Aqidah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

proses sakaratul maut

PROSES KELUARNY RUH DARI JASAD (ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan) Keluararnya ruh dari jasad dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib z yang panjang, yang diriwayatkan Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Imam Ahmad, dan Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil menyebutkan hadits ini dalam Ash-Shahihul Musnad. 1. Keluarnya ruh seorang mukmin dan kabar gembira baginya. إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ. قَالَ: فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggal dunia, maka para malaikat rahmat turun kepadanya, wajahnya seakan-akan matahari yang bersinar, membawa kain kafan dan wangi-wangian dari jannah (surga). Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malakul maut hingga duduk di samping kepalanya, lalu berkata: ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju ampunan Allah dan keridhaan-nya.’ Maka ruh tersebut keluar dari jasadnya seperti tetesan air yang mengalir dari bibir tempat air minum. Malakul maut pun mengambil ruh yang sudah keluar dari jasadnya itu. Tiba-tiba para malaikat rahmat yang menunggu tidak membiarkan ruh tersebut berada di tangannya sekejap mata pun. Mereka segera mengambil dan menaruhnya di dalam kafan dan wangi-wangian tersebut, dan keluarlah bau wangi misik yang paling harum yang dijumpai di muka bumi.” Allah mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan istiqamah di atas agama yang sempurna ketika menghadapi sakaratul maut. Ini adalah bukti kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. Allah l berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih. dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 30-32) Ayat-ayat ini adalah berita dari Allah sekaligus kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, bahwa para malaikat akan turun kepada mereka ketika mereka menghadapi maut, juga di dalam kubur mereka, serta ketika mereka dibangkitkan darinya. Para malaikat memberi jaminan keamanan kepada mereka atas perintah Allah. Mereka juga memberikan kabar gembira agar orang-orang beriman tidak takut terhadap apa yang akan mereka hadapi di akhirat, tidak bersedih terhadap perkara dunia yang mereka tinggalkan, seperti anak, keluarga, dan harta. Karena Allah yang akan mengurus dan menanggung mereka semua. Para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dengan hilangnya berbagai kejelekan dan didapatkannya berbagai kebaikan. (Tafsir Ibnu Katsir) Dari Aisyah, Rasulullah bersabda: مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ. فَقُلْتُ: ياَ نَبِيَّ اللهِ، أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ؟ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ. فَقَالَ: لَيْسَ كَذَلِكِ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ “Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah maka Allah juga tidak suka bertemu dengannya.” Aisyah berkata: “Wahai Nabi Allah, benci terhadap kematian? Kita semua membenci kematian.” Rasulullah n menjawab: “Bukan seperti itu. Seorang mukmin apabila diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, dan surga-Nya, maka dia akan senang bertemu dengan Allah, sehingga Allah pun senang bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir apabila diberi kabar gembira dengan azab Allah dan kemurkaan-Nya maka dia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.” (Muttafaqun ‘alaih) 2. Keluarnya ruh seorang kafir dan azab terhadapnya وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللهِ وَغَضَبٍ. قَالَ: فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ “Apabila seorang hamba yang kafir akan meninggal dunia, turunlah malaikat azab dari langit. Wajah-wajahnya hitam dan seram. Mereka membawa kain yang kasar dan jelek. Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Lalu datanglah malakul maut hingga dia duduk di samping kepalanya. Kemudian dia berkata: ‘Wahai jiwa yang jelek, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.’ Maka ruh tersebut bergetar di seluruh tubuhnya, kemudian malakul maut mencabutnya sebagaimana dicabutnya besi alat pemanggang dari bulu-bulu yang basah. Dia kemudian mengambil ruh tersebut. Para malaikat yang menunggu tadi tidak membiarkannya di tangannya sekejap mata pun, sampai mereka mengambil dan meletakkannya di kain yang kasar lagi jelek tadi. Keluarlah darinya bau seperti bau bangkai yang paling busuk yang ditemukan di muka bumi.” Allah mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira berupa kemurkaan dan azab-Nya, sehingga ruh-ruh mereka enggan untuk keluar dari jasadnya. Maka para malaikat pun memukul wajah dan punggungnya, sampai ruhnya keluar dari jasadnya. Allah berfirman: “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al-An’am: 93) “Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): ‘Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar’, (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya.” (Al-Anfal: 50-51) Sakaratul Maut Adalah Penghapus Dosa Seorang Mukmin Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah c, dari Nabi n, beliau bersabda: مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ “Tidaklah menimpa seorang muslim suatu rasa capek, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, duka cita, sampaipun sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengannya Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (Muttafaqun ‘alaih) Dari Anas bin Malik z, dia berkata: Rasulullah n bersabda: إِذَا ابْتَلَى اللهُ الْعَبْدَ الْمُسْلِمَ بِبَلَاءٍ فِي جَسَدِهِ قَالَ اللهُ: اكْتُبْ لَهُ صَالِحَ عَمَلِهِ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ. فِإِنْ شَافَاهُ غَسَلَهُ وَطَهَّرَهُ وَإِنْ قُبِضَ غَفَرَ لَهُ وَرَحِمَهُ “Apabila Allah menguji seorang hamba yang muslim dengan suatu ujian pada badannya, Allah berfirman: ‘Tulislah baginya amalan shalih yang biasa dia lakukan.’ Apabila Allah menyembuhkannya maka Dia telah mencuci dan membersihkannya (dari dosanya). Namun apabila Allah mencabut ruhnya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan akan merahmatinya.” (HR. Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Muqbil t: “Hadits ini shahih, perawinya adalah para perawi kitab-kitab Shahih.”) Godaan Setan Ketika Sakaratul Maut Allah l dengan hikmah dan keadilan-Nya menjadikan setan dari golongan jin dan manusia sebagai musuh bagi hamba-Nya. Permusuhan itu tidak berhenti sampai ajal datang kepada hamba tersebut. Setan pun terus berusaha menyesatkan sehingga seorang hamba akan mati dalam keadaan kafir. Allah l berfirman: “Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)’.” (Al-A’raf: 16-17) “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6) “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 112) Hal inilah yang menjadikan kita sadar dan hati-hati dalam mencari lingkungan serta teman bagi kita dan keluarga kita. Lebih-lebih tatkala dalam keadaan sakit atau menghadapi kematian. Karena setan dari golongan jin dan manusia terus bekerja sama dan saling membantu untuk menyesatkan hamba sehingga dia menjadi penghuni neraka jahannam. Namun sebaliknya, teman dan lingkungan yang baik akan mengajak serta mendorongnya untuk berbuat kebaikan dan istiqamah di atasnya. Oleh karena itu, perhatikanlah kisah berikut. Dari Ibnul Musayyab t, dari bapaknya z, bahwa ketika Abu Thalib menghadapi kematian, Nabi n masuk menemuinya. Ketika itu Abu Jahal ada di sampingnya. Beliau n berkata: “Wahai paman, ucapkan Laa ilaha illallah, sebuah kalimat yang aku akan jadikan sebagai hujjah untuk membelamu di hadapan Allah.” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: “Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib?” Terus-menerus Rasulullah n membujuknya untuk mengucapkannya. Namun mereka berdua (Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah) juga mengulang-ulang ucapan mereka. Hingga Musayyab berkata: “Abu Thalib mati di atas agama Abdul Muththalib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Dari Anas bin Malik z: إِنَّ غُلَامًا مِنَ الْيَهُودِ كَانَ يَخْدُمُ النَّبِيَّ n فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ n يَعُودُهُ وَهُوَ بِالْمَوْتِ فَدَعَاهُ إِلَى الْإِسْلَامِ فَنَظَرَ الْغُلَامُ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَبُوهُ: أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ. فَأَسْلَمَ ثُمَّ مَاتَ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ n مِنْ عِنْدِهِ وَهُوَ يَقُولُ: الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ بِي مِنْ النَّارِ Seorang anak Yahudi yang membantu Nabi n sedang sakit. Maka Nabi n datang menjenguknya. Beliau duduk di samping kepalanya. Beliau menawarkan kepadanya untuk masuk Islam. Beliau berkata: “Masuk Islamlah.” Anak itu lalu memandang kepada bapaknya yang berada di sampingnya. Bapaknya lalu berkata: “Taatilah Abul Qasim (Rasulullah).” Maka dia pun masuk Islam lalu meninggal dunia. Nabi n lalu keluar sambil berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka dengan perantaraanku.” (Muttafaqun ‘alaih) Oleh karena itu, Rasulullah n bersabda: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِمِهَا “Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan akhirnya.” (HR. Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi z) Tidak Ada yang Selamat Kecuali Orang yang Diselamatkan Allah Karena dahsyatnya berbagai ujian dan cobaan yang dihadapi masing-masing hamba, maka tidak mungkin bisa selamat dan berhasil melaluinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah l dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya. Allah l berfirman: “Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (An-Nahl: 127) “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27) Dari Abu Hurairah z dia berkata: Aku mendengar Rasulullah n bersabda: لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ. قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لَا، وَلَا أَنَا، إِلَا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ “Amalan seseorang tidak akan memasukkan dirinya ke dalam jannah.” Mereka bertanya: “Tidak pula engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak pula aku. Hanya saja Allah l telah meliputiku dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Sebagai penutup, kita memohon kepada Allah: “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Ali ‘Imran: 8) وَيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكِ “Wahai Dzat Yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi, lihat Shahih Al-Jami’, Asy-Syaikh Al-Albani t mengatakan: “Shahih.”) Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Sumber : http://asysyariah.com/proses-keluarnya-jasad-dari-ruh/
9 tahun yang lalu
baca 11 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

4 makhluk yang allah ciptakan dengan tangannya

 .Allah Menciptakan Adam dengan TanganNya Al-Muzani Rahimahullah Menyatakan : Kemudian Dia Menciptakan Adam dengan TanganNya. Dalam Kalimat ini Al-Muzani dengan Tegas Menyatakan bahwa Allah Menciptakan Adam dengan TanganNya. Dalam AlQuran diNyatakan : قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ (Allah) Berkata : Wahai Iblis, Apa yang Menghalangimu untuk Sujud kepada (Makhluk) yang Aku Ciptakan dengan TanganKu (Q.S Shood:75). Disebutkan dalam Ucapan Sahabat Nabi, Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa ada 4 Hal yang Allah Ciptakan Langsung dengan TanganNya, yaitu: 1. Arsy 2. Surga Adn 3. Adam 4. Pena (Penulis Taqdir). Sedangkan Makhluk Lainnya Diciptakan dengan Ucapan Allah : Kun (Jadilah), maka Jadilah Makhluk tersebut. Khusus Keempat Makhluk itu Allah Ciptakan dengan TanganNya. عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ خَلَقَ اللهُ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ بِيَدِهِ : الْعَرْشَ ، وَالْقَلَمَ ، وَعَدْنٍ ، وَآدَمَ . ثُمَّ قَالَ لِسَائِرِ الْخَلْقِ : كُنْ فَكَانَ Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma ia Berkata : Allah Menciptakan 4 Hal dengan TanganNya : Arsy, Pena (Penulis Taqdir), Surga Adn, dan Adam. Kemudian (Allah) Berfirman kepada Semua Penciptaan (yang lain) : Jadilah! Maka Jadilah (Makhluk itu). H.R ad-Daarimiy dalam ar-Radd alal Muraiysi, Ibnu Jarir AtThobary dalam Tafsirnya, Al-Baihaqy dalam Asmaa’ was-Sifaat, dan Adz-Dzahaby menyatakan bahwa Sanadnya Kuat. Hal itu Menunjukkan bahwa Makna ‘Tangan Allah’ dalam Ayat maupun Hadits-hadits di atas adalah Makna secara Hakiki. Kita Beriman bahwasanya Allah Memiliki Tangan yang Sempurna, yang Tidak Sama dengan Tangan Makhluk Manapun dan Kita Tidak Mengetahui serta Tidak Boleh Menanyakan Bagaimana atau Seperti Apa Tangan Allah. Terhadap Khabar yang Disampaikan Allah dalam Al-Quran maupun Hadits Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam tentang Nama dan Sifat-Sifat Allah maka Kita Beriman Sebagaimana yang Disampaikan. Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah Menyatakan : نُثْبِتُ هذِهِ الصِّفَاتِ الَّتِي جَاءَ بِهَا الْقُرْآنُ وَوَرَدَتْ بِهَا السُّنَّةُ وَنَنْفِي التَّشْبِيْهَ عَنْهُ كَمَا نَفَى عَنْ نَفْسِهِ فَقَالَ                        ( لَيْسَ كَمِثْلِه شَيْءٌ ) Kita Menetapkan Sifat-sifat (Allah) yang Datang dari Al-Quran dan disebutkan Dalam As-Sunnah (Hadits Nabi), dan Kita Hilangkan Penyerupaan (Allah dengan MakhlukNya) Sebagaimana Allah telah Menghilangkan (Keserupaan) dari Dirinya dalam FirmanNya (yang artinya): Tidak Ada yang Semisal DenganNya Suatu Apapun (Q.S Asy-Syuuro:11) Perkataan Asy-Syafi’i Rahimahullah ini Diriwayatkan oleh Adz-Dzahaby dalam Siyar A’lamin Nubalaa’ (15/123) Dikutip dari Buku "Akidah Imam Al-Muzani (Murid Imam Asy-Syafii)" Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah. ===================== http://telegram.me/alistiqomah
