Problematika Umat
Problematika Umat oleh Abu Ismail Rijal

tauhid syarat diterimanya amal

4 tahun yang lalu
baca 4 menit
Tauhid Syarat Diterimanya Amal

Tauhid Syarat Diterimanya Amal

Pertanyaan:

Apa hukum amalan kebaikan berupa shodaqoh, zakat, puasa atau ibadah lain yang dilakukan Quburiyun apakah diterima di sisi Alloh ? Quburiyun yang dimaksud adalah para penyembah kubur dimana mereka bernadzar untuk selain Alloh, mereka bernadzar untuk orang yang dikubur, menyembelih untuk mereka yang dikubur, berdoa dan meminta kepada ahlul qubur dengan dalih orang yang dikubur itu wali Alloh, dekat dengan Alloh sehingga dengan minta tolong pada mereka akan semakin mendekatkan kepada Alloh, bagaimana pula status amalan orang orang yang menyembelih untuk Nyai Roro kidul, Dewi Sri dan semisal itu. Perlu diketahui bahwa mereka para pelakunya adalah orang-orang yang bersyahadat ?

Jawab:

Wajib atas kita semuanya berlindung kepada Alloh dari semua jenis kesyirikan. Karena sungguh kesyirikan adalah kezhaliman yang paling besar.

Berdoa kepada orang-orang yang mati adalah syirik Akbar, meskipun orang yang meninggal adalah para nabi dan rasul. Karena doa adalah ibadah dan hanya Alloh saja yang berhak untuk diibadahi.

Menyembelih untuk selain Alloh, bernadzar untuk selain Alloh, semua itu juga kesyirikan dan termasuk dari syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam serta menggugurkan amalan ibadahnya.

Orang-orang tersebut , yang terang terangan melakukan kesyirikan harus bertaubat dari kesyirikannya, memperbaharui syahadat serta meninggalkan semua kesyirikan.

Jangan tertipu dengan kebaikannya dalam bersedekah atau yang lain, karena kesyirikan menghapus kebaikan seseorang, termasuk menggugurkan keislaman seseorang.

Syahadat Tidak Cukup Dengan Lisan

Syahadat tidaklah bermanfaat atas seseorang kecuali jika:

1- Diucapkan dengan lisan ikhlas hanya mencari ridho Alloh,

2- Meyakini makna yang terkandung di dalamnya, meyakini bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi kecuali hanya Alloh.

3- Memenuhi konsekuensi dari kalimat syahadat yaitu mengesakan Alloh dalam ibadah dan menjauhkan diri dari kesyirikan serta semua pembatal-pembatal syahadat

Dahulu orang-orang munafik di zaman Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam demikian fasih mengucapkan syahadatain, bahkan mereka shalat di belakang Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam, namun hati mereka mengingkari kalimat syahadat. Maka mereka pun di sisi Alloh kafir bahkan di neraka mereka berada pada kerak yang paling bawah sebagaimana dikabarkan dalam Al Qur’an.

Demikian pula Musailamah Al-Kadzdzab dan para pengikutnya, meskipun telah mengucapkan syahadatain namun meraka melakukan pembatal syahadatain, mereka meyakini Musailamah Al-Kadzdzab sebagai nabi, maka Abu Bakr Ash-Shiddiq memerangi mereka dan menghukuminya sebagai kaum yang murtad.

Dari sinilah kita harus berhati hati dari perkara yang bisa membatalkan Islam. Diantaranya syirik Akbar.

Sesungguhnya kesyirikan dan kekafiran keduanya membatalkan semua amalan sebagaimana Alloh katakan dalam Al Qur’an:

وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. (QS.Az Zumar:65)

Amalan Musyrik Tidak diterima

Mungkin saja ada seorang yang kafir atau musyrik melakukan perbuatan kebaikan, namun karena amalan itu tidak dibangun di atas tauhid, maka amalannya tidak diterima.

Abdulloh bin Jud’an contohnya. Dia adalah salah satu tokoh terkenal di masa jahiliyah. Dia banyak berbuat baik kepada sesama. Sosok yang hidup di zaman jahiliyah ini gemar memberi makanan kepada orang yang membutuhkan, memuliakan tamu, membantu dhu’afa, dan sekian banyak kebaikan.

Abdulloh bin Jud’an termasuk pembesar Quraisy dari bani Tamim dan masih kerabat Aisyah binti Abu Bakr ash shiddiq rodhiyallohu’anhumsebagaimana dijelaskan An Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim (3/82)

Suatu saat istri Nabi, ummul mukminin Aisyah bertanya kepada Nabi shollallohu’alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shohihnya no. 517, diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban.

أن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها قالت : يا رسول الله إن ابن جدعان كان يطعم الطعام، ويقري الضيف، فهل ينفعه ذلك يوم القيامة؟ فقال عليه الصلاة و السلام : ( لا إنه لم يقل يوما رب اغفر لي خطيئتي يوم الدين )

Aisyah radhiyallahu ‘anha suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Abdullah bin Jud’an yang mati dalam keadaan syirik pada masa jahiliyah, akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang teraniaya dan punya kebaikan yang banyak. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:  “Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan:

رب اغفر لي خطيئتي يوم الدين

Wahai Rabbku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 214)

Ya… Ibnu Jud’an mati dalam keadaan musyrik, tidak beriman kepada hari kebangkitan, tidak pernah memohon ampunan kepada Allah atas dosa dosanya kelak di hari pembalasan.

Amalan amalan Ibnu Jud’an tidak bermanfaat karena dia bukan seorang yang mentauhidkan Alloh, amalannya tidak diterima karena dia mencampuri amalan dengan kesyirikan.

Semoga Alloh memperbaiki diri kita dan seluruh kaum muslimin untuk selalu berada di atas ibadah kepada-Nya dan diselamatkan dari jalannya musyrikin. Amin. Allahu a’lam.

Oleh:
Abu Ismail Rijal