fadhilah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tidak shalat malam, setan telah mengencingi telinganya

Ogah Dikencingi Setan Lagi Sadarkah kita, selama ini ternyata telinga kita sering dikencingi si setan laknat, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan kepada orang yang tidur di malam hari hingga masuk waktu shubuh dan tidak shalat malam dengan sabdanya ذَلِكَ الشَّيْطَانُ بَالَ فِى أُذُنَيْهِ Artinya, "Demikianlah setan telah mengencingi di kedua telinganya." (HR. An Nasa’i dan Ibnu Majah, hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam al Albani dalam Shahihut Targhib) Agar telinga kita tidak dikencingi si setan lagi, mari kita simak hadits di bawah ini, عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَاهُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْتَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلان Artinya, "Setan membuat ikatan di tengkuk salah seorang dari kalian ketika tidur dengan tiga ikatan. Setiap ikatannya setan akan mengatakan kepadanya, “Malam masih panjang, maka terus tidurlah!”. Jika dia bangun lalu berdzikir pada Allah, maka lepaslah satu ikatannya. Kemudian jika dia berwudhu, maka lepaslah satu ikatan lagi. Kemudian jika dia mengerjakan shalat, maka lepaslah ikatannya semua. Maka di pagi hari dia akan berada di dalam semangat dan baik jiwanya, namun jika dia tidak melakukan hal ini, maka jiwanya akan jelek dan akan malas.” (HR. Bukhari dan Muslim) Ayo semangat bangun malam tuk melaksanakan shalat malam, walau tidak sampai 11 rakaat tapi yang penting rutin, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ Artinya, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit." (HR. Muslim). Semoga bermanfaat buat semua, terkhusus kepada penulisnya sendiri, amin. Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) Telegram : @SedikitFaidahSaja
6 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

keutamaan uban / semakin banyak uban semakin utama

MUTIARA HADITS SEMAKIN BANYAK UBAN SEMAKIN BESAR KEUTAMAAN Dari Abdullah bin Umar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang memiliki sehelai uban dalam keislamannya (dia muslim) kecuali setiap ubannya akan dihitung sebagai sebuah kebaikan dan akan meninggikan derajatnya.” HR. Baihaqi dan dihasankan Syaikh al-Albani dalam Silsilah Ahaadiis Shahihah, 1243 عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : 💡 "الشَّيْبُ نُورُ المُؤْمِنِ, لَا يَشِيبُ رَجُلٌ شَيْبَةً فِي الإِسْلَامِ إِلَّا كَانَتْ لَهُ بِكُلِّ شَيْبَةٍ حَسَنَةٌ وَرُفِعَ بِهَا دَرَجَةٌ" 📜 . رواه البيهقي وحسنه الشيخ الألباني في الصحيحة ١٢٤٣ ════════════════════ PERMATA SALAF ANTARA UBAN DAN KEHAMILAN Berkata Ibnu Rajab rahimahullah : Barang siapa yang telah ada pada dirinya UBAN, maka keadaannya seperti wanita yang sedang hamil dan telah sempurna bulan kehamilannya sehingga tidak ada yang ia tunggu melainkan kelahiran anaknya... Demikian pula sang pemilik uban, tidak ada yang dia tunggu melainkan KEMATIAN... Maka merupakan hal yang tercela tatkala ia masih terus melakukan perbuatan dosa...❗️ Sumber : Lathaaiful Ma'arif 1/346 •••┈••••○❁🌻❁○••••┈•••  🎙 ‏قال ابن رجب  رحمه الله : "من نزل به الشيب فهو بمنزلة الحامل التي تمت شهور حملها فما تنتظر إلا الولادة . كذلك صاحب الشيب لا ينتظر إلا الموت؛  فقبيح منه الإصرار على الذنب ". 📒 لطائف المعارف ٣٤٦/١ Sumber : https://t.me/KajianIslamTemanggung SUDAHKAH KITA MERASA CUKUP? Berkata al 'Allaamah Muhaddits negeri Yaman, Al Humam Assyaikh  Muqbil, _rahimahullah_, mudah-mudahan Allah تعالى memasukkan beliau ke dalam surganya yang luas :  "Ketika tampak tanda-tanda mulai menuanya diriku (muncul uban),kugenggam jenggotku, kemudian aku mengatakan : " *Wahai Muqbil, apa yang telah engkau persembahkan untuk islam?"* قال العلامة محدث الديار اليمنية الشيخ الهمام امام العلامة مقبل رحمه الله و أدخله الله فسيح جناته:  لما ظهرت لي اول شيبة،أمسكت لحيتي و قلت: ماذا قدمت للإسلام يا مقبل. (نصائح والدي) 📝📝📝 *assyaikh muqbil rohimahulloh* 👉Naam ... *Padahal tulisan dan karangan beliau dalam berbagai macam disiplin ilmu sangat banyak.*  *Ceramah, khutbah&fatwa beliau berkaset- kaset.* *Bantahan beliau terhadap tokoh2 bi'dah tdk sedikit, murid-murid beliau yg menjadi dai salafy tersebar di penjuru dunia.* 👉 *Akan tetapi beliau merasa belum apa apa dlm memperjuangkan islam,,,* Subhanalloh,... ✔ ☑Lantas bagaimana dng kita, apa yg kita persembahkan untuk agama dan dakwah...???? *Sudahkah kita merasa cukup???* "Mari beramal, bergerak,.. Lakukan,.. lakukan...,lakukan sesuatu untuk islam dan dakwah " ⬇👇⬇ Sifat dan ciri yg menonjol pengikut nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. (Artinya: Katakanlah: *“Inilah jalanku.* " *Aku dan orang-orang yang mengikutiku,* mengajak manusia untuk kembali kepada ALLAH dengan keterangan yang nyata (diatas ilmu) . Maha Suci ALLAH dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.”) (Yusuf: 108 =================== 🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾 📊Channel Telegram📮 Dikutip dari channel @GroupPAH Dipublikasikan oleh: http://bit.ly/telegramTIC KEUTAMAAN MEMELIHARA UBAN Oleh : Asy Syaikh Al-Albany Rahimahullah Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda: لَا تَنْتِفُوْا الشَّيْبَ فإنَّهُ نُوْرٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ شَابَ شَيْبَةً فِيْ الْإِسْلَامِ كُتِبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ وَرُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ. “Janganlah kalian mencabut uban, karena dia merupakan cahaya pada hari kiamat nanti, dan siapa saja yang memiliki satu uban dalam keadaan dia di atas agama Islam, maka dengan setiap ubannya itu dia akan dicatatkan satu kebaikan untuknya, dihapus satu kesalahannya darinya, dan diangkat baginya satu derajat.” Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1243: “Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban no. 1479 dengan sanad hasan.” Alih Bahasa: Abu almass Jum’at 16 rajab Forumsalafy.net
6 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hadits shalawat pagi petang ternyata lemah

