Tauhid

Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin

manfaat tauhid

3 tahun yang lalu
baca 1 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tanya jawab tauhid - al ushul ats tsalatsah (2)

 .TERJEMAH KITAB TASHILUL WUSHUL ILA ATS-TSALATSATIL USHUL (BAGIAN 2) Baca bagian pertama >> ................................................. Judul Asli: تسهيل الوصول إلى الثلاثة الأصول Edisi Terjemah: Al-Ushul Tsalatsah dalam bentuk Tanya Jawab Penulis: Syaikh Muhammad at-Thayyib al-Anshari rahimahullah ................................................. Soal: Apa dalil bahwa tawakal termasuk ibadah? Jawab: Firman Allah ta’ala, ﴿وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾ “Dan kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu memang orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah:23) Dan firman-Nya, ﴿وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ﴾ “Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, Dia pasti mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq:3) ................................. Soal: Apa dalil bahwa raghbah, rahbah dan khusyu(*) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ﴾ “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegerah di dalam mengerjakan kebaikan dan mereka berdoa kepada kami dengan raghbah dan rahbah. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami” (QS. Al Anbiya:90) ................................. Soal: Apa dalil bahwa kasyyah(**) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي﴾ “Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah:150) ................................. Soal: Apa dalil bahwa inabah(***) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ﴾ “Dan berinabahlah kalian kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar:54) ................................. Soal: Apa dalil bahwa isti’anah (memohon pertolongan) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾ “Hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah:5) Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, «إذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ» “Apabila kamu meminta pertolongan, mintalah kepada Allah”  ................................. Soal: Apa dalil bahwa isti’adzah (memohon perlindungan) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ﴾ “Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai shubuh.” (QS. Al-Falaq:1) Dan firman-Nya, ﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ﴾ “Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb Manusia.” (QS. An-Naas:1) ................................. Soal: Apa dalil bahwa istighatsah (memohon bantuan ketika genting) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ﴾ “Ingatlah, ketika kalian beristighatsah kepada Rabb kalian, maka dia mengabulkannya untuk kalian” (QS. Al Anfal:9) ................................. Keterangan: (*) Raghbah adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang dicintai. Rahbah adalah perasaan cemas yang menimbulkan keinginan untuk melarikan diri dari sesuatu yang ditakuti. Rasa takut yang dibarengi dengan perbuatan. Khusyu adalah tunduk dan merendah terhadap kebesaran Allah dengan berserah diri sepenuhnya kepada keputusan-Nya yang qodari dan syar'i. (**) Khasyyah adalah rasa takut yang dibangun di atas ilmu terhadap kebesaran sesuatu yang ditakuti dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Sebagaimana firman Allah (artinya), “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para Ulama’.” (QS. Fathir: 28) (***) Inabah adalah kembali dan berserah diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Inabah memiliki makna yang hampir sama dengan taubat. Hanya saja inabah lebih lembut dibandingkan taubat, karena ia mengandung makna bergantung dan berserah diri hanya kepada Allah. ................................. Soal: Apa dalil bahwa menyembelih termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَاي وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ﴾ [الأنعام:162-163] “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rabb semesta alam * Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163) Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, «لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ» “Allah melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allah.”  ................................. Soal: Apa dalil bahwa nazar termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا﴾ “Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata dimana-mana.” (QS. Al-Insan: 7) ................................. Soal: Apa pokok dasar yang kedua? Jawab: Mengenal agama Islam dengan dalil-dalinya. ................................. Soal: Apa itu agama Islam? Jawab: Agama Islam adalah: patuh dan tunduk kepada Allah dengan cara mentauhidkan dan menaati-Nya, juga berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku kesyirikin. ................................. Soal: Ada berapa tingkatan agama Islam? Jawab: Ada tiga, yaitu: Islam, Iman dan ihsan. Setiap tingkatan memiliki rukun. ................................. Soal: Ada berapa rukun Islam? Jawab: Rukun Islam ada lima; persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan, dan haji ke baitullah yang mulia (ka'bah). ................................. Soal: Apa dalil persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah, ﴿شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾ “Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Malaikat dan orang-orang yang diberi ilmu (juga bersaksi tentang hal itu), Yang menegakkan keadilan. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18) ................................. Soal: Apa makna لاإله إلا الله dalam ayat di atas? Jawab: Maknanya adalah, tidak ada sesembahan yang benar disembah kecuali Allah. ................................. Soal: Apa maksud لاإله? Jawab: Yaitu meniadakan segala bentuk peribadatan kepada selain Allah. ................................. Soal: Apa maksud إلا الله? Jawab: Yaitu menetapkan ibadah hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam ibadah kepada-Nya sebagaimana tidak ada sekutu di dalam kekuasaan-Nya. ................................. Soal: Sebutkan ayat yang menjelaskan makna lailaillallah di atas! Jawab: Firman Allah ta’ala, ﴿وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ(26)إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ(27)وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾ “Dan ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: sesungguhnya aku berlepas diri dari apa-apa yang kalian ibadahi * Kecuali Dzat yang telah menciptakan aku, karena dia yang akan memberi petunjuk kepadaku * Dan Ibrohim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf: 26-28) Dan firman-Nya, ﴿قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ﴾ “Katakanlah: Wahai Ahlul kitab, kemarilah, kepada suatu kalimat yang sama antara kami dan kalian, yaitu: agar kita tidak beribadah melainkan hanya kepada Allah dan kita tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tidak menjadikan sebagian kita dengan sebagian yang lain Rabb-Rabb selain Alah. Jika kalian berpaling maka katakanalah: saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri.” (QS. Ali Imran: 26) ................................. Apa dalil persaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah)? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah: 128) Dan firman-Nya, ﴿محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم﴾  “Muhammad adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya sangat keras terhadap orang-orang kafir dan lemah lembut terhadap sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29) ................................. Soal: Apa makna persaksian bahwa Muhammad utusan Allah? Jawab: Yaitu, menaati perintahnya, membenarkan beritanya, menjauhi larangannya, dan tidaklah kita beribadah, kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. ................................. Soal: Apa dalil tentang shalat, zakat, dan penafsiran tauhid? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ﴾ “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan agar mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5) ................................. Soal: Apa dalil puasa? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kalian puasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 183) ................................. Soal: Apa dalil haji? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْ الْعَالَمِينَ﴾ “Kewajiban manusia terhadap Allah (adalah) mengerjakan haji yaitu bagi orang  yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah. Barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) dari alam semesta.” (QS. Ali Imran: 97) ................................. Insyaallah bersambung Sumber : t.me/warisansalaf
3 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kesyirikan dalam mencari berkah

