Tauhid

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

makna dua kalimat syahadat laa ilaaha illallaah & muhammad rasulullah

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya, . Soal: Soal ketiga dalam surat al-Akh Shalih Abduh al-Yamani dari kota Khubar. Penanya berkata, “Apakah makna syahadat Laa ilaaha illallah? Dan apa pula makna syahadat Muhammad rasulullah? Berilah kami faedah, semoga Allah memberikan pahala kepada Anda. Jawab:  Kedua syahadat ini adalah pondasi Islam. Dan keduanya adalah asas dasar agama ini. Dengan keduanya, orang kafir yang belum mengucapkan keduanya, dengan keduanya orang kafir itu akan masuk ke dalam Islam dan dianggap sebagai pemeluk agama Islam. Juga akan dituntut untuk menunaikan hak-hak Islam yang selainnya. Adapun syahadat LAA ILAAHA ILLALLAH, ia adalah asal/pondasi dasar semua agama dan asas dasar agama dalam seluruh agama, yaitu seluruh agama para rasul semenjak dari Nabi Adam hingga masa kita sekarang ini.  Nabi Adam ‘alaihisshalatu was salam membawakannya. Dan seluruh para rasul membawakannya pula, seperti Nuh, Hud, Ibrhaim, dan selainnya dari kalangan para rasul. Mereka semua mendakwahi umat-umatnya kepada kalimat ini. Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman,  "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu”. (an-Nahl: 36) "Tidaklah Kami mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (al-Anbiya’: 25) Sedangkan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika Allah mengutus beliau, beliau memulai dengan kalimat ini (ketika mendakwahi kaumnya). Beliau menyampaikan kepada mereka,  “Ucapkanlah oleh kalian ‘Laa ilaaha illallah’, pasti kalian akan sukses/bahagia.” Ketika mereka (kaum Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) adalah kaum yang menyembah patung dan pohon-pohon, mereka juga memiliki sesemabahan yang banyak di sekitar Ka’bah dan selainnya, maka mereka mengingkari beliau. Mereka mengatakan (sebagaimana dalam al-Qur’an), “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Sembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shad: 5) Jadi, mereka mengingkari tauhid dan keimanan dikarenakan kebodohan dan kekafiran mereka. Juga kesesatan yang ada pada mereka dan kebiasaan mengikuti apa yang dijalankan oleh nenek moyangnya berupa kesyirikan, kekafiran, dan beribada kepada sesembahan yang banyak jumlahnya.  Kalimat ini adalah cabang iman yang paling utama sebagaimanan dalam ash-Shahih (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim),  الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً -أو قال:- بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لا إله إلا اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ “Iman itu adalah 60 atau 70 sekian cabang. Lalu, yang paling utamanya adalah ucapan Laa ilaaha illallah. Dan yang paling rendahnya adalah menghilangkan gangguan dari jalan. Sedangkan rasa malu adalah cabang dari keimanan.” Hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita bahwa pondasi dasar agama dan asas dasar agama serta ucapan yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illallah. Dan maknanya adalah ‘tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah’.  Dengan demikian, kalimat ini menafikan ilahiyah, yaitu peribadatan kepada selain Allah dan menetapkannya untuk Allah semata. Dan dalam ash-Shahih, yaitu dari hadits Shahih Muslim dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,  “Islam dibangun di atas lima (pondasi): di atas menauhidkan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah (Ka’bah).”  Dalam redaksi yang lain,  عَلَى أَنْ يُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ وَيُكْفَرَ بِمَا دُونَهُ  “Di atas peribadatan kepada Allah semata dan mengingkari semua (peribadatan) kepada selain-Nya.” Dengan demikian, beliau menjadikan tauhid kepada Allah dan beribadah kepada-Nya saja serta mengingkari (peribadatan) kepada selain-Nya, - beliau menjadikannya – sebagai makna Laa ilaaha illallah.  