9 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jalan golongan yang selamat (firqatun najiyah) & kelompok yang mendapat pertolongan (thaifah al-manshurah)

BAGIAN 1 GOLONGAN YANG SELAMAT 1. Allah berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Ali Imran: 103) “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memperse-kutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap go-longan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan me-reka.” (Ar-Ruum: 31-32) 2. Nabi bersabda: “Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang di-ada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu ada-lah bid’ah, sedangkan setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih). 3. Dalam hadits yang lain Nabi bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tem-patnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.” (HR. Ahmad dan yang lain. Al-Hafidh menggo-longkannya hadits hasan) 4. Dalam riwayat lain disebutkan: “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ 5219) 5. Ibnu Mas’ud meriwayatkan: “Rasulullah membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau mem-baca firman Allah , ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mence-raiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintah-kan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153) (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i) 6. Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah berkata, “… adapun Golongan Yang Selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits).” 7. Allah memerintahkan agar kita berpegang teguh kepada Al-Qur’anul Karim. Tidak termasuk orang-orang musyrik yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan dan kelompok. Rasulullah mengabarkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani telah berpecah belah menjadi banyak golongan, sedang umat Islam akan berpecah lebih banyak lagi, golongan-golongan tersebut akan masuk Neraka karena mereka menyimpang dan jauh dari Kitabullah dan Sunnah NabiNya. Hanya satu Golongan Yang Selamat dan mereka akan masuk Surga. Yaitu Al-Jamaah , yang berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah yang shahih, di samping melakukan amalan para sahabat dan Rasulullah . Ya Allah, jadikanlah kami termasuk dalam golongan yang selamat (Firqah Najiyah). Dan semoga segenap umat Islam termasuk di dalamnya. BAGIAN 2 MANHAJ (JALAN) GOLONGAN YANG SELAMAT 1. Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya. Yaitu Al-Qur’anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepa-da keduanya: “Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga kedua-nya menghantarku ke telaga (Surga).” (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’) 2. Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah: “Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembali-kanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat-nya.” (An-Nisaa’: 59) “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65) 3. Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan RasulNya, realisasi dari firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hu-jurat: 1) Ibnu Abbas berkata: “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr) 4. Golongan Yang Selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid. Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo’a dan memohon pertolongan –baik dalam masa sulit maupun lapang–, menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk ibadah lain yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya yang banyak ditemui di negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak memben-dung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para rasul dan Rasul kita Muhammad . 5. Golongan Yang Selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya. Karena itu mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaum-nya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi : “Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: “Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih”) 6. Golongan Yang Selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang ber-bicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu. Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi : “Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad) Imam Malik berkata, “Tak seorang pun sesudah Nabi  .melain-kan ucapannya diambil atau ditinggalkan (ditolak) kecuali Nabi (yang ucapannya selalu diambil dan diterima).” 7. Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits. Tentang mereka Rasulullah bersabda: “Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghina-kan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim) Seorang penyair berkata, “Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa mereka bergaul dengannya. 8. Golongan Yang Selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka. Golongan Yang Selamat mengambil fiqih (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih, dan pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih. Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya. 9. Golongan Yang Selamat menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka melarang segala jalan bid’ah dan sekte-sekte yang meng-hancurkan serta memecah belah umat. Baik bid’ah dalam hal agama maupun dalam hal sunnah Rasul dan para sahabatnya. 10. Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya. Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Surga atas anugerah Allah dan syafa’at Rasulullah –dengan izin Allah–. 11. Golongan Yang Selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia apabila undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Golongan Yang Selamat mengajak manusia berhukum kepada Kitabullah yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman. Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, kemerosotan, dan mundur-nya khususnya dunia Islam, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah. Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’ad: 11) 12. Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam ber-jihad di jalan Allah. Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan: Pertama, jihad dengan lisan dan tulisan: Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih, tauhid yang murni dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasu-lullah telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda: “Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga kelompok-kelompok da-ri umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sehingga kelom-pok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala.” (Ha-dits shahih , riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim) Kedua, jihad dengan harta: Menginfakkan harta buat penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak buku-buku dakwah ke jalan yang benar, memberikan san-tunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa ma-kanan, pakaian atau keperluan lain yang dibutuhkan. Ketiga , jihad dengan jiwa:Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah ( Laa ilaaha illallah) tetap jaya sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina. Dalam hu-bungannya dengan ketiga perincian jihad di atas, Rasulullah r meng-isyaratkan dalam sabdanya: “Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu.” (HR. Abu Daud, hadits shahih) Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah: Pertama , fardhu ‘ain:Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan ag-resi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Agresor-Agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan –jika berpangku tangan– ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi terkutuk itu enyah dari wilayah Palestina. Mereka harus berupaya mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun jiwa. Kedua, fardhu kifayah: Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain kewajibannya menjadi gugur. Seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa meng-halangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar. BAGIAN 3 TANDA TANDA GOLONGAN YANG SELAMAT 1. Golongan Yang Selamat jumlahnya sangat sedikit di tengah banyaknya Umat Manusia . Tentang keadaan mereka, Rasulullah bersabda, “Keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang shalih di lingkungan orang banyak yang berperangai buruk, orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada orang yang menta’atinya.” (HR. Ahmad, hadits shahih) Dalam Al-Qur’anul Karim, Allah memuji mereka dengan firman-Nya, “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur.” (Saba’: 13) 2. Golongan Yang Selamat banyak dimusuhi oleh manusia, difitnah dan dilecehkan dengan gelar dan sebutan yang buruk. Nasib mereka seperti nasib para nabi yang dijelaskan dalam firman Allah, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112) Rasulullah misalnya, ketika mengajak kepada tauhid, oleh kaumnya beliau dijuluki sebagai “tukang sihir lagi sombong”. Padahal sebelumnya mereka memberi beliau julukan “ash-shadiqul amin”, yang jujur dan dapat dipercaya. 3. Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika ditanya tentang Golongan Yang Selamat, beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang salaf dan setiap orang yang mengikuti jalan para salafush shalih (Rasulullah, para sahabat dan setiap orang yang mengikuti jalan petunjuk mereka).” Hal-hal di atas adalah sebagian dari manhaj dan tanda-tanda Golongan Yang Selamat. Pada pasal-pasal berikut akan dibahas masalah akidah Golongan Yang Selamat yaitu golongan yang mendapat pertolongan. Semoga kita termasuk mereka yang berakidah Firqah Najiyah (Golongan Yang Selamat) ini, Amin. BAGIAN 4 THA’IFAH MANSHURAH (KELOMPOK YANG MENDAPAT PERTOLONGAN) Untuk mendapat jawaban, siapakah Tha’ifah Manshurah yang bakal mendapat pertolongan Allah, marilah kita ikuti uraian berikut: 1. Rasulullah bersabda, “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghina-kan mereka, sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim) 2. Rasulullah bersabda, “Jika penduduk Syam telah rusak, maka tak ada lagi kebaikan di antara kalian. Dan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang mendapat pertolongan, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka, sehingga datang hari Kiamat.” (HR. Ah-mad, hadits shahih) 3. Ibnu Mubarak berkata, “Menurutku, mereka adalah ashha-bul hadits (para ahli hadits).” 4. Imam Al-Bukhari menjelaskan, “Menurut Ali bin Madini mereka adalah ashhabul hadits.” 5. Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Jika kelompok yang mendapat pertolongan itu bukan ashhabul hadits maka aku tidak mengetahui lagi siapa sebenarnya mereka.” 6. Imam Syafi’i berkata kepada Imam Ahmad bin Hambal, “Engkau lebih tahu tentang hadits daripada aku. Bila sampai kepadamu hadits yang shahih maka beritahukanlah padaku, sehingga aku bermadzhab dengannya, baik ia (madzhab) Hejaz, Kufah maupun Bashrah.” 7. Dengan spesialisasi studi dan pendalamannya di bidang sunnah serta hal-hal yang berkaitan dengannya, menjadikan para ahli hadits sebagai orang yang paling memahami tentang sunnah Nabi r, petunjuk, akhlak, peperangannya dan berbagai hal yang berkaitan dengan sunnah. Para ahli hadits –semoga Allah mengumpulkan kita bersama mereka– tidak fanatik terhadap pendapat orang tertentu, betapa pun tinggi derajat orang. tersebut. Mereka hanya fanatik kepada Rasulullah . Berbeda halnya dengan mereka yang tidak tergolong ahli hadits dan mengamalkan kandungan hadits. Mereka fanatik terhadap pendapat imam-imam mereka –padahal para imam itu melarang hal tersebut– sebagaimana para ahli hadits fanatik terhadap sabda-sabda Rasulullah. Karenanya, tidaklah mengherankan jika ahli hadits adalah kelompok yang mendapat pertolongan dan Golongan Yang Selamat. Khatib Al-Baghdadi dalam kitab Syarafu Ashhabil Hadits menulis, “Jika shahibur ra’yi disibukkan dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya, lalu dia mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah , niscaya dia akan mendapatkan sesuatu yang membuatnya tidak membutuhkan lagi selain sunnah. Sebab sunnah Rasulullah mengandung pengetahuan tentang dasar-dasar tauhid, menjelaskan tentang janji dan ancaman Allah, sifat-sifat Tuhan semesta alam, mengabarkan perihal sifat Surga dan Neraka, apa yang disediakan Allah di dalamnya buat orang-orang yang bertaqwa dan yang ingkar, ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi. Di dalam hadits terdapat kisah-kisah para nabi dan berita-berita orang-orang zuhud, para kekasih Allah, nasihat-nasihat yang menge-na, pendapat-pendapat para ahli fiqih, khutbah-khutbah Rasulullah dan mukjizat-mukjizatnya… Di dalam hadits terdapat tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim kabar dan peringatan yang penuh bijaksana, pendapat-pendapat sahabat tentang berbagai hukum yang terpelihara … Allah menjadikan ahli hadits sebagai tiang pancang syari’at. Dengan mereka, setiap bid’ah yang keji dihancurkan. Mereka adalah pemegang amanat Allah di tengah para makhlukNya, perantara antara nabi dan umatnya, orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam me-melihara kandungan (matan) hadits, cahaya mereka berkilau dan ke-utamaan mereka senantiasa hidup. Setiap golongan yang cenderung kepada nafsu –jika sadar– pasti kembali kepada hadits. Tidak ada pendapat yang lebih baik selain pendapat ahli hadits. Bekal mereka Kitabullah, dan Sunnah Rasulullah r adalah hujjah (argumentasi) mereka. Rasulullah kelompok mereka, dan kepada beliau nisbat mereka, mereka tidak mengindahkan berbagai pendapat, selain merujuk kepada Rasulullah. Barangsiapa menyusahkan mereka, niscaya akan dibinasakan oleh Allah, dan barangsiapa memusuhi mereka, niscaya akan dihinakan oleh Allah.” Ya Allah, jadikanlah kami termasