al'Allamah al Faqih asySyaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin rahimahullah berkata:
Adzan itu termasuk amalan-amalan yang paling utama. Dan adzan lebih utama dari ke-imam-an, yakni: tingkatan seorang muadzin dari segi pahala lebih utama dari tingkatan seorang imam, karena seorang muadzin mengumandangkan adzan untuk mengagungkan Allah, mengesakan Allah, mempersaksikan kerasulan Nabi, dan demikian pula dia menyeru/mengajak manusia untuk sholat dan mengajak menuju kebahagiaan  .dalam sehari-semalam 5 kali atau lebih. Sedangkan seorang imam tidak mendapatkan hal-hal tersebut.
Dan tidaklah ada pepohohan, bebatuan dan bangunan yang mendengar suara orang yang sedang beradzan kecuali benda-benda itu akan bersaksi untuk membela sang muadzin pada hari kiamat. Oleh karena inilah tingkatan adzan dalam syariat menjadi lebih tinggi dari tingkatan ke-imam-an.
Jika ada yang bertanya: "Jika seperti itu kedudukan adzan, lalu mengapa Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rosyidin tidak beradzan?".
Maka para ulama telah menjawab soal ini, bahwasanya Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rosyidin tidak beradzan karena mereka tersibukkan dengan kepentingan-kepentingan ummat, karena mereka adalah para khalifah, para pemimpin, yang harus mengatur urusan ummat. Sedangkan adzan pada masa Rosul shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak seperti adzan pada masa kita sekarang ini, jika seseorang ingin adzan, tidak ada yang harus ia lakukan kecuali:
- cukup melihat jam dan
- mengenali waktu yang sudah diperbolehkan adzan atau belum,
namun pada masa Rosul shallallaahu 'alaihi wa sallam, para muadzin harus senantiasa mengawasi dan mengikuti pergerakan bayangan hingga mereka tahu bahwa matahari benar-benar telah tergelincir ke barat, demikian juga mereka juga senantiasa mengawasinya hingga tahu bahwa matahari telah tenggelam, kemudian mengawasi syafaq (awan merah), kemudian mengawasi fajar. Sehingga terdapat kesulitan yang teramat sangat dalam hal ini.
Oleh karena inilah, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rosyidin tidak bertugas untuk adzan, bukan karena keutamaan adzan lebih sedikit dari ke-imam-an, tapi karena mereka tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang harus mereka tunaikan, (sehingga tidak sempat) adzan.
Dan sungguh Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan keutamaan adzan bahwasanya manusia itu:
"Kalau mereka mengetahui keutamaan yang ada pada adzan, lalu mereka tidak akan bisa mendapatkannya kecuali dengan melakukan undian untuk beradzan, tentu mereka akan melakukannya".
-selesai-.
Syarh Riyadhus Shalihin: 5/29-30
WA Ashhabus sunnah