Kisah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah yang menakjubkan tentang ikhlas

Kisah Yang Menakjubkan Tentang Ikhlash Gambar dari Pixabay Ibnul Mubarak rahimahullah menceritakan kisahnya: “Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Al-Masjid Al-Haram. Saya bergabung dengan manusia yang berada di dekat pintu Bani Syaibah. Tiba-tiba muncul seorang budak hitam yang membawa dua potong pakaian yang terbuat dari rami yang salah satunya dia jadikan sebagai sarung dan yang lainnya dia jadikan selendang di pundaknya. Dia mencari tempat yang agak tersembunyi di samping saya. Maka saya mendengarnya berdoa, “Ya Allah, dosa-dosa yang banyak dan perbuatan-perbuatan yang buruk telah membuat wajah hamba-hamba-Mu menjadi suram, dan Engkau telah menahan hujan dari langit sebagai hukuman terhadap hamba-hamba-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu wahai Yang pemaaf yang tidak segera menimpakan adzab, wahai Yang hamba-hamba-Nya tidak mengenalnya kecuali kebaikan, berilah mereka hujan sekarang.” Dia terus mengatakan, “Berilah mereka hujan sekarang.” Hingga langit pun penuh dengan awan dan hujan pun datang dari semua tempat. Dia masih duduk di tempatnya sambil terus bertasbih, sementara saya pun tidak mampu menahan air mata. Ketika dia bangkit meninggalkan tempatnya maka saya mengikutinya hingga saya mengetahui di mana tempat tinggalnya. Lalu saya pergi menemui Fudhail bin Iyyadh. Ketika melihat saya maka dia pun bertanya, “Kenapa saya melihat dirimu nampak sangat sedih?” Saya jawab, “Orang lain telah mendahului kita menuju Allah, maka Dia pun mencukupinya, sedangkan kita tidak.” Dia bertanya, “Apa maksudnya?” Maka saya pun menceritakan kejadian yang baru saja saya saksikan. Mendengar cerita saya, Fudhail bin Iyyadh pun terjatuh karena tidak mampu menahan rasa haru. Lalu dia pun berkata, “Celaka engkau wahai Ibnul Mubarak, bawalah saya menemuinya!” Saya jawab, “Waktu tidak cukup lagi, biarlah saya sendiri yang akan mencari berita tentangnya.” Maka keesokan harinya setelah shalat Shubuh saya pun menuju tempat tinggal budak yang saya lihat kemarin. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada orang tua yang duduk di atas sebuah alas yang digelar. Ketika dia melihat saya maka dia pun langsung mengenali saya dan mengatakan, “Marhaban (selamat datang –pent) wahai Abu Abdirrahman, apa keperluan Anda?” Saya jawab, “Saya membutuhkan seorang budak hitam.” Dia menjawab, “Saya memiliki beberapa budak, silahkan pilih mana yang Anda inginkan dari mereka?” Lalu dia pun berteriak memanggil budak-budaknya. Maka keluarlah seorang budak yang kekar. Tuannya tadi berkata, “Ini budak yang bagus, saya ridha untuk Anda.” Saya jawab, “Ini bukan yang saya butuhkan.” Maka dia memperlihatkan budaknya satu persatu kepada saya hingga keluarlah budak yang saya lihat kemarin. Ketika saya melihatnya maka saya pun tidak kuasa menahan air mata. Tuannya bertanya kepada saya, “Diakah yang Anda inginkan?” Saya jawab, “Ya.” Tuannya berkata lagi, “Dia tidak mungkin dijual.” Saya tanya, “Memangnya kenapa?” Dia menjawab, “Saya mencari berkah dengan keberadaannya di rumah ini, di samping itu dia sama sekali tidak menjadi beban bagi saya.” Saya tanyakan, “Lalu dari mana dia makan?” Dia menjawab, “Dia mendapatkan setengah daniq (satu daniq = sepernam dirham –pent) atau kurang atau lebih dengan berjualan tali, itulah kebutuhan makan sehari-harinya. Kalau dia sedang tidak berjualan, maka pada hari itu dia gulung talinya. Budak-budak yang lain mengabarkan kepadaku bahwa pada malam hari dia tidak tidur kecuali sedikit. Dia pun tidak suka berbaur dengan budak-budak yang lain karena sibuk