Dalam ash-Shahihain  (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) dari hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu tentang pertanyaan Jibril, bahwasanya ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang Islam, beliau bersabda,  “Islam itu adalah kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, kamu juga menegakkan shalat...” Jadi, beliau menjadikan ibadah kepada Allah semata dan mengkhususkan ibadah untuk-Nya Subhanahu wa Ta'ala, tidak kepada selain-Nya, juga meyakini batilnya peribadatan yang dilakukan untuk selain-Nya,  “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq...” (al-Hajj: 62) Inilah makna Laa ilaaha illallah, yaitu menetapkan ibadah untuk Allah semata, dan ia adalah uluhiyah. Juga menafikannya dari selain-Nya, sehingga tidak bermohon doa kecuali kepada Allah semata, tidak beristighatsah kecuali kepada-Nya, tidak bertawakal kecuali kepada-Nya, tidak menegakkan shalat kecuali untuk-Nya, tidak bernazar kecuali untuk-Nya, dan tidak menyembelih kecuali untuk-Nya. (Jadi,) demikianlah (urusannya). Dengan ini, Anda – wahai Saudara penanya dan para pendengar yang mulia – mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh sebagian orang-orang bodoh ketika berada di dekat sebagian kuburan dan (apa yang melakukan lakukan) terhadap sebagian wali berupa istighatsah kepada orang-orang yang sudah mati, berdoa kepada orang-orang yang sudah meninggal, berdoa kepada pohon dan batu, atau berdoa kepada patung dan beristighatsah kepada mereka, bahwasanya itulah dia syirik akbar. Dan bahwasanya hal ini meruntuhkan ucapannya, “Laa ilaaha illallah”.  Adapun syahadat Muhammad adalah utusan Allah, maknanya adalah beriman bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah, Allah mengutus beliau kepada kalangan jin dan manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau. Juga beriman bahwa beliau adalah penutup para nabi, tidak ada lagi setelah beliau sebagaimana yang Allah k firmankan,  “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (al-Ahzab: 40) Allah juga berfirman,  “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (al-Ahzab: 45-46) Jadi, beliau adalah benar-benar utusan Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya.  Allah mengutus beliau kepada jenis manusia secara menyeluruh – baik dari kalangan jin dan manusia -. Beliau mendakwahi mereka kepada menauhidkan Allah dan memperingatkan mereka dari berbuat syirik kepada Allah, sebagaimana yang Allah firmankan,  Katakanlah, “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,” (al-A’raf: 158) “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (Saba’: 28) ▫️ Dengan demikian, wajib atas setiap muslim dan muslimah, bahkan atas setiap orang untuk beriman bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Wajib atas setiap orang yang mukalaf dari kalangan kaum muslimin, Yahudi, Nasrani, dan selain mereka, yakni seluruh orang yang mukalaf wajib atas mereka untuk bersaksi Laa ilaaha illallah (tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah), menauhidkan (mengesakan) Allah dan mengkhususkan ibadah untuk-Nya, meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya baik berupa patung, pohon, batu, nabi, wali, dan selainnya.  Wajib pula atas mereka untuk beriman bahwa Muhammad adalah utusan Allah, membenarkan bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah, (beriman) bahwa beliau adalah penutup para nabi, dan bahwasanya yang wajib adalah mengikuti beliau, yaitu dengan membenarkan apa yang beliau bawa dan beriman bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah, menaati perintahnya, meninggalkan apa yang beliau larang, dan tidaklah beribadah kepada Allah kecuali dengan syariatnya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya.  Inilah makna syahadat ini, yaitu syahadat Muhammad adalah utusan Allah: membenarkan apa yang beliau beritakan, menaati apa yang beliau perintahkan, dan menjauhi apa yang beliau larang dan beliau kecam, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan syariatnya yang beliau datangkan, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya. Bukan (beribadah kepada Allah) dengan berdasar hawa nafsu, semata pendapat manusia, dan bid’ah. Inilah makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah.  Kedua syahadat ini – sebagaimana telah disampaikan – adalah pondasi dasar dan asas pokok agama. Barang siapa yang mengucapkan keduanya dan meyakini kandungan maknanya, ia adalah menjadi seorang muslim. Dan wajib atasnya untuk menunaikan hak-hak yang selanjutnya, berupa shalat, zakat, puasa, haji, dan selainnya dari apa yang Allah dan Rasul-Nya memerintahkan.  