FATWA IBNU BAZ TENTANG DZIKIR SHALAWAT PAGI DAN PETANG Mufti: al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Pertanyaan:" Sejauh mana keshahihan hadits  .من صلى حين يصبح وحين يمسي عشراً, أدركته شفاعتي يوم القيامة" "Barangsiapa yang membaca shalawat di pagi dan sore hari 10 kali, niscaya dia akan mendapatkan syafa'atku di hari kiamat." Dan apakah boleh bershalawat kepada Nabi ﷺ di waktu pagi 10 kali, demikian pula 10 kali di waktu sore? Mohon jelaskan pada kami." Jawaban: بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعـد: Sungguh Allah telah berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (56) سورة الأحزاب. " Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" Q.S. Al-Ahzab: 56 Nabi ﷺ bersabda dalam sebuah hadits yang shahih: "Barangsiapa bershalawat atasku¹ sekali, maka Allah akan bershalawat padanya sepuluh kali"² Dan satu kebaikan akan dibalas dengan 10 kebaikan yang serupa. Maka disyariatkan bagi setiap mukmin dan mukminah untuk memperbanyak membaca shalawat dan salam kepada Nabi ﷺ di waktu malam dan siang, (bahkan) di setiap waktu, berdasarkan (anjuran) dalam ayat yang mulia ini dan (berdasarkan) semua hadits yang shahih (tentang keutamaan membaca shalawat-pent). Adapun hadits ini, yang ditanyakan oleh wanita penanya "Barangsiapa bershalawat kepadaku 10 kali..." hadits ini tidak kuketahui keshahihannya. Aku tidak mengetahui keadaannya dan tidak pula aku mengetahui keshahihannya. Akan tetapi yang disyariatkan adalah memperbanyak shalawat dan salam kepada beliau di pagi dan sore hari, di seluruh waktu. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam pada beliau." Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) 🇸🇦 Arabic ✏ Catatan: 1. Terjadi salah tulis pada transkip fatwa. Pada fatwa ini tertulis " عليه." Padahal lafazh hadits yang benar adalah " علي." Demikian pula asy-Syaikh Ibnu Baz dalam rekaman audionya menukil hadits dengan lafazh "علي" 2. H.R. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu مدى صحة حديث من صلى حين يصبح وحين يمسي عشراً, أدركته شفاعتي يوم القيامة", وهل يجوز الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في الصباح عشراً وفي المساء عشراً؟ وضحوا لنا بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعـد: فقد قال الله عز وجل في كتابه الكريم: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (56) سورة الأحزاب. وقال عليه الصلاة والسلام في الحديث الصحيح: (من صلى عليه واحدة، صلى الله عليه بها عشرا)والحسنة بعشر أمثالها، فيشرع لكل مؤمن ولكل مؤمنة الإكثار من الصلاة والسلام على النبي صلى الله عليه وسلم في الليل والنهار، في جميع الأوقات، لهذه الآية الكريمة، ولجميع الأحاديث الصحيحة. أما هذا الحديث الذي سألت عنه السائلة: (من صلى عليَّ عشراً.....) هذا لا أعرف له صحة، لا أعلم حاله ولا أعرف له صحة، لكن المشروع الإكثار من الصلاة والسلام عليه صباحاً ومساءً وفي جميع الأوقات -عليه الصلاة والسلام-. http://www.binbaz.org.sa/noor/828 Sumber gambar : pixabay
7 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

wudhu sebelum tidur, malaikat mendoakan ampunan

MERAIH AMPUNAN DENGAN TIDUR Dalam keadaan suci. Dari shahabat Abu Huroiroh -rodhiyallahu ‘anhu- , Bahwasanya Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda. مَنْ بَاتَ طَاهِرًا بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ، لَا يَسْتَيْقِظُ سَاعَةً مِنَ اللَّيْلِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فُلَانٍ، فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا ”Barangsiapa tidur malam dalam keadaan suci, satu malaikat akan bermalam di dalam pakaiannya. Tidaklah ia terbangun pada malam tersebut, kecuali malaikat tadi akan mendoakannya: ’Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena ia tidur dalam keadaan suci.’-“ [ HR. Ibnul Mubarok dalam ”Az-Zuhd” no.1244 (1/441), Al-Baihaqi dalam ”Syu’abil Iman” no.2526 (4/283), dan ”Ad-Da’awat al-Kabir” no. 426. ] Derajat Hadits: Hasan. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam kitab “Ash-Shohihhah” no.2539. Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari shahabat Ibnu Umar -rodhiyallahu ‘anhuma- oleh Ath-Thobaroni dalam ”Al-Kabir” no. 13620, 13621, dan Ibnu Hibban dalam “Shohihnya” no.1051. Dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani -rohimahullah- dalam ”Shohih Al-Jami’” no. 3936. Hanya kepada Allah -Ta’ala- kita meminta pertolongan, agar bisa menggapai ampunan-Nya. Wallahul Muwaffiq (AH) Sumber : YOOK NGAJI YANG ILMIAH https://t.me/yookngaji ❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️ Wudhu sebelum tidur merupakan Sunnah dari Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Tujuan wudhu sebelum tidur adalah agar setiap muslim bermalam dalam keadaan suci, berharap bila ajalnya tiba, ia meninggal dalam keadaan suci. Hal ini menunjukkan kesiapan muslim untuk memenuhi kematian dalam keadaan suci hatinya. Dan jelas bahwa kesucian hati lebih diutamakan daripada kesucian badan. Dan sunnah ini juga akan mengarahkan pada mimpi yang baik dan menjauhkan diri dari permainan setan yang akan menimpanya. (Diringkas dari Fathul Bari, 11/125 dan Syarah Shahih Muslim, 9/32) Dari Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu 'anhu, berkata: “Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: ‘Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah kamu sebagaimana wudhumu untuk shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710) Al-Imam Al-Bukhari di dalam Shahih beliau menulis sebuah bab: “Apabila Bermalam (Tidur) dalam Keadaan Suci” . Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Sungguh terdapat hadits-hadits yang men-jelaskan makna ini yang tidak memenuhi syarat Al-Bukhari dalam Shahih-nya, di antaranya hadits Mu’adz radhiyallahu 'anhu: “Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dengan berdzikir dan dalam keadaan suci, kemudian dia terbangun dari tidurnya di malam hari kemudian dia meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat melainkan Allah akan memberikan itu kepadanya.” HR. Abu Dawud di dalam Sunan beliau no. 5042 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no 5042, Al-Misykat no. 1215 dan di dalam kitab At-Ta’liq Ar-Raghib 1/207-208. Dan beliau mengatakan: “Perintah (untuk berwudhu di sini) adalah sunnah (bukan wajib).” Beliau mengatakan juga: “At-Tirmidzi mengatakan: ‘Tidak ada di dalam hadits-hadits penyebutan wudhu ketika tidur melainkan di dalam hadits ini’.” (lih. Fathul Bari, 11/125) Pernyataan Ibnu Hajar rahimahullah tersebut termaktub dalam kitab beliau Fathul Bari, 11/124-125. Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “ Di dalam hadits ini terdapat tiga sunnah yang penting, namun bukan wajib. Salah satu di antaranya adalah berwudhu ketika ingin tidur. Dan bila dia dalam keadaan berwudhu maka cukup baginya (dalam melaksanakan sunnah tersebut) karena yang dimaksud adalah (tidur) dalam keadaan suci.” (Syarah Shahih Muslim, 9/32) Demikianlah sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika hendak tidur, yang semestinya kita sebagai muslim memperhatikannya. Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu 'anhu bercerita: “Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  terjaga di suatu malam lalu beliau menunaikan hajatnya dan kemudian membasuh wajah dan tangannya lalu tidur.”  