dengan dirinya. Hatiku pun telah mencintainya.” Maka saya katakan kepada tuannya tersebut, “Saya akan pergi ke tempat Sufyan Ats-Tsaury dan Fudhail bin Iyyadh tanpa terpenuhi kebutuhan saya.” Maka dia menjawab, “Kedatangan Anda kepada saya merupakan perkara yang besar, kalau begitu ambillah sesuai keinginan Anda!” Maka saya pun membelinya dan saya membawanya menuju ke rumah Fudhail bin Iyyadh. Setelah berjalan beberapa saat maka budak itu bertanya kepada saya, “Wahai tuanku!” Saya jawab, “Labbaik.” Dia berkata, “Jangan katakan kepada saya ‘labbaik’ karena seorang budak yang lebih pantas untuk mengatakan hal itu kepada tuannya.” Saya katakan, “Apa keperluanmu wahai orang yang kucintai?” Dia menjawab, “Saya orang yang fisiknya lemah, saya tidak mampu menjadi pelayan. Anda bisa mencari budak yang lain yang bisa melayani keperluan Anda. Bukankah telah ditunjukkan budak yang lebih kekar dibandingkan saya kepada Anda.” Saya jawab, “Allah tidak akan melihatku menjadikanmu sebagai pelayan, tetapi saya akan membelikan rumah dan mencarikan istri untukmu dan justru saya sendiri yang akan menjadi pelayanmu.” Dia pun menangis hingga saya pun bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Dia menjawab, “Anda tidak akan melakukan semua ini kecuali Anda telah melihat sebagian hubunganku dengan Allah Ta’ala, kalau tidak maka kenapa Anda memilih saya dan bukan budak-budak yang lain?!” Saya jawab, “Engkau tidak perlu tahu hal ini.” Dia pun berkata, “Saya meminta dengan nama Allah agar Anda memberitahukan kepada saya.” Maka saya jawab, “Semua ini saya lakukan karena engkau orang yang terkabul doanya.” Dia berkata kepada saya, “Sesungguhnya saya menilai –insya Allah– Anda adalah orang yang saleh. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba pilihan yang Dia tidak akan menyingkapkan keadaan mereka kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang Dia cintai, dan tidak akan menampakkan mereka kecuali kepada hamba yang Dia ridhai.” Kemudian dia berkata lagi, “Bisakah Anda menunggu saya sebentar, karena masih ada beberapa rakaat shalat yang belum saya selesaikan tadi malam?” Saya jawab, “Rumah Fudhail bin Iyyadh sudah dekat.” Dia menjawab, “Tidak, di sini lebih saya sukai, lagi pula urusan Allah Azza wa Jalla tidak boleh ditunda-tunda.” Maka dia pun masuk ke masjid melalui pintu halaman depan. Dia terus mengerjakan shalat hingga selesai apa yang dia inginkan. Setelah itu dia menoleh kepada saya seraya berkata, “Wahai Aba Abdirrahman, apakah Anda memiliki keperluan?” Saya jawab, “Kenapa engkau bertanya demikian?” Dia menjawab, “Karena saya ingin pergi jauh.” Saya bertanya, “Ke mana?” Dia menjawab, “Ke akherat.” Maka saya katakan, “Jangan engkau lakukan, biarkanlah saya merasa senang dengan keberadaanmu!” Dia menjawab, “Hanyalah kehidupan ini terasa indah ketika hubungan antara saya dengan Allah Ta’ala tidak diketahui oleh seorang pun. Adapun setelah Anda mengetahuinya, maka orang lain akan ikut mengetahuinya juga, sehingga saya merasa tidak butuh lagi dengan semua yang Anda tawarkan tadi.” Kemudian dia tersungkur sujud seraya berdoa, “Ya Allah, cabutlah nyawaku agar aku segera bertemu dengan-Mu sekarang juga!” Maka saya pun mendekatinya, ternyata dia sudah meninggal dunia. Maka demi Allah, tidaklah saya mengingatnya kecuali saya merasakan kesedihan yang mendalam dan dunia ini tidak ada artinya lagi bagi saya.” (Al-Muntazham Fii Taarikhil Umam, karya Ibnul Jauzy, 8/223-225) Sumber artikel: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=140725 Diterjemahkan oleh: Abu Almass bin Jaman Al-Ausathy 17 Rabi’ul Awwal 1435 H Sumber : ibnutaimiyah.org ---------------------------------------- Publikasi:🌈@LilHuda  .                 🔻🔻🔻🔻🔻 📮JOIN 📲http://bit.ly/1OsbDFp  _______________ #kisah