KESYIRIKAN DALAM MENCARI BERKAH (Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah) Pertanyaan: . Kami berharap Anda berkenan untuk menjelaskan kepada saya mencari berkah yang dilarang (bid'ah), kapan menjadi syirik besar dan kapan menjadi syirik kecil. Mohon sebutkan contohnya.  Jawaban:  Mencari berkah dari makhluk ada dua jenis: Pertama, mencari berkah dengan makhluk berupa kuburan, pohon, batu, orang, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, meyakini pelakunya akan mendapatkan berkah dari makhluk yang dicari berkahnya tersebut. Atau, dia meyakini bahwa makhluk itu mendekatkannya kepada Allah, memberi syafaat baginya (yakni menjadi perantara untuk menyampaikan hajatnya kepada Allah, red.), seperti perbuatan kaum musyrikin dahulu. Maka, ini termasuk syirik akbar, seperti perbuatan kaum musyrikin dengan patung patung dan berhala-berhala mereka.  Pada tabarruk jenis inilah diriwayatkan hadis Abu Waqid Al-Laitsi tentang kaum musyrikin yang menggantungkan senjata senjata mereka pada sebuah pohon. Nabi menganggapnya sebagai syirik akbar ketika orang menggantungkannya. Beliau juga menyerupakan ucapan mereka dengan ucapan Bani lsrail kepada Nabi Musa, اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ "Jadikanlah untuk kami sesembahan seperti mereka juga memiliki banyak sesembahan." [Q.S. Al A'raf:138]  Kedua, mencari berkah dengan makhluk dengan dengan berkeyakinan bahwa itu merupakan bentuk ibadah kepada Allah yang diberi pahala karenanya, bukan dengan keyakinan bahwa yang dicari berkahnya memberi mudarat atau manfaat. Seperti orang orang jahil yang mencari berkah dengan kiswah Ka'bah (kain hitam yang diletakkan di atas Ka'bah), mengusap usap dinding Ka'bah, maqam lbrahim, kamar Nabi, atau tiang tiang Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dengan harapan mendapat berkah dari Allah.  Mencari berkah jenis ini termasuk bid'ah dan merupakan sarana kepada kesyirikan akbar. Kecuali, jika hal itu dikhususkan oleh dalil. Contohnya, meminum air zamzam, mencari berkah dari keringat, rambut, dan benda yang menyentuh badan Nabi, sisa air wudhu beliau (semasa beliau hidup,- ed). Yang seperti ini tidak mengapa karena ada dalil yang mendasarinya.  Wabillahit taufiq washallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbihi wasallam.  (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah diketuai Syaikh Abdul Aziz bin Baz fatwa kedua no. 18511)  📖 Dikutip dari Majalah Tasfiyah Edisi 72 vol. 6 tahun 1439 H / 2017 M, hlm. 54-55 🏡 Majmu'ah Salafy Baturaja 🌏 Kanal Telegram: https://t.me/salafybaturaja
3 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

