Fiqih

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kesalahan fatal dalam takbiratul ihram

KESALAHAN FATAL DALAM MEMBACA TAKBIR Penting bagi imam, mu'adzdzin maupun kita yang sholat sendiri maupun sebagai makmum untuk memperhatikan bacaan takbir. Terutama takbir pembuka sholat yang diistilahkan dengan takbirotul ihrom, sangat perlu berhati-hati dari kesalahan bacaan yang bisa mengubah makna. Akibat salah dalam bacaan yang mengubah makna disebutkan ulama dapat menjadikan sholat seseorang tidak sah. Alhafidz Abu Zakariyya Yahya bin Syarof anNawawi rahimahullah menjelaskan dalam kitab alAdzkar juz 1 hal 66: ﻭﻟﻴﺤﺮﺹ ﻋﻠﻰ ﺗﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ، ﻓﻼ ﻳﻤﺪّ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻣﻮﺿﻌﻪ، ﻓﺈﻥ ﻣﺪّ ﺍﻟﻬﻤﺰﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻠّﻪ، ﺃﻭ ﺃﺷﺒﻊ ﻓﺘﺤﺔ ﺍﻟﺒﺎﺀ ﻣﻦ ﺃﻛﺒﺮ ﺑﺤﻴﺚ ﺻﺎﺭﺕ ﻋﻠﻰ ﻟﻔﻆ ﺃﻛﺒﺎﺭ ﻟﻢ ﺗﺼﺢّ ﺻﻼﺗﻪ "Dan hendaklah bersungguh-sungguh dalam mengucapkan takbir secara benar, dengan tidak memanjangkan (bacaan) pada selain tempatnya. Karena sesungguhnya memanjangkan hamzah pada lafadz (jalalah) الله (hingga terbaca آلله, atau memanjangkan fathah pada huruf ba' dari أَكْبَر sehingga menjadi lafad أَكْبَار tidaklah sah sholatnya." Link cuplikan: http://islamic-books.org/cached-version.aspx?id=2836-1-66 Beliau kembali menjelaskan dalam Majmu' Syarah alMuhadzdzab 3/292 : ... ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﺍﻟِﺎﺣْﺘِﺮَﺍﺯُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﻜْﺒِﻴﺮِ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﻮَﻗْﻔَﺔِ ﺑَﻴْﻦَ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻴْﻪِ ﻭَﻋَﻦْ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓٍ ﺗُﻐَﻴِّﺮُ ﺍﻟْﻤَﻌْﻨَﻰ ﻓَﺈِﻥْ ﻭَﻗَﻒَ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﺑِﻤَﺪِّ ﻫَﻤْﺰَﺓِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻭْ ﺑِﻬَﻤْﺰَﺗَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺎﺭُ ﺃَﻭْ ﺯَﺍﺩَ ﻭَﺍﻭًﺍ ﺳَﺎﻛِﻨَﺔً ﺃَﻭْ ﻣُﺘَﺤَﺮِّﻛَﺔً ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻜَﻠِﻤَﺘَﻴْﻦِ ﻟَﻢْ ﻳَﺼِﺢَّ ﺗَﻜْﺒِﻴﺮُﻩُ  .... "... dan wajib selalu menjaga dalam (pengucapan) takbir agar tidak: - terjadi jeda antara dua kata yang diucapkannya, dan dari - penambahan yang mengubah makna. Sehingga jika dia berhenti (jeda) atau mengucapkan dengan memanjangkan hamzah pada أٰلله atau membaca dua hamzah (أألله) atau membaca الله أكبار atau menambahkan wau sukun maupun wau berharakat (الله وأكبر) di antara kedua kata, tidaklah sah takbirnya..." Link nukilan: https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&controller=topic&id=155479 روى ﻣﺴﻠﻢ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : " ﻣﻦ ﺩﻝّ ﻋﻠﻰ ﺧﻴﺮ ﻓﻠﻪ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﺮ ﻓﺎﻋﻠﻪ ." Imam Muslim bersama ahli hadits lainnya meriwayatkan dari hadits Abu Mas'ud alAnshoriy, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: [[Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan dia berhak memperoleh pahala sebagaimana pelakunya]] Mari tebarkan kebaikan ilmu, agar kebaikannya bermanfaat bagi diri kita dan orang-orang yang diharapkan kebaikan bagi mereka. t.me/hikmahfatwaislam
8 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

keutamaan & amalan-amalan di bulan sya'ban