8 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nahwaran, kuburan massal para teroris (khawarij)

NAHRAWAN KUBURAN MASAL PARA TERORIS Urat nadi kehidupan manusia di kota kufah berjalan sebagaimana biasa. Akan tetapi, disalah satu sudut kota kufah, sahabat Abu Musa Al Asy'ari Rodhiyallohu 'anhu nampak sedang duduk bersama beberapa orang didepan rumah shahabat Abdullah bin Mas'ud Rodhiyallohu 'anhu. Rupanya, mereka sedang menanti Abdullah bin Mas'ud keluar menuju masjid. Wahai Abu Abdirrahman, tadi aku melihat sesuatu dimasjid yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dan aku tidak melihat kecuali kebaikan, Walhamdulillah, Kata Abu Musa Kepada Abdullah bin Mas'ud ketika keluar dari rumah. Lalu, Abu Musa pun menggambarkan apa yang dilihatnya. Sejumlah orang secara berkelompok, sambil menunggu shalat, melakukan dzikir berjama'ah dengan panduan salah seorang diantara mereka. Sambil menghitung kerikil, mereka bertasbih, bertakbir, dan bertahlil. Lalu, apa yang engkau katakan kepada mereka. Abdullah bin Mas'ud bertanya. Abu Musa menjawab, Aku tidak mengatakan apa apa, karena menunggu bimbingan anda. Seharusnya, engkau meminta mereka menghitung hitung kesalahan sendiri. Aku menjamin, kebaikan mereka tidak akan hilang, tegas Abdullah bin Mas'ud. Sesampainya dimasjid tersebut, Abdullah bin Mas'ud menemui orang orang itu dan mengingkari perbuatan mereka. Abdullah bin Mas'ud juga sempat menegur keras, wahai umat Muhammad❗️alangkah cepatnya Kalian menuju kehancuran❗️Lihatlah, para shahabat Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam masih banyak yang hidup. Pakaian Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam belum usang dan periuk beliau pun masih belum pecah. Apakah kalian berada diatas ajaran yang lebih baik dari ajaran Muhammad❓Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan❓ Demi Allah, Wahai Abu Abdirrahman. Kami tidak menginginkan kecuali kebaikan❗️Mereka berkilah. Abdullah bin Mas'ud menyatakan, sungguh banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak memperolehnya. Sesungguhnya Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam pernah menyampaikan kepada kami tentang akan munculnya sekelompok orang yang pandai membaca Al Qur'an, namun tidak melewati tenggorokannya. Demi Allah, saya tidak tahu barangkali mayoritas mereka malah berasal dari kalian. Setelah itu, Abdullah Bin Mas'ud pergi meninggalkan mereka. (Sunan Ad Darimi 68-69). Amr Bin Salamah perawi kisah diatas bercerita, kami menyaksikan sendiri, ternyata mayoritas orang yang ikut dalam dzikir berjama'ah itu bergabung bersama kaum Khawarij dan ikut MEMERANGI KAMI DALAM MEDAN NAHRAWAN. Inilah firasat seorang shahabat muliaBid'ah yang dianggap kecil, boleh jadi akan menyeret pelakunya kepada Bid'ah yang lebih besar. Kata kata Abdullah bin Mas'ud diatas, akhirnya terbukti kebenarannya dalam PERANG NAHRAWAN, KURANG LEBIH ENAM TAHUN SETELAH BELIAU MENINGGAL DUNIA. Afwan bagian 2 skip, lanjut part 3 ALI BIN ABI THALIB BERUSAHA MENASEHATI Rasa cinta dan kasih sayang Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu terhadap umat tidak cukup sampai disitu. Beliau tidak langsung mengambil langkah perang dan kekerasan kepada kaum Khawarij. Setelah mengutus Ibnu Abbas Rodhiyallohu 'anhu, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu sendiri berangkat untuk menemui mereka dan berdiskusi. Dari hasil diskusi tersebut, terjadi beberapa kesepakatan. Hanya saja, kaum khawarij salah paham❗️ Mereka menyangka Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu telah rujuk dan menolak hasil tahkim dalam perang shiffin. Berdasarkan salah paham khawarij, mereka pun bersedia kembali ke kufah dan bergabung bersama pasukan Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, setelah dua hari berada di kufah, akhirnya kaum khawarij mengerti bahwa Ali bin Abi tholib Rodhiyallohu 'anhu tetap mematuhi dan menghormati hasil tahkim pada perang shiffin, setelah mendengar tentang salah paham khawarij, beliau langsung berpiidato untuk menjelaskan sikap beliau atas hasil tahkim. Hingga pada saat Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu menyampaikan khutbah dimasjid, orang orang khawarij berbuat onar dengan berteriak teriak dari seluruh sudut masjid dengan mengatakan, Tidak ada hukum kecuali Hukum Allah. Setelah itu, mereka pun keluar meninggalkan masjid. Kata kata yang benar, sayang tujuannya adalah kebatilan, demikian kata Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu ketika mendengar teriakan kaum Kahwarij. Ketika peristiwa tersebut terjadi, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu masih memilih bersikap lembut dan penuh cinta. Beliau malah memutuskan, Sesungguhnya masih ada hak kalian (kaum khawarij) pada kami. Kami tidak akan menghalangi hak harta Fa'i selama kalian masih bersama kami. Kami tidak akan mengahalangi kalian dari masjid, dan kami tidak akan memulai untuk memerangi kalian selama kalian tidak memulai untuk memerangi kami. Benci kaum Khawarij justru dibalas dengan sikap cinta kasih oleh Ali bin Abi Thalib❗️ Oleh sebab itu, beberapa sahabat dan tabi'in masih terus masih menyadarkan kaum Khawarij. Akan tetapi, hidayah memang mutlaq berada ditangan Allah. Manusia hanya berkewajiban untuk berusaha. Allahul Musta'an. KONSOLIDASI KAUM KHAWARIJ Langkah kaum khawarij berikutnya adalah melakukan Konsolidasi kekuatan. Hal itu diselenggarakan di rumah Abdullah bin Wahb Ar Rasibi, sebelum mengangkat panglima besar, mereka terlebih dahulu mendengarkan khutbah penyemangat dari beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh. Tiba saatnya pemilihan panglima tertinggi, masing masing menolak dan mengalihkannya kepada orang lain. Hingga akhirnya Abdullah bin Wahb Ar Rasibi yang terpilih sebagai pemimpin besar. Saat menerima permintaan tersebut, dia berujar, Demi Allah❗️Aku menerima jabatan ini bukan karena cinta dunia. Aku pun ketika menolak jabatan ini bukan takut mati❗️ Dikalangan mereka, Abdullah bin Wahb memang pantas untuk diangkat sebagai pemimpin besar. Sebab dia memiliki kepandaian, kefasihan, keberanian, dan kesungguhan dalam beribadah. Abdullah bin Wahb tercatat sebagai bagian dari pasukan sa'ad bin Abi Waqosh Rodhiyallohu 'anhu ketika penaklukan irak, akan tetapi, Berikutnya ia akan terbunuh dalam perang Nahrawan sebagai pemimpin besar kaum Khawarij. Peristiwa konsolidasi tersebut terjadi bulan Syawal tahun 37H. Sejak saat itu, orang orang tersebut secara resmi telah menanggalkan baiat kepada Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu ' anhu. Langkah mereka berikutnya adalah memilih dan menentukan basis wilayah yang akan diajdikan sebagai landasan perjuangan. Selain itu, mereka juga ingin menghimpun orang orang yang sepaham disebuah lokasi tersendiri, dalam rangka memudahkan konsolidasi. Perintah pun dijatuhkan oleh panglima mereka agar setiap yang sepaham keluar meninggalkan kota kufah secara sembunyi sembunyi lalu berkumpul didaerah Nahrawan. Hal itu dilakukan mereka, karena khawatir orang tua dan sanak kerabat akan menghalangi dan mencegah usaha mereka. Sedikit demi sedikit kekuatan mereka mulai tergalang dengan bertahap. Hingga akhirnya mereka merasa kuat dan bermarkas