Kisah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisahku : "secercah suka, tertimpa duka"

SECERCAH SUKA TERTIMPA DUKA "Ada yang punya air minum gak ?" "abang punya" "mana bang?" " tuh ambil di tungku, banyaak, hehe" Itu kurang lebih percakapan akhirku dengannya sebelum ia menutup usianya di hari itu Namanya Fajri, pribadinya sederhana, baik hati, murah senyum, keceriaan selalu terpasang di wajahnya. Ia masih memiliki hubungan darah denganku, masih tergolong sepupu abi.Berarti tepatnya ia adalah pamanku, namun karena usia terpauttidak terlalu jauh sehingga aku akrab memanggilnya "abang". Saat hari ketiga setelah hari raya Idul Fitri1431 Hijriyyah, pondok pesantren kumengeluakan SK tidak ada libur hari raya bagi santri. Sedih? memang! . kecewa? jelas! Namun Alhamdulillah kami sedikit terhibur dengan aktivitas yang diprogram pihak pondok pesanten. Di antara kegiatan yang diadakan pihak pondok pesantren pada saat itu adalah pergi berkunjung ke rumah rumah teman dipusa kota dalam rangka mempererat ukhuwwah. Hari ke 3 saat itu santri syabbab ( remaja ) mendapat jadwal untuk pergi. Pihak pondok pesantren menyediakan sebuah mobil pick up untuk lebih bisa menampung santri syabab yang jumlahnya banyak. Saat itu aku barulah menginjak kelas tahfidz, sehingga tidak diperkenankan ikut. Blaa...blaa... singkat cerita, mereka pun mengagendakan nanti sepulang berkunjung kerumah teman, akan singgah melepas penat disebuah kolam renang....Berenang merupakan salah satu olahraga yang paling digemari santri saat itu. Waktu yg dipilih untuk berenang pada malam hari, untuk menghindari ikhtilath ( bercampur baur lakilaki perempuan yang bukan mahram?, katanya. Allah memang mengatur semuanya, manusia hanya menjalaninya. Sebuah peristiwa aneh beberapa saat sebelum melaju ke kolam renang. Saat itu lewat seorang tak diundang dan tak dikenal dihadapan santri syabab saat itu dan berkata:  " Nanti pulang jangan sedih ya !" Siapa sih orang ini? Kok ngomong seperti itu? Gak jelas blas ! Saat itu mereka tidak terlalu menanggapi ucapan lelaki antah berantah tersebut. Mobil pun akhirnya melaju ke kolam renang yang dimaksud. Tanpa disadari mereka mengantar salah seorang teman mereka menuju detik penentuannya ! Kami pun para santri tahfidz dari pondok pesantren menyusul ke kolam renang tersebut seusai sholat isya. Baju ganti, sabun mandi, dan tak lupa gayung pun kami sudah siapkan agar menambah keseruan di permandian nantinya. Tak sadar , kalau sesungguhannya kami sedang digiring oleh suratan takdir menuku sebuah ketetapan, melihat salah seorang teman kami nantinya dipanggil oleh Allah Rabb yang hanya kepada Nya  lah kita semua akan kembali. "jangan ada yang berenang dulu sampai ustadz datang"  kata ustadz kami mewanti wanti santri syabab saat itu. Ustadz saat itu tengah menemani kami dari pondok pesantren menuju kolam renang. Kami ditemani seorang musyrif dibelakang untuk mengawasi, sebut saja namanya Ami Utsman. Sesampai nya santri syabab disana merekapun berhamburan turun dari mobil dan langsung menceburkan diri ke kolam renang. Tak sabar, lupa akan pesan Ustadz. Salah seorang pengurus mereka yang sedang terhambat karena ada sebagian biaya administrasi yang luput pun belum sempat masuk, ia kembali keluar mencari uang yang kurang. Setelah ditemukan kemudian di bayarkan. "Keluar dari kolam renang kalian semua! Itu ada bayangan hitam dibawah kolam renang , seperti bayangan orang" Semuanya sontak kaget tak karuan "Sepertinya ada yang tenggelam, siapa yang tidak ada ?" Namun anehnya tidak ada satupun yang bisa menerka dengan tepat sosok misterius di dasar kolam tersebut. " Ada apa ini? " tanya ami yang baru saja melunasi administrasi, melihat semua santri berkumpul di pinggir kolam.  " itu mi, ada seperti bayangan orang tenggelam." Dengan segera pemilik kolam renang pun diberi tahu.  " Loh tadi siang kan mayatnya sudah diambil". Wih...wih...wih..., ternyata tepat di siang harinya juga ada yang tenggelam. Akhirnya diketahui setelah itu, bahwa kolam renang itu menyimpan berbagai cerita yang membuat bulu kuduk ini merinding mendengarnya. "Iya, ada orangnya dibawah.", Kata sorang santri asal Sulawesi, setelah ia menyelam dan berhasil memegang telinga sosok tersebut. Mendengar berita tersebut sang pemilik kolam renang pun langsung. "Bismillah, Allahu Akbar." Jebuur.. Ia pun menyelam dikedalaman 2 meter tersebut disusul santri asal Sulawesi tadi. Akhirnya jasad pemilik bayangan tersebut berhasil diangkat naik dan dikeluarkan. Saat itu sirwal yang ia kenakan tersingkap hingga lututnya terboran__ "Oh.. orang awwam mungkin ( pakai celana pendek, lututnya kelihatan)." Akan tetapi ternyata.... Seorang fajri adalah sosok  pemilik bayangan tersebut.! Ia sudah terbujur kaku, walaupun saat itu jantungnya masih berdetak ringan. Semua santri terdiam larut dalam kesedihan, sebagian menangis tak kuasa membendung air mata...Sebagian mencoba memberi nafas buatan. Mereka semua panik tak karuan, hingga diputuskan untuk segera dilarikan dirumah sakit terdekat guna mendapatkan pertolongan pertama. Ustadz pun ditelepon , dan tak pelak mereka semua dihujani kata kata pedas dari beliau. "Sudah saya katakan, jangan ada yang mandi dulu sebelum saya datang." Ustadz marah besar. Banyak misteri kejadian tersebut yang hingga saat ini yang belum terpecahkan. Jika melihat kemampuan beliau dalam hal renang, Fajri adalah jagonya. Bahkan rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari danau Maninjau Namun semua kelihaian manusia tiada arti jikalau dihadapkan dengan suratan takdir yang telah Allah tetapkan. Misteri kedua, disaat tenggelam pun tiada yang mengetahuinya seorangpun . Tiba tiba hilang tenggelam di dasar kolam. Jasadnya pun tidak mengapung orang yang tenggelam pada umumnya. Lebih anehnya lagi tidak ada satu santri pun yang melihat Fajri meminta tolong dan bantuan saat tenggelam. Misteri ketiga disaat jasadnya dikeluarkan dari kolam terdapat dua garis biru seperti bekas cakaran di bagian pinggang. Wallahu a'lam, hanya  Allah lah yang mengetahui tentang mengapa dan bagaimananya. Saat perjalanan tidak seperti biasanya. Sehingga tatkala sampai dipertigaan menuju kolam renang mobil justru melaju lurus.__  "Loh, mi gang kolam nya kelewatan?"** Ujar kami polos.  "Diam ! Diam!" Balas ustadz yang saat itu duduk disamping sopir. "Mungkin kita mau ke kolam renang yang lain, atau mungkin kita bisa mandi di rumah sakit jiwa aja." Ujar ami Utsman setengah bercanda karena mobil ketika itu akan melewati rumah sakit jiwa. Dan ternyata mobil pun belok kiri dan memasuki area rumah sakit jiwa. "Loh siapa ikhwan yang gila?", Kata ami Utsman kebingungan yang sedari tadi tidak tahu menahu apa yang terjadi. Jin, sebagaimana manusia ada yang taat dan banyak pula yang jahat. Mengganggu manusia, menyakiti, memisahkan antara suami dan istri, bahkan membunuh....Namun Allah telah memberikan senjata untuk melawan mereka. Yaitu zikir zikir, terutama zikir pagi dan sore. Dengannya Allah akan menjaga dan memberikan perlindungan Nya. Disana telah berkumpul santri syabab, tertunduk malu, merasa basah kuyup semua. "Pulang kalian semua ke pondok!" Ustadz marah besar kepada  mereka. **"Fajri meninggal.." Hah? Aku pun langsung menelan ludah saat mendengarnya, semoga bukan Fajri pamanku karena pemilik nama Fajri ada tiga saat itu. Kaki ini pun ku seret, langkah demi langkah menuju ruang UGD. Tek..tek.. detak jantung ini berdegup kencang. Dan hampir tak kuasa mata ini menahan tangis yang membanjir, saat melihat ternyata memanglah pamanku. Aku harus menerima, ini takdir Allah, batinku. Saat kusentuh badannya begitu dingin terbujur kaku, detak jantung nya tak lagi kurasakan. Aku hampir tak percaya,` Inikah sosok Fajri yang tadi pagi masih sempat mencandaiku sebelum berangkat? Inikah sosok Fajri yang tadi pagi masih mencerminkan