makna dua kalimat syahadat laa ilaaha illallaah & muhammad rasulullah

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya, . Soal: Soal ketiga dalam surat al-Akh Shalih Abduh al-Yamani dari kota Khubar. Penanya berkata, “Apakah makna syahadat Laa ilaaha illallah? Dan apa pula makna syahadat Muhammad rasulullah? Berilah kami faedah, semoga Allah memberikan pahala kepada Anda. Jawab:  Kedua syahadat ini adalah pondasi Islam. Dan keduanya adalah asas dasar agama ini. Dengan keduanya, orang kafir yang belum mengucapkan keduanya, dengan keduanya orang kafir itu akan masuk ke dalam Islam dan dianggap sebagai pemeluk agama Islam. Juga akan dituntut untuk menunaikan hak-hak Islam yang selainnya. Adapun syahadat LAA ILAAHA ILLALLAH, ia adalah asal/pondasi dasar semua agama dan asas dasar agama dalam seluruh agama, yaitu seluruh agama para rasul semenjak dari Nabi Adam hingga masa kita sekarang ini.  Nabi Adam ‘alaihisshalatu was salam membawakannya. Dan seluruh para rasul membawakannya pula, seperti Nuh, Hud, Ibrhaim, dan selainnya dari kalangan para rasul. Mereka semua mendakwahi umat-umatnya kepada kalimat ini. Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman,  "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu”. (an-Nahl: 36) "Tidaklah Kami mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (al-Anbiya’: 25) Sedangkan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika Allah mengutus beliau, beliau memulai dengan kalimat ini (ketika mendakwahi kaumnya). Beliau menyampaikan kepada mereka,  “Ucapkanlah oleh kalian ‘Laa ilaaha illallah’, pasti kalian akan sukses/bahagia.” Ketika mereka (kaum Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) adalah kaum yang menyembah patung dan pohon-pohon, mereka juga memiliki sesemabahan yang banyak di sekitar Ka’bah dan selainnya, maka mereka mengingkari beliau. Mereka mengatakan (sebagaimana dalam al-Qur’an), “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Sembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shad: 5) Jadi, mereka mengingkari tauhid dan keimanan dikarenakan kebodohan dan kekafiran mereka. Juga kesesatan yang ada pada mereka dan kebiasaan mengikuti apa yang dijalankan oleh nenek moyangnya berupa kesyirikan, kekafiran, dan beribada kepada sesembahan yang banyak jumlahnya.  Kalimat ini adalah cabang iman yang paling utama sebagaimanan dalam ash-Shahih (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim),  الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً -أو قال:- بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لا إله إلا اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ “Iman itu adalah 60 atau 70 sekian cabang. Lalu, yang paling utamanya adalah ucapan Laa ilaaha illallah. Dan yang paling rendahnya adalah menghilangkan gangguan dari jalan. Sedangkan rasa malu adalah cabang dari keimanan.” Hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita bahwa pondasi dasar agama dan asas dasar agama serta ucapan yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illallah. Dan maknanya adalah ‘tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah’.  Dengan demikian, kalimat ini menafikan ilahiyah, yaitu peribadatan kepada selain Allah dan menetapkannya untuk Allah semata. Dan dalam ash-Shahih, yaitu dari hadits Shahih Muslim dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,  “Islam dibangun di atas lima (pondasi): di atas menauhidkan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah (Ka’bah).”  Dalam redaksi yang lain,  عَلَى أَنْ يُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ وَيُكْفَرَ بِمَا دُونَهُ  “Di atas peribadatan kepada Allah semata dan mengingkari semua (peribadatan) kepada selain-Nya.” Dengan demikian, beliau menjadikan tauhid kepada Allah dan beribadah kepada-Nya saja serta mengingkari (peribadatan) kepada selain-Nya, - beliau menjadikannya – sebagai makna Laa ilaaha illallah.  Dalam ash-Shahihain  (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) dari hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu tentang pertanyaan Jibril, bahwasanya ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang Islam, beliau bersabda,  “Islam itu adalah kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, kamu juga menegakkan shalat...” Jadi, beliau menjadikan ibadah kepada Allah semata dan mengkhususkan ibadah untuk-Nya Subhanahu wa Ta'ala, tidak kepada selain-Nya, juga meyakini batilnya peribadatan yang dilakukan untuk selain-Nya,  “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq...” (al-Hajj: 62) Inilah makna Laa ilaaha illallah, yaitu menetapkan ibadah untuk Allah semata, dan ia adalah uluhiyah. Juga menafikannya dari selain-Nya, sehingga