di Nahrawan. Dalam kondisi semacam ini, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu tetap menempuh langkah persuasif dan tidak mengambil langkah keras dalam menghadapi mereka. Hal itu sesuai janji dan jaminan Ali sebelumnya bahwa beliau tidak akan memerangi mereka kecuali bila didahului. PERTEMUAN DAUMATUL JANDAL Diantara hasil tahkim dalam perang shiffin adalah kedua pasukan, baik pasukan Ali maupun Pasukan Mu'awiyah, kembali kenegrinya masing masing dan menyudahi peperangan. Setelah itu, pembicaraan dan musyawarah akan dilanjutkan dikemudian hari, ditempat yang disepakati. Saat itu, daerah Daumatul Jandal yang dipilih karena letaknya yang berada ditengah tengah antar kufah dan Syam. Pada waktu yang telah disepakati utusan kedua belah pihak datang ke Daumatul Jandal. Akan tetapi, tidak ada kesepakatan yang bisa diperoleh dan disetujui bersama oleh kedua belah pihak. Semua itu sudah ditakdirkan Allah. Dengan demikian, Ali bin Abi tholib berencana untuk menggerakkan pasukan menuju syam, seluruh pasukan kemudian ditempatkan didaerah An Nakhilah, tidak jauh dari kota Kufah. Pada saat pasukan Ali bersiap siap menuju syam, Kaum Khawarij yang berada di Nahrawan semakin menjadi jadi ulah jahatnya. Beberapa penasehat militer Ali lalu menyarankan agar terlebih dahulu menumpas gerakan Khawarij di Nahrawan sebelum berangkat menuju syam. Sebab, semua khawatir jika pasukan diberangkatkan terlebih dahulu menuju syam, hal itu akan dimanfaatkan oleh kaum khawarij untuk melakukan kerusakan dikota kufah dan sekitarnya. Terjadilah kesepakatan: menunda ke syam dan menumpas khawarij di nahrawan. Dan kesepakatan tersebut pun menghasilkan kebaikan yang besar untuk pasukan Ali juga untuk pasukan Syam, terang ibnu Katsir menilai keputusan Ali. Sebab, berdasarkan keputusan tersebut, perang antara pasukan Ali dan Pasukan Mu'awiyah untuk yang kedua kalinya dapat dihindarkan. MENGAPA AKHIRNYA ALI BIN ABI THALIB MENUMPAS KHAWARIJ DI NAHRAWAN? Rencana Ali bin Abi Thalib yang menumpas khawarij di nahrawan sebelum bergerak menuju syam disebabkan ulah mereka sendiri. Kaum Khawarij dinahrawan telah melakukan berbagai pembunuhan dan perampokan. Sebab, mereka telah menghalalkan darah dan harta orang orang yang tidak sepaham. Salah satu pembunuhan keji yang mereka lakukan adalah pembunuhan shahabat Abdullah bin Khabbab bin Al Arats. Ketika itu, Abdullah bin Khabbab sedang melakukan perjalanan bersama seorang budak wanita miliknya yang sedang mengandung. Diperjalanan, sekelompok Khawarij di bashrah yang ingin bergabung ke nahrawan melihat mereka. Ketika kaum khawarij mengetahui bahwa beliau shahabat Nabi, dan saat itu beliau memuji Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, Kaum Khawarij menjadi emosi lalu membunuh beliau. Budak wanita yang sedang mengandung itu pun tidak luput. Setelah mereka membunuhnya. Perut budak itu dibelah dan janinnya dikeluarkan. Na'udzubillah minal fitan. Pembunuhan yang dilakukan oleh kaum khawarij bukan hanya itu saja❗️sehingga, kecemasan dan kekhawatiran pun mulai dirasakan oleh kaum muslimin. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib pun bertekad untuk menumpas mereka. MENUJU NAHRAWAN Bulan Muharram tahun 38 H, Ali bin Abi Thalib beserta seluruh pasukannya bergerak menuju Nahrawan, Beliau memerintahkan untuk membuat perkemahan disisi barat sungat Nahrawan. Sementara itu, kaum Khawarij mendirikan benteng pertahanan disisi timur sungai. Sejumlah pasukan khawarij dari Bashrah juga turut bergabung bersama mereka di Nahrawan. Selama itu, Ali bin Abi Thalib masih berusaha untuk membujuk kaum Khawarij agar tunduk kepada hukum Islam. Ali meminta kepada