senyuman di wajah cerianya? Aku saat itu diam terpaku membisu tak sanggup tuk berkata kata. Kawan...., hidup dan umur itu sangat singkat, sesingkat kita membolak balik telapak tangan ini, dan sesingkat mata ini berkedip di setiap detiknya. Yang dulu ada menjadi tiada, yang sulu kecil menjadi besar. Anak anak menjadi besar dan dewasa, menjadi suami atau istri, menjadi bapak atau ibu, menjadi mertua, dan menjadi kakek atau nenek...Yang dulu ada menjadi tiada saat badannya terbungkus kain kafan, ia harus pamit untuk selamanya dari dunia fana ini guna melanjutkan hari hari di kehidupan berikutnya. Malam itu juga abi ditelepon ustadz. Mendengar berita tersebut abi langsung mengontak pihak keluarga Fajri yang notabenenya masih awwam. Malam itu juga dua mobil meluncur menuju pondok pesantren membawa keluarga yang sedang duka tersebut dengan rute perjalanan sekitar tujuh jam. Malam itu juga, fajri dibawa pulang ke pondok pesantren menggunakan mobil ambulan rumah sakit. Di sepanjang jalan hanya kami lewati dengan tatapan hampa. Hanya bisa termenung dalam lamunan, hanyut dalam duka yang baru saja menimpa, tidak ada yang berani berbicara angkat suara , apalagi bercerita dan bercanda. Baju ganti masih tersedia, peralatan mandi belumlah terpakai tiada yang tersentuh, semuanya masih utuh. Di keesokan pagi, datanglah rombongan keluargaku ke pondok pesantren. Saat mobil berhenti, serta merta keluar kakaknya tanpa alas kaki. Matanya sudah bengkak banjir air mata, disusul dengan keluarga lainnya. Semuanya segera memasuki rumah kecil yang tergeletak didalamnya jasad Fajri yang telah terbungkus kain kafan, semuanya menangis bahkan ada yang histeris tak kuasa menahan keadaan. Maklum mereka masih banyak yang awwam belum mengerti, semoga Allah mengampuni mereka. Abi berusaha tegar menyabarkan mereka, menabahkan, menghibur, dan membesarkan hati mereka. Disiang hari itu juga , hari keempat setelah Idul Fitri 1431 Hijriyyah , jenazah Fajri dikebumikan, belasan mobil mengantarnya ke pemakaman, rohimahullah. Beberapa hari setelah kejadian tersebut ayah Fajri bermimpi melihat anaknya,  "Pak, jangan sedih ya! Fajri baik baik saja kok disini." Kalau melihat dari apa yang terjadi maka tak heran bila ayahnya bermimpi seperti itu....Dikarenakan Fajri baru saja menyelesaikan puasa Ramadhan, meninggal dikarenakan tenggelam pun termasuk syuhadal akhirah.... sebagaimana dalam sebuah hadits yang shohih.  Jasadnya pun di sholatkan sekitar 200 ikhwan yang semuanya mendoakan ampunan dan kebaikan  untuknya. Fajri, nama itu sekarang tinggal kenangan, ia sudah lembar hidupnya di usia 17 tahun, semoga Allah melimpahkan  dan rahmat untuknya. Sementara kita  ? Kesempatan bernafas masih Allah berikan, kesempatan menambah bekal takwa masih bisa dikejar, kesempatan bertobat dari segala dosa pun masih bisa kita genggam.  Pertanyaannya, sudah maksimalkah kita menumpuk dan memupuk amal takwa kita?  Sudah siapkah kita tatkala suatu saat Allah memanggil kita? Tanyakan kepada dirimu setelah tafakkur dan jujur ! Ini hanyalah sebatang sirih atau setetes embun dari ribuan bahkan jutaan hikayat perjalanan manusia di muka bumi Allah.      Semoga kita bisa mengambil ibrah serta pelajaran dari ini semua. إِنَّ فِيْ ذَالِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبُ أَوْ أَلْقَى السَمْعَ وَ هُوَ شَهِيْدٌ. "Padanya terdapat pelajaran dan peringatan bagi siapa saja yang memiliki hati yang bersih ( diatas fitrah), memfokuskan pendengaran sementara ia menyaksikan." Wallahu a'lam.. selesai Dikutip dari majalah Qudwah Edisi 53 VOL. 05 1439 H. | 19 Shofar 1439 H Sumber : WA Pemuda Islam Bridge via Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 10 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

biografi imam abu dawud

Biografi Imam Abu Dawud Nama lengkap ulama kita kali ini adalah Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Syaddad yang lebih populer dengan sebutan Abu Dawud. Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa Abu Dawud Al-Azdi As-Sijistani adalah seorang pemuka, pimpinannya para hafizh dan ahli hadits Bashrah. Ia dilahirkan pada tahun 202 H di sebuah daerah yang bernama Sijistan. Abu Dawud mempunyai kesungguhan yang besar dalam menuntut ilmu. Semenjak usia muda, beliau telah melakukan rihlah (perjalanan) ke berbagai penjuru negeri untuk menuntut ilmu. Suatu hal yang bisa dimaklumi karena ia tumbuh di lingkungan keluarga yang mencintai hadits-hadits Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Ayahanda yang bernama Al-Asy’ats bin Syaddad adalah seorang perawi hadits. Selain itu, saudara laki-lakinya yang bernama Muhammad bin Al-Asy’ats juga seorang perawi hadits. Bahkan sempat menjadi teman berkelana dan melanglang buana untuk mencari ilmu hadits. Sehingga, keadaan ini sangat mendukung Abu Dawud untuk menekuni ilmu hadits sejak usia muda. Belum lagi ditunjang semangat besarnya untuk mendalami ilmu hadits dan meriwayatkannya kepada kaum muslimin di zamannya. Abu Dawud banyak menghasilkan karya tulis dalam berbagai cabang ilmu. Sunan Abu Dawud menjadi salah satu karya monumentalnya dan masih eksis hingga saat ini. Bahkan kitab susunan beliau ini menjadi salah satu kitab induk penting dalam masalah hadits. Di antara karya tulisnya adalah Kitab Al-Qadar, An-Nasikh wal Mansukh, Kitab Az-Zuhd, Dala`ilun Nubuwwah, Akhbarul Khawarij dan yang lainnya. Salah satu bukti yang menunjukkan begitu seriusnya Abu Dawud melakukan rihlah menuntut ilmu adalah tersebarnya guru beliau di berbagai penjuru negeri. Di Makkah, ia meriwayatkan hadits dari Al-Qa’naby dan Sulaiman bin Harb. Adapun di Bashrah meriwayatkan hadits dari Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abul Walid Ath-Thayalisi, Musa bin Ismail, dan yang lainnya. Sementara di Kufah nama-nama seperti Al-Hasan bin Ar-Rabi’ Al-Burani dan Ahmad bin Yunus Al-Bura’i. Adapun di Harran ia meriwayatkan hadits dari Abu Ja’far An-Nufaili, Ahmad bin Syuaib dan yang lainnya. Adapun di Halab meriwayatkan dari Abu Taubah Ar-Rabi’ bin Nafi’. Ia juga bertemu dan belajar kepada Haiwah bin Syuraih di Hims. Di Damaskus ia menimba ilmu dari Shafwan bin Shalih dan Hisyam bin Ammar. Kemudian di Khurasan meriwayatkan dari Ishaq bin Rahuyah dan yang lainnya. Tidak terlewatkan di Baghdad ia belajar kepada Imam Ahmad bin Hanbaldan di Mesir meriwayatkan dari Ahmad bin Shalih dan selainnya. Demikianlah, Abu Dawud melanglang buana demi untuk menimba ilmu dari para ulama. Masih banyak guru-gurunya yang tersebar di berbagai penjuru negeri yang tidak tercatat dalam biografinya. Dengan perantauan ke berbagai negeri itu membuat Abu Dawud mampu mengoleksi hadits-hadits yang sangat banyak. Dari situlah kemudian ia menyusun kitab Sunan yang sampai sekarang menjadi bagian dari Kutubus Sittah [1]. MURID-MURIDNYA Para ulama yang pernah menimba ilmu dan meriwayatkan hadits dari Abu Dawud cukup banyak. Di antaranya adalah Abu Isa At-Tirmidzi dalam Sunan-nya, An-Nasai, Ahmad bin Muhammad Al-Khallal, Abu Ahmad Ja’far Al-Ashbahani, Harb bin Ismail Al-Kirmani, Ishaq bin Musa Ar-Ramli, Ahmad bin Ali bin Al-Hasan Al-Bashri dan masih banyak yang lainnya. PUJIAN PARA ULAMA Pembaca yang budiman, kepakaran Abu Dawud dalam bidang hadits telah diakui oleh sekian banyak ulama besar di masanya maupun setelahnya. Ia menguasai kurang lebih lima ratus ribu hadits, Subhanallah! Ini menggambarkan hafalannya yang sangat kuat. Secara karakter, ia disebut-sebut sebagai ulama sangat mirip dengan Imam Ahmad yang merupakan salah satu gurunya. Sebagian ulama yang menyatakan bahwa Abu Dawud mempunyai kemiripan dengan Imam Ahmad. Suatu hal yang wajar karena Imam Ahmad adalah salah satu guru besarnya di Baghdad. Adz-Dzahabi menyatakan dalam kitabnya Siyar A’lamin Nubala, “Abu Dawud adalah seorang imam dalam ilmu hadits dan cabang ilmu yang lainnya. Bahkan ia termasuk ulama