu agar mendatangi Irak untuk bertemu dengan Ubaidullah bin Ziyad. Tatkala Husain melihat bahwa urusannya semakin genting, Husain berkata kepada Umar bin Sa’ad, “Aku memberimu tiga pilihan, silahkan engkau pilih. (1) Engkau membiarkan aku kembali, (2) Aku pergi ke salah satu tempat berjihad kaum muslimin, atau (3) Aku mendatangi Yazid agar aku dapat meletakkan tanganku di bawah tangannya di Syam.” Umar menjawab, “Ya. Silakan engkau kirim utusan kepada Yazid, dan aku mengirim utusan kepada Ubaidullah untuk melihat keputusannya.” Namun, Husain tidak mengirim utusan kepada Yazid, sementara Umar telah mengirim utusan kepada Ubaidullah. Setibanya utusan Umar di hadapan Ubaidullah dan menceritakan apa yang dikatakan Husain radhiallahu ‘anhu, pada awalnya Ubaidullah menyetujui pilihan mana saja. Namun, di sisi Ubaidullah ada seorang yang bernama Syamir bin Dzil Jausyan, termasuk orang yang sangat dekat dengan Ubaidullah. Ia berkata, “Tidak demi Allah, hingga dia tunduk kepada hukum yang engkau tetapkan.” Ubaidullah akhirnya menyetujui usulan Syamir dan berkata, “Ya, hingga ia tunduk kepada hukumku.” Ubaidullah kemudian mengutus Syamir dan mengambil alih kepemimpinan Umar bin Sa’ad. Setelah Husain radhiallahu ‘anhu mengetahui berita bahwa dia harus tunduk kepada hukum Ubaidullah, beliau berkata, “Tidak demi Allah, Aku tidak akan tunduk kepada hukum Ubaidullah sama sekali.” Jumlah pasukan berkuda yang bersama Husain radhiallahu ‘anhu ada 70 orang, sementara pasukan yang berasal dari Kufah berjumlah 5.000 orang. Pada hari Jumat, pertumpahan darah tak terelakkan tatkala Husain radhiallahu ‘anhu enggan menjadi tahanan bagi Ubaidullah bin Ziyad. Dua kekuatan yang tidak seimbang. Satu-satunya keinginan pasukan Husain radhiallahu ‘anhu adalah meninggal sebagai pembela Husain radhiallahu ‘anhu. Satu per satu mereka gugur hingga tidak tinggal seorang pun selain Husain radhiallahu ‘anhu dan anaknya, Ali bin Husain radhiallahu ‘anhuma, yang ketika itu dalam keadaan sakit. Sepanjang hari Husain radhiallahu ‘anhu sendirian, tidak seorang pun berani mendekatinya. Mereka tidak ingin menjadi pembunuh Husain radhiallahu ‘anhu. Hingga datanglah Syamir bin Dzil Jausyan yang dengan lantang, “Celaka kalian, kepung dia dan bunuhlah dia.” Mereka mengepung Husain hingga beliau berkeliling dengan pedangnya sambil membunuh siapa saja yang mendekatinya. Namun, jumlah yang banyak tetap saja mengalahkan sikap kepahlawanan beliau. Syamir pun berteriak, “Apa yang kalian tunggu? Majulah kalian.” Mereka pun merangsek maju mendekati Husain. Syamir termasuk yang membunuh Husain radhiallahu ‘anhu dengan tangannya. Sinan bin Anas an-Nakha’i adalah orang yang memenggal kepala beliau. Jadi, Siapa yang Membunuh Husain? Telah sepakat referensi Syiah dan Ahlus Sunnah bahwa yang membunuh Husain radhiallahu ‘anhu adalah kaum Syiah sendiri. Dalam kitab-kitab Syiah, diriwayatkan bahwa Ali bin Husain yang dikenal dengan sebutan “Zainul Abidin”, berkata mencela kaum Syiah yang telah menipu dan membunuh ayahnya, Husain radhiallahu ‘anhu, “Wahai sekalian manusia, aku menuntut kalian karena Allah. Apakah kalian mengetahui bahwa kalian menulis surat kepada ayahku dan kalian telah menipunya? Kalian berikan kepadanya janji dan bai’at, lantas kalian membunuh dan menelantarkannya. Sungguh, celaka apa yang dilakukan oleh diri kalian dan buruknya sikap kalian. Dengan pandangan apa kalian melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berkata kepada kalian, ‘Kalian telah membunuh keluargaku. Kalian telah merusak kehormatanku. Kalian bukanlah dari