Syirik

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tawassul dan jenis=jenisnya

TAWASSUL DAN JENIS-JENISNYA Mufti: al-Imam Ibnu Baz rahimahullah Tawassul dan Jenis=jenisnya Pertanyaan: "Apakah tawassul itu? Manakah tawassul yang diperbolehkan dan yang dilarang? Dan apakah hukum syar'i-menurut pendapat anda wahai Syaikh-bertawassul dengan keberkahan bulan Ramadhan?" Jawaban: "Tawassul terbagi sekian macam: 1. Tawassul kufri, yaitu bertawassul dengan berdoa kepada orang mati, beristighasah dengan orang mati. Dia berkata pada orang yang mati, meminta padanya agar membebaskan (kesulitannya) atau menolongnya atau menunaikan segala kebutuhannya atau menghilangkan kesusahannya, ini semua adalah kesyirikan. Dan sebagian manusia menamakannya dengan tawassul. Mereka menamakan kesyirikan mereka dengan tawassul. (Padahal) ini adalah syirik akbar. Jika dia berdoa kepada orang mati, atau beristighasah kepada jin atau kepada orang mati atau kepada makhluk/manusia yang tidak ada di tempat, meminta bantuan atau pertolongan atau kemenangan terhadap musuh, ini adalah syirik akbar. 2. Yang kedua bertawassul dengan kemuliaan dan hak mereka. Dia berkata: Ya Allah aku memohon pada-Mu dengan kedudukan Fulan atau dengan haknya Fulan atau (meminta) dengan Fulan, maka ini adalah kebid'ahan dan pengantar kesyirikan, tidak boleh (yang semacam ini). 3. Ketiga: bertawassul dengan iman atau amalan shalih atau dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, ini sunnah yang disukai. (Misalnya berdoa): Ya Allah aku memohon kepada-Mu karena Engkaulah Ar-Rahman Ar-Rahim, Ya Allah aku memohon pada-Mu dengan nama-nama-Mu yang Husna ampunilah aku. Ya Allah aku memohon dengan keimananku dan cintaku pada-Mu ampunilah aku. Ya Allah aku memohon pada-Mu dengan baktiku kepada kedua orang tuaku dan (amalanku) menyambung tali rahim (silaturahmi), ampunilah aku, ini tidak mengapa. Ini semua wasilah (tawassul) yang disyariatkan. Bertawassul dengan keimanan, tauhid, dan amalan shalih, semuanya baik. Semuanya disyariatkan. Dan termasuk dalam perkara ini adalah hadits: اللَّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أنِّي أَشْهَدُ أنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ "Ya Allah aku memohon pada-Mu bahwasanya aku bersaksi Engkaulah Allah, tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau¹." Ini tawassul syar'i. Termasuk dalam hal ini pula adalah tawassulnya ash-habul ghar (orang-orang yang terjebak di dalam gua²) ketika batu menutup (mulut gua) mereka, merekapun bertawassul dengan amalan-amalan mereka yang baik. Salah satunya bertawassul dengan baktinya pada kedua orang tua, yang kedua bertawassul dengan sikapnya yang menjaga diri dari zina, dan yang ketiga bertawassul dengan penunaiannya terhadap amanah. Maka Allah membuka untuk mereka batu (yang menutup gua)." __________ ✏️ Catatan Kaki: 1. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar seseorang ketika berdoa mengucapkan: اللَّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أنِّي أَشْهَدُ أنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ "Ya Allah sesungguhnya aku memohon pada-Mu (dengan bertawassul) bahwasanya aku bersaksi tiada sesembahan yang benar kecuali Engkau, Engkau yang Maha Tunggal, Dzat tempat bergantung seluruh makhluk. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (dilahirkan). Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya" Maka beliau bersabda: لقد سألتَ اللَّهَ بالاسمِ الَّذي إذا سُئلَ بِهِ أعطى وإذا دُعِيَ بِهِ أجابَ. "Sungguh engkau telah meminta dengan nama (Allah) yang apabila Dia diminta dengan nama tersebut, Dia akan memberi. Dan apabila berdoa dengannya, Dia akan mengabulkan." Dishahihkan al-Albani (Shahih Abi Dawud no 1493) dan al-Wadi'i (ash-Shahihul Musnad no 159) 2. Hadits ash-habul ghar diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar. Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) https://telegram.me/salafysitubondo Muraja'ah (korektor): al-Ustadz Musa bin Hadi hafizhahullah 22 Sya'ban 1441 H / 16 Maret 2020 الشيـ أبن باز ✑ أبن ؏ـثيمين ــخين 】] التوسل وأنواعه . -  لفضيلة الشيخ ابن باز رحمه الله  ▃▃▃▃▃▃▃ السؤال:  ما هو التوسل، وأيهما الجائز، وأيهما الممنوع، وما حكم الشرع -في نظركمماحة الشيخ- في التوسل ببركة رمضان؟  الجواب:  التوسل أقسام: توسل كفري، وهو أن يتوسل بدعاء الأموات والاستغاثة بالأموات، يقول للميت يسأله: أن يغيثه، أو أن ينصره، أو أن يقضي حاجته، أو يفرج كربته، هذا شرك ويسميه بعض الناس توسل، يسمون شركهم توسل، هذا شرك أكبر، إذا دعا الأموات، أو استغاث بالجن، أو بالأموات، أو بالغائبين يطلبهم الغوث، أو العون، أو النصر على الأعداء، هذا شرك أكبر، والتوسل الثاني: التوسل بجاههم وحقهم يقول اللهم إني أسألك بجاه فلان، أو بحق فلان، أو بفلان هذه بدعة من وسائل الشرك لا يجوز، التوسل الثالث: التوسل بالإيمان، أو بالعمل الصالح، أو بالأسماء والصفات، هذه سنة مطلوب، اللهم إني أسألك بأنك الرحمن الرحيم، اللهم إني أسألك بأسمائك الحسنى أن تغفر لي، اللهم إني أسألك بإيماني بك ومحبتي لك أن تغفر لي، اللهم إني أسألك ببر والدي وصلة رحمي أن تغفر لي لا بأس كل هذا وسيلة شرعية، هذه توسل بالإيمان والتوحيد أو بالأعمال الصالحات كله طيب، كلها مشروع، ومن هذا الحديث: اللهم إني أشهد أنك أنت الله لا إله إلا أنت توسل شرعي، ومن هذا توسل أصحاب الغار لما انطبقت عليهم الصخرة، توسلوا إلى الله بأعمالهم الطيبة، أحدهم توسل ببره لوالديه، والثاني توسل بعفته عن الزنا، والثالث توسل بأدائه الأمانة ففرج الله عنهم الصخرة.  المصدر:  http://binbaz.org.sa/noor/11953
5 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Unknown

hukum membungkuk / menunduk untuk menghormati orang lain

LARANGAN MENUNDUKKAN KEPALA (Atau Membungkuk) UNTUK SESEORANG Dari shahabat Anas bin Malik -rodhiyallahu ‘anhu- , Beliau mengatakan: “Seorang lelaki pernah mengatakan kepada Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- : يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلُ مِنَّا يَلْقَى أَخَاهُ أَوْ صَدِيقَهُ أَيَنْحَنِي لَهُ؟ “Wahai Rasulullah! Apabila salah seorang dari kami bertemu saudaranya atau sahabatnya. Bolehkah ia menunduk (atau membungkuk) untuk (menghormati) nya?” Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab: ”Tidak boleh” ( ... ) [ HR. At-Tirmidzi no. 2728 , Ibnu Majah no.3702, Ahmad no.13044, Al-Baihaqi dalam ”Al-Kubro” no.13573, Dan selainnya. ] , Derajat Hadits: Hasan. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- karena adanya 3 riwayat penguat. Lihat “Ash-Shohihah” no. 160, dan “Al-Misykah” no.4680. 〰〰〰〰〰 Para ulama ‘Al-Lajnah Ad-Daimah’ (*) pernah ditanya: ((  (*) Al-Lajnah Ad-Daimah adalah komite tetap untuk pembahasan ilmiah dan fatwa Kerajaan Saudi Arabia. )) “Apakah boleh seorang anak kecil membungkuk (atau menundukkan diri) kepada orang yang lebih tua ketika bertemu saat memberikan salam; dalam rangka memberikan penghargaan dan penghormatan?” Jawaban: Para ulama sepakat; Membungkuk (atau menunduk) tidak boleh diberikan kepada satu jenis makhlukpun. Karena perbuatan itu hanya boleh diberikan untuk Allah, dalam rangka mengagungkan-Nya -subhanahu wata’ala-. Dan sungguh telah sah sebuah riwayat dari Nabi -shollallahu ‘alaihi wasallam- tentang larangan perbuatan itu (membungkuk, -pent.) untuk selain Allah. Seorang shahabat pernah bertanya kepada Rasul -shollallahu ‘alaihi wasallam-, -Sebagaimana disebutkan dari shahabat Anas -rodhiyallahu ‘anhu-- ; “Wahai Rasulullah! Apabila salah seorang dari kami bertemu saudaranya atau sahabatnya; 🔻 Bolehkah ia menunduk (atau membungkuk) untuk (menghormati) nya?” ⛔️ Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab: ”Tidak boleh”. Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Wabillahittaufiq. (…) Ttd. Al-Lajnah Ad-Daimah. 📎[ Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah Vol.1 (131/24). ] Wallahul Muwaffiq. (AH) YOOK NGAJI YANG ILMIAH (Memfasilitasi Kajian Islam secara Ilmiah) Situs Blog: https://Yookngaji.com Gabung Saluran Telegram: https://t.me/yookngaji Lalu, Bagaimana Hukum Mencium Tangan Orang Shalih Sambil Membungkuk? Oleh: Al-Imam Ibnu Baz رحمه الله Pertanyaan: Apa hukum mencium tangan seorang yang shalih sambil membungkuk, boleh atau tidak? Jawaban: Adapun mencium tangan maka sekelompok ulama berpendapat makruh (dibenci), terutama jika sebagai adat. Adapun jika kadang-kadang dilakukan ketika berjumpa tidak masalah melakukannya, baik terhadap seorang yang shalih, pemimpin yang shalih, bapak…. .tidaklah masalah melakukannya, namun makruh membiasakannya. Sebagian ulama yang lain mengharamkannya jika senantiasa dibiasakan ketika bertemu. Adapun kadang-kadang melakukannya maka tidak masalah padanya. Adapun sujud di atas tangan dengan posisi sujud meletakkan dahinya di atas tangan seseorang merupakan perkara yang haram, sebagian ulama menyebutnya dengan sujud kecil, hal ini tidak boleh. Sehingga meletakkan dahi di atas tangan seseorang dengan posisi sujud di atasnya, tidak boleh namun hendaknya mencium dengan mulutnya ketika hal itu bukan kebiasaan, jarang atau pun sesekali dilakukan maka tidak mengapa karena diriwayatkan dari Nabi صلي الله عليه و سلم bahwa sebagian sahabat pernah mencium tangan dan kaki Beliau صلي الله عليه و سلم. Maka perbuatan sahabat dalam hal ini menunjukkan perkaranya luwes ketika sesekali dilakukan. Adapun senantiasa membiasakannya maka hukumnya makruh atau haram. Begitu juga tidak boleh  membungkuk yakni merunduk seperti orang yang rukuk hal ini tidak boleh karena rukuk itu ibadah sehingga tidak boleh membungkuk di hadapan seseorang. Adapun membungkuk dalam rangka merunduk terhadapnya karena ia seorang yang pendek sedangkan orang yang membungkuk muslim berpostur tinggi sehingga si muslim membungkuk kepadanya sampai menjabat tangannya namun bukan dalam rangka mengagungkan tetapi orang muslim yang ada dihadapannya itu pendek, lumpuh atau dalam posisi duduk maka tidak masalah melakukannya. Adapun membungkuk dalam rangka mengagungkannya hal ini tidak boleh dan dikhawatirkan termasuk perbuatan syirik jika, bertujuan mengagungkannya. Diriwayatkan dari Nabi صلي الله عليه وسلم bahwasannya Beliau ditanya: ”Wahai Rasulullah, seseorang bertemu dengan yang lainnya, apakah membungkuk kepadanya? Beliau menjawab: tidak, Ia berkata: Apakah aku memeluk dan menciumnya? Beliau menjawab: tidak, Ia berkata: apakah aku mengambil tangannya dan menjabat tangannya, Beliau menjawab: ya.” Meskipun ada kalemahan pada sanad nya sehingga haditsnya dhoif namun semestinya beramal dengannya karena banyaknya syawahid (penguat) yang menguatkan maknanya dan begitu juga dalil-dalil yang banyak menunjukkan membungkuk dan rukuk kepada seseorang tidak boleh. Jadi intinya tidak boleh baginya selalu membungkuk kepada seorang pun baik itu raja  atau pun bukan raja. Namun jika membungkuk bukan dalam rangka mengagungkan tetapi memberi salam kepada orang yang pendek, lumpuh atau pun dalam posisi duduk maka membungkuk untuk memberi salam kepadanya tidak masalah melakukannya. Fatawa Nurun ‘alad Darb Sumber: http://www.binbaz.org.sa/node/9379 Diterjemahkan : Abu Zulfa WhatsApp Al-Ukhuwwah Disalin dari : http://salafymedia.com/blog/mencium-tangan-orang-shalih-sambil-membungkuk/ lampionblume-illuminated-studio | Source: Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 5 menit