besar dalam bidang ilmu fikih. Ia adalah salah satu murid Imam Ahmad yang cerdas. Ia telah menetapi majelis Imam Ahmad selama beberapa tahun dan bertanya kepadanya tentang berbagai permasalahan rumit terkait furu’ (cabang ilmu, seperti fikih dan lainnya, red.) dan ushul (pokok ajaran agama, yakni akidah, red.).” Simaklah pujian dan sanjungan dari para ulama besar berikut ini. Abu Bakar Al-Khallal rahimahullah berkata, “Abu Dawud adalah seorang imam yang menonjol di zamannya.” Ahmad bin Muhammad bin Yasin berkata, “Abu Dawud adalah salah seorang penghafal hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kandungannya, penyakit dalam riwayatnya, dan sanadnya. Beliau memiliki ibadah, kehormatan diri, kebaikan, dan sikap wara’[2] yang tinggi.” Ibrahim Al-Harabi rahimahullah berkata, “Tatkala Abu Dawud menulis kitab Sunan, hadits telah dilunakkan (yakni dimudahkan,red.) bagi Abu Dawud sebagaimana besi dilunakkan untuk Nabi Dawud.” Sungguh ungkapan yang tidak berlebihan, Allah telah memudahkan Abu Dawud untuk menyusun kitab Sunannya hingga manfaatnya bisa dirasakan oleh kaum muslimin sampai detik ini. Muhammad bin Makhlad berkata, “Tatkala Abu Dawud selesai menulis kitab Sunan kemudian dibacakan kepada kaum muslimin, sejak saat itulah kitabnya seolah-olah menjadi mushaf bagi para ahli hadits. Mereka menyetujui keberadaan kitab tersebut dan tidak menyelisihinya. Mereka juga mengikrarkan pengakuan terhadap hafalan dan keunggulannya.” Al Hafizh Musa bin Harun berkata, “Abu Dawud tercipta di dunia untuk hadits dan di akhirat untuk surga[3]. Aku belum pernah melihat ulama yang semisal dengannya.” Ibnu Hibban berkata, “Abu Dawud adalah salah seorang ulama [yang menguasai ilmu seluruh] dunia secara kefakihan, keilmuan, hafalan, ibadah, dan sikap wara’nya. Ia mengumpulkan hadits, membuat karya tulis dan membela sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Abu Abdillah Al-Hakim berkata, “Abu Dawud adalah imamnya ahli hadits pilih tanding di zamannya.” KEPRIBADIAN DAN AKHLAKNYA Dalam hal berpakaian, Abu Dawud mempunyai kebiasaan yang cukup unik. Ia mempunyai baju yang salah satu lengannya lebar dan yang satunya sempit. Apabila ada yang bertanya mengenai hal itu, ia pun menjawab, “Lengan yang lebar ini untuk membawa kitab. Adapun yang satunya tidak diperlukan untuk itu.” Abu Dawud adalah seorang figur ulama yang sangat memuliakan ilmu dan para penuntut ilmu. Adalah Abu Bakar bin Jabir, pembantu Abu Dawud yang setia ini pernah menjadi saksi sifat terpuji yang dimiliki Abu Dawud tersebut. Abu Bakar berkisah, “Aku pernah menemani Abu Dawud di kota Baghdad. Tatkala kami usai mengerjakan shalat Maghrib, datanglah amir (penguasa) Abu Ahmad Al-Muwaffaq ke rumahnya. Setelah masuk rumah, Abu Dawud pun datang menemuinya. Abu Dawud bertanya, ‘Apa gerangan yang mendorong amir datang malam-malam begini?’ Amir pun menjawab, ‘Ada tiga urusan yang mendorongku datang ke sini.’ ‘Urusan apa?’ tukas Abu Dawud. Ia pun berkata, ‘Hendaknya anda pindah ke Bashrah lalu menjadikannya sebagai tempat tinggal supaya para penuntut ilmu berdatangan kepada anda. Dengan demikian, Bashrah akan menjadi makmur lagi karena sesungguhnya kota tersebut telah hancur dan ditinggalkan penduduknya karena peristiwa Zanji. Ini yang pertama.’ Katanya. ‘Kemudian yang kedua anda meriwayatkan kitab sunan kepada anak-anakku.’ ‘Baik, coba sebutkan yang ketiga.’ Pinta Abu Dawud. Amir pun berkata, ‘Anda membuat majelis tersendiri untuk mereka. Karena anak-anak penguasa tidak pantas duduk-duduk bersama rakyat jelata.’ Mendengar permintaan itu, Abu Dawud dengan tegas menyatakan, ‘Adapun permintaan yang ketiga ini tidak bisa aku penuhi. Karena seluruh manusia itu sama statusnya dalam menuntut ilmu.’” Ibnu Jabir menuturkan, “Sejak saat itu, anak-anak penguasa itu hadir di majelis kerumunan orang-orang awam dengan tirai pemisah dan mendengarkan hadits bersama mereka.” Beliau pun tinggal di Bashrah setelah tewasnya Az-Zanji dan menyebarkan ilmu agama di tempat tersebut. Namun demikian, ia sering mengunjungi Baghdad untuk bersua dengan Imam Ahmad. Abu Dawud pernah memaparkan kitabnya kepada Imam Ahmad dan dinilai baik olehnya. Abu Dawud adalah seorang ahli hadits dan ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mengenai hal ini Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Abu Dawud di atas manhaj (jalan) salaf terutama dalam hal mengikuti sunnah.” Hal ini juga terbukti dengan bantahannya terhadap beberapa kelompok sesat yang telah muncul saat itu. Seperti Qadariyah dan Khawarij yang bantahannya termaktub dalam Sunan Abu Dawud. Selain itu juga terdapat bantahan terhadap kelompok Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Murji’ah. Abu Dawud juga pernah menyatakan, “Umair bin Hani’ adalah seorang Qadary (pengikut paham Qodariyah).” Abu Dawud meninggal dunia di kota Bashrah pada tanggal 16 Syawal 275 H. Hal ini diungkapkan oleh muridnya yang bernama Abu Ubaid Al-Ajurri. Beliau meninggalkan seorang putra yang bernama Abu Bakar Abdullah bin Sulaiman bin Al-Asy’ats. Ia juga merupakan seorang pakar hadits dan imam di kota Baghdad. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada Imam Abu Dawud. Allahu a’lam. _________ [1] Enam induk kitab hadits: Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah. [2] Wara’: Bersikap hati-hati dalam memilih sesuatu [3] Di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, kita tidak boleh memastikan seseorang masuk surga atau neraka tanpa ada dalil yang benar dari Al-Quran maupun hadits. Meskipun orang tersebut adalah orang yang paling taat beribadah, atau orang yang paling fajir. Karena kita tidak tahu akhir hayat dari orang tersebut. Sumber: Majalah Qudwah, edisi 17 vol. 2 1435 H/ 2014 M, rubrik Biografi. |http://ismailibnuisa.blogspot.co.id/2014/05/abu-dawud.html?m=1 "Leave writing tools" via Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 8 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

biografi ali bin abi thalib, pemuda yang dicintai allah dan rasul-nya

'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, Pemuda yang Dicintai Allah dan Rasul-Nya Ali bin Abi Thalib bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin Abdil Manaf Al Qurasyi Al Hasyimi, berkuniah Abul Hasan atau Abu Turab. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad bin Hasyim. Dahulu ibunya menamakan beliau dengan Haidarah. Beliau termasuk kalangan anak-anak yang pertama kali masuk Islam. Yaitu di usianya yang masih berumur sekitar 10 sampai 11 tahun. Umur yang masih sangat muda untuk bisa memilih jalan hidayah yang mesti ditempuh. Beliau lahir sepuluh tahun sebelum Rasulullah diutus sebagai rasul. Beliau pun tumbuh dalam asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak umur 6 tahun, dan hampir-hampir tidak pernah berpisah dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pemuda Ali adalah seorang yang memiliki tubuh yang kekar dan lebar. Badan padat berisi dengan postur tubuh yang tidak tinggi. Warna kulit sawo matang, berjenggot tebal, kedua matanya sangat tajam, murah senyum, berwajah tampan, dan memiliki gigi yang bagus. Bila berjalan sangat cepat. Selain fisik yang baik, beliau juga dikaruniai akal dan kejeniusan. Sangat cepat dalam memecahkan permasalahan yang rumit. Sampai Khalifah Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Aku berlindung kepada Allah, untuk mendapatkan masalah pelik, di saat tidak ada Abul Hasan.” Umar selalu meminta pertimbangan beliau. Ditambah keluhuran akhlak yang tertempa dengan banyaknya bergaul bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadikan Ali sebagai pemuda yang pilih tanding. Ali bin Abi Thalib mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali perang Tabuk. Ketika itu, Rasulullah memerintahkan beliau untuk tetap berada di Madinah. Walaupun beliau sangat ingin berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidakkah engkau ridha apabila kedudukanmu di sisiku adalah sebagaimana kedudukan Harun terhadap Musa?” Sebuah ucapan indah yang menunjukkan tingginya kedudukan beliau. Beliau ditugasi sebagai pengganti Rasulullah dalam mengurusi keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan maksudnya sebagai wakil pengurusan kota Madinah secara umum. Sebab yang ditunjuk untuk melakukan tugas ini adalah Muhammad bin Maslamah radhiyallahu ‘anhu. Di antara yang menunjukkan keutamaan Ali bin Abi Thalib, dalam peperangan di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bendera perang seringnya diserahkan kepada beliau. Hal ini menunjukkan kemampuan, keberanian, dan kedudukan beliau radhiyallahu ‘anhu. Bahkan seringkali Rasulullah menugaskan beliau berduel satu lawan satu dengan musuh sebelum pecah peperangan. Beliau juga seorang yang lihai berkuda, kuat dan pandai dalam taktik peperangan. Disebutkan dalam banyak kitab biografi, bahwa beliau memiliki banyak keutamaan. Di antaranya adalah beliau termasuk muhajirin, mengikuti perang badar, uhud, mengikuti baiatur ridwan, dan beberapa peristiwa penting yang memiliki keutamaan janji bagi yang mengikutinya. Demikian pula beliau adalah salah satu Khulafaur Rasyidun. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Di antara keutamaannya, beliau merupakan salah satu dari sepuluh orang shahabat yang dijamin masuk surga dan paling dekat hubungan nasabnya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menegaskan keutamaan beliau. Dalam satu khutbah beliau, di hari kedelapan belas Dzulhijjah pada haji wada’, di tempat yang bernama Ghadir Khum, beliau bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai walinya, maka sesungguhnya ia telah menjadikan Ali sebagai walinya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda kepada Ali yang artinya, “Engkau bagian dariku dan aku adalah bagian darimu.” Ketika perang Khaibar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh besok bendera perang ini akan aku berikan kepada seseorang yang ia mencintai Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Bendera itu pun beliau serahkan kepada Ali. Keutamaan beliau ini pun diakui oleh para shahabat. Cukuplah kesaksian Umar, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan beliau meridhainya.” [Al Bukhari]. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahkan beliau dengan Fathimah radhiyallahu ‘anha, tepatnya setelah peristiwa perang Badar. Dari pernikahannya dengan Fatimah ini beliau mendapat putra Al Hasan, Al Husain, Ummu Kultsum Al Kubra, yang dinikahi oleh Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu, dan Zainab Al Kubra. Setelah meninggalnya Fatimah radhiyallahu ‘anha, beliau menikah dengan beberapa wanita. Anak beliau berjumlah empat belas orang putera dan tujuh belas atau sembilan belas orang puteri. Di antara putra putri beliau ini yang menjadi generasi penerus adalah Al-Hasan, Al-Husain, Muhammad bin al-Hanafiyah, Al-Abbas Al-Kilabiyah, dan Umar bin At-Taghlibiyah. Beliau banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun para shahabat yang menimba ilmu dari beliau di antaranya: Dua anak beliau Al Hasan dan Al Husain, Abdullah bin Mas’ud, Abu Musa, Ibnu Abbas Abu Rafi’, Ibnu Umar, Abu Said Al Khudri, Zaid bin Arqam Abu Umamah, Al Bara` bin Azib, dan masih banyak yang lainnya. Adapun dari kalangan tabiin (generasi setelah shahabat): Thariq bin Syihab, Marwan bin Hakam, Abdurrahman bin Al Harits, dan lainnya. MASA KEKHALIFAHAN Pada masa kekhalifahan beliau inilah timbul perang saudara. Dikarenakan adanya perbedaan pendapat di kalangan para shahabat tentang sikap dan usaha yang ditempuh menghadapi kejahatan pembunuhan Amirul mukminin Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Sehingga terjadilah perang Jamal serta perang Siffin. Masing-masing berijtihad dalam menyikapinya. Apalagi ada dalang pihak ketiga yang berupaya mengadu domba antar kaum muslimin. Allah Maha Tahu sejauh mana fitnah ini terjadi. Kaum muslimin yang datang setelah mereka radhiyallahu ‘anhum telah Allah selamatkan untuk tidak ikut mengangkat pedang memerangi para shahabat. Sekarang, tinggal bagaimana menyelamatkan lisan agar tidak mencela mereka secara umum. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjaga lisan kita hingga kita menghadap kepada-Nya. Beliau memegang kekhalifahan selama empat tahun lebih beberapa bulan. Di waktu subuh tahun 40 H, ketika beliau keluar untuk menunaikan shalat subuh di masjid Kufah, tiba-tiba seorang yang celaka bernama Abdurrahman bin Muljam Al Khariji menusuk beliau dengan pisau tajam dan beracun. Tepat di kening beliau yang senantiasa sujud kepada Allah. Inna lillah wa inna ilaihi raji’un. Persis sebagaimana yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan yang artinya, “Orang yang paling binasa dari umat terdahulu adalah penyembelih unta (kaum nabi Shalih). Dan manusia yang paling celaka dari umat ini adalah orang yang membunuhmu wahai Ali.” Seraya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk kening Ali yang akan tertikam. Pada malam Ahad, di hari yang kesembilan belas bulan Ramadhan, umat Islam berduka dengan kepergian pemimpin mereka. Semoga Allah menempatkan beliau di surga-Nya yang luas, bersama kekasih beliau, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahul Musta’an. [Hammam]. Referensi: Al Bidayah Wan Nihayah oleh Ibnu Katsir rahimahullah Al Isti’ab fi Ma’rifatil Ashhab oleh Ibnu Abdil Bar rahimahullah Al Ishabah fii Tamyiz Ash Shahabah oleh Ibnu Hajar rahimahullah Sumber: Majalah Tashfiyah, edisi 19 vol.02 1433H-2012M, rubrik Figur | .http://ismailibnuisa.blogspot.co.id/2013/12/ali-bin-abi-thalib-radhiyallahu-anhu.html Foto : Black-steel-helmet-near-black-and-gray-handle-sword  | Sumber: Pexels.com
7 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

semangat abdullah bin umar dalam mengikuti sunnah

Masuk Islam ketika masih kecil, tumbuh besar dengan bimbingan Rasulullah serta bapaknya yang mulia. Dia ikut hijrah meninggalkan negeri yang dicintai menuju negeri hijrahnya Nabi di usianya yang masih belia. Usia baligh pun belum dicapainya. Berhijrah bersama bapaknya. Memecahkan keheningan malam dengan langkahnya. Menerjang pekatnya malam gulita. Lalu menembus teriknya siang. Demi tujuan yang mulia, 'tuk menggapai ridha Allah'. Dialah Abdullah bin Umar buah hati dari seorang figur mulia, Amirul Mukminin, Umar bin Al-Khathtab radhiyallahu 'anhuma. mushroom-autumn-tree-fungus-moss By Pixabay Semangat Ibnu Umar dalam Mengikuti Sunnah Ditulis oleh Ustadz Abu Abdurrahman Huda hafizhahullah Abdullah Umar Khaththab bin Nufail Abdil 'Uzza bin Riyakh itulah nama dan nasabnya. Kuniah nya Abu Abdirrahman. Lahir tahun kedua atau ketiga setelah Nabi Muhammad diutus sebagai Rasulullah. . Seorang ahli ibadah yang senantiasa mengisi waktu-waktunya dengan dzikir, shalat puasa, dan ibadah lainnya. Seorang yang dikenal sebagai ulama dari kalangan shahabat. Tidaklah mengherankan dengan semangat serta ketekunannya dan perhatiannya kepada ilmu agama beliau termasuk orang yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits dan termasuk fuqaha' Rasulullah di kalangan shahabat. Ketika sampai di Madinah, Ibnu Umar tumbuh dengan bimbingan Nabawi. Tumbuh dalam ketaatan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan larangan-Nya. Menimba ilmu dari Rasulullah. Ditambah dengan bimbingan sang ayah yang shalih dan gagah berani membela agama Allah. Ayah yang cemburu kalau larangan larangan-Nya dilanggar. Dengan kehidupannya yang demikian elok, terpatrilah keimanan yang menyatu dengan darah daging, tak tergoyahkan dengan godaan setan sang musuh abadi. Semenjak bergaul dengan Rasulullah matanglah kepribadiannya. Di saat kaum muslimin bergabung untuk persiapan perang melawan musuh Allah,Ibnu Umar pun tidak ketinggalan ingin mendapatkan keutamaan jihad. Dalam lubuk hatinya, dia sangat merindukan pertempuran di medan Uhud. Berjuang bersama kaum muslimin menghadapi gempuran Quraisy Namun sayang, usianya yang masih belia menjadi sebab Rasulullah menolaknya untuk bergabung dengan mujahidin. Walau tidak dapat mengikuti peperangan itu, semangatnya untuk membela Islam tidaklah diragukan. Pemuda ini harus menunggu waktu yang tepat bagi dirinya untuk ikut berjihad di medan laga. Sambil mengisi waktu-waktunya untuk beribadah dengan ketekunan dan menimba ilmu dari bimbingan Rasulullah serta mengamalkannya. Perang Khandaq. Abdullah bin Umar belum surut keinginannya untuk berjuang. Perang Khandaq menjadi momen yang tepat untuk merealisasikannya. Tibalah waktunya untuk berlaga bersama dengan singa singa Allah, bersama bala tentara Allah membela kemuliaan agama. Akhirnya, beliau pun diizinkan bergabung dengan kaum muslimin di medan laga.  