umatku’.” Terangkatlah suara tangisan para wanita tangisan dari setiap sudut diselingi ucapan mereka kepada yang lain, “Kalian telah binasa dengan apa yang kalian ketahui.” Ali bin Husain lalu berkata, “Semoga Allah merahmati orang yang menerima nasihatku, dan memelihara wasiatku tentang Allah, Rasul-Nya, serta keluargaku. Sesungguhnya pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada suri teladan yang baik bagi kita.” (ath-Thabrasi dalam kitab al-Ihtijaj, 2/32; Ibnu Thawus dalam al-Malhuf, hlm. 92) Ketika al-Imam Zainul Abidin melihat penduduk Kufah meratap dan menangis, beliau menghardik mereka sambil berkata, “Kalian meratap dan menangis karena kami?! Siapa yang membunuh kami?!” (al-Malhuf, hlm. 357, Maqtal al-Husain, Murtadha ‘Iyadh, hlm. 83) Ummu Kultsum bintu Ali radhiallahu ‘anhuma berkata, “Wahai penduduk Kufah, aib bagi kalian. Mengapa kalian tidak menolong Husain, namun justru membunuhnya. Kalian merampas hartanya lalu kalian warisi. Kalian menahan para wanitanya dan membuatnya binasa. Celaka kalian! Keanehan apa yang kalian lakukan? Dosa apa yang kalian pikul di atas punggung kalian? Darah apa yang telah kalian tumpahkan? Kemuliaan apa yang telah kalian raih? Anak wanita siapa yang telah kalian hilangkan kehormatannya? Harta apa yang telah kalian rampas? Kalian telah membunuh orang-orang terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarganya. Telah dicabut rasa kasih sayang dari hati-hati kalian.” (al-Malhuf, hlm. 91, Maqtal al-Husain, Murtadha Iyadh, hlm. 86) Demikian pula yang diucapkan oleh Zainab bintu Ali radhiallahu ‘anhuma, “Wahai penduduk Kufah, kaum lelaki kalian membunuh kami, tetapi para wanita kalian menangisi kami. Yang menjadi hakim antara kami dan kalian adalah Allah ‘azza wa jalla, pada hari ditetapkannya segala keputusan.” (Ridha bin Nabi al-Qazwini dalam Tazhallumu az-Zahra, hlm. 264) Kazhim al-Ahsa’i berkata, “Sesungguhnya, pasukan yang keluar untuk memerangi Imam Husain radhiallahu ‘anhu berjumlah 3.000 orang. Seluruhnya adalah penduduk Kufah. Tidak ada seorang pun yang berasal dari Syam, Hijaz, India, Pakistan, Sudan, Mesir, dan Afrika. Bahkan, mereka seluruhnya adalah penduduk Kufah, yang berkumpul dari berbagai kabilah.” (Asyura, hlm. 89) Husain bin Ahmad al-Baraqi an-Najafi mengatakan, “Termasuk yang dicerca dari penduduk Kufah ialah tindakan mereka menusuk Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhuma dan membunuh Husain radhiallahu ‘anhuma setelah mereka memanggilnya.” (Tarikh al-Kufah, hlm. 113) Muhsin al-Amin berkata, “Dua puluh ribu penduduk Irak yang telah membai’at Husain, menipu dan melakukan perlawanan terhadapnya. Bai’at berada di pundak mereka, sementara mereka membunuhnya.” (A’yanu asy-Syiah, 1/26) Murtadha Muthahhari, salah seorang tokoh Syiah Rafidhah berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa Penduduk Kufah adalah termasuk Syiah (pengikut) Ali radhiallahu ‘anhu. Yang membunuh Husain radhiallahu ‘anhu adalah Syiah sendiri.” (al-Malhamah al-Husainiyah, 1/129) Ia berkata pula, “Kami juga mengatakan bahwa terbunuhnya Husain radhiallahu ‘anhu di tangan kaum muslimin, tetapi di tangan kaum Syiah setelah 50 tahun kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini membingungkan dan tanda tanya mengherankan yang sangat menarik perhatian.” (al-Malhamah al-Husainiyah, 3/95). Wallahu a'lam Bishowab. Disusun dari majalah Asysyariah Online. Oleh : Al-Ustadz Abu Mu’awiyah Askari Hafizhahullah. Diskrip/Dishare dan Disusun Ulang : Abu Abdillah Muhammad Al Maidaniy. 📚 Ahlussunnah Tanah Karo 📚
9 tahun yang lalu
baca 14 menit