Wajib pula atas – bersamaan itu – menjauhi syirik besar yang ia adalah lawan tauhid. Jadi, wajib atasnya menjauhi syirik akbar. Dan tauhid tidak akan sempurna padanya kecuali dengan ini (meninggalkan perbuatan syirik akbar).  Juga wajib atasnya utuk meninggalkan semua yang Allah dan Rasul-Nya melarangnya, baik berupa ucapan maupun perbuatan sebagai realisasi kedua syahadat ini.  Dan hanyalah Allah yang memberikan taufik.  Pembawa acara: Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Anda. Baca juga : WAJIB MENGENAL DUA KALIMAT SYAHADAT 🌎 Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/6940/معنى-الشهادتين 📝 Al-Ustadz Fathul Mujib hafizhahullah Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Channel kami https://t.me/warisansalaf Situs Resmi http://www.warisansalaf.com
4 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kibarkan panji tauhid dan sunnah di lokasi bencana

Bukan Sekedar Bantuan Nutrisi Jasmani, Mereka Butuh Suntikan Rohani [Kibarkan Panji Tauhid dan Sunnah di wilayah tertimpa takdir musibah] بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على خاتم الأنبياء و المرسلين و من اتبع هداه بإحسان الى يوم الدين. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله. Amma ba’du: Untuk saudara-saudara kami : Ahlusunnah wal Jama’ah secara umum dan terkhusus di wilayah terdampak bencana dan sekitarnya. Saudara-saudaraku fillah, hafizhakumullah Berbagai bencana dan musibah tengah melanda negeri. Bisa jadi bagian dari ujian iman. Atau akibat dari perbuatan-perbuatan yang menyelisihi perintah dan larangan dari Ar-Rahman. Allah Ta’ala berfirman: وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾ Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Q.S. Asy-Syuraa: 53. Bagi kita yang masih dikaruniai ruh dikandung badan, semua peristiwa tersebut tentu menjadi ibrah dan pelajaran. Muhasabah (introspeksi) kita lakukan. Mengingat apa . yang lewat untuk menyongsong apa yang akan datang. Sabar dan syukur kita pegang sebagai pedoman di setiap keadaan. Istighfar dan taubat kita haturkan atas berbagai kesalahan. Saat ini bencana itu tidak terjadi di tempat dan daerah kita tinggal. Namun siapa tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Terlebih melihat kerusakan-kerusakan yang terjadi di tengah-tengah lingkungan sekarang. ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾ قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِينَ ﴿٤٢﴾ فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ الْقَيِّمِ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لَّا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ ﴿٤٣﴾ مَن كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِأَنفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ ﴿٤٤﴾ 041. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 042. Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". 043. Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah. 044. Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan), Q.S. Ar-Ruum : 41 – 44. Saudara-saudaraku fillah, hafizhakumullah Istiqamah di atas takwa. Demikianlah persiapan menghadapi segala hal yang mungkin terjadi dari takdir ilahi. Sebab musibah datang tidak kenal waktu dan kondisi. Sesuai dengan ketentuan Rabbul ‘alamin. Ia datang saat kamu tidur, bermain, bergembira, lalai, pagi, siang, sore, malam dst. وَكَم مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا فَجَاءهَا بَأْسُنَا بَيَاتاً أَوْ هُمْ قَآئِلُونَ ﴿٤﴾ فَمَا كَانَ دَعْوَاهُمْ إِذْ جَاءهُمْ بَأْسُنَا إِلاَّ أَن قَالُواْ إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ ﴿٥﴾ 004. Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk) nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. 005. Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim". Q.S. Al-A’raaf: 4 – 5. Saudara-saudaraku fillah, hafizhakumullah Persembahkan kepedulian dan perhatian untuk saudara-saudara kita yang tertimpa bencana. Di saat mereka mengakui diri mereka selama ini diatas kezaliman. Mari perbaiki hati-hati mereka yang sedang melunak dan takut. Berikan untaian kalimat indah nan lembut. Penggugah hati. Bersumber dari Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Mengajak untuk takut, berharap, dan cinta kepada Allah. Tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Wasiat dan petuah yang menumbuhkan kegembiraan dan harapan menyongsong kehidupan yang diridhai Ar-Rahman. Sampai datangnya kematian. Jangan lupa diingatkan! Hari ini mungkin luput dari kematian. Namun ia akan tetap datang. Jika sudah saatnya untuk hadir, tidak ada yang mampu berlari dan menyingkir. Ingatlah firman Allah: ذَرْهُمْ يَأْكُلُواْ وَيَتَمَتَّعُواْ وَيُلْهِهِمُ الأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ وَمَا أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ إِلاَّ وَلَهَا كِتَابٌ مَّعْلُومٌ ﴿٤﴾ مَّا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ ﴿٥﴾ 003. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). 004. Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. 005. Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (nya). Q.S. Al-Hijr : 3 – 5. Kosongkan dari hati-hati mereka berbagai bentuk kebatilan. Lalu tuangkan nilai-nilai akidah dan keimanan. Dengannya akan kokoh hati insan. Ringan dalam menerima kebenaran. Mudah untuk beramal ibadah dan kebaikan. Jangan lewatkan kesempatan ini! Saat-saat lemah mereka siap untuk diisi. Curahkan aneka nasihat dari kalam Rabbani. Dan juga petuah yang terkandung dalam bimbingan rasul(utusan) al-Hadi(Yang Maha Pemberi Petunjuk). Andai kamu berlambat-lambat. Peluang dakwah ini akan luput dan lewat. Terlebih ketika kesempitan telah memudar. Kelapangan kembali berpendar. Kebanyakan manusia kembali lalai dari Allah Yang Maha Besar. Sampaikan nasihat secara langsung atau melalui pesan. Sungguh kepedulian di tengah kesempitan akan menjadikan hati terkesan. Saudara-saudaraku fillah, hafizhakumullah Apabila kamu memiliki waktu dan kesempatan untuk bisa terjun langsung ke wilayah musibah. Persiapkan niat ikhlas di hati. Berbagai logistik jasmani jangan lupa untuk dilengkapi. Agar tidak menjadi beban dan memberatkan saudara-saudara kita ini. Ingatlah! Kunjungan fisik dan nasihat pengingat jannah akan menguatkan iman. Plus menumbuhkan rasa cinta sesama saudara beriman. Jadikan bantuan logistik sebagai wasilah. Agar mereka menyimak tausiyah terkait tauhid dan sunnah. Sungguh nutrisi batin lebih bermanfaat untuk selamat menuju jannah. Sumbangan harta, makanan, dan sandang tidak dipungkiri bermanfaat. Namun hal tersebut bisa dilakukan oleh siapapun yang memiliki kemampuan logistik berlipat. Adapun nasihat dari ilmu yang bermanfaat tidak akan bisa dipetik kecuali dari AHLUSSUNNAH  firqatun najiyah / golongan yang selamat. Saudara-saudaraku fillah, hafizhakumullah JANGAN LEPASKAN PELUANG BESAR INI! Sungguh Ahlussunnah telah memetik buah terjun secara jasmani (hadir) dan rohani(dakwah). Tentunya kita tidak lupa. Pengalaman berjuang membela kaum muslimin, secara jasmani dan rohani, di wilayah-wilayah konflik yang dahulu terjadi. Tidak semua orang mendapat hidayah. Namun Allah berikan petunjuk kepada sekian orang untuk tegak dan mengakarnya dakwah di tempat-tempat tersebut. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Wallahu Ta’ala a’lam bishshawab. # muhibbukum fillah 📑 Al-Ustadz Abu Yahya al-Maidany rahimahullah •••• 📶 https://t.me/ForumBerbagiFaidah [FBF]  Arsip 2018
4 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tawassul dan jenis=jenisnya

TAWASSUL DAN JENIS-JENISNYA Mufti: al-Imam Ibnu Baz rahimahullah Tawassul dan Jenis=jenisnya Pertanyaan: "Apakah tawassul itu? Manakah tawassul yang diperbolehkan dan yang dilarang? Dan apakah hukum syar'i-menurut pendapat anda wahai Syaikh-bertawassul dengan keberkahan bulan Ramadhan?" Jawaban: "Tawassul terbagi sekian macam: 1. Tawassul kufri, yaitu bertawassul dengan berdoa kepada orang mati, beristighasah dengan orang mati. Dia berkata pada orang yang mati, meminta padanya agar membebaskan (kesulitannya) atau menolongnya atau menunaikan segala kebutuhannya atau menghilangkan kesusahannya, ini semua adalah kesyirikan. Dan sebagian manusia menamakannya dengan tawassul. Mereka menamakan kesyirikan mereka dengan tawassul. (Padahal) ini adalah syirik akbar. Jika dia berdoa kepada orang mati, atau beristighasah kepada jin atau kepada orang mati atau kepada makhluk/manusia yang tidak ada di tempat, meminta bantuan atau pertolongan atau kemenangan terhadap musuh, ini adalah syirik akbar. 