Aqidah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

akidah para sahabat nabi tentang allah berada di atas

Akidah Para Sahabat Nabi tentang Allah Berada di Atas . Sumber : Walcoo 1. Abu Bakr as-Shiddiq Radliyallaahu Anhu. Ketika Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam Meninggal, Abu Bakr As-Shiddiq menyatakan : أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنْ كَانَ مُحَمَّدٌ إِلَهَكُمَ الَّذِي تَعْبُدُونَ ، فَإِنَّ إلَهَكُمْ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ ، وَإِنْ كَانَ إِلَهَكُمَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ ، فَإِنَّ إِلَهَكُمْ لَمْ يَمُتْ ، ثُمَّ تَلاَ : {وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ، أَفَإِنْ مَاتَ ، أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ} حَتَّى خَتَمَ الآيَةَ Wahai sekalian Manusia! Jika Muhammad adalah Sesembahan kalian yang kalian Sembah, Sesungguhnya Sesembahan kalian telah Mati. Jika Sesembahan kalian adalah Yang berada di Atas Langit, maka Sesungguhnya Sesembahan kalian tidak akan Mati. Kemudian Abu Bakr membaca Firman Allah : Dan tidaklah Muhammad kecuali seorang Rasul, telah berlalu sebelumnya para Rasul. Apakah jika ia Meninggal atau Terbunuh kalian akan Berbalik ke belakang (Murtad)(Q.S Ali Imran:144). Sampai Abu Bakar menyelesaikan bacaan ayat tersebut(diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Mushonnafnya pada Bab Maa Ja-a fii wafaatin Nabi Shollallaahu Alaihi Wasallam nomor Hadits 37021, al-Bazzar di dalam Musnadnya juz 1 halaman 183). Riwayat Perkataan Abu Bakr As-Shiddiq tersebut adalah Shahih. Abu Bakr bin Abi Syaibah meriwayatkan dari Muhammad bin Fudhail dari Ayahnya dari Nafidari Ibnu Umar. Semua perawi tersebut (termasuk Abu Bakr bin Abi Syaibah yang merupakan guru Imam al-Bukhari) adalah rijal (perawi) al-Bukhari. 2. Abdullah bin Masud Radhiyallahu Anhu. Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud menyatakan : ما بين السماء الدنيا والتي تليها مسيرة خمسمائة عام ، وبين كل سماءين مسيرة خمسمائة عام ، وبين السماء السابعة وبين الكرسي خمسمائة عام ، وبين الكرسي إلى الماء خمسمائة عام ، والعرش على الماء ، والله تعالى فوق العرش ، وهو يعلم ما أنتم عليه Antara Langit dunia dengan (langit) berikutnya sejauh perjalanan 500 tahun, dan antara 2 Langit sejauh perjalanan 500 tahun, antara Langit ke-7 dengan al-Kursiy 500 tahun, antara al-Kursiy dengan air 500 tahun, dan ‘Arsy di atas air, dan Allah Ta'ala di atas Arsy dalam keadaan Dia Maha Mengetahui apa yang terjadi pada kalian (diriwayatkan oleh Ad-Daarimi dalam kitab ArRaddu alal Jahmiyyah bab Maa Bainas Samaa-id Dunya wallatii taliiha juz 1 halaman 38 riwayat nomor 34). Riwayat perkataan Ibnu Mas'ud ini shohih. AdDaarimi meriwayatkan dari jalur Musa bin Ismail dari Hammad bin Salamah dari Ashim dari Zir (bin Hubaisy) dari Ibnu Masud. Semua perawinya adalah rijaal al-Bukhari. 3. Zainab bintu Jahsy Radhiyallahu Anha. عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ زَيْنَبَ بِنت جَحْشٍ كَانَتْ تَفْخَرُ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم تَقُولُ: «زَوَّجَكُنَّ أَهَالِيكُنَّ وَزَوَّجَنِي اللهُ تَعَالَى مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سماوات» وفي لفظٍ: كانتْ تقولُ: «إِنَّ اللهَ أَنْكَحَنِي فِي السَّمَاءِ»  Dari Anas –semoga Allah meridlainya- bahwa Zainab binti Jahsy Berbangga terhadap istri-istri Nabi yang lain, ia berkata: “Kalian dinikahkah oleh keluarga kalian sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari atas tujuh Langit”. Dalam lafadz lain beliau berkata: Sesungguhnya Allah telah Menikahkan aku di atas Langit (H.R al-Bukhari). 4. Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) Radhiyallahu Anhu. Sahabat Nabi yang merupakan Penterjemah AlQur'an ini, ketika Menafsirkan Firman Allah tentang Ucapan Iblis yang akan Mengepung Manusia dari berbagai Penjuru. Iblis menyatakan sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam AlQur'an : {ثُمَّ لآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ} [الأعراف: 17] Kemudian Sungguh-sungguh aku akan Mendatangi mereka dari Arah depan mereka dan dari belakang mereka dan dari kanan dan kiri mereka. (Q.S al-A’raaf:17). Abdullah bin Abbas menyatakan : لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَقُوْلَ: مِنْ فَوْقِهِمْ؛ عَلِمَ أنَّ اللهَ مِنْ فَوْقِهِمْ Iblis tidak bisa mengatakan : (mendatangi mereka) dari Atas mereka, karena dia tahu bahwa Allah berada di Atas Mereka. (diriwayatkan oleh AlLaa-likaa-i dalam Syarh Ushulis Sunnah halaman 661 dengan sanad yang hasan). 5. Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu. عن زيدِ بنِ أَسْلَمٍ قالَ: م َرَّ ابنُ عمرُ براعٍ فقال: هلْ منْ جَزَرَةٍ؟ فقالَ: ليسَ هاهنا ربُّها، قالَ ابنُ عمر: تقولُ لهُ: أكلَهَا الذئبُ. قالَ: فرفَعَ رأسَهُ إلى السَّماءِ وقالَ: فَأَيْنَ اللهُ؟ فقالَ ابنُ عمر: أنا واللهُ أحقُّ أنْ أقولَ: أَيْنَ اللهُ؟ واشترى الراعي والغنمَ، فأعتقهُ، وأعطاهُ الغنمَ Dari Zaid bin Aslam Beliau berkata: Ibnu Umar melewati seorang Penggembala (kambing), kemudian Beliau bertanya: apakah ada kambing yang bisa disembelih? Penggembala itu menyatakan: Pemiliknya tidak ada di sini. Ibnu Umar menyatakan: Katakan saja bahwa kambing tersebut telah dimangsa serigala. Kemudian penggembala kambing tersebut menengadahkan pandangannya ke Langit dan berkata: Kalau demikian, di mana Allah? Maka Ibnu Umar Berkata: Aku, Demi Allah, lebih Berhak untuk berkata: Di mana Allah? Sehingga kemudian Ibnu Umar Pembeli Penggembala dan Kambingnya, Memerdekakan Penggembala tersebut dan Memberikan padanya satu Kambing itu (diriwayatkan oleh Adz-Dzahaby dalam kitab al-Uluw halaman 860, dan Syaikh Muhammad Nashiruddin menyatakan bahwa sanad Hadist ini jayyid (baik)). Selesai, Alhamdulillahi Robbil Aalamin. ~~~~~~~~~~~~~~~~ Dikutip dari Buku "Akidah Imam Al-Muzani (Murid Imam Asy-Syafii)" Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah. ===================== http://telegram.me/alistiqomah
9 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

konsekuensi saling cinta karena allah

KONSEKUENSI SALING CINTA KARENA ALLAH (Faedah Ilmiyah Dari Asy Syaikh Albany Rahimahullah Faidah bersama Syaikh Al Albany. Penanya : “Seseorang yang mencintai saudaranya karena Allah, apakah dia wajib menyatakan,Aku mencintaimu karena Allah “? Syaikh : Benar, akan tetapi cinta karena Allah itu memiliki Nilai Tukar yang tinggi, sedikit orang yang bisa membayarnya. Apakah kalian tahu apakah Nilai Tukar untuk rasa cinta karena Allah ? Apakah ada diantara kalian yang mengetahui Bentuk Nilai Harganya? Barangsiapa yang mengetahui hendaknya memberikan jawaban… Salah seorang hadirin : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mengatakan “Ada tujuh golongan manusia yang mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya…diantara mereka adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah. Keduanya berjumpa karena Allah, berpisah juga karena Allah”. Syaikh : “Ini merupakan suatu pernyataan yang benar didalam makna yang terkandung didalamnya. Akan tetapi bukanlah merupakan jawaban untuk pertanyaan yang disodorkan. Ini lebih mendekati definisi dari cinta karena Allah, meskipun tidak dalam makna yang sempurna. Adapun pertanyaan yang saya sodorkan adalah, Apakah Nilai Tukar yang harus dibayarkan sebagai harga dari dua orang yang saling mencintai karena Allah? Yaitu yang harus keduanya saling membayarkan sebagai nilai tukar ? Maksud saya bukanlah ganjaran yang akan didapatkan di akherat. Saya ingin mengatakan dalam pertanyaan saya, Apakah bukti perbuatan nyata yang harus ditunjukkan oleh dua orang yang saling mencintai karena Allah sebagai konsekwensi ? Karena bisa jadi ada dua orang yang telah mengikrarkan diantara keduanya saling mencintai. Realita menunjukkan bahwa cintanya hanya sesaat karena sebab tertentu. Terus apa hakekat saling mencinta karena Allah ? Bagaimana pembuktian konsekuensinya? Salah seorang hadirin : “Hendaknya dia mencintai apa yang ada pada saudaranya sebagaimana dia mencintai apa yang ada pada dirinya”. Syaikh : “Ini merupakan sifat cinta atau diantara sebagian sifat cinta”. Salah seorang hadirin : “Katakanlah, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah diriku, pasti Allah akan mencintai kalian (Ali Imran :31). Syaikh : “Ini jawaban yang benar tapi untuk pertanyaan yang lainnya”. Salah seorang hadirin : “Jawaban bisa jadi terletak didalam sebuah hadits yang shahih berikut: “Ada tiga perkara, barangsiapa didapatkan pada diri seseorang maka dia akan dapatkan manisnya Iman…Salah satunya adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah”. Syaikh : “Ini merupakan pengaruh dari rasa cinta karena Allah, yaitu dia merasakan rasa manis didalam hatinya. Salah seorang hadirin :”Allah Ta’ala berfirman, “Demi masa.Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan mereka saling mewasiatkan diatas Al Haq serta saling mewasiatkan diatas Kesabaran”. Syaikh : Bagus sekali, ini dia jawaban yang paling tepat. Penjelasannya adalah, jikalau misalnya saya mencintai dirimu karena Allah, maka sebagai konsekuensi saya harus berusaha menjaga nasehat. Demikian pula dirimu juga harus membalas dengan balasan yang semisal. Amat sedikit orang yang mengikrarkan saling mencinta karena Allah kemudian bisa menjaga cinta tersebut dengan saling bernasehat. Rasa cinta ini terselip didalamnya keikhlasan tapi lemah tidak dengan sempurna. Dalam bentuk, masing-masing diantara keduanya berusaha menjaga perasaan saudaranya, khawatir kecewa, khawatir menjauh, dan kekhawatiran lainnya. Dari sisi inilah Cinta karena Allah memiliki nilai tukar yang tinggi. Yaitu masing-masing orang yang saling mencintai untuk selalu menjaga diri dengan cara saling menasehati. Dia perintahkan untuk mengerjakan yang Ma’ruf dan mencegah dari yang munkar secara berkesinambungan tanpa henti. Maka nasehat dari dirinya ini menjadi naungan, sehingga benar apa yang selalu ada di tengah para sahabat, ketika terjadi perselisihan diantara mereka, maka masing-masing saling mengingatkan dengan membacakan “Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, serta saling mewasiatkan diatas Al Haq dan saling mewasiatkan diatas kesabaran”. Referensi : Al Hawiy Min Fatawa Al Albany Hal 165-166. Faidah dari Al Ustadz Hamzah Rifai La Firlaz Hafizhahulloh ﺳﺎﺋﻞ : ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺠﺐ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻪ ﺃﺣﺒﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﺍﻟﺸﻴﺦ : ﻧﻌﻢ ، ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﺛﻤﻦ ﺑﺎﻫﻆ ، ﻗَـﻞّ ﻣﻦ ﻳﺪﻓﻌﻪ ، ﺃﺗﺪﺭﻭﻥ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺛﻤﻦ ﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﻫﻞ ﺃﺣﺪ ﻣﻨﻜﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﺍﻟﺜﻤﻦ ؟ ﻣﻦ ﻳﻌﺮﻑ ﻳﻌﻄﻴﻨﺎ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ … ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺤﻀﻮﺭ : ﻳﻘﻮﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ” ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ” ، … ﻣﻨﻬﻢ ﺭﺟﻼ ﺗﺤﺎﺑﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻭﺍﻓﺘﺮﻗﺎ ﻋﻠﻯﺬﻟﻚ. ﺍﻟﺸﻴﺦ : ﻫﺬ ﻛﻼﻡ ﺻﺤﻴﺢ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻟﻴﺲ ﺟﻮﺍﺑﺎً ﻟﻠﺴﺆﺍﻝ ، ﻫﺬﺍ ﺗﻌﺮﻳﻒ ﻟﻠﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻘﺮﻳﺒﺎً ﻭﻟﻴﺲ ﺑﺘﻌﺮﻳﻒ ﻛﺎﻣﻞ ، ﺃﻧﺎ ﺳﺆﺍﻟﻲ ﻣﺎ ﺍﻟﺜﻤﻦ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺪﻓﻌﻪ ﺍﻟﻤﺘﺤﺎﺑﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻟﻶﺧﺮ ، ﻭﻻ ﺃﻋﻨﻲ ﺍﻷﺟﺮ ﺍﻷﺧﺮﻭﻱ، ﺃﺭﻳﺪ ﺃﻥ ﺃﻗﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻟﻌﻤﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻴﻦ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﻣﺘﺤﺎﺑﻴﻦ ؟ ﻓﻘﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺘﺤﺎﺑﺎﻥ ، ﻭﻟﻜﻦ ﺗﺤﺎﺑﺒﻬﻤﺎ ﺷﻜﻠﻲ ، ﻭﻣﺎ ﻫﻮ ﺣﻘﻴﻘﻲ ﻓﻤﺎ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺐ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﻲ؟ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺤﻀﻮﺭ : ” ﺃﻥ ﻳﺤﺐ ﻷﺧﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﺤﺒﻪ ﻟﻨﻔﺴﻪ .” ﺍﻟﺸﻴﺦ : ﻫﺬﺍ ﺻﻔﺔ ﺍﻟﺤﺐ ﺃﻭ ﺑﻌﺾ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﺤﺐ … ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺤﻀﻮﺭ : ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ )) ﻗﻞ ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﺤﺒﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺎﺗﺒﻌﻮﻧﻲ ﻳﺤﺒﺒﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ ” ] ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ .[31 ﺍﻟﺸﻴﺦ : ﻫﺬﺍ ﺟﻮﺍﺏ ﺻﺤﻴﺢ ﻟﺴﺆﺍﻝ ﺁﺧﺮ .. ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺤﻀﻮﺭ : ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ” ﺛﻼﺙ ﻣﻦ ﻛﻦ ﻓﻴﻪ ﻭﺟﺪ ﻓﻲ ﺣﻼﻭﺓ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ” …. ﻣﻦ ﺿﻤﻨﻪ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺗﺤﺎﺑﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ . ﺍﻟﺸﻴﺦ : ﻫﺬﺍ ﺃﺛﺮ ﺍﻟﻤﺤﺒﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻣﺎ ﻫﻮ ، ﺣﻼﻭﺓ ﻳﺠﺪﻫﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ. ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺤﻀﻮﺭ : ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ : )) ﻭﺍﻟﻌﺼﺮ ﺇﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻟﻔﻲ ﺧﺴﺮ ﺇﻻ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﻭﻋﻤﻠﻮﺍ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺎﺕ ﻭﺗﻮﺍﺻﻮﺑﺎﻟﺤﻖ ﻭﺗﻮﺍﺻﻮﺍ ﺑﺎﻟﺼﺒﺮ .(( ﺍﻟﺸﻴﺦ : ﺃﺣﺴﻨﺖ ، ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ، ﻭﺷﺮﺡ ﻫﺬﺍ ﺇﺫﺍ ﻛﻨﺖُ ﺃﻧﺎ ﺃﺣﺒﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻌﻼً ﺗﺎﺑﻌﺘﻚ ﺑﺎﻟﻨﺼﻴﺤﺔ، ﻛﺬﻟﻚ ﺃﻧﺖ ﺗﻘﺎﺑﻠﻨﻲ ﺑﺎﻟﻤﺜﻞ ، ﻭﻟﺬﻟﻚ ﻓﻬﺬﻩ ﺍﻟﻤﺘﺎﺑﻌﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺼﻴﺤﺔ ﻗﻠﻴﻠﺔ ﺟﺪﺍً ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺪﻋﻴﻦ ﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ، ﺍﻟﺤﺐ ﻫﺬﺍ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻹﺧﻼﺹ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻛﺎﻣﻞ ،ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﺎ ﻳﺮﺍﻋﻲ ﺍﻵﺧﺮ ، ﺑﻴﺨﺎﻑ ﻳﺰﻋﻞ ، ﺑﻴﺨﺎﻑ ﻳﺸﺮﺩ ….ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮﻩ ، ﻭﻣﻦ ﻫﻨﺎ ﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﻤﻨﻪ ﺃﻥ ﻳﺨﻠﺺ ﻛﻞ ﻣﻨﺎ ﻟﻶﺧﺮ ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻤﻨﺎﺻﺤﺔ ، ﻳﺄﻣﺮﻩ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﻳﻨﻬﺎﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﺩﺍﺋﻤﺎً ﻭﺃﺑﺪﺍً ﻓﻬﻮ ﻟﻪ ﻓﻲ ﻧﺼﺤﻪ ﺃﺗﺒﻊ ﻟﻪ ﻣﻦ ﻇﻠﻪ ، ﻭﻟﺬﻟﻚ ﺻﺢ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺩﺃﺏ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺣﻴﻨﻤﺎ ﻳﺘﻔﺮﻗﻮﻥ ﺃﻥ ﻳﻘﺮﺃ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻵﺧﺮ )) ﻭﺍﻟﻌﺼﺮ ﺇﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻟﻔﻲ ﺧﺴﺮ ﺇﻻ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﻭﻋﻤﻠﻮﺍ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺎﺕ ﻭﺗﻮﺍﺻﻮ ﺑﺎﻟﺤﻖ ﻭﺗﻮﺍﺻﻮﺍ ﺑﺎﻟﺼﺒﺮ .(( ﺍﻟﻤﺼﺪﺭ: ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﻣﻦ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ . ﺹ ) 166-165 ( Sumber : .http://forumsalafy.net/konsekuensi-saling-cinta-karena-allah-faidah-ilmiyah-dari-asy-syaikh-albani-rahimahullah/ Forum Salafy Indonesia
9 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

mencabut manhaj muwazanah hingga ke akar-akarnya

MENCABUT MANHAJ MUWAZANAH HINGGA KE AKAR-AKARNYA Asy-Syaikh Muhammad bin Hady al-Madkhaly hafizhahullah Sekarang ini mereka (para pengekor hawa nafsu -pent) datang membawa manhaj baru dengan mengatakan, “Dia seorang sunni, walaupun dia memiliki kesalahan-kesalahan, itu juga seorang sunni walaupun dia memiliki kesalahan-kesalahan.” Jelaskan apa kesalahan-kesalahannya itu?! Apakah dia meyakini madzhab Khawarij?! Ketika kita lihat ternyata orang yang dia anggap sunni itu adalah seorang pengikut Khawarij. Yang lainnya ketika kita lihat ternyata dia seorang Rafidhah yang suka mencela para Shahabat. Yang lainnya lagi ketika kita perhatikan ternyata dia seorang yang berpemahaman Jahmiyah. Maa syaa Allah, orang yang semacam itu dianggap seorang sunni walaupun dia memiliki kesalahan-kesalahan. Mereka menilai seorang mubtadi' satu persatu seperti itu, maa syaa Allah. Semua itu menjadikan bahan tertawaan bagi akal-akal manusia, terkhusus para pemuda Salafiyun. Ucapan ini adalah ucapan yang bathil yang sangat jelas kesalahannya, karena sesungguhnya siapa saja yang bersikap loyaal kepada seorang mubtadi', menolongnya, dan membelanya, maka dia ini sama-sama sebagai seorang mubtadi' seperti dia, tanpa syak dan tanpa ada keraguan lagi. Ternyata keadaannya seperti penjelasan yang lalu berkaitan dengan sikap suka duduk bermajelis dengan para pengekor hawa nafsu: عن المرء لا تسأل وأبصر قرينه *** فإن القرين بالمقارن مقتدى ولا تصحب أخ  .*** الجهل وإيــاك وإياه فكم من جاهل *** أردى حليمًا حين أخاه يُقاس المرء بالمرء  *** إذا مـا هو ماشــاه Janganlah bertanya tentang seseorang, cukup lihatlah temannya Karena sesungguhnya seseorang itu suka meniru temannya Jangan berteman dengan orang yang bodoh Hati-hatilah engkau jangan mendekat kepadanya Berapa banyak orang yang bodoh menyeret orang yang baik Ketika dia menjadikannya seperti saudara Seseorang itu dinilai dengan orang lain Jika dia suka berjalan bersamanya Intinya jika engkau melihat seseorang suka bersama seorang mubtadi' lalu engkau memperingatkan dia namun dia mengabaikan, maka gabungkanlah dia dengannya! Kenapa demikian?! Karena: الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ “Seseorang mengikuti agama teman dekatnya.” (Ash-Shahihah no. 927 -pent) الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ “Ruh-ruh itu seperti satu pasukan yang diatur, yang saling mengenal akan bersatu, sedangkan yang tidak saling mengenal maka akan berselisih.” (HR. al-Bukhary no. 3158 dan Muslim no. 2638 -pent) إن القلوب لأجناد مجندة   ***  قول الرسول كلام ليس يختلف فما تعارف منها فهو مؤتلف ***  وما تناكر منها فهو مختلف Sungguh hati-hati manusia itu benar-benar seperti pasukan yang diatur Ucapan Rasul adalah ucapan yang tidak keliru Yang saling mengenal pasti akan bersatu Sedangkan yang tidak saling mengenal maka akan berselisih Maka jika engkau masih melihatnya bersama seorang mubtadi', berarti dia mencintainya, karena telah kita ketahui bersama: أوثق عُرَى الْإِيمَانِ الْحُبُّ  فِي  اللَّهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ “Tali ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (Lihat: Ash-Shahihah no. 998 -pent) Jadi tidak mungkin seorang Ahlus Sunnah akan mencintai seorang ahli bid'ah, hal itu karena cinta merupakan kecenderungan hati, sehingga tidak mungkin akan terwujud kecuali jika hati-hati itu saling berdekatan. Al-Ashma'iy rahimahullah mengatakan: إذا تقاربت القلوب في النسبة تلاقت الأبدان في الصحبة “Jika hati-hati itu berdekatan dalam hal, maka badan akan saling berjumpa dalam persahabatan.”  http://ar.miraath.net/article/10564 Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata Klik ➡️JOIN⬅️ Channel Telegram: http://bit.ly/tukpencarialhaq http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.wordpress.com **** Disebarkan Oleh Happy Islam | Arsip Fawaid Salafy Join Channel Telegram telegram.me/happyislamcom
9 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum orang yang menyatakan tidak boleh mengkafirkan yahudi dan nasrani

Hukum Orang yang Menyatakan Tidak Boleh Mengkafirkan Yahudi dan Nasrani Yahudi dan Nasrani Kafir Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang seorang pemberi nasihat di salah satu masjid di Eropa. Dia menyatakan bahwasanya Yahudi dan Nasrani tidak boleh tidak boleh dikafirkan. Jawaban Syaikh Ibnu Utsaimin: Ucapan seperti ini telontar dari seorang yang sesat atau kafir, karena Yahudi dan Nasrani telah dikafirkan oleh Allah Subhanahu wata’ala di dalam kitab-Nya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ () اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putra Allah.” Dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih itu putra Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah sesembahan yang satu, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (at-Taubah: 30—31) Ayat ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang musyrik. Dalam ayat lain, dengan tegas Allah Subhanahu wata’ala menerangkan kekafiran mereka, لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra Maryam.” (al-Maidah: 72) لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, “Allah salah seorang dari yang tiga.” (al-Maidah: 73) لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ “Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani Israil melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (al-Maidah: 78) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (al-Bayinah: 6) Ayat-ayat dalam masalah ini sangatlah banyak. Demikian juga dengan hadits. Barang siapa mengingkari kekafiran Yahudi dan Nasrani, berarti tidak beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendustakan beliau, di samping mendustakan Allah Subhanahu wata’ala. Mendustakan Allah Subhanahu wata’ala adalah kekufuran. Jadi, barang siapa ragu tentang kekafiran Yahudi dan Nasrani, tidak diragukan lagi kekafirannya….  .(Fatawa Aqidah) - dari Majalah Asy Syari'ah Channel Telegram Salafy Cirebon