Ya,  perang Khandaq itulah peperangan yang pertama kalinya beliau terjuni. Baca : Penuh Faedah dari Kisah Julaibib Keutamaan yang dimiliki Abdullah bin Umar sangatlah banyak. Beliau pernah bercerita, "Aku bermimpi seakan-akan adasepotong kain sutra tebalditanganku dan tidaklah ada tempat yang aku inginkan di surga melainkan aku terbang sana.  Aku pun menceritakannya kepada Hafshah.  Kemudian Hafshah bercerita kepada Rasulullah.  Rasulullah pun bersabda yang artinya, "Aku melihat Abdullah adalah seorang yang shalih."  (H.R.  Muslim) Sebuah rekomendasi dari manusia terbaik. Artinya, orang yang diberi rekomendasi adalah seorang yang menegakkan hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Inilah persaksian seorang Nabi dan Rasul yang tidak muncul dari hawa nafsu. Tidak berkata melainkan dari bimbingan wahyu. Nabi juga pernah berkata tentang Abdullah bin Umar. "Sebaik-baik orang adalah Abdullah andai kata dia shalat malam," (HR Bukhari Muslim] Maka sabda Rasulullah menjadi lecutan bagi Ibnu Umar untuk menambah ketataan kepada Alla Beliau hanya menyisakan sedikit waktu malam untuk tidurnya. Kebanyakan waktunya di malam hari untuk beribadah. Sampai sampai Nafi' menjawab saat ditanya tentang Abdullah ibadah bin Umar, "Kalian tidak akan mampu melaksanakannya, Beliau berwudhu pada setiap shalat, dan membaca Al-Quran di antara keduanya (wudhu dan shalat). Apabila beliau tertinggal shalat Isya secara berjamaah, beliau akan menjadikan seluruh malamnya untuk  beribadah. Semangat ibadah yang luar biasa. Jika dipraktikkan pada diri-diri kita, maka kita tidak akan sanggup mengerjakannya. Begitulah shalat dan ibadah beliau yang amat sangat menunjukkan kuat yang keshalihan dan keimanan yang kuat pula pada diri beliau. Tidak jarang, beliau habiskan malam hari untuk shalat. Beliau bertanya kepada Nafi, "Apakah kita sudah masuk waktu sahur?.  Bila muridnya Nafi' menjawab "Belum" , maka beliau melanjutkan shalatnya. Apabila jawaban muridnya "Ya" sudah sampai waktu sahur, maka beliau pun duduk meminta ampun dan berdoa sampai waktu Subuh. Beliau juga mudah meneteskan air mata ketika membaca ayat-ayat Allah.Ini menunjukkan lembutnya qalbu Ibnu Umar tercermin pula kuatnya darinya iman yang terpatri di dalam dada. Muridnya pernah mengisahkan, apabila beliau membaca ayat : أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ "Apakah belum tiba saatnya orang-orang yang beriman khusyu hati-hati mereka karena mengingat Allah" [Qs,  Al Hadid : 16] Inilah kehidupan malam Abdullah bin Umar. Namun bukan berarti amalan di siang hari kalah daripada malamnya. Beliau berpuasa siang harinya baik pada saat beliau safar ataupun tidak. Wara' dan zuhud menghiasi diri beliau meninggalkan yang dikhawatirkan membahayakan akhirat, bahkan yang tidak bermanfaat bagi akhirat. Ibnu Mas'ud pernah mengatakan, "Sesungguhnya salah pemuda Quraisy menguas ketika menghadapi dunia adalah Abdullah bin Umar" Thawus,seorang ulama generasi tabiin, juga pernah mengatakan, "Tidaklah aku melihat seseorang yang lebih wara'  dari Ibnu Umar" Beliau juga seorang yang dermawan. Ketika dunia menghampirinya, maka segera beliau gunakan di jalan Allah. Dunia yang sangat indah pada hawa nafsu manusia. Dunia yang mampu memikat hati hati manusia yang disetiap harinya mereka kejar, walaupun tanpa mendapatkan dorongan dan anjuran. Tapi sungguh Abdullah Umar mampu bin menundukkan dunia di hati beliau. Pernah suatu hari Abdullah bin Umar datang membawa dua puluh sekian ribu dirham. Tidaklah beliau menggunakannya.  Beliau justru membagi bagikan uang tersebut seluruhnya. Salah satu teladan Ibnu Umar adalah dalam hal semangat beliau dalam mengikuti sunnah Rasulullah Dan demikianlah wasiat dari Rasulullah, Beliau telah bersabda, "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang apabila kalan berpegang teguh dengannya maka kalian tidak akan tersesat setelahnya, Kitabullah dan sunahku" Sejarah telah mencatat bagaimana Ibnu Umar mengagungkan sunah dan mengamalkannya. Sungguh- sungguh berupaya mengikuti sunah Nabinya. Bahkan, sebagian muridnya merasa takjub terhadap semangat Ibnu Umar ini. Sampai-sampai, Nafi, muridnya sendiri mengatakan "Andaikata engkau melihat Ibnu Umar ketika mengikuti Rasulullah niscaya engkau akan mengatakan'Ini gila'". I nibukanlah celaan, namun sekadar ungkapan Nafi' melihat bagaimana gurunya mengikuti Rasulullah  Pantaslah Nafi mengatakan seperti itu. Lihatlah bagaimana beliau mengikuti Rasulullah. Ibnu Umar senantiasa mengikuti jejak-jejak Rasulullah pada tempat yang Rasulullah shalat padanya. Nabipernah turun di bawah suatu pohon, Ibnu Umar pun menjaga pohon tersebut. Beliau menuangkan pada akar pohon tersebut supaya tidak kering. (Hilyatul Auliya 1/310) Mungkin sudah terbayang dan tebersit pada di kita setelah melihat penjelasan di atas. Beliau memiliki semangat yang luar biasa dalam mengikuti sunah Nabi. Dalam perkara yang dianggap remeh saja beliau tetap sangat kuat semangatnya. Apalagi dalam hal-hal yang lebih besar, tentunya beliau lebih semangat melaksanakannya. Tidak tanggung-tanggung, Ummul Mukminin Aisyah sendiri telah mempersaksikan semangat beliau dalam mengikuti sunah Nabi. Aku tidak pernah melihat ada orang yang lebih berpegang teguh dengan urusan yang pertama(sunnah Nabi) daripada Abdullah bin Umar" Karena getolnya Ibnu Umar dalam mengerjakan sunnah Nabi, Said Ibnul Musayyib pun menyimpulkan," Andaikata aku boleh mempersaksikan bagi seseorang dengan maka niscaya aku mempersaksikan untuk Abdullah bin Umar (Siyar A'laminnubala 2/212). Hanya saja, kita tidak boleh gegabah dalam menghukum seseorang masuk surga ataupun masuk neraka. Karena kita hanya mengetahui keadaan lahiriah orang tersebut. Hanya Allah lah yang mengetahui kondisi sebenarnya. Sebab itu, tidak boleh kita sebenarnya, mengatakan seseorang masuk surga atau neraka kecuali ada dalil dari Al Quran ataupun hadits yang menjelaskanya. Baca : Kaidah Mempersaksikan Orang Masuk Surga / Neraka Mudah-mudahan Allah selalu mencurahkan rahmat kepada beliau. Ibnu Umar tutup usia di Makkah tepatnya di al Fakhkh, sebuah lembah yang ada di Makkah, pada tahun 79 H dengan umur 84 tahun, Wallahu a'am bish shawab. Disalin dari Majalah Qudwah Edisi 14 Vol 2 2014 Oleh Happy Islam
8 tahun yang lalu
baca 8 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sepotong kisah "agar meraih sukses"

Sepotong Kisah "Agar Meraih Sukses" Kata orang, zaman sekarang sulit cari penghasilan. Demi sesuap nasi, banyak orang 'nabrak' sana sini. Itu bagi mereka yang tidak punya agama, tidak punya malu. Sebenarnya dalam agama kita ini, dikenal tokoh-tokoh yang memiliki tips mujarab dalam hal itu. Berikut diantaranya: Google Analytics - Hanya Ilustrasi https://pixabay.com/en/computer-summary-chart-business-767776/ SANG PEMILIK KEBUN Dahulu, ada seseorang yang sedang berada di sebuah padang yang luas.  .Tiba tiba dia mendengar suara dari langit "Airilah kebun Si Fulan!"  Lalu dia lihat awan berjalan ke suatu tempat kemudian mencurahkan airnya. Ternyata, ada satu yang selokan yang menampung air itu seluruhnya, orang itu mengikuti arus selokan. Selokan itu mengantarkan ia pada seseorang yang sedang mengalirkan air tersebut ke kebun miliknya. Lantas orang itu bertanya kepada sang pemilik kebun, "Wahai hamba Allah, siapakah nama Anda?" "Fulan."  jawabnya. Namanya sama dengan nama yang disebut oleh suara dari langit. Kemudian pemilik kebun yang bertanya, "Kenapa Anda menanyakan nama saya?"  Maka orang bercerita, "Saya telah mendengar suara dari langit air ini,  Suara itu mengatakan "Airilah kebun si menyebut nama Anda", sebenarnya apa yang Anda lakukan yang terhadap kebun ini? Sang pemilik kebun lantas menyebutkan rahasianya. "Seperti apa yang Anda yang katakan, baikiah akan saya beri tahu. Sesungguhnya saya melihat panen yang dihasilkan kebun ini.  Maka saya sedekahkan sepertiga bagiannya sepertiga lagi saya gunakan untuk makan saya bersama keluarga dan sepertiga dikembalikan lagi untuk pengembangan kebun ini." DUA BERSAUDARA Pada zaman Rasulullah hiduplah dua orang bersaudara.  Salah satunya rajin menghadiri majelis untuk mendengarkan hadits beliau.  Sementara yang lainnya sibuk bekerja.  Lalu dia yang sibuk bekerja ini datang kepada Rasulullah untuk mengadukan perihal saudaranya. Dia mengatakan, "Wahai Rasulullah,  sesungguhnya saudaraku ini tidak pernah menolongku sedikit pun (untuk mencari nafkah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengatakan kepadanya. "Bisa jadi kamu diberi rezeki karena dia" AL-HASAN AL-BASHRI Pernah ada seseorang datang dari kepada Al-Hasan Al-Bashri mengeluhkan kemarau yang panjang. Maka beliau menyarankan untuk beristighfar kepada Allah. Di lain datang seseorang yang mengadukan kemiskinan yang ia alami.  Lalu beliau menyarankan agar beristighfar kepada Allah. Datang pula kepada beliau seseorang yang minta didoakan agar Allah memberinya seorang anak. Kembali Al- Hasan menyarankan agar beristighfar kepada Allah. Ada lagi yang datang kepada beliau mengeluhkan kebunnya yang kekeringan. Untuk masalah yang ini, beliau pun tetap menyarankan agar beristighfar kepada Allah. Saat ditanya tentang hal itu,  maka beliau menjawab, "Tidaklah aku mengatakan saya demikian dari pikiranku sendiri. Ini karena Allah berfirman:   "Nuh mengatakan, 'Minta ampunlah kalian kepada Rabb kalian karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan untuk kalian hujan yang berturut-turut.  Dan Dia akan memperbanyak untuk kalian harta dan anak-anak. Serta menjadikan bagi kalian kebun-kebun dan sungai-sungai,"  [QS.Nuh:12],  [Ummu Umar] Disalin oleh admin Happy Islam dari Majalah Qudwah Edisi 4 Vol 01 2013 dengan judul asli "Merekalah Pengusaha Sukses,"
8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

biografi singkat ibnu hajar al-'asqalani

Biografi Singkat Ibnu Hajar Al-'Asqalani Oleh : Al-Ustadz Abu Hafiy Abdullah "Sungguh Allah telah memilih beliau untuk menjadi golongan ulama yang langka dan istimewa. Pada masanya, beliau adaLah seorang ulama multi talenta sehingga bagaikan bintang yang paling cemerlang di antara keberdaan ulama besar yang lainnya. Kecemerlangan beliau tersebut terus berlanjut hingga saat ini" Ya, beliau adalah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin alari Mahmud bin Hajar Al Kinani Al Asqalani Asy syafi'i. Yang begitu populer dengan sebutan lbnu Hajar. Gelar Al Hafizh sangat identik dengan nama beliau. Beliau dilahirkan pada bulan Sya'ban tahun 773 H di pinggiran sungai Nil di Mesir kuno. Beliau adalah seorang anak yatim. Sang bapak meninggal saat beliau masih berusia empat tahun. Adapun ibunda beliau telah meninggal dunia sebelumnya. Setelah ayahnya meninggal, beliau diasuh oleh Zakiyyudin Al-Kharrubi yang merupakan kakak tertua ibnu Hajar, hingga kakaknya tersebut meninggal dunia. Sebelumnya, sang ayah sempat berwasiat kepada syaikh Syamsuddin Ibnu Al-Qaththan Al-Mishri supaya turut memperhatikan kepentingan Ibnu Hajar sepeninggalnya. Meski yatim piatu, semenjak kecil beliau memiliki semangat belajar yang tinggi.  .Beliau masuk kuttab (semacam Taman Pendidikan Al Qur'an) setelah genap berusia lima tahun. Hafal Al Qur'an ketika genap berusia sembilan tahun,  Ketika Ibnu Hajar berumur 12 tahun ia ditunjuk sebagai imam shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H. Sungguh Ibnu Hajar memiliki perjalanan ilmiah yang sangat mengesankan. Setelah hafal Al-Qur'an,  beliau pun mulai mempelajari kitab-kitab induk dan Sunan.  Seperti Shahih Al-Bukhari dan yang lainnya.  Mendekati usia tiga puluh tahun,  beliau  terlihat sangat unggul di atas teman-teman sejawatnya.  Beliau lebih dalam penguasaan adab, ilmu sya'ir, dan ilmu sejarah dengan berbagai cabangnya. Sejak awal Ibnu Hajar telah dikaruniai kesenangan untuk meneliti kitab kitab sejarah (tarikh).  Beliau pun banyak menghafal nama-nama perawi sekaligus keadaannya Kemudian dari tahun 792 H,  beliau banyak meluangkan analiti dan menekupi ilmu sastra Arab. Bahkan, akhirnya beliau menjadi pakar dalam ilmu syair. Memasuki tahun 793 H, kecintaan beliau berpindah kepada ilmu hadits.  Hanya saja, saat itu beliau belum bisa konsentrasi penuh dalam ilmu ini,  hingga tahun 796 H.  Di saat itulah beliau fokus secara total untuk mencari dan memperdalam ilmu hadits.  Allah menjadikan beliau sangat menyukai ilmu hadits.  Oleh sebab itu,  beliau sangat menaruh perhatian terhadap hadits dalam berbagai bidangnya. Dengan sangat serius,  beliau mendatami ilmu ini. Mempelajari hadits,  menurut penuturan beliau dapat menghilangkan hijab (penghalang terkabulnya doa,  membukakan pintu,  memacu semangat yang tinggi di untuk berhasil dan mendatangkan hidayah kepada jalan yang lurus. Beliau belajar hadits di antaranya pada seorang imam besar di masanya,  Al Hafizh Abul Fadhl Zainuddin Al Iraqi selama sepuluh tahun.  Beliau juga mengadakan perlawatan ke berbagai negara seperti Syam, Hijaz,  untuk dunia. belajar dari sejumlah ulama ternama di berbagai penjuru ada syait negeri.  Maka, jumlah guru-guru beliau sangat banyak, bahkan tidak terhitung jumlahnya. Yang demikian ini karena beliau tidak merasa cukup dengan keberadaan para ulama di Mesir saja. Sehingga beliau sangat antusias untuk menimba ilmu dari para ulama di berbagai negeri meskipun harus menempuh medan berat berisiko tinggi dan jarak yang sangat jauh. Di antara guru besar beliau adalah Afifuddin An Nasyawari, Ibnul Mulaqqin,  Sirajuddin Al-Bulqini, beliau inilah yang pertama kali mengizinkan Ibnu Hajar untuk mengajar dan berfatwa, serta Abul Fadhl Al-Iraqi yang sangat menghormati Ibnu Hajar dan mempersaksikan bahwa Ibnu Hajar adalah muridnya yang paling pandai dalam ilmu hadits.  Bahkan beliaulah yang memberikan Al Hafizh kepada Ibnu Hajar, Yaitu sebuah gelar yang menunjukkan luasnya penguasaan seseorang ilmu terhadap hadits-hadist Nabi baik secara matan (redaksi hadits), maupun secara jalur periwayatan. Lebih dari itu, nama dan keadaan para perawi hadits pada setiap tingkatannya lebih banyak yang dikenal oleh seorang hafizh dari pada yang tidak ia kenal. Kisah pemberian predikat Al Hafizh kepada adalah ketika detik-detik terakhir menjelang wafat Al Hafizh Al Iraqi.  Waktu itu Al Hafizh Al-Iraqi ditanya "Siapa yang akan menggantikan Anda setelah Anda meninggal dunia? Beliau pun menjawab, "Ibnu Hajar dan kemudian Abu Zurah,  kemudian Al-Haitsami." Hafizh Al-Iraqi adalah seorang ulama besar di masanya yang sangat terkenal sebagai ahli fikih pengikut madzhab Syafi'i.  