HR. Al-Bukhari no. 6316 dan Abu Dawud no. 5043 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 4217. Penjelasan ini dikutip dari : http://asysyariah.com/jadikan-istirahatmu-bernilai-di-sisi-allah/ Sebagai tambahan faedah, kami cantumkan beberap dzikir sebelum tidur lainnya yang mungkin diantara kita belum mengetahuinya. BERLEPAS DIRI DARI DOSA TERBESAR –‘SYIRIK’- SEBELUM TIDUR Dengan membaca surat “Al-Kafirun”. Dari Farwah bin Naufal, dari ayahnya (shahabat Naufal bin Mu’awiyah -rodhiyallahu ‘anhu-): “Bahwasanya Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan kepada Naufal rodhiyallahu ‘anhu: «اقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ثُمَّ نَمْ عَلَى خَاتِمَتِهَا، فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ» “Bacalah “Qul Yaa Ayyuhal-Kafirun"  (maksudnya: Surat Al-Kafirun, pen.) , kemudian tidurlah selepas itu. Karena ia adalah (bentuk) pembebasan diri dari kesyirikan.”  [ HR. Ahmad no. 23807, Abu Dawud no. 5055 , Al-Hakim no. 2077. ] , Derajat Hadits: Hasan. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam “Shohih Al-Jami’” no. 292. Wallahul Muwaffiq (AH) Sumber : YOOK NGAJI YANG ILMIAH https://t.me/yookngaji ❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️ DOA PELINDUNG DARI KENGERIAN DI ALAM MIMPI Ada seseorang mendatangi Rasulullah ﷺ kemudian mengeluhkan tentang kengerian-kengerian yang dia lihat didalam mimpinya. Yaitu sesuatu yang menakutkan dan menggelisahkan. Maka Rosulullah ﷺ pun mengajarkan sebuah doa kepada orang tersebut : "Apabila engkau pergi menuju pembaringan mu maka ucapkanlah : أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّـهِ التامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ ومِنْ شرِّ عِبَادِهِ وَ مِنْ هَمَزَاتِ  الشَّيَاطِيْنِ ، وَ أَنْ يَحْضُرُوْنَ  Artinya : "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan-Nya, siksa-Nya, kejelekan para​ hamba-Nya dan dari godaan setan dan kehadiran nya."_ Hadits Hasan lighairih Sumber: [ Silsilah as-Shahihah no. 264] WhatsApp KITA SATU https://bit.ly/bergabung double-bed-read-pillows-sleep by Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Rizal Kurnia R

nasehat sebelum memasuki ramadhan

NASEHAT MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan hafizhahullah Pertanyaan: Apa nasehat anda kepada kaum muslimin terkait telah dekatnya bulan Ramadhan? Jawaban: Wajib bagi kaum muslimin untuk memohon kepada Allah agar dia bisa sampai kebulan Ramadhan, dan diberi kemampuan untuk berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih padanya, dan juga bisa beramal saleh pada bulan Ramadhan. Dikarenakan bulan tersebut merupakan kesempatan besar dikehidupan seorang muslim. “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dikarenakan keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang terdahulu ” (H.R al-Bukhari) ” Barang siapa yang shalat malam pada bulan Ramadhan dikarenakan keimanan dan mengharap pahala,  .maka akan diampuni dosanya yang terdahulu. “(H.R al-Bukhari) Maka ini merupakan kesempatan besar bagi setiap muslim -untuk beramal- yang mungkin saja dia tidak bisa mendapatkan kesempatan kedua setelahnya. Maka seorang muslim hendaknya bergembira dan merasa senang dengan datangnya bulan Ramadhan, menyambutnya dengan penuh kegembiraan, menggunakan kesempatan pada bulan tersebut untuk memperbanyak ketaatan. Shalat dimalam hari dan pada siang harinya berpuasa, membaca Al-qur’an dan berdzikir, yang mana ini semua merupakan ghanimah bagi setiap muslim. Adapun orang-orang yang menyambut bulan Ramadhan dengan mempersiapkan berbagai kegiatan-kegiatan yang negatif, seperti acara musik, acara drama yang bersambung, acara -acara lawakan atau perlombaan kuis, yang semua ini melalaikan kaum muslimin -dari ibadah-, maka mereka ini adalah bala tentara Syaithan. Maka wajib bagi setiap muslim untuk berhati-hati dari mereka, dan mentahzir mereka. Bulan Ramadhan bukanlah waktu untuk bermain-main atau perkara sia-sia seperti kuis-kuis dan semisalnya yang semua ini menyia-nyiakan waktu 🌏 Sumber: http://alfawzan.af.org.sa/node/14849 ⚪ WhatsApp Salafy Indonesia ⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy MEMPERSIAPKAN DIRI MENYAMBUT RAMADHAN Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri hafizhahullah بسم الله الرحمن الرحيم Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau. Adapun setelah itu, Tidak diragukan lagi, kita semua akan menyambut datangnya sebuah bulan yang mulia. Akan datang kepada kita musim kebaikan dan ketaatan. Musim itu adalah bulan Ramadhan yang diberkahi. Keutamaannya banyak disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada musim yang akan tiba ini -dengan izin Allah-, setiap muslim dan muslimah hendaknya mempersiapkan berbagai hal untuk menyambutnya, yaitu dengan mempersiapkan jiwa (untuk bersemangat) melakukan kebaikan di bulan ini. Oleh karena itu, persiapkanlah dirimu untuk berpuasa, qiyamullail, membaca Al-Qur’an, sedekah, dan amal kebaikannya lainnya. Hendaknya kita menjadikan bulan yang penuh berkah ini sebagai kunci pembuka kebaikan bagi kita. Demikian pula kita buka lembaran baru bersama Allah, Al-Qur’an, dan taubat kepada Allah. Hendaknya kita memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Demikian pula hendaknya kita menjadi orang mendapati bulan Ramadhan dalam keadaan dosa-dosa diampuni. Persiapkanlah dirimu untuk membebaskan diri dari seluruh dosa dan maksiat. Jadikanlah bulan Ramadhan sebagai pintu kebaikanmu dengan (membaca dan mentadaburi) Al-Qur’an. Betapa banyak di antara kita orang-orang yang meninggalkan Al-Qur’an, tidak mengkhatamkannya kecuali di bulan Ramadhan -Itupun jika dia benar-benar mengkhatamkannya- Setiap bulan sekali, malaikat Jibril mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga pada tahun wafatnya Nabi, Jibril mengajarkan Al-Qur’an dua kali dalam sebulan. Tidak diragukan lagi, disyariatkan qiyamullail secara berjamaah di bulan Ramadhan. Akan tetapi, seorang muslim tidak sepantasnya meninggalkannya dengan selesainya bulan Ramadhan. Rabb bulan Ramadhan, juga merupakan Rabb bulan Syawwal dan bulan-bulan lainnya. Namun, shalat malam secara berjamaah (shalat tarawih berjamaah) tidak dilakukan (secara rutin) selain pada bulan Ramadhan. Hendaknya kita menjadikan bulan ini sebagai langkah awal istiqamah kita dan bulan introspeksi diri. Kita memohon kepada Allah agar Dia mengantarkan kita semua bertemu bulan ini. Kunjungi || https://forumsalafy.net/mempersiapkan-diri-menyambut-ramadhan/ WhatsApp Salafy Indonesia Channel Telegram || http://telegram.me/forumsalafy 💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎 NASIHAT MENYAMBUT BULAN RAMADHAN Asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih al-Fauzan hafizhahullah pernah ditanya : “Bagaimana keadaan para as-Salaf ash-Shalih yang Allah telah meridhai dan merahmati mereka ketika menyambut bulan yang agung ini ? Bagaimana bimbingan mereka ? Bagaimana perilaku dan tindak tanduk mereka ? Kedua : Wahai syaikh yang mulia, bagaimana