Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah heroik amir bin al akwa' radhiyallahu 'anhu

6 tahun yang lalu
baca 8 menit

Kisah Heroik Amir bin Al Akwa'

Oleh : Al Ustadz Abu Muhammad Farhan

Sebuah kisah yang diceritakan oleh Al Imam Al Bukhari, beliau mencantumkan hadis ini dalam kitab Shahih Al Bukhari. Termasuk Tsulatsiyat beliau, yaitu hadis yang diriwayatkan secara sanad bersambung sampai kepada Rasulullah hanya melalui tiga periwayat saja.

Padahal jarak masa hidup beliau dengan waktu hijrahnya Nabi sekitar 200 tahun. Karena Imam Al Bukhari lahir tahun 194 H, dan wafat pada 256 H. Sehingga hadis ini adalah rantai periwayat terpendek yang beliau riwayatkan secara bersambung sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Beliau mengatakan, telah memberikan hadis kepada kami, Al Maki bin Ibrahim, ia mengatakan telah menyampaikan hadis kepada kami Yazid bin Abi Ubaid dari Salamah bin Al Akwa' menceritakan :

"Kami pernah keluar bersama Nabi menuju benteng Khaibar. Salah seorang dari pasukan mengatakan, 'Perdengarkan syair-syairmu wahai Amir!' Kemudian Amir membaca syair. Ketika mendengarnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Siapakah yang bertugas menggiring unta?'

Para sahabat menjawab, 'Amir ya Rasulullah.'
'Semoga Allah merahmatinya", sahut beliau.

Para sahabat meminta kepada Rasulullah 'Wahai Rasulullah, seandainya Anda berdoa agar Amir tidak terbunuh sehingga kami bisa bergaul dengannya.' 

(Dalam perjalanan pulang dari Perang Khaibar tersebut) Sebagian orang mengatakan, 'Amir telah menggugurkan amalannya karena bunuh diri.'

Setelah sampai, sebagian orang masih saja membicarakan tentang Amir bahwa amal beliau gugur, maka aku mendatangi Nabi untuk bertanya. "Wahai Nabi Allah, ayah dan ibuku sebagai tebusan! Orang-orang mengatakan bahwa Amir telah gugur amalannya."

Segera Rasulullah menjawab, 'Dusta! Siapa yang mengucapkannya? Justru ia mendapatkan dua pahala. Ia seorang mujahid yang sungguh-sungguh berjuang dalam kebaikan. Mati model apakah yang akan melampaui keutamaan ini?"

[HR. Al Bukhari dari Sahabat Salamah bin Alkwa radhiyallahu 'anhu]

Secara ringkas, kisah ini berlatar belakang peperangan Khaibar pada tahun 7 H. Sebabnya adalah Yahudi Khaibar sebagai salah satu aktor utama dalam Perang Ahzab. Mereka adalah salah satu dari pasukan koalisi untuk menyerang kaum muslimin.

Musyrikin Quraisy, kabilah-kabilah Najed dan Yahudi Khaibar. Inilah pasukansekutu yang Allah hancurkan makar mereka dengan pasukan angin. Sehingga hancur tenda dan logistik mereka.

Yahudi Khibar pula yang telah menghasut Yahudi Bani Quraidhah untuk berkhianat, membatalkan perjanjian damai dengan kaum muslimin di saat-saat genting, yaitu pengepungan Madinah oleh pasukan sekutu Ahzab.

Karena Khaibar adalah salah satu kekuatan besar yang selalu mengancam Islam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengarahkan pasukan muslimin ke arah sana.

Khaibar terleatk sekitar 80 mil ke arah Utara Madinah. Perjalanan suci yang sangat panjang dan melelahkan. Namun para sahabat sabar menjalani ketaatan agung tersebut, bahkan siap sedia mengorbankan segalanya dalam jihad fi sabilillah.

Hari demi hari dilalui. Menembus dingin dan gelapnya malam, membelah terik panas sengatan matahari. Khaibar, malam hari menjelang pecah perang, sebagian kaum muslimin mengatakan, "Perdengarkan syair-syairmu wahai Amir!" Amir bin Al Akwa' adalah seorang yang ahli dalam bersyair. Maka beliau membaca

Ya Allah seandainya bukan karena Mu niscaya kami tidak akan mendapatkan hidayah

Tidak pula bersedekah, tidak pula mengerjakan salat... dst

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Siapakah yang bertugas menggiring unta?'

Para sahabat menjawab, 'Amir, ya Rasulullah.'

'Semoga Allah merahmatinya', sahut beliau. Sebagian mereka mengatakan, 'Pasti terjadi.'

Para sahabat paham bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendoakan seseorang dengan doa rahmat seperti ini, dalam kondisi seperti ini (perang) pasti orang tersebut akan mendapatkan syahid.

Oleh sebab itulah, para sahabat meminta agar beliau mendoakan umur panjang untuk Amir agar mereka bisa lebih lama bergaul dengan Amir bin Al Akwa'.