mereka agar menyerahkan orang orang yang melakukan pembunuhan sehingga Qishas bisa ditegakkan. Kami semua yang telah melakukan pembunuhan, seperti itu kaum kahwarij mensikapi tawaran Ali bin Abi Thalib. Beberapa orang shahabat juga berusaha memberikan nasihat untuk mereka. Namun, kaum khawarij tetap bersikap seolah olah mereka sedang memperjuangkan kebenaran. Bahkan, seorang utusan Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh mereka. DARAH MEMBASAH DI NAHRAWAN Setelah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari pertempuran, akhirnya Ali Bin Abi Thalib pun memerintahkan pasukannya untuk menyeberangi sungai Nahrawan. Sebelum berangkat, Ali bin Abi Thalib berpidato dihadapan seluruh pasukannya untuk memberikan motivasi dan semangat jihad. Bahkan Ali bin Abi Thalib menyampaikan sebuah hadits yang beliau pernah dengar dari Rasulullah tentang sekelompok orang yang akan berbuat kekacauan. Saat berpidato, beliau menilai bahwa ciri ciri yang disebutkan oleh Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam tentang sekelompok orang yang akan berbuat kekacauan. Saat berpidato, beliau menilai bahwa ciri ciri yang disebutkan Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam ditemukan pada kaum khawarij di Nahrawan. Salah satu cirinya, diantara mereka ada al mukhdaj: seorang yang bagian atas salah satu lengannya seperti payudara perempuan dan diatasnya ada beberapa helai ramput putih❗️ Kedua pasukan telah berhadapan Formasi tempur kaum Khawarij disusun dengan sayap Kanan dipimpin oleh zaid bin Hisn At Tha'i, sayap kiri dipimpin Syuraih bin Aufa, pasukan berkuda dikomandani oleh Hamzah bin Sinan, sementara pasukan invanteri mereka dipimpin oleh Hurqush bin Zuhair. Sementara Ali bin Abi thalib menunjuk hijr bin Adi sebagai panglima sayap kanan dan  .memilih Syibts bin Rib'i dan Ma'qil bin Qais untuk mengendalikan sayap kiri. Sementara pasukan berkuda dipimpin oleh pasukan Shahabat Abu Ayub. Adapun pasukan infantri pihak Ali dikomandani oleh Abu Qotadah Al Anshari. Sementara itu, pasukan bala bantuan dari madinah yang berjumlah 700 prajurit diserahkan Ali kepada Qais bin Sa'ad bin Ubadah. Sebelum meletus pertempuran, Ali bin abi Thalib juga memerintahkan kepada Abu Ayub untuk  mengibarkan bendera Amaan (Jaminan keamanan), serta mengumumkan kepada kaum khawarij, Barang siapa datang kebawah bendera Amaan, maka ia dijamin keselamatannya. Demikian juga yang meninggalkan medan lalu menyingkir ke kufah dan madain, ia pun dijamin keselamatannya. Sebab, kami tidak punya keperluan dari kalian, kecuali orang orang yang telah membunuh saudara kami. Keputusan dari Ali bin Abi Thalib ternyata cukup berhasil. Terbukti, sejumlah besar dari mereka kemudian memutuskan untuk menyingkir dan tidak melibatkan diri dalam pertempuran. Dari 4000 orang khawarij, akhirnya  berkurang dan hanya menyisakan 1000 orang saja. Pemimpin besar khawarij, Abdullah bin Wahb Ar Rasibi terus membakar dan memprovokasi kaum khawarij untuk segera maju dan menyongsong pasukan Ali. Ali memerintahkan agar pasukan berkuda mengambil posisi garis depan, kemudain diikuti oleh pasukan infanteri. Ali tak lupa berpesan kepada pasukannya untuk tidak mendahului menyerang. Sementara kaum khawarij memposisikan pasukan pemanah berada digaris paling depan. Sambil berteriak teriak, Tidak Ada hukm kecuali hukum Allah, Kaum Khawarij bergerak menyerang pasukan Ali bin Abi Thalib. Maka pasukan berkuda Ali segera menyambut mereka. Setelah semakin dekat, pasukan Berkuda Ali memecahkan diri menjadi dua bagian, kekanan dan kekiri arah mereka. Gerakan pasukan berkuda ini dilanjutkan dengan aksi pasukan panah Ali yang segera menghujani Khawarij dengan Anak anak panah. Kaum Khawarij terkejut dengan gerak pasukan Ali. Setelah itu, dari sisi kanan dan kiri, pasukan berkuda Ali menjepit kaum Khawarij, dibantu dengan pasukan panah Ali yang berhadap hadapan dengan kaum Khawarij. Habis sudah pasukan Khawarij❗, Tokoh tokoh penting mereka terbujur kaku dimedan Nahrawan. Sebagian dari mereka ada yang terluka dan sebagian kecil berhasil melarikan diri. Sementara korban meninggal dari pasukan Ali hanya beberapa orang saja. Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu melarang pasukannya untuk mengejar orang orang yang melarikan diri. Beliau juga memerintahkan agar orang orang khawarij yang terluka untuk diobati, lalu dikembalikan kepada keluarga masing masing, yang meninggal dikuburkan, harta mereka tidak dirampas, dan tidak menawan mereka. Subhanallah.. Sikap benci Khawarij dihadapi dengan sikap kasih Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu. Apakah mereka kafirSeseorang bertanya kepada Ali saat itu. Ali menjawab, Tidak, justru mereka ingin menghindari kekafiran. Kalau begitu mereka kaum munafiqin❓Tanya yang lain. Ali menerangkan, bukan❗️kaum munafiqin tidak berdzikir kepada Allah kecuali sedikit saja. Kalau begitu, siapakah mereka❓Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu ditanya. Beliau menjawab, sekelompok orang yang bughot (memberontak) kepada kita maka, kita pun memerangi mereka. SABDA RASULULLAH SHOLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM BENAR BENAR TERJADI Setelah pertempuran usai, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu memerintahkan untuk mencari Jasad Al Mukhdaj. Setelah beberapa orang mencari, mereka melaporkan kepada Ali bahwa jasad orang yang dimaksudkan Ali dengan ciri ciri Yang pernah disebutkan Rasulullah tidak ditemukan. Namun, Ali tetap memerintahkan untuk mencarinya kembali. Bahkan, Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu turun terjun untuk menemukan jasad orang itu. Ternyata diantara mayat mayat khawarij yang saling bertumpuk berserakan, ditemukan jasad al Mukhdaj. ALI PUN TERLIHAT GEMBIRA DAN SUJUD SYUKUR. Allah maha benar dan Rasulullah benar benar tealah menyampaikan kebenaran❗️kata kata Ali bin Abi Thalib setelah itu. Memang benar❗️Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda tentang kaum Khawarij: آيتهم رجل أسود إحدى عضديه مثل ثدي المرأة أو مثل البضعة تتدردر Tanda tanda mereka adalah seorang yang berkulit hitam, bagian atas salah satu lengannya seperti payudara perempuan, atau seperti potongan daging yang bergerak gerak. (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Shahabat Abu Sa'id Al Khudri Rodhiyallohu 'anhu). Dialah Al Mukhdaj yang ditemukan Ali Diantara mayat mayat kaum Khawarij. Selesai... Alhamdulillah Referensi: Al Bidayah Wan Nihayah karya Ibnu Katsir, Tarikhul Islam Karya Adz Dzahabi, Al Khawarij Karya Sulaiman Al Gusn, Irwaul Ghalil 8/118 Karya Al Al bani, Usdul Ghabah Karya Ibnul Atsir, Shahih Muslim (1066) karya Muslim Bin Al Hajjaj. .Penulis Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar Bin Rifa'i Hafizhahullahu Ta'ala Tambahan Admin  Ciri Ciri Khawarij sebagaimana kisah diatas adalah, ⚔Memberontak kepada pemerintah yang sah, ⚔menghalalkan darah kaum muslimin yang bukan kelompoknya, ⚔menghalalkan harta kaum muslimin yang tidak sepaham dengan mereka. ❗️hendaklah kaum MUSLIMIN berhati hati dari MEREKA, paham TERORIS KHAWARIJ Dimanapun mereka berada. Allahu a'lam.  Abu Dzar Al Falimbaniy. Sumber, Qudwah Edisi 10 Vol 01 2013 Klik Join telegram http://bit.ly/FadhlulIslam www.salafymedia.com Publikasi : WA Fadhlul Islam Bandung
9 tahun yang lalu
baca 14 menit