Di samping itu,  Al-Traqi juga seorang ulama yang sangat mendalam penguasaannya terhadap tafsir, dan bahasa Arab. Karena keistimewaan Al Hafiah Al-Iraqi itulah, Ibnu Hajar rela bermulazamah dengan beiau selama sepuluh tahun. Walaupun dengan selama sepuluh tahun, kebersamaan Ibnu Hajar dan gurunya tersebut, beliau juga pernah melakukan perjalanan ke negeri Syam dan yang lainnya dalam rangka untuk mencari ilmu syari. Namun dengan seizin Allah, kemudian jasa syaikh inilah Ibnu Hajar mencuat menjadi seorang ulama yang sangat mumpuni dalam berbagai cabang ilmu. Sehingga Ibnu Hajar menjadi orang pertama kali yang diberi izin oleh Al hraqi untuk mengajarkan hadits. Bahkan sang guru memberikan gelar Ibnu Hajar dengan Al Hafizh dan sangat memuliakannya. Dalam pujiannya terhadap muridnya, Ibnu Hajar, Al Iraqi pernah mengatakan, "Al-Hafizh adalah seorang yang alim (berilmu), Al-Fadhil (memiliki keutamaan) Al-Muhaddits (ahli hadits) Al Mufid ( yang memberikan faedah),  Al-Mujid (yang suka mengerjakan sesuatu dengan baik), Al-Hafizh yang mutqin (kuat hafalannya), yang dhabith (kuat, teliti dan seksama), yang tsiqoh (terpercaya), yang ma'mun (dapat dipercaya)" Guru-guru Al Ibnu Hajar yang lain sangat banyak. para guru tersebut merupakan ulama-ulama yang ternama di zamannya Di antaranya adalah Abdurrahim dan Razin. Dari beliau ini Al Hafizh mendengarkan dan belajar shahih Al Bukhari, Guru yang lain adalah Al 'izz bin Jama ah, yang lbnu Hajar banyak mengambil ilmu darinya. Tercatat juga nama Hummam Khawatizmi. Dalam memperdalam ilmu bahasa arab,  Al min Siyar Hafizh belajar kepada yang leb'Alamin Al Fairuz Abadi yangmerupakan penyusun kitab Al Qamus Muhith). Untuk masalah Qira'atus sab'ah  (tujuh macam bacaan Al Quran), beliau belajar kepada Al Burhan At-Tanukhi.  Dan yang lainnya.  Sungguh luar biasa, jumlah guru beliau mencapai 500 syaikh dalam berbagai binyak disiplin ilmu. Kapasitas keilmuan Al Hafizh lbnu Hajar yang diakui oleh para ulama besar di zamannya menjadi perhatian para penuntut ilmu dari penjuru dunia.  Mereka rela berbondong-bondong menempuh pegalanan yang sangat jauh untuk menimba ilmu dari beliau. Oleh karena itu,  beliau memiliki lebih dari lima ratus murid. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu murid beliau bernama As Sakhawi. Bahkan,  beliau mengatakan bahwa seluruh tokoh ulama dari berbagai madzhab berguru kepada Ibnu Hajar.  Sehingga,  layaknya seorang ulama yang tersohor belau pun selalu padat dan penuh dengan penuntut ilmu. Di antara mund beliau yang sangat menonjol dan terkenal adalah Al lmam As Sakhawi. la adalah murid istimewa Al-Hafizh Ibnu Hajar, di samping sederetan nama besar lainnya:  Al-Biqa'i Zakariya Al-Anshari, Ibnu Qadhi Syuhbah, lbnu Tahgri Bardi. Ibnu Fahd Al-Makki, dan masih banyak yang lainnya. https://pixabay.com/en/apple-books-garden-read-browse-2037883/ Ibnu Hajar menghabiskan umur beliau untuk menuntut ilmu  dan mendakwahkannya.  Baik dakwah dengan lisan ataupun tulisan. Banyaknya karya ilmiah yang beliau tulis dalam berbagai cabang ilmu adalah bukti. Satu hal yang sangat luar biasa, karena beliau masih bisa menyempatkan untuk membuat karya tulis disela-sela kesibukan beliau yang begitu padat. Bahkan karya tulis kitab besar yang berjlid-jilid. Salah satu tulisan beliau yang kangat terkenal adalah Fathul Bari yang merupakan syarah (penjelasan) dari Shahih Al-Bukhari. Sampai digambarkan oleh sebagian ulama,  bahwa seandainya zamannya, kitab beliau hanya Fathul Bari,  maka sudah cukup menggambarkan kefaqihan dan keilmuan beliau yang sangat luas mendalam. Fathul Bari merupakan syarah yang sangat identik dengan Kitab Shahih Al Bukhari. Meskipun ada ulama lain yang Ibnu Hajar juga mensyarah kitab ini.  Menurut penuturan As Sakhawi, karya tulis Ibnu Hajar mencapai lebih dari 270 kitab. Adapun penelitian para ulama kontemporer mengindikasikan bahwa karya tulis beliau lebih 282 kitab Itupun belum ditambah kitab-kitab beliau yang tidak tercetak. Selain Fathul Bari yang merupakan karya monumental, masih banyak kitab penting beliau yang menjadi rujukan ulama dan kaum muslimin hingga saat ini. Sebagai contoh, Tahdzibut Tahdzib, Lisanul Mizan, At-Talhisul Habit,  Nuzhatun Nadhar,  Bulughul Maram,  Al-Ishabah fi Tamyiz Ash Shahabah,  dan masih banyak lagi yang lainnya. Meskipun Ibnu Hajar diberi anugerah sekian banyak keutamaan, beliau adalah sosok yang penuh dengan kerendahan hati dan sikap wara sebab beliau menolak tawaran untuk menjadi (hakim), itupun Beliau menyadari bahwa mengemban tugas hakim bukanlah perkara yang ringan. Bahkan sebuah tanggung jawab besar di sisi Allah. Tatkala Ash Shadr Al Munawimeminta beliau menggantikan posisinya sebagai hakim akidah beliau pun menolaknya.  Selain itu datang pula tawaran dari Sulthan Al Muayyad kepada beliau supaya menjadi hakim. Yaitu Hakim Agung di Mesir waktu itu. Beliau sempat menyesal setelah menerima jabatan tersebut. Karena banyaknya fitnah dan godaan duniawi, beliau pun mengundurkan diri.  Pada tahun 828,  Sulthan memintanya lagi dengan sangat agar beliau menerima jabatan sebagai hakim sebaga kembali. Sehingga Ibnu Hajar pun menerima jabatan tersebut Kaum muslimin pun sangat bergembira karena memandang adalah beliaulah orang yang paling berhak mendudukinya. Kekuasaan beliau pun ditambah, yaitu diserahkannya kehakiman kota Syam kepada beliau pada tahun 833 H. Beliau telah melanglang buana dalam dunia peradilan selama lebih dari tiga puluh tahun. Disebutkan oleh sebagian ahli sejarah yang menulis biografi Ibnu Hajar, sebuah kejadian unik yang pernah beliau alami selama menjabat sebagai hakim. Kisah ini juga dinukilkan oleh beliau Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam kitabul Ilmi, kitab karya beliau. Sebagai hakim besar di kota Mesir,  Ibnu Hajar senantiasa berangkat ke tempat kerjanya dengan mengendarai kereta yang ditarik kuda atau keledai dengan arak-arakannya. Suatu saat, beliau dengan keretanya tersebut melewati seorang Yahudi di Mesir. Orang Yahudi itu berprofesi sebagai penjual minyak sehingga dia terlihat berpenampilan kotor dan kumuh.  Tatkala Ibnu Hajar dan rombongan lewat di depannya, ia segera mendekat dan menghentiaknnya. Kemudian dia mengatakan kepada Ibnu Hajar, "Sesungguhnya Nabi kalian telah berkata, 'dunia adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi kafir'. Namun, kenapa profesi anda sebagai hakim di Mesir, dengan arak-arakan seperti ini, serta kenikmatan yang berlimpah. Sementara aku, kata orang yahudi tersebut, berada dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini." Maka Ibnu Hajar pun mengatakan, "Aku dengan kondisiku yang penuh dengan kemewahan dan kenikmatan dunia ini,  bila dibandingkan dengan kenikmatan surga adalah seperti sebuah penjara. Adapun penderitaanmu di dunia ini,  jika dibandingkan dengan siksa neraka adalah seperti surga yang penuh dengan kenikmatan." Spontan orang Yahudi langsung mengucapkan,  "Asyhadu alla ilahaillallah wa asyhadu anna muhammad rasulullah."  akhirnya ia memeluk agama Islam. Kitab Fathul Bari yang Berjilid-jilid Pembaca,  sebagai manusia biasa,  lbnu Hajar tentu tidak kekurangan dan kesalahan.  Beliau memiliki lepas dari pemikiran Asyariyah akidah yang tercampur dengan terkadang menakwil sifat-sifat Allah. Dan terkadang beliau mengalami kegoncangan dalam akidahnya tersebut. Meskipun demikian, seseorang tidak boleh menjadikan ketergelinciran beliau ini sebagai batu loncatan untuk mencela.  Apalagi memvonis beliau sebagai ahli bid'ah.  Karena,  secara umum manhaj ahlus sunnah wal adalah manhaj yang beliau tempuh jamaah. ini bisa dibuktikan dengan pembelaan beliau terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah yang sangat besar.  Di samping para ulama juga telah memberikan pujian dan rekomendasi terhadap beliau,  Oleh sebab itu,  para ulama dari masa ke masa tidak ada yang menggolongkan beliau sebagai ahli bid'ah.  Tidak pula melarang kaum muslimin secara untuk mengambil faedah dari karya tulis beliau. Demikianlah sepenggal kisah tentang berbagai keutamaan dan keistimewaan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Sungguh jarang seorang ulama diberi kemampuan komplit sebagaimana membalas jasa-jasa beliau terhadap kaum muslimin,  dan beliau semoga Allah mengampuni beliau dengan rahmat dan maghfirah Nya. Wabillahi taufiq, Disalin oleh admin Happy Islam dari Majalah Qudwah Edisi 4 Vol 01 2013 BACA: AKHLAK IMAM AHMAD