WAHAI AHLI IBADAH MENDEKATLAH, BULAN SYA'BAN TELAH TIBA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن ولاه، أما بعد Alhamdulillah, senantiasa seorang mukmin dipertemukan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan musim kebaikan dan berkah. Ini merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk melipatgandakan pahala hamba-hamba-Nya, dan menambahkan kebaikan bagi orang-orang yang beribadah dan bersyukur. Sekarang kita berada di salah satu musim kebaikan dan berkah tersebut, yaitu bulan Sya'ban. . Jika kita melihat kepada pendahulu kita, kita akan mendapati bahwa mereka benar-benar memanfaatkan bulan Sya'ban (sebelum datangnya bulan Ramadhan) untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa tala'a. ✅ SHOUM (PUASA) Di antara ibadah yang giat dilakukan oleh salaf kita di bulan ini adalah berpuasa. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak puasa di bulan ini melebihi puasa di bulan lainnya selain Ramadhan.  Saking banyaknya puasa beliau, sampai-sampai sebagian periwayat hadits mengibaratkannya dengan puasa selama sebulan penuh (padahal tidak sebulan penuh), لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ  "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari (puasa di) bulan Sya'ban. Sesungguhnya beliau berpuasa Sya'ban seutuhnya."  (HR. al-Bukhari no.1970 dari 'Aisyah radhiallahu 'anha)   Tentu saja yang dimaksud "seutuhnya" bukanlah satu bulan penuh, tetapi karena banyaknya puasa yang beliau lakukan di bulan Sya'ban maka digunakan istilah tersebut.  Hal ini diterangkan oleh 'Aisyah radhiallahu 'anha dalam riwayat lain,  فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ "Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasa selama satu bulan kecuali pada puasa Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya'ban."   (HR. al-Bukhari no.1969 dan Muslim no.1156)   Dipertegas lagi dalam riwayat muslim no.1156 كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا " "Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa di bulan Sya'ban kecuali hanya beberapa hari saja (beliau tidak berpuasa)." Oleh karenanya, sudah sepantasnya bagi seorang mukmin untuk meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mari kita gunakan musim kebaikan ini dengan sebaik-baiknya... ✅ TATACARA PUASA SYA'BAN Tidak ada hadits yang shahih yang menerangkan tatacaranya. Sebagai gambaran seseorang bisa melakukannya dengan cara berikut: ☑️ Satu hari puasa dan satu hari berbuka, seperti puasa Nabi Daud. ☑️ Berpuasa beberapa hari lalu berbuka beberapa hari. ☑️ atau berpuasa terus menerus hingga satu atau dua hari menjelang Ramadhan lalu berbuka. Puasa di bulan Sya'ban memiliki keutamaan yang agung disebabkan waktunya yang berdekatan dengan puasa Ramadhan. Para ulama' menyebutnya sebagai puasa rowatib bagi Ramadhan Ibadah rowatib adalah ibadah sunnah yang dilakukan sebelum dan setelah ibadah fardhu. Fungsinya adalah menyempurnakan kekurangan yang ada pada ibadah wajib tersebut.  Tidak dipungkiri, ketika berpuasa Ramadhan sering kali seseorang terjatuh ke dalam perbuatan yang mengurangi nilai pahalanya, sehingga dengan berpuasa di bulan Sya'ban maka kekurangan-kekurangan tersebut akan tertutupi.  Sebagian ulama' berpendapat, bahwasanya ibadah sunnah rowatib (yang mengiringi ibadah fardhu) lebih afdhal daripada ibadah sunnah yang waktunya berjauhan dengan ibadah fardhu. Sebagai contoh, shalat sunnah rowatib (shalat sunnah yang dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu, pen) lebih afdhal daripada shalat sunnah lainnya yang waktunya berjauhan dengan shalat fardhu.  Demikian pula dengan puasa Sya'ban, karena kedudukannya sebagai ibadah rowatib bagi Ramadhan, maka ia lebih afdhal ketimbang puasa sunnah lainnya. Bahkan sebagian Ulama' mengutamakannya daripada puasa di bulan Muharram (dan dalam masalah ini ada khilaf di antara ulama',pen). WAKTU MANUSIA LALAI BERIBADAH Di antara yang membuat lebih istimewanya puasa Sya'ban adalah karena di bulan ini banyak manusia yang lalai dari ibadah. Dan beribadah di waktu manusia lalai lebih utama daripada melakukannya di saat manusia giat beribadah. Sebagai contoh shalat tahajjud di akhir malam, ia memiliki keistemawaan yang luar biasa disebabkan waktu pelaksanaannya di saat banyak manusia tertidur lelap (lalai dari ibadah).  Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhu, "Aku bertanya (kepada Rasulullah), 'Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau (banyak) berpuasa di bulan-bulan yang lain seperti (banyaknya) puasa engkau di bulan Sya'ban?' Beliau menjawab, 'Ini adalah bulan yang banyak manusia lalai darinya, yaitu (bulan sya'ban) yang terletak antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. di bulan ini pula amalan manusia diangkat (dihadapkan,pen) kepada Rabbul 'alamin, dan aku senang amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa."  (HR. an-Nasaa'i no.2357, dihasankan Syaikh al-Albani rahimahulla)  MEMBIASAKAN DIRI SEBELUM RAMADHAN Di antara tujuan puasa di bulan Sya'ban untuk melatih dan membiasakan diri dengan puasa, agar ketika memasuki bulan Ramadhan tidak merasa berat dengan puasa selama sebulan penuh.  Di saat jiwa terbiasa dengan puasa di bulan Sya'ban, maka bila tiba Ramadhan, ia dalam keadaan kuat dan bersemangat, sehingga ia benar-benar merasakan manisnya ibadah Ramadhan. Oleh karena itu, bulan Sya'ban ini seperti pendahuluan (muqoddimah) bagi Ramadhan. Akan Tetapi tidak disukai berpuasa satu atau dua hari menjelang Ramadhan bagi orang yang tidak biasa berpuasa sebelumnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, «لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا، فَلْيَصُمْهُ» "Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari (sebelumnya), kecuali seseorang yang berpuasa sebelum itu, maka hendaknya ia melanjutkan puasanya."  (HR. al-Bukhari no. 1914 dan Muslim no.1082)  BULAN MEMBACA AL-QUR'AN Sebagian salaf, sebagaimana disebutkan Ibnu Rajab rahimahullah, menyebut bulan Sya'ban sebagai bulannya para pembaca al-Qur'an. Karena di bulan ini, selain berpuasa, mereka juga menyibukkan diri dengan membaca al-Qur'anul karim. Salamah bin Kuhail (wafat 121H) rahimahullah berkata, كان يقال شهر شعبان شهر القراء "Dahulu dikatakan, bulan Sya'ban adalah bulannya Qurro' (para pembaca al-Qur'an)." dan Habib bin Abi Tsabit (wafat tahun 119H) rahimahullah, apabila memasuki bulan Sya'ban beliau mengatakan, "Ini adalah bulannya para pembaca al-Qur'an." Disebutkan bahwasanya Qois bin Amr al-Mula'i (wafat tahun 146 H) rahimahullah  apabila memasuki bulan Sya'ban, beliau mengunci tokonya dan menyibukkan diri dengan membaca al-Qur'an. Maka di bulan Sya'ban yang mulia ini sudah sepatutnya kita menyibukkan diri dengan ibadah. Dunia adalah tempat bagi seorang mukmin untuk menanam benih-benih ibadah. Jika seseorang berhasil dalam cocok tanam ini maka ia akan memanennya di akhirat dengan laba yang berlipat ganda, akan tetapi jika gagal, dia akan celaka dan merugi. Wallahul musta'an wallahu a'lam bish showab... MENGQADHA' PUASA RAMADHAN Perkara yang juga wajib diperhatikan di bulan Sya'ban ini adalah melunasi hutang puasa Ramadhan sebelumnya.  