2. Yang kedua bertawassul dengan kemuliaan dan hak mereka. Dia berkata: Ya Allah aku memohon pada-Mu dengan kedudukan Fulan atau dengan haknya Fulan atau (meminta) dengan Fulan, maka ini adalah kebid'ahan dan pengantar kesyirikan, tidak boleh (yang semacam ini). 3. Ketiga: bertawassul dengan iman atau amalan shalih atau dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, ini sunnah yang disukai. (Misalnya berdoa): Ya Allah aku memohon kepada-Mu karena Engkaulah Ar-Rahman Ar-Rahim, Ya Allah aku memohon pada-Mu dengan nama-nama-Mu yang Husna ampunilah aku. Ya Allah aku memohon dengan keimananku dan cintaku pada-Mu ampunilah aku. Ya Allah aku memohon pada-Mu dengan baktiku kepada kedua orang tuaku dan (amalanku) menyambung tali rahim (silaturahmi), ampunilah aku, ini tidak mengapa. Ini semua wasilah (tawassul) yang disyariatkan. Bertawassul dengan keimanan, tauhid, dan amalan shalih, semuanya baik. Semuanya disyariatkan. Dan termasuk dalam perkara ini adalah hadits: اللَّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أنِّي أَشْهَدُ أنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ "Ya Allah aku memohon pada-Mu bahwasanya aku bersaksi Engkaulah Allah, tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau¹." Ini tawassul syar'i. Termasuk dalam hal ini pula adalah tawassulnya ash-habul ghar (orang-orang yang terjebak di dalam gua²) ketika batu menutup (mulut gua) mereka, merekapun bertawassul dengan amalan-amalan mereka yang baik. Salah satunya bertawassul dengan baktinya pada kedua orang tua, yang kedua bertawassul dengan sikapnya yang menjaga diri dari zina, dan yang ketiga bertawassul dengan penunaiannya terhadap amanah. Maka Allah membuka untuk mereka batu (yang menutup gua)." __________ ✏️ Catatan Kaki: 1. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar seseorang ketika berdoa mengucapkan: اللَّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أنِّي أَشْهَدُ أنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ "Ya Allah sesungguhnya aku memohon pada-Mu (dengan bertawassul) bahwasanya aku bersaksi tiada sesembahan yang benar kecuali Engkau, Engkau yang Maha Tunggal, Dzat tempat bergantung seluruh makhluk. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (dilahirkan). Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya" Maka beliau bersabda: لقد سألتَ اللَّهَ بالاسمِ الَّذي إذا سُئلَ بِهِ أعطى وإذا دُعِيَ بِهِ أجابَ. "Sungguh engkau telah meminta dengan nama (Allah) yang apabila Dia diminta dengan nama tersebut, Dia akan memberi. Dan apabila berdoa dengannya, Dia akan mengabulkan." Dishahihkan al-Albani (Shahih Abi Dawud no 1493) dan al-Wadi'i (ash-Shahihul Musnad no 159) 2. Hadits ash-habul ghar diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar. Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) https://telegram.me/salafysitubondo Muraja'ah (korektor): al-Ustadz Musa bin Hadi hafizhahullah 22 Sya'ban 1441 H / 16 Maret 2020 الشيـ أبن باز ✑ أبن ؏ـثيمين ــخين 】] التوسل وأنواعه . -  لفضيلة الشيخ ابن باز رحمه الله  ▃▃▃▃▃▃▃ السؤال:  ما هو التوسل، وأيهما الجائز، وأيهما الممنوع، وما حكم الشرع -في نظركمماحة الشيخ- في التوسل ببركة رمضان؟  الجواب:  التوسل أقسام: توسل كفري، وهو أن يتوسل بدعاء الأموات والاستغاثة بالأموات، يقول للميت يسأله: أن يغيثه، أو أن ينصره، أو أن يقضي حاجته، أو يفرج كربته، هذا شرك ويسميه بعض الناس توسل، يسمون شركهم توسل، هذا شرك أكبر، إذا دعا الأموات، أو استغاث بالجن، أو بالأموات، أو بالغائبين يطلبهم الغوث، أو العون، أو النصر على الأعداء، هذا شرك أكبر، والتوسل الثاني: التوسل بجاههم وحقهم يقول اللهم إني أسألك بجاه فلان، أو بحق فلان، أو بفلان هذه بدعة من وسائل الشرك لا يجوز، التوسل الثالث: التوسل بالإيمان، أو بالعمل الصالح، أو بالأسماء والصفات، هذه سنة مطلوب، اللهم إني أسألك بأنك الرحمن الرحيم، اللهم إني أسألك بأسمائك الحسنى أن تغفر لي، اللهم إني أسألك بإيماني بك ومحبتي لك أن تغفر لي، اللهم إني أسألك ببر والدي وصلة رحمي أن تغفر لي لا بأس كل هذا وسيلة شرعية، هذه توسل بالإيمان والتوحيد أو بالأعمال الصالحات كله طيب، كلها مشروع، ومن هذا الحديث: اللهم إني أشهد أنك أنت الله لا إله إلا أنت توسل شرعي، ومن هذا توسل أصحاب الغار لما انطبقت عليهم الصخرة، توسلوا إلى الله بأعمالهم الطيبة، أحدهم توسل ببره لوالديه، والثاني توسل بعفته عن الزنا، والثالث توسل بأدائه الأمانة ففرج الله عنهم الصخرة.  المصدر:  http://binbaz.org.sa/noor/11953
5 tahun yang lalu
baca 5 menit