Namun, ketetapan Allah tidak bisa ditolak. Karunia agung itu telah tertulis sebagai anugerah untuk beliau. Amir bin Al Akwa' gugur menjemput surga, sebagai syahid pada pagi harinya.

Dikisahkan bahwa saat dua pasukan mulai berhadapan, Marhab sang jagoan Khaibar keluar sambil menantang pedangnya. Dengan sombong, ia menantang adu tanding. Maka Amir bin Al Akwa' menyambut tantangan itu.

Dua petarung itu mulai berhadapan. Masing-masing saling mengayunkan pedangnya. Pedang Marhab menancap pada perisai Amir. Amir mengambil arah bawah untuk menusuk musuh Allah itu. Beliau berusaha menyasar betis Marhab. Namun, pedang pendek itu justru mengenai lutut beliau sendiri. Akhirnya beliau wafat karenanya.

Dari peristiwa inilah muncul isu miring di tengah kaum muslimin. Bahwa AAmir bin Al Akwa' telah menggugurkan amalannya. Ia bunuh diri.

Maka dengan tegas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menepis berita itu. Bahkan Amir adalah seorang mujahid pilihan.

Kejadian tanpa sengajaitu tidak berpengaruh terhadap amalannya. Apalagi, niat dan usahanya menunjukkan kesungguhannya dalam jihad di jalan Allah. Kesalahan yang terjadi tanpa sengaja, di luar kemampuan hamba, tidaklah hal itu dinilai dosa.

Dalam kisah ini mengandung bantahan telak kepada kaum teroris. Perhatikanlah! Sudah menjadi perkara yang sangat dimaklumi di kalangan para sahabat bahwa bunuh diri akan menggugurkan amalan. Termasuk amalan jihad fi sabilillah. 

Sampai mereka menyamakan antara sengaja dan tidak sengaja sebagaimana pada kejadian Amir bin Al Akwa'. Kemudian Rasulullah meluruskan kesalahpahaman ini. Bahwa ketika tidak sengaja, maka tidak teranggap sebagai bunuh diri, pahala syahidnya pun utuh.

Adapun yang sengaja bunuh diri maka tetap pada hukum asal, yaitu haram, bahkan termasuk dosa besar. Allah ta'ala berfirman :

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu" [Q.S. An-Nisa : 29]

Ayat ini umum, mencakup larangan semua bentuk bunuh diri. Untuk tujuan apapun, bunuh diri adalah dosa besar.

Demikianlah, tafsir dari para sahabat terhadap ayat di atas. Apalagi ketika melihat ancaman mengerikan dalam hadis yang shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah bersabda :

"Siapa yang bunuh diri menggunakan besi, maka besinya itu di tangannya, ia menusuk-nusuk perutnya dengan besi tersebut di neraka jahannam kekal selama-lamanya. Siapa yang bunuh diri dengan minum racun, maka ia akan menenggaknya di neraka jahannam kekal selama-lamanya. Dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari gunung, maka ia akan dijatuhkan di neraka jahannam kekal selama-lamanya." [HR. Al Bukhari dan Muslim dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu]

Semoga tulisan ini sampai kepada para teroris. Sehingga mereka mengurungkan niatannya untuk melakukan aksi konyol mereka. Bom bunuh diri sangat berisiko mendapat azab di neraka jahannam. 

Seandainya bom yang mereka ledakkan membuat jasad mereka berwujud serpihan gosong, bagaimana kiranya dengan bom di neraka jahannam? Na'udzubillah min dzalik. Dengar dan perhatikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Siapa yang bersumpah dengan selain agama Islam secara dusta, maka ia sebagaimana yang ia katakan. Siapa yang bunuh diri dengan sesuatu, ia akan diazab dengannya di neraka Jahannam" [H.R. Muslim dari Sahabat Tsabit bin Adz Dzahak radhiyallahu 'anhu]

Kalau bunuh diri dalam jihad tentu beda!? Kata teroris, sama! Coba cermati lagi kisah Amir bin Al Akwa' dan penilaian para sahabat. Rasulullah tidak mengingkari para sahabat yang menganggap bunuh diri itu membatalkan jihad, namun beliau hanya meluruskan bahwa ketidaksengajaan itu hukumnya lain.

Karena Amir tidak sengaja melukai diri hingga meninggal karenanya. Bahkan Rasulullah menegaskan bahwa kematian Amir adalah bentuk syahid yang mulia.

Belum lagi klaim jihad yang mereka lakukan perlu ditinjau ulang. Apakah jihad yang benar? Atau justru praktik jihad yang menyimpang? Yang kedua ini lebih tepat untuk kenyataan jihad mereka.

Karena jihad bukan amalan  kelompok tertentu, apalagi secara personal. Namun jihad adalah kewenangan penguasa.

Dikutip dari Majalah Qudwah Edisi 63 Vol 06 1440 H

Kisah Heroik Amir bin Al Akwa' radhiyallahu 'anhu