Bagi kaum muslimin dan muslimat yang masih memiliki tanggungan puasa hendaknya bersegera melunasi hutangnya sebelum bulan Ramadhan tiba. Karena banyak dari kaum muslimin yang bermudah-mudahan dalam perkara ini, dimana mereka tidak bersegera melunasi hutang puasanya hingga masuk Ramadhan berikutnya. Abu Salamah berkata,  سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تَقُولُ: «كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ» "Aku mendengar 'Aisyah radhiallahu 'anha berkata, 'dahulu aku memiliki hutang puasa Ramadhan, dan aku tidak mampu melunasinya melainkan di bulan Sya'ban."  ▶️ (HR. al-Bukhari no.1950 dan Muslim no.1146)  Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,  وَيُؤْخَذُ مِنْ حِرْصِهَا عَلَى ذَلِكَ فِي شَعْبَانَ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَأْخِيرُ الْقَضَاءِ حَتَّى يَدْخُلَ رَمَضَانُ آخَرُ "Diambil faedah dari semangat beliau yang mengqodho' puasanya di bulan Sya'ban, yaitu tidak bolehnya menunda qodho' (melunasi hutang puasa) hingga memasuki Ramadhan berikutnya."  (Fathul Baari 4/191)  Sebagai penutup... Kaum muslimin rahimakumullah.... Kesempatan hidup hanya sesaat, sedangkan hari berlalu begitu cepat. Setiap kali berlalu satu hari maka bertambah dekat ajal menyapa.  Orang yang beruntung adalah orang yang mampu memanfaatkan waktu dengan melakukan kebaikan... Sedangkan orang yang lalai adalah yang melupakan dzikrullah dan menyibukkan diri dengan perkara yang sia-sia.. Usia adalah tempat bercocok tanam, jika yang ditanam adalah kebaikan maka yang dipanen juga kebaikan... Namun jika yang ditanam adalah kejelekan maka jangan menyalahkan melainkan dirimu sendiri... Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-Mu yang taat dan bersyukur, dan bantulah kami untuk selalu berdzikir mengingat-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik.. Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka.. Ya Allah, pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan, dan jadikanlah kami pada bulan tersebut termasuk hamba-Mu yang diterima amalannya.... Amin ya Rabbal 'alamin Wallahu a'lam bish showab.. -SELESAI- 🌍 Sumber Panduan: Khutbah Syaikh Khalid azh-Zhafiri yang berjudul شعبان أقبل فأين العابدون؟  📝 Oleh: Tim Warisan Salaf Telegram : bit.ly/warisansalaf Web : www.warisansalaf.com HUKUM MENGKHUSUSKAN MALAM NISHFU SYA'BAN DENGAN SHALAT DAN PUASA Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah الاحتفال بليلة النصف من شعبان بالصلاة أو غيرها, وتخصيص يومها بالصيام بدعة منكرة عند أكثر أهل العلم, وليس له أصل في الشرع المطهر, بل هو مما حدث في الإسلام بعد عصر الصحابة رضي الله عنهم . Perayaan malam nishfu Sya’ban dengan shalat dan selainnya, mengkhususkan siang harinya dengan puasa itu adalah bid'ah yang mungkar menurut kebanyakan ulama dan tidak memiliki dasar dalam syariat yang suci ini. Bahkan ini termasuk perkara yang diada-adakan dalam Islam setelah zaman sahabat radhiyallahu ’anhum. (Majmu’ Fatawa 1-191) Sumber || Channel al-Mahrah ad-Da'wiyah as-Salafiyah ⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia ⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy Semangat para Salaf pada Bulan Sya'ban Dahulu 'Amr bin Qais –rahimahullah–, apabila masuk bulan Sya'ban, menutup dagangannya dan meluangkan waktunya untuk membaca al-Qur'an. Dan dia mengatakan, “Bergembiralah bagi siapa-siapa yang memperbaiki dirinya sebelum (bulan) Ramadhan.” [Lathaif Al-Ma'arif, 138] ➖➖➖➖➖➖➖➖➖ ✍️‏ كان عمرو بن قيس رحمه الله: إذا دخل شعبان أغلق تجارته وتفرغ لقراءة القرآن، وكان يقول: طوبى لمن أصلح نفسه قبل رمضان. 📜 لطائف المعارف: (١٣٨) Join Telegram http://telegram.me/buletinalhaq Situs Resmi http://www.buletin-alhaq.net ______________
8 tahun yang lalu
baca 12 menit