persiapan seorang muslim untuk memanfaatkan hari-hari yang ia berada padanya sekarang ini ? Persiapan ilmu berupa mengenal hukum-hukum seputar puasa dan mengenal pembatal-pembatal puasa. Sebagian manusia lalai dari perkara-perkara ini sehingga tidak mendalami permasalahan puasa. Demikian juga, tidak mendalami perkara wajib pada puasa. Apakah syaikh yang semoga Allah menjaga anda dapat mengingatkan perkara ini ?” maka beliau menjawab : “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Wa ‘alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh. Semoga Allah memberkahi anda. Keadaan para salaf di bulan Ramadhan, sebagaimana tercatat di dalam buku-buku yang teriwayatkan dari orang-orang yang terpercaya, bahwasanya mereka (para salaf) memohon kepada Allah ‘Azza Wa Jalla agar menjadikan mereka dapat berjumpa dengan Ramadhan. Sebelum tiba Ramadhan, mereka memohon agar Allah menjadikan mereka dapat berjumpa dengan bulan tersebut. Sebab, mereka tahu bahwa di dalam bulan tersebut terdapat kebaikan yang besar dan kemanfaatan yang sempurna. Lantas jika mereka telah berjumpa dengan Ramadhan, mereka memohon kepada Allah agar menolong mereka untuk dapat beramal saleh. Lalu jika Ramadhan telah berlalu, mereka memohon kepada Allah agar menerima amal saleh mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah Jalla Wa ‘Ala : وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ “Dan orang-orang yang memberi apa yang telah mereka berikan dalam keadaan hati mereka takut (karena mereka tahu bahwa mereka akan kembali kepada Rabb mereka). Mereka bersegera dalam kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperoleh kebaikan”. (Al Mu’minun : 60-61) Mereka bersungguh-sungguh dalam beramal, lalu kekhawatiran menimpa mereka usai beramal, apakah amalan mereka diterima ataukah tidak ? Hal ini karena mereka tahu tentang keagungan Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka tahu bahwa Allah tidak menerima amalan kecuali jika ikhlas mengharap wajah-Nya dan sesuai sunnah Rasul-Nya. Mereka tidak merekomendasi diri mereka sendiri. Mereka (justru) takut jika amalan mereka gugur. Mereka merasa lebih berat amalan itu diterima dibanding lelahnya mereka saat beramal, karena Allah Jalla Wa ‘Ala berfirman : إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ “ Hanyalah Allah itu menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa”. (Al Ma idah : 27) Mereka benar-benar menghabiskan bulan ini dengan ibadah, sebagaimana telah kami sebutkan. Mereka mengurangi aktifitas-aktifitas duniawi. Mereka memperbanyak waktu untuk duduk di masjid-masjid Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka berkata : “Kita jaga puasa kita. Kita jangan menggunjing seorang pun”. Mereka menghadirkan mushaf-mushaf Al Qur’an. Mereka saling mempelajari Kitab Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka menjaga waktu dari kesia-siaan. Mereka tidak menyia-nyiakan atau meremehkan seperti kebanyakan manusia hari ini. Akan tetapi mereka menjaga waktu malam dengan qiyamul lail dan siang dengan puasa, membaca Al Qur’an, zikrullah dan amalan-amalan kebaikan. Tidaklah mereka itu menyia-nyiakan sekalipun 1 menit atau sesaat saja, melainkan mereka manfaatkan dengan amalan saleh”. (www.alfawzan.af.org.sa) Beliau juga ditanya :  “Kami berharap arahan dari anda, syaikh yang mulia terkait datangnya bulan Ramadhan ? Apa kewajiban seorang muslim menyongsong bulan tersebut ?” Maka beliau menjawab :  “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam Allah tercurahkan untuk Nabi kita Muhammad, keluarga dan segenap sahabat beliau. Selanjutnya : Sebentar lagi akan tiba bulan Ramadhan yang penuh berkah karena kebaikan dan keutamaannya bagi umat Islam. Bulan yang Allah jadikan berkah ini, telah Dia turunkan padanya Al Qur’an. Allah jadikan padanya ada Lailatul Qadr. Allah jadikan padanya ada puasa bagi kaum muslimin. Allah syariatkan puasa bagi kaum muslimin. Siangnya adalah (waktu) puasa, sedangkan malamnya adalah (waktu) Qiyamul Lail. Diantara waktu itu adalah zikrullah ‘Azza Wa Jalla, mendekatkan diri dengan beragam ketaatan. Setiap waktu bulan ini adalah berkah. Setiap waktu bulan ini adalah kebaikan. Setiap waktu bulan ini adalah keberuntungan bagi seorang muslim. Maka wajib bagi seorang muslim untuk bergembira dengan kedatangan bulan ini, karena di dalam bulan ini terdapat hal-hal yang melepaskan seseorang dari kebinasaan. Sesungguhnya bulan ini dapat mendorong seseorang untuk kebaikan yang banyak dan perkara yang menyelamatkannya, jika memang dia bersedia mengetahui kedudukan bulan ini dan dapat mengambil manfaat darinya. Adapun orang yang lalai dan tidak mengerti hak bulan ini, maka ia tidak bisa membedakan antara bulan ini dengan selainnya. Bisa jadi, dia menganggap bulan Ramadhan adalah bulan untuk bermalas-malasan, bulan untuk makan-makan dan minum-minum (di malam hari, pen), bulan untuk tidur di siang hari dan begadang di malam hari. Maka dia tidak dapat mengambil manfaat darinya. Bahkan dia berdosa, karena kejelekan di bulan Ramadhan dapat dilipatgandakan dibanding bulan lain, sebagaimana pula kebaikan di bulan ini juga diperbesar (pahalanya). Kebaikan di bulan ini akan diperbesar pahalanya di sisi Allah, lebih besar dibanding bulan lain. Demikian pula kejelekan, dosanya semakin besar. Demikian karena kemuliaan bulan ini. Maka seseorang dilewati begitu saja oleh bulan ini, keluar tanpa bisa mengambil faidah. Ini pada hakikatnya bukan manusia. Ini adalah hewan atau lebih hina dibanding hewan. Hewan tidak dikenai hukuman, sedangkan manusia itu dikenai hukuman. Hakikatnya bahwa ini adalah bulan yang agung. Semestinya bulan ini disambut dengan taubat, persiapan amalan saleh dan seorang muslim sangat bergembira dengannya. Allah berfirman : قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ “ Katakanlah (wahai Nabi) : “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira” . (Yunus : 58) Seorang muslim bergembira dengan musim kebaikan, sebagaimana para pedagang dan pemilik harta yang banyak bergembira dengan (datangnya) musim jual beli. Itu adalah harta benda yang ada sekarang. Bisa jadi harta benda tersebut akan menjadi petaka bagi pemiliknya. Pecinta syahwat yang bergembira dengan syahwatnya bisa jadi syahwatnya justru akan menjadi petaka dan penghancur baginya Adapun bulan ini, maka kegembiraan dengannya adalah kegembiraan atas karunia Allah dan rahmat-Nya. Tidaklah bergembira dengan bulan ini, kecuali orang-orang yang beriman. Adapun orang-orang munafik dan lemah imannya, maka bulan ini menjadi sebuah beban berat bagi mereka. Hal ini dikarenakan bulan ini menghalangi mereka dari kejelekan dan syahwat. Mereka tidak leluasa di bulan ini sebagaimana bulan lainnya. Maka bulan ini menjadi beban berat bagi mereka. Oleh karena itu salah seorang penyair yang tidak memiliki rasa malu berkata : Maka kiranya malam itu lamanya satu bulan Dan siang itu lewat seperti lewatnya awan Penyair tanpa malu ini bermaksud menggunakan waktu malamnya dengan syahwat dan kelalaiannya. Adapun siang, ia ingin agar lewat seperti lewatnya awan karena tidak ada syahwat dan dorongan. Ini adalah perasaan orang-orang munafik dan lemah imannya. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah menyadari dosa-dosanya dan takut atas kesalahan-kesalahannya. Dirinya bergembira dengan bulan ini untuk bertaubat kepada Allah, beristighfar dan menambah ketaatan. Dirinya sibuk menambah (kebaikan) untuk usianya di bulan ini. Sesungguhnya usia itu pendek, sedangkan akhirat adalah negeri kekal dan abadi. Usia manusia itu pendek. Tiba-tiba bulan ini telah melewatinya. Di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Maka dirinya mengambil faidah dari malam ini. Ini adalah kebaikan yang agung. Mengingat usianya yang pendek, maka usianya dapat menjadi panjang dengan sebab amalan saleh. Diantara rahmat Allah terhadap umat ini bahwasanya Dia telah menetapkan bulan ini untuk mereka, mengingat usia mereka yang pendek. Allah menetapkan malam ini untuk mereka dalam rangka memanjangkan usia mereka dan menambah amal saleh. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami dan kalian sebagai orang yang diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa dengan bulan ini, memberikan taufik untuk beramal saleh dan dapat mengambil faidah dari bulan ini. Dan jangan Dia jadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang lalai dan merugi”. (www.ajurry.com) Beliau juga ditanya : “Apa faktor terpenting untuk membantu wanita melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan ?” Beliau pun menjawab : “Faktor yang dapat membantu seorang muslim, baik pria maupun wanita untuk melakukan ketaatan di Ramadhan adalah : 1) Takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan yakin bahwa Dia senantiasa mengawasi segenap perbuatan, ucapan dan niat hamba. Dia akan memperhitungkan hal itu. Jika seorang muslim merasakan hal ini, maka dia akan menyibukkan diri dengan ketaatan, meninggalkan dosa dan bersegera bertaubat dari kemaksiatan. 2) Memperbanyak zikrullah dan membaca Al Qur’an, karena hal itu akan melembutkan hati. Allah Ta’ala berfirman : الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ “Orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram karena zikrullah. Ketahuilah, dengan zikrullah hati itu akan menjadi tentram”. (Ar Ra’du : 28) Allah juga berfirman : إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ “…orang-orang yang jika disebut nama Allah, maka hati mereka menjadi gemetar”. (Al Anfal : 2) 3) Menjauhi penghalang-penghalang ketaatan yang akan mengeraskan hati dan menjauhkan hati tersebut dari Allah. Penghalang-penghalang itu adalah seluruh kemaksiatan, pergaulan dengan orang-orang buruk, makan yang haram, lalai dari zikrullah ‘Azza Wa Jalla dan menyaksikan film-film amoral. 4) Menetapnya wanita di dalam rumah dan tidak keluar, kecuali untuk kebutuhan seiring segera pulang ke rumah jika kebutuhannya telah selesai. 5) Tidur di malam hari, karena akan membantu Qiyamul Lail segera di akhir malam,  mengurangi tidur di siang hari hingga sanggup melaksanakan shalat pada waktu-waktunya dan menyibukkan waktunya dengan ketaatan. 6) Menjaga lisan dari menggunjing orang lain, adu domba, ucapan batil, perkataan yang haram dan menyibukkan diri dengan zikir”. (www.alfawzan.af.org.sa)   Demikian sedikit untaian nasihat dari seorang ulama besar masa ini untuk kita semuanya. Semoga Ramadhan tahun ini menjadi kesempatan untuk kita memperbaiki amal saleh dan menjauhi dosa-dosa. Selain itu, kita pun bersyukur pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan di setiap tahunnya. Alhamdulillah keadaan kita tidak seperti saudara-saudara kita muslimin di Xinjiang Cina yang setiap tahunnya dilarang berpuasa Ramadhan oleh rezim komunis Cina. Ini salah satu bukti bahwa komunis yang anti agama sangat memusuhi agama, terkhusus Islam. Hendaknya kita sadar bahwa kaum komunis yang kini semakin berani di negeri yang mayoritas muslimin ini akan berteriak menuntut HAM kala mereka minoritas. Namun manakala berkuasa, mereka akan benar-benar menginjak-injak HAM pihak lain (dalam hal ini muslimin). Jangan sekali-kali percaya terhadap tuntutan kaum komunis yang perjuangannya tak pernah lepas dari kekerasan dan teror ! Wallahu a’lamu bish-Shawab Sumber:  http://daarulihsan.com/nasihat-menyambut-bulan-ramadhan/
7 tahun yang lalu
baca 13 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

keutamaan & amalan-amalan di bulan sya'ban

WAHAI AHLI IBADAH MENDEKATLAH, BULAN SYA'BAN TELAH TIBA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن ولاه، أما بعد Alhamdulillah, senantiasa seorang mukmin dipertemukan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan musim kebaikan dan berkah. Ini merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk melipatgandakan pahala hamba-hamba-Nya, dan menambahkan kebaikan bagi orang-orang yang beribadah dan bersyukur. Sekarang kita berada di salah satu musim kebaikan dan berkah tersebut, yaitu bulan Sya'ban. . Jika kita melihat kepada pendahulu kita, kita akan mendapati bahwa mereka benar-benar memanfaatkan bulan Sya'ban (sebelum datangnya bulan Ramadhan) untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa tala'a. ✅ SHOUM (PUASA) Di antara ibadah yang giat dilakukan oleh salaf kita di bulan ini adalah berpuasa. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak puasa di bulan ini melebihi puasa di bulan lainnya selain Ramadhan.  Saking banyaknya puasa beliau, sampai-sampai sebagian periwayat hadits mengibaratkannya dengan puasa selama sebulan penuh (padahal tidak sebulan penuh), لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ  "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari (puasa di) bulan Sya'ban. Sesungguhnya beliau berpuasa Sya'ban seutuhnya."  (HR. al-Bukhari no.1970 dari 'Aisyah radhiallahu 'anha)   Tentu saja yang dimaksud "seutuhnya" bukanlah satu bulan penuh, tetapi karena banyaknya puasa yang beliau lakukan di bulan Sya'ban maka digunakan istilah tersebut.  Hal ini diterangkan oleh 'Aisyah radhiallahu 'anha dalam riwayat lain,  فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ "Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasa selama satu bulan kecuali pada puasa Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya'ban."   (HR. al-Bukhari no.1969 dan Muslim no.1156)   Dipertegas lagi dalam riwayat muslim no.1156 كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا " "Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa di bulan Sya'ban kecuali hanya beberapa hari saja (beliau tidak berpuasa)." Oleh karenanya, sudah sepantasnya bagi seorang mukmin untuk meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mari kita gunakan musim kebaikan ini dengan sebaik-baiknya... ✅ TATACARA PUASA SYA'BAN Tidak ada hadits yang shahih yang menerangkan tatacaranya. Sebagai gambaran seseorang bisa melakukannya dengan cara berikut: ☑️ Satu hari puasa dan satu hari berbuka, seperti puasa Nabi Daud. ☑️ Berpuasa beberapa hari lalu berbuka beberapa hari. ☑️ atau berpuasa terus menerus hingga satu atau dua hari menjelang Ramadhan lalu berbuka. Puasa di bulan Sya'ban memiliki keutamaan yang agung disebabkan waktunya yang berdekatan dengan puasa Ramadhan. Para ulama' menyebutnya sebagai puasa rowatib bagi Ramadhan Ibadah rowatib adalah ibadah sunnah yang dilakukan sebelum dan setelah ibadah fardhu. Fungsinya adalah menyempurnakan kekurangan yang ada pada ibadah wajib tersebut.  Tidak dipungkiri, ketika berpuasa Ramadhan sering kali seseorang terjatuh ke dalam perbuatan yang mengurangi nilai pahalanya, sehingga dengan berpuasa di bulan Sya'ban maka kekurangan-kekurangan tersebut akan tertutupi.  Sebagian ulama' berpendapat, bahwasanya ibadah sunnah rowatib (yang mengiringi ibadah fardhu) lebih afdhal daripada ibadah sunnah yang waktunya berjauhan dengan ibadah fardhu. Sebagai contoh, shalat sunnah rowatib (shalat sunnah yang dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu, pen) lebih afdhal daripada shalat sunnah lainnya yang waktunya berjauhan dengan shalat fardhu.  Demikian pula dengan puasa Sya'ban, karena kedudukannya sebagai ibadah rowatib bagi Ramadhan, maka ia lebih afdhal ketimbang puasa sunnah lainnya. Bahkan sebagian Ulama' mengutamakannya daripada puasa di bulan Muharram (dan dalam masalah ini ada khilaf di antara ulama',pen). WAKTU MANUSIA LALAI BERIBADAH Di antara yang membuat lebih istimewanya puasa Sya'ban adalah karena di bulan ini banyak manusia yang lalai dari ibadah. Dan beribadah di waktu manusia lalai lebih utama daripada melakukannya di saat manusia giat beribadah. Sebagai contoh shalat tahajjud di akhir malam, ia memiliki keistemawaan yang luar biasa disebabkan waktu pelaksanaannya di saat banyak manusia tertidur lelap (lalai dari ibadah).  Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhu, "Aku bertanya (kepada Rasulullah), 'Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau (banyak) berpuasa di bulan-bulan yang lain seperti (banyaknya) puasa engkau di bulan Sya'ban?' Beliau menjawab, 'Ini adalah bulan yang banyak manusia lalai darinya, yaitu (bulan sya'ban) yang terletak antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. di bulan ini pula amalan manusia diangkat (dihadapkan,pen) kepada Rabbul 'alamin, dan aku senang amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa."  (HR. an-Nasaa'i no.2357, dihasankan Syaikh al-Albani rahimahulla)  MEMBIASAKAN DIRI SEBELUM RAMADHAN Di antara tujuan puasa di bulan Sya'ban untuk melatih dan membiasakan diri dengan puasa, agar ketika memasuki bulan Ramadhan tidak merasa berat dengan puasa selama sebulan penuh.  Di saat jiwa terbiasa dengan puasa di bulan Sya'ban, maka bila tiba Ramadhan, ia dalam keadaan kuat dan bersemangat, sehingga ia benar-benar merasakan manisnya ibadah Ramadhan. Oleh karena itu, bulan Sya'ban ini seperti pendahuluan (muqoddimah) bagi Ramadhan. Akan Tetapi tidak disukai berpuasa satu atau dua hari menjelang Ramadhan bagi orang yang tidak biasa berpuasa sebelumnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, «لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا، فَلْيَصُمْهُ» "Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari (sebelumnya), kecuali seseorang yang berpuasa sebelum itu, maka hendaknya ia melanjutkan puasanya."  (HR. al-Bukhari no. 1914 dan Muslim no.1082)  BULAN MEMBACA AL-QUR'AN Sebagian salaf, sebagaimana disebutkan Ibnu Rajab rahimahullah, menyebut bulan Sya'ban sebagai bulannya para pembaca al-Qur'an. Karena di bulan ini, selain berpuasa, mereka juga menyibukkan diri dengan membaca al-Qur'anul karim. Salamah bin Kuhail (wafat 121H) rahimahullah berkata, كان يقال شهر شعبان شهر القراء "Dahulu dikatakan, bulan Sya'ban adalah bulannya Qurro' (para pembaca al-Qur'an)." dan Habib bin Abi Tsabit (wafat tahun 119H) rahimahullah, apabila memasuki bulan Sya'ban beliau mengatakan, "Ini adalah bulannya para pembaca al-Qur'an." Disebutkan bahwasanya Qois bin Amr al-Mula'i (wafat tahun 146 H) rahimahullah  apabila memasuki bulan Sya'ban, beliau mengunci tokonya dan menyibukkan diri dengan membaca al-Qur'an. Maka di bulan Sya'ban yang mulia ini sudah sepatutnya kita menyibukkan diri dengan ibadah. Dunia adalah tempat bagi seorang mukmin untuk menanam benih-benih ibadah. Jika seseorang berhasil dalam cocok tanam ini maka ia akan memanennya di akhirat dengan laba yang berlipat ganda, akan tetapi jika gagal, dia akan celaka dan merugi. Wallahul musta'an wallahu a'lam bish showab... MENGQADHA' PUASA RAMADHAN Perkara yang juga wajib diperhatikan di bulan Sya'ban ini adalah melunasi hutang puasa Ramadhan sebelumnya.  Bagi kaum muslimin dan muslimat yang masih memiliki tanggungan puasa hendaknya bersegera melunasi hutangnya sebelum bulan Ramadhan tiba. Karena banyak dari kaum muslimin yang bermudah-mudahan dalam perkara ini, dimana mereka tidak bersegera melunasi hutang puasanya hingga masuk Ramadhan berikutnya. Abu Salamah berkata,  سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تَقُولُ: «كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ» "Aku mendengar 'Aisyah radhiallahu 'anha berkata, 'dahulu aku memiliki hutang puasa Ramadhan, dan aku tidak mampu melunasinya melainkan di bulan Sya'ban."  ▶️ (HR. al-Bukhari no.1950 dan Muslim no.1146)  Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,  وَيُؤْخَذُ مِنْ حِرْصِهَا عَلَى ذَلِكَ فِي شَعْبَانَ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَأْخِيرُ الْقَضَاءِ حَتَّى يَدْخُلَ رَمَضَانُ آخَرُ "Diambil faedah dari semangat beliau yang mengqodho' puasanya di bulan Sya'ban, yaitu tidak bolehnya menunda qodho' (melunasi hutang puasa) hingga memasuki Ramadhan berikutnya."  (Fathul Baari 4/191)  Sebagai penutup... Kaum muslimin rahimakumullah.... Kesempatan hidup hanya sesaat, sedangkan hari berlalu begitu cepat. Setiap kali berlalu satu hari maka bertambah dekat ajal menyapa.  Orang yang beruntung adalah orang yang mampu memanfaatkan waktu dengan melakukan kebaikan... Sedangkan orang yang lalai adalah yang melupakan dzikrullah dan menyibukkan diri dengan perkara yang sia-sia.. Usia adalah tempat bercocok tanam, jika yang ditanam adalah kebaikan maka yang dipanen juga kebaikan... Namun jika yang ditanam adalah kejelekan maka jangan menyalahkan melainkan dirimu sendiri... Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-Mu yang taat dan bersyukur, dan bantulah kami untuk selalu berdzikir mengingat-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik.. Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka.. Ya Allah, pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan, dan jadikanlah kami pada bulan tersebut termasuk hamba-Mu yang diterima amalannya.... Amin ya Rabbal 'alamin Wallahu a'lam bish showab.. -SELESAI- 🌍 Sumber Panduan: Khutbah Syaikh Khalid azh-Zhafiri yang berjudul شعبان أقبل فأين العابدون؟  📝 Oleh: Tim Warisan Salaf Telegram : bit.ly/warisansalaf Web : www.warisansalaf.com HUKUM MENGKHUSUSKAN MALAM NISHFU SYA'BAN DENGAN SHALAT DAN PUASA Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah الاحتفال بليلة النصف من شعبان بالصلاة أو غيرها, وتخصيص يومها بالصيام بدعة منكرة عند أكثر أهل العلم, وليس له أصل في الشرع المطهر, بل هو مما حدث في الإسلام بعد عصر الصحابة رضي الله عنهم . Perayaan malam nishfu Sya’ban dengan shalat dan selainnya, mengkhususkan siang harinya dengan puasa itu adalah bid'ah yang mungkar menurut kebanyakan ulama dan tidak memiliki dasar dalam syariat yang suci ini. Bahkan ini termasuk perkara yang diada-adakan dalam Islam setelah zaman sahabat radhiyallahu ’anhum. (Majmu’ Fatawa 1-191) Sumber || Channel al-Mahrah ad-Da'wiyah as-Salafiyah ⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia ⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy Semangat para Salaf pada Bulan Sya'ban Dahulu 'Amr bin Qais –rahimahullah–, apabila masuk bulan Sya'ban, menutup dagangannya dan meluangkan waktunya untuk membaca al-Qur'an. Dan dia mengatakan, “Bergembiralah bagi siapa-siapa yang memperbaiki dirinya sebelum (bulan) Ramadhan.” [Lathaif Al-Ma'arif, 138] ➖➖➖➖➖➖➖➖➖ ✍️‏ كان عمرو بن قيس رحمه الله: إذا دخل شعبان أغلق تجارته وتفرغ لقراءة القرآن، وكان يقول: طوبى لمن أصلح نفسه قبل رمضان. 📜 لطائف المعارف: (١٣٨) Join Telegram http://telegram.me/buletinalhaq Situs Resmi http://www.buletin-alhaq.net ______________
7 tahun yang lalu
baca 12 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

mengenal bulan muharram, baca yuk !

MENGENAL BULAN MUHARRAM Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, bulan ini berada pada urutan pertama penanggalan hijriyah sejak diresmikan oleh Khalifah Umar bin Khattab Radhiallahu ‘anhu. Pada mulanya, terjadi silang pendapat di antara para shahabat dalam menentukan awal masuknya kalender Islam, dengan bulan apa dimulai? Sebagian mereka mengusulkan dimulai dengan bulan Rabi'ul Awwal, sebagian lagi mengusulkan dengan bulan Ramadhan. Namun, Khalifah Umar dan sejumlah shahabat lainnya lebih memilih bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Islam, dengan alasan bahwa di bulan inilah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam membulatkan tekadnya untuk berhijrah ke negeri Madinah. Oleh karena itu, penanggalan Umar ini disebut penanggalan hijriyyah. (Al-Bidayah wa An-Nihayah) BULAN MUHARRAM MENURUT ISLAM Muharram termasuk salah satu dari empat bulan suci dalam Islam yang tersebut dalam Al-Qur'an, . إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.”  (QS. At-Taubah: 36) Keempat bulan itu adalah:  1. Muharram,  2. Rajab,  3. Dzulqo’dah,  4. dan Dzulhijjah,  sebagaimana yang dideklarasikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat haji perpisahan (hajjatul wada'). Disebut bulan haram karena ia mengandung kemuliaan lebih (dari bulan-bulan lainnya) dan karena pada bulan-bulan ini diharamkan untuk berperang. (Tafsir As-Sa'di, hlm.192) Cukuplah menunjukkan kemuliaan bulan Muharram ini ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjulukinya sebagai bulan Allah, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda"... yaitu bulan Allah, bulan Muharram." (HR. Muslim, no.1982)  Para ulama' menjelaskan, "Segala sesuatu yang disandarkan kepada Allah itu memiliki kemuliaan lebih dari yang tidak disandarkan kepada-Nya, seperti baitullah (rumah Allah), rasulullah (utusan Allah), dll." Dalam Islam, bulan Muharram memiliki nilai historis (sejarah) yang luar biasa; pada bulan ini, tepatnya pada tanggal sepuluh, Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya serta menenggelamkan mereka di laut merah. Di bulan ini juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertekad kuat untuk berhijrah ke negeri Madinah, setelah mendengar bahwa penduduknya siap berjanji setia membela dakwah beliau. Walaupun tekad kuat beliau ini baru bisa terealisasi pada bulan Shafar. Selain itu, di bulan ini terdapat ibadah puasa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai puasa terbaik setelah Ramadhan, beliau bersabda: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah berpuasa di bulan Allah, bulan Muharram." (HR. Muslim, no.1982 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu) Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda ketika ditanya tentang keutamaannya: "Menghapuskan dosa-dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim, no.1977 dari shahabat Abu Qotadah Al-Anshari Radhiallahu ‘anhu) BULAN MUHARRAM MENURUT MASYARAKAT JAWA Bagi masyarakat Jawa, bulan Muharram atau yang lebih dikenal dengan bulan suro memiliki nilai religi yang tinggi. Bulan ini dianggap sebagai bulan keramat yang tidak boleh dibuat pesta dan bersenang-senang sehingga banyak aktivitas yang ditunda atau bahkan dibatalkan.  Lebih dari itu, mereka meyakini siapa yang mengadakan hajatan pada bulan ini akan ditimpa musibah dan malapetaka. Sebagai contoh adalah pernikahan, masyarakat Jawa pada umumnya, enggan menikahkan putra atau putri mereka di bulan ini karena khawatir ditimpa petaka dan kesengsaraan bagi kedua mempelai. Ketika ditanya mengenai alasan mereka menilai bulan Muharram sebagai bulan keramat nan penuh pantangan, tidak ada Jawaban berarti dari mereka selain, 'Beginilah tradisi kami' atau 'Beginilah yang diajarkan bapak-bapak kami'. Para pembaca rahimakumullah, sikap mengikuti tradisi atau leluhur tanpa bimbingan Islam adalah terlarang, bahkan sikap seperti ini termasuk sifat orang-orang jahiliyah dan penyembah berhala. Allah di dalam Al-Qur'an menyebutkan Jawaban orang-orang Quraisy ketika diajak oleh Rasulullah ` untuk meninggalkan kesyirikan, kata mereka: إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak (nenek moyang) kami menganut suatu agama (bukan agama yang engkau bawa –pent), dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.”  (QS. Az-Zukhruf: 22) Demikian pula Fir'aun, ketika diajak oleh Nabi Musa 'Alaihis Salam agar beriman kepada Allah, ia malah berkata: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya." (QS. Yunus: 78) Kemudian, anggapan sial untuk melakukan aktivitas di bulan Muharram yang diyakini oleh keumuman masyarakat Jawa saat ini dalam ajaran Islam disebut Tathoyur atau Thiyaroh, yaitu meyakini suatu keburuntungan atau kesialan didasarkan pada kejadian tertentu, atau tempat tertentu. Anggapan seperti ini sebenarnya sudah ada sejak zaman jahiliyah. Setelah Islam datang, maka ia dikategorikan kedalam perbuatan syirik yang harus ditinggalkan. Allah berfirman: "Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 131)  Dalil yang menunjukkan bahwa Thatoyur atau Thiyaroh termasuk kesyirikan adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلاثًا "Thiyaroh adalah kesyirikan", beliau mengulangnya sebanyak tiga kali." (HR. Ahmad dan Abu Daud, dari shahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'anhu) Apabila kita telah tahu bahwa anggapan sial atau keberuntungan seperti itu termasuk kesyirikan, kewajiban kita selanjutnya adalah menjauhinya dan menjauhkannya dari anak dan istri kita. Sehingga kita beserta keluarga kita tidak terjerembab kedalam kobangan dosa besar yang paling besar, yaitu dosa syirik.  BULAN MUHARRAM MENURUT SYI'AH Berbeda halnya dengan orang-orang syi’ah, apabila keumuman masyarakat Jawa menjadikan bulan Muharram sebagai bulan 'istirahat' dari melakukan aktivitas, justru orang-orang syi’ah menjadikannya sebagai hari belasungkawa. Pada setiap tanggal 10 Muharram, orang-orang syi'ah di Iran mengadakan pawai akbar untuk memperingati hari terbunuhnya cucu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Husein bin Ali Radhiallahu 'anhuma di padang Karbala. Acara rutin mereka tersebut dimulai sejak tanggal 1 sampai tanggal 10 Muharram. Pada tanggal 1 Muharram sampai tanggal 9 Muharram mereka mengadakan pawai besar-besaran di jalan-jalan menuju Al-Huseiniyah. Al-Huseiniyah adalah tempat ibadah syi'ah, kalau kaum muslimin menyebutnya masjid, tetapi biasanya Al-Huseiniyyah digunakan untuk makam Imam, bukan untuk shalat, sedang shalat dilakukan di luar bangunan. Penamaan ini diambil dari nama Imam syi'ah ke 3, yaitu Al-Imam Husein bin Ali radhiallahu 'anhuma.  ‼️ Peserta pawai hanya mengenakan celana atau sarung saja sedangkan badannya terbuka. Selama pawai, mereka memukul-mukul dada dan punggungnya dengan rantai besi sehingga meninggalkan luka memar yang mencolok.  Kemudian, pada acara puncak, mereka mengenakan kain berwarna putih dan ikat kepala berwarna putih pula. Setelah itu, mereka menghantamkan pedang, pisau, atau benda tajam lainnya ke kepala dan dahi mereka sehingga darah pun bercucuran. Darah yang mengalir ke kain putih membuat suasana semakin haru dan duka, bahkan tak sedikit di antara mereka yang menangis histeris.  Lebih parah lagi, di Lahore, kota terbesar kedua di Pakistan, orang-orang syi'ah menutup acara mereka itu dengan 'malam gembira' berupa mut'ah (baca; zina) masal. Na'audzu billahi min dzalik. Demikianlah gambaran ringkas tentang aktivitas syi'ah di bulan Muharram. Seperti yang telah kami sebutkan, tujuan utama mereka adalah untuk mengenang terbunuhnya Husein bin Ali radhiallahu 'anhuma. ➖➖➖➖ Para pembaca rahimakumullah, sebagai seorang muslim tentu kita juga sangat bersedih dengan peristiwa tragis nan menyayat hati yang menimpa cucu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam itu.  Namun, Islam melarang pemeluknya yang tertimpa musibah untuk berucap atau berbuat sesuatu yang menunjukkan ketidak-ridhaan kepada keputusan Allah, seperti, merobek baju, menampar pipi, menjambak rambut, menangis histeris, apalagi menyayat kepala dan dahi seperti yang dilakukan orang-orang syi'ah tersebut. Bandingkanlah kelakuan mereka itu dengan perbuatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan ahlul bait (keluarga) beliau.  Ingatlah ketika Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam kehilangan putranya bernama Ibrahim.  Tidak ada yang beliau lakukan selain berucap, ”Sesungguhnya air mata terus mengalir dan hati ikut bersedih, tetapi kami tidak akan berucap kecuali yang diridhai Allah. Dan sesungguhnya kami, wahai Ibrahim, merasakan kesedihan dengan kepergianmu”  (HR. Al-Bukhari) Demikian pula ketika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kehilangan seorang paman yang sangat beliau cintai, yaitu Hamzah bin Abdul Muttalib radhiallahu 'anhu. Tidak pernah diriwayatkan bahwa beliau dan ahlul baitnya memukul punggung-punggung mereka dengan rantai apalagi menghantamkan benda tajam ke kepala dan dahi mereka. Tidak pula cara berkabung ’ala’ syi’ah tersebut dipraktekan oleh Imam Husein radhiallahu 'anhu ketika kehilangan ayahnya, Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu, yang juga mati syahid secara zhalim. Tidak pula dipraktekan oleh Hasan bin Ali radhiallahu 'anhu ketika kehilangan saudara kandungnya, yaitu Husein bin Ali radhiallahu 'anhu . Perbuatan nyeleneh seperti itu sengaja mereka (kaum muslimin)  hindari karena tidak ingin mendapatkan ancaman Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam yang disebutkan dalam haditsnya:  "Bukan dari golongan kami barang siapa yang menampar pipi, merobek baju, atau meratap dengan ratapan jahiliyah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu) Dalam hadits lain, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengancam para wanita peratap yang mati dan belum bertaubat, yaitu akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan pakaian dari tembaga meleleh yang berbau busuk. Penutup Para pembaca rahimakumullah, itulah fenomena yang terjadi di tengah-tengah umat seputar perbedaan menyikapi bulan Muharram. Sebagai seorang muslim seharusnya kita bisa membedakan antara syari'at dan adat. Syari'at harus dikedepankan, walaupun menyelisih adat. Sebaliknya, adat harus disingkirkan ketika menyelisihi syari'at, demikianlah Islam. Karena dengan sikap inilah Islam akan jaya. Adapun jika umat masih mengedepankan adat dan tradisi, walaupun bertentangan dengan syari'at, maka pada saat itulah mereka akan ditimpa kehinaan dan kerendahan, inilah makna hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي "Dan dijadikan kerendahan dan kehinaan bagi siapa saja yang menentang syari'atku." (HR. Al-Bukhari, dari shahabat Abdullah bin 'Umar radhiallahu 'anhuma) Semoga tulisan ringkas ini bisa memberikan tambahan ilmu bagi saudara-saudaraku seiman dan semoga Allah selalu mencurahkan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal 'alamin... selesai ... Ditulis oleh: Abu Rufaidah (Admin Warisan Salaf) Tulisan ini pernah diterbitkan oleh Buletin Al Ilmu #fawaidumum #bulanmuharram #bulanislam 〰〰➰〰〰 Update Ilmu agama bersama Warisan Salaf di: Website I Telegram I Twitter I Google Plus I Youtube I SMS Tausiyah Situs Resmi http://www.warisansalaf.com
8 tahun yang lalu
baca 10 menit