Tanya Jawab

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum meminum obat yang mengandung alkohol

HUKUM MINUM OBAT YANG MENGANDUNG ALKOHOL Pertanyaan, . بسم الله الرحمن الرحيم Izin bertanya Ustadz. Apa hukum meminum obat yang mengandung sedikit alkohol? بارك الله فيكم Jawaban,  al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,  Hal ini telah dijawab oleh syekh Abdulaziz Ibnu Baz. Beliau rahimahullah berkata,  هذا فيه تفصيل: إذا عرفت أن هذه الأدوية فيها ما يسكر كثيره فاجتنبها، وأما إذا لم تعلم فالأصل الإباحة والحمد لله، الأصل في الأدوية الإباحة، والأصل في الطعام الإباحة، قال تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ [البقرة:172] وقال تعالى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلالًا طَيِّبًا [البقرة:168]. فالأصل الإباحة إلا ما عرفت أنه محرم، فإذا كان الدواء بين لك الأطباء أن فيه ما يسكر كثيره، يعني: مواد مسكرة فاجتنبه، وأما إذا لم يتبين لك ذلك، أو نصحك الأطباء بأنه طيب فلا بأس والحمد لله، نعم. "Dalam hal ini terdapat rincian:  Jika engkau mengetahui bahwa obat-obatan ini, padanya terdapat sesuatu yang memabukkan jika dikonsumsi banyak, maka tinggalkan.  Adapun jika engkau tidak mengetahui, maka secara asal hukumnya boleh walhamdulillah. Hukum asal dalam obat-obatan adalah boleh, demikian pula pada makanan. Allah ta'ala berfirman,  'Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari yang baik-baik apa yang telah kami anugerahkan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah' (al-Baqarah: 172).  Allah ta'ala berfirman,  'Wahai sekalian manusia makanlah dari apa yang ada di muka bumi ini dengan halal lagi baik' (al-Baqarah: 168).  Maka hukum asalnya adalah boleh. Kecuali yang telah engkau ketahui bahwa benda itu haram. Apabila dokter menerangkan kepadamu bahwa obat ini padanya terdapat kandungan yang memabukkan jika dikonsumsi banyak. Yakni bahan yang memabukkan, maka tinggalkan. Adapun jika dia tidak menerangkan kepadamu hal itu, atau para dokter menasihatkan kepadamu bahwa obat itu baik, maka tidak mengapa walhamdulillah" (Rekaman tanya jawab dari Nurun ala ad-Darb dengan judul hukmu ad-Dawaa' al-Muhtawii 'alaa nisbatin min al-Kuhuul.  https://binbaz.org.sa/fatwas/9013/%D8%AD%D9%83%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%AF%D9%88%D8%A7%D8%A1-%D8%A7%D9%84%D9%85%).  Dari penjelasan syekh di atas rahimahullah, menunjukkan tidak perlu bagi kita untuk bertanya apakah ini memabukkan atau tidak jika dikonsumsi banyak, jika sang dokter menerangkan kepada kita demikian baru kita tinggalkan, jika dia tidak menerangkan, maka secara asal, hukumnya halal tanpa perlu kita memberat-beratkan diri dengan menanyainya. Baca juga penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin tentang hukum alkohol sebagai campuran obat Wallahua'lam 📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥 ✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail
2 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