tidak bermohon doa kecuali kepada Allah semata, tidak beristighatsah kecuali kepada-Nya, tidak bertawakal kecuali kepada-Nya, tidak menegakkan shalat kecuali untuk-Nya, tidak bernazar kecuali untuk-Nya, dan tidak menyembelih kecuali untuk-Nya. (Jadi,) demikianlah (urusannya). Dengan ini, Anda – wahai Saudara penanya dan para pendengar yang mulia – mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh sebagian orang-orang bodoh ketika berada di dekat sebagian kuburan dan (apa yang melakukan lakukan) terhadap sebagian wali berupa istighatsah kepada orang-orang yang sudah mati, berdoa kepada orang-orang yang sudah meninggal, berdoa kepada pohon dan batu, atau berdoa kepada patung dan beristighatsah kepada mereka, bahwasanya itulah dia syirik akbar. Dan bahwasanya hal ini meruntuhkan ucapannya, “Laa ilaaha illallah”.  Adapun syahadat Muhammad adalah utusan Allah, maknanya adalah beriman bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah, Allah mengutus beliau kepada kalangan jin dan manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau. Juga beriman bahwa beliau adalah penutup para nabi, tidak ada lagi setelah beliau sebagaimana yang Allah k firmankan,  “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (al-Ahzab: 40) Allah juga berfirman,  “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (al-Ahzab: 45-46) Jadi, beliau adalah benar-benar utusan Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya.  Allah mengutus beliau kepada jenis manusia secara menyeluruh – baik dari kalangan jin dan manusia -. Beliau mendakwahi mereka kepada menauhidkan Allah dan memperingatkan mereka dari berbuat syirik kepada Allah, sebagaimana yang Allah firmankan,  Katakanlah, “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,” (al-A’raf: 158) “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (Saba’: 28) ▫️ Dengan demikian, wajib atas setiap muslim dan muslimah, bahkan atas setiap orang untuk beriman bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Wajib atas setiap orang yang mukalaf dari kalangan kaum muslimin, Yahudi, Nasrani, dan selain mereka, yakni seluruh orang yang mukalaf wajib atas mereka untuk bersaksi Laa ilaaha illallah (tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah), menauhidkan (mengesakan) Allah dan mengkhususkan ibadah untuk-Nya, meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya baik berupa patung, pohon, batu, nabi, wali, dan selainnya.  Wajib pula atas mereka untuk beriman bahwa Muhammad adalah utusan Allah, membenarkan bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah, (beriman) bahwa beliau adalah penutup para nabi, dan bahwasanya yang wajib adalah mengikuti beliau, yaitu dengan membenarkan apa yang beliau bawa dan beriman bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah, menaati perintahnya, meninggalkan apa yang beliau larang, dan tidaklah beribadah kepada Allah kecuali dengan syariatnya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya.  Inilah makna syahadat ini, yaitu syahadat Muhammad adalah utusan Allah: membenarkan apa yang beliau beritakan, menaati apa yang beliau perintahkan, dan menjauhi apa yang beliau larang dan beliau kecam, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan syariatnya yang beliau datangkan, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya. Bukan (beribadah kepada Allah) dengan berdasar hawa nafsu, semata pendapat manusia, dan bid’ah. Inilah makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah.  Kedua syahadat ini – sebagaimana telah disampaikan – adalah pondasi dasar dan asas pokok agama. Barang siapa yang mengucapkan keduanya dan meyakini kandungan maknanya, ia adalah menjadi seorang muslim. Dan wajib atasnya untuk menunaikan hak-hak yang selanjutnya, berupa shalat, zakat, puasa, haji, dan selainnya dari apa yang Allah dan Rasul-Nya memerintahkan.  Wajib pula atas – bersamaan itu – menjauhi syirik besar yang ia adalah lawan tauhid. Jadi, wajib atasnya menjauhi syirik akbar. Dan tauhid tidak akan sempurna padanya kecuali dengan ini (meninggalkan perbuatan syirik akbar).  Juga wajib atasnya utuk meninggalkan semua yang Allah dan Rasul-Nya melarangnya, baik berupa ucapan maupun perbuatan sebagai realisasi kedua syahadat ini.  Dan hanyalah Allah yang memberikan taufik.  Pembawa acara: Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Anda. Baca juga : WAJIB MENGENAL DUA KALIMAT SYAHADAT 🌎 Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/6940/معنى-الشهادتين 📝 Al-Ustadz Fathul Mujib hafizhahullah Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Channel kami https://t.me/warisansalaf Situs Resmi http://www.warisansalaf.com
4 tahun yang lalu
baca 7 menit