8 tahun yang lalu
baca 11 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah yang menakjubkan tentang ikhlas

Kisah Yang Menakjubkan Tentang Ikhlash Gambar dari Pixabay Ibnul Mubarak rahimahullah menceritakan kisahnya: “Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Al-Masjid Al-Haram. Saya bergabung dengan manusia yang berada di dekat pintu Bani Syaibah. Tiba-tiba muncul seorang budak hitam yang membawa dua potong pakaian yang terbuat dari rami yang salah satunya dia jadikan sebagai sarung dan yang lainnya dia jadikan selendang di pundaknya. Dia mencari tempat yang agak tersembunyi di samping saya. Maka saya mendengarnya berdoa, “Ya Allah, dosa-dosa yang banyak dan perbuatan-perbuatan yang buruk telah membuat wajah hamba-hamba-Mu menjadi suram, dan Engkau telah menahan hujan dari langit sebagai hukuman terhadap hamba-hamba-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu wahai Yang pemaaf yang tidak segera menimpakan adzab, wahai Yang hamba-hamba-Nya tidak mengenalnya kecuali kebaikan, berilah mereka hujan sekarang.” Dia terus mengatakan, “Berilah mereka hujan sekarang.” Hingga langit pun penuh dengan awan dan hujan pun datang dari semua tempat. Dia masih duduk di tempatnya sambil terus bertasbih, sementara saya pun tidak mampu menahan air mata. Ketika dia bangkit meninggalkan tempatnya maka saya mengikutinya hingga saya mengetahui di mana tempat tinggalnya. Lalu saya pergi menemui Fudhail bin Iyyadh. Ketika melihat saya maka dia pun bertanya, “Kenapa saya melihat dirimu nampak sangat sedih?” Saya jawab, “Orang lain telah mendahului kita menuju Allah, maka Dia pun mencukupinya, sedangkan kita tidak.” Dia bertanya, “Apa maksudnya?” Maka saya pun menceritakan kejadian yang baru saja saya saksikan. Mendengar cerita saya, Fudhail bin Iyyadh pun terjatuh karena tidak mampu menahan rasa haru. Lalu dia pun berkata, “Celaka engkau wahai Ibnul Mubarak, bawalah saya menemuinya!” Saya jawab, “Waktu tidak cukup lagi, biarlah saya sendiri yang akan mencari berita tentangnya.” Maka keesokan harinya setelah shalat Shubuh saya pun menuju tempat tinggal budak yang saya lihat kemarin. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada orang tua yang duduk di atas sebuah alas yang digelar. Ketika dia melihat saya maka dia pun langsung mengenali saya dan mengatakan, “Marhaban (selamat datang –pent) wahai Abu Abdirrahman, apa keperluan Anda?” Saya jawab, “Saya membutuhkan seorang budak hitam.” Dia menjawab, “Saya memiliki beberapa budak, silahkan pilih mana yang Anda inginkan dari mereka?” Lalu dia pun berteriak memanggil budak-budaknya. Maka keluarlah seorang budak yang kekar. Tuannya tadi berkata, “Ini budak yang bagus, saya ridha untuk Anda.” Saya jawab, “Ini bukan yang saya butuhkan.” Maka dia memperlihatkan budaknya satu persatu kepada saya hingga keluarlah budak yang saya lihat kemarin. Ketika saya melihatnya maka saya pun tidak kuasa menahan air mata. Tuannya bertanya kepada saya, “Diakah yang Anda inginkan?” Saya jawab, “Ya.” Tuannya berkata lagi, “Dia tidak mungkin dijual.” Saya tanya, “Memangnya kenapa?” Dia menjawab, “Saya mencari berkah dengan keberadaannya di rumah ini, di samping itu dia sama sekali tidak menjadi beban bagi saya.” Saya tanyakan, “Lalu dari mana dia makan?” Dia menjawab, “Dia mendapatkan setengah daniq (satu daniq = sepernam dirham –pent) atau kurang atau lebih dengan berjualan tali, itulah kebutuhan makan sehari-harinya. Kalau dia sedang tidak berjualan, maka pada hari itu dia gulung talinya. Budak-budak yang lain mengabarkan kepadaku bahwa pada malam hari dia tidak tidur kecuali sedikit. Dia pun tidak suka berbaur dengan budak-budak yang lain karena sibuk dengan dirinya. Hatiku pun telah mencintainya.” Maka saya katakan kepada tuannya tersebut, “Saya akan pergi ke tempat Sufyan Ats-Tsaury dan Fudhail bin Iyyadh tanpa terpenuhi kebutuhan saya.” Maka dia menjawab, “Kedatangan Anda kepada saya merupakan perkara yang besar, kalau begitu ambillah sesuai keinginan Anda!” Maka saya pun membelinya dan saya membawanya menuju ke rumah Fudhail bin Iyyadh. Setelah berjalan beberapa saat maka budak itu bertanya kepada saya, “Wahai tuanku!” Saya jawab, “Labbaik.” Dia berkata, “Jangan katakan kepada saya ‘labbaik’ karena seorang budak yang lebih pantas untuk mengatakan hal itu kepada tuannya.” Saya katakan, “Apa keperluanmu wahai orang yang kucintai?” Dia menjawab, “Saya orang yang fisiknya lemah, saya tidak mampu menjadi pelayan. Anda bisa mencari budak yang lain yang bisa melayani keperluan Anda. Bukankah telah ditunjukkan budak yang lebih kekar dibandingkan saya kepada Anda.” Saya jawab, “Allah tidak akan melihatku menjadikanmu sebagai pelayan, tetapi saya akan membelikan rumah dan mencarikan istri untukmu dan justru saya sendiri yang akan menjadi pelayanmu.” Dia pun menangis hingga saya pun bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Dia menjawab, “Anda tidak akan melakukan semua ini kecuali Anda telah melihat sebagian hubunganku dengan Allah Ta’ala, kalau tidak maka kenapa Anda memilih saya dan bukan budak-budak yang lain?!” Saya jawab, “Engkau tidak perlu tahu hal ini.” Dia pun berkata, “Saya meminta dengan nama Allah agar Anda memberitahukan kepada saya.” Maka saya jawab, “Semua ini saya lakukan karena engkau orang yang terkabul doanya.” Dia berkata kepada saya, “Sesungguhnya saya menilai –insya Allah– Anda adalah orang yang saleh. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba pilihan yang Dia tidak akan menyingkapkan keadaan mereka kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang Dia cintai, dan tidak akan menampakkan mereka kecuali kepada hamba yang Dia ridhai.” Kemudian dia berkata lagi, “Bisakah Anda menunggu saya sebentar, karena masih ada beberapa rakaat shalat yang belum saya selesaikan tadi malam?” Saya jawab, “Rumah Fudhail bin Iyyadh sudah dekat.” Dia menjawab, “Tidak, di sini lebih saya sukai, lagi pula urusan Allah Azza wa Jalla tidak boleh ditunda-tunda.” Maka dia pun masuk ke masjid melalui pintu halaman depan. Dia terus mengerjakan shalat hingga selesai apa yang dia inginkan. Setelah itu dia menoleh kepada saya seraya berkata, “Wahai Aba Abdirrahman, apakah Anda memiliki keperluan?” Saya jawab, “Kenapa engkau bertanya demikian?” Dia menjawab, “Karena saya ingin pergi jauh.” Saya bertanya, “Ke mana?” Dia menjawab, “Ke akherat.” Maka saya katakan, “Jangan engkau lakukan, biarkanlah saya merasa senang dengan keberadaanmu!” Dia menjawab, “Hanyalah kehidupan ini terasa indah ketika hubungan antara saya dengan Allah Ta’ala tidak diketahui oleh seorang pun. Adapun setelah Anda mengetahuinya, maka orang lain akan ikut mengetahuinya juga, sehingga saya merasa tidak butuh lagi dengan semua yang Anda tawarkan tadi.” Kemudian dia tersungkur sujud seraya berdoa, “Ya Allah, cabutlah nyawaku agar aku segera bertemu dengan-Mu sekarang juga!” Maka saya pun mendekatinya, ternyata dia sudah meninggal dunia. Maka demi Allah, tidaklah saya mengingatnya kecuali saya merasakan kesedihan yang mendalam dan dunia ini tidak ada artinya lagi bagi saya.” (Al-Muntazham Fii Taarikhil Umam, karya Ibnul Jauzy, 8/223-225) Sumber artikel: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=140725 Diterjemahkan oleh: Abu Almass bin Jaman Al-Ausathy 17 Rabi’ul Awwal 1435 H Sumber : ibnutaimiyah.org ---------------------------------------- Publikasi:🌈@LilHuda  .                 🔻🔻🔻🔻🔻 📮JOIN 📲http://bit.ly/1OsbDFp  _______________ #kisah
8 tahun yang lalu
baca 6 menit