9 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

mewujudkan persatuan umat

MEWUJUDKAN PERSATUAN UMAT  .     Asy-Syaikh al-'Allamah Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata, "Kaum muslimin tidak akan bisa bersatu kecuali di atas aqidah yang shahih (benar). Aqidah-lah yang telah menyatukan para shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah sebelumnya mereka terpecah belah. Sebagaimana firman Allah, "Ingatlah kalian terhadap nikmat Allah atas kalian, ketika sebelumnya kalian adalah saling bermusuhan, maka Allah satukan antara hati – hati kalian." (Ali 'Imran : 103) …. TIDAK ADA YANG BISA MENYATUKAN UMAT INI KECUALI AQIDAH YANG SHAHIH. Adapun apabila kondisi umat masih berselisih, berbeda-beda dalam aqidah dan keyakinan maka tidak akan bisa bersatu selamanya!! … apabila mereka (yaitu orang yang menyatakan diri sebagai da'i, ingin memperbaiki umat, pen) memang menginginkan persatuan kaum muslimin, maka hendaknya PERTAMA KALI YAN MEREKA LAKUKAN ADALAH MEMBENAHI/MELURUSKAN AQIDAH. Urusan aqidah inilah, yang dulu para rasul – sejak rasul pertama hingga rasul terakhir – semuanya sangat mementingkannya, dan memulai dakwah dengannya. MAKA PERTAMA KALI, WAJIB ATAS MEREKA UNTUK MENYATUKAN AQIDAH UMAT TERLEBIH DAHULU. Apabila aqidah telah disatukan, maka umat akan bersatu. Ini kalau mereka serius dan jujur dalam dakwah mereka (yakni mereka mengaku ingin melakukan perbaikan umat, pen). Namun kenyataannya mereka justru mengejek para da'i yang menjelaskan tentang aqidah, berdakwah kepada aqidah yang benar, dengan mengatakan, "dai ini mengkafirkan umat, ini ingin memecah belah kaum muslimin, … ." Kita katakan kepada mereka, "Kalian tidak akan bisa menyatukan umat tanpa aqidah yang benar. Kalau aqidah ini sudah satu, niscaya umat pun akan bisa disatukan dengan sangat mudah. Allah Ta'ala berfirman, "Dia – lah (Allah) yang telah menguatkanmu dengan pertolongan-Nya dan kaum muslimin. Dan Allah-lah yang menyatukan hati-hati kalian. Kalau kamu menginfakkah seluruh yang ada di bumi semuanya (untuk menyatukan mereka) niscaya kamu tidak akan bisa menyatukan hati mereka. Tapi Allah-lah yang menyatukan antar mereka. sesungguhnya Dia Maha Perkasa dan Maha Bijaksana." (al-Anfal : 62-63) … Umat tidak akan bersatu kecuali di atas prinsip ibadah kepada Rabb yang satu (yakni Tauhid), yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. … Inilah cara untuk menyatukan kaum muslimin. Kalau mereka jujur, maka hendaknya mereka memperbaiki aqidah kaum muslimin, membersihkan darinya berbagai penyimpangan dan dari berbagai yang disusupkan padanya. Supaya aqidah tersebut kondisi menjadi murni sebagaimana aqidah yang dibawa oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, supaya kaum muslimin bisa bersatu di atasnya." [ Muqaddimah Syarh terhadap kitab Syarhus Sunnah al-Barbahari ] Majmu'ah Manhajul Anbiya Channel Telegram https://bit.ly/ManhajulAnbiya ~~~~~~~~~~~~~~~~~~  Baca : Syubhat : Menegakkan Sistem Islami Dulu Baru Dakwah Tauhid ?   Jalan Menuju Persatuan Umat  
9 tahun yang lalu
baca 3 menit