bacaan sujud sahwi

BACAAN SUJUD SAHWI Pertanyaan, . Afwan Ustadz, ijin melanjutkan pertanyaan. Apakah bacaan sujud  sahwi sama dengan bacaan sujud sholat lainnya (subhana robbial a'la 3X) lalu duduk diantara 2 sujud (baca rabbighfirlii.. 2X). Lalu sujud kembali Jawaban,  al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,  Betul, tidak ada zikir khusus dalam sujud sahwi dan sujud tilawah. Bacaan yang seharusnya dibaca adalah bacaan sujud dalam salat demikian pula bacaan ketika duduk di antara dua sujudnya, sama seperti bacaan salat. Syekh Muqbil bin Hadi rahimahullah berkata,  ليس هناك ذكر خاص ،وأمّا حديث عائشة الذي فيه : " سجد وجهي للذي خلقه وصوّره وشقّ سمعه وبصره بحوله وقوّته " ، وقبله : " اللهم لك سجدت وبك آمنت وعليك توكلت سجد وجهي للذي خلقه وصوّره وشقّ سمعه وبصره بحوله وقوّته " فهذا الحديث من طريق خالد الحذّاء عن أبي العالية وخالد الحذّاء لم يسمع من أبي العالية ، هذا أمر . أمر آخر أن حديث ورد من حديث علي بهذا اللفظ لكنّه مطلق ليس خاص بسجود التلاوة . فعلى هذا ينبغي أن يقول : " سبحان ربّي الأعلى ، سبحان ربّي الأعلى " ، وله أن يدعو في حال السجود  وهكذا أيضا سجود السهو كذلك . "Tidak ada zikir khusus dalam sujud sahwi dan sujud tilawah. Adapun hadis dari sahabat Aisyah yang berbunyi,  Allaahumma laka sajadtu wa bika aamantu wa 'alayka tawakkaltu sajada wajhiy lilladzii kholaqohu wa showwarohu wa syaqqo sam'ahu wa bashorohu bi hawlihi wa quwwatihi Ya Allah kepadamu aku sujud, kepadamu aku beriman, kepadamu aku bertawakal, wajahku telah sujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, dan membelah pendengarannya dan penglihatannya dengan daya dan kekuatannya.  Hadis ini dari jalan Khalid al-Hadzdzaa' dari Abu al-'aaliyah sedangkan Khalid al-Hadzdzaa' tidak mendengar dari Abu al-'aaliyah, ini satu sisi. Di sisi lain bahwa hadis ini adalah hadis dari sahabat Ali dengan lafal ini namun, disebutkan dengan secara mutlak, tidak dikhususkan pada sujud tilawah.  Atas dasar ini, semestinya dia mengucapkan zikir,  'Subhaana robbiyal a'laa' Dan silakan dia berdoa pada keadaan sujud ini. Demikian pula ini berlaku pada sujud sahwi" (https://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=2238).  Demikian pula ketika duduk di antara dua sujud dalam sujud sahwi, bacaannya adalah bacaan zikir di antara dua sujud seperti robbighfirliy robbighfirliy. Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,  سُجُودُ السَّهْوِ سَجْدَتَانِ بَيْنَهُمَا جَلْسَةٌ وَيُسَنُّ فِي هَيْئَتِهَا الِافْتِرَاشُ وَيَتَوَرَّكُ بَعْدَهُمَا إلَى أَنْ يُسَلِّمَ وَصِفَةُ السَّجْدَتَيْنِ فِي الْهَيْئَةِ وَالذِّكْرِ صِفَةُ سَجَدَاتِ الصَّلَاةِ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ Tata cara sujud sahwi adalah dua kali sujud. Di antara kedua sujud ini ada duduk dan disunahkan dengan cara duduk iftirasy dan setelah selesai dua kali sujud, duduknya tawarruk sampai salam. Tata cara duduk di antara dua sujud dan bacaan zikirnya sama seperti yang dilakukan saat salat wallahua'lam" (Al-Majmū', 4/161).  Setelah selesai dari sujud yang kedua, maka duduknya adalah seperti duduk di salat yang terakhir kemudian langsung salam dan tidak ada bacaan tasyahud lagi.  Syekh Abdul Aziz ibnu Baz berkata,  ليس فيه تشهد، سجدتان فقط بدون تشهد، "Tidak ada dalam sujud sahwi bacaan tasyahud. Hanyalah sujud tersebut dua kali sujud saja tanpa bacaan tasyahud" (Fatāwā Nūrun 'alā ad-Darb, 9/411). Wallahua'lam Baca juga : SALAH BACA, APAKAH HARUS SUJUD SAHWI? 📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥 ✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

bolehkah bersedekah meskipun masih ada hutang?

BOLEHKAH BERSEDEKAH MESKIPUN MASIH ADA HUTANG? . Pertanyaan,  Bismillah, afwan ustadz hafidzohulloh ijin bertanya. Apakah boleh kita bersedekah jika kita masih ada hutang. Misal ustadz hutang saya 10 jt belum terbayar (belum mampu membayar), dan saya mau bersedekah 10 rb. Apakah masih boleh kita bersedekah. Jazakallahu khoyron ustadz.. Jawaban,  al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,  Tidak mengapa jika seperti ini keadaannya selama utang tersebut masih bisa dia cicil. Mari kita simak, penjelasan syekh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin. Beliau berkata,  الصدقة من الإنفاقالمأمور به شرعا، والإحسان إلى عباد الله إذا وقعت موقعها، والإنسان مثاب عليها، وكل امرىء في ظل صدقته يوم القيامة، وهي مقبولة سواء كان على الإنسان دين أم لم يكن عليه دين، إذا تمت فيها شروط القبول، بأن تكون بإخلاص لله عز وجل، ومن كسب طيب، ووقعت في محلها، فبهذه الشروط تكون مقبولة بمقتضى الدلائل الشرعية، ولا يشترط أن لا يكون على الإنسان دين، لكن إذا كان الدين يستغرق جميع ما عنده فإنه ليسمن الحكمة ولا من العقل أن يتصدق والصدقة مندوبة وليست بواجبة ويدع دينا واجبا عليه، فليبدأ أولا بالواجب ثم يتصدق. "Sedekah itu termasuk dari infak yang diperintahkan secara syariat dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah apabila tepat penempatannya dan seseorang akan mendapat pahala dengannya. Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya pada hari kiamat nanti. Sedekah itu diterima oleh Allah baik dari orang yang berutang atau yang tidak berutang apabila terpenuhi padanya syarat-syarat diterimanya yaitu sedekah yang dilandasi dengan ikhlas dan dari hasil yang baik serta tepat pada tempatnya. Maka dengan syarat-syarat ini, sedekah itu menjadi diterima berdasarkan dalil-dalil syar'i.  Tidaklah disyaratkan sedekah itu seseorang harus tidak punya utang. Namun apabila utang tersebut dapat menghabiskan apa yang ada di sisinya, maka tidaklah termasuk hikmah dan tidak sesuai dengan akal untuk seseorang bersedekah. Sedekah itu sunnah tidak wajib sedangkan dia meninggalkan utang yang wajib atasnya. Maka hendaknya dia memulai dengan yang wajib terlebih dahulu kemudian bersedekah" (Majmuu' al-Fataawaa, 18/42).  Wallahua'lam 📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥 ✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail
2 tahun yang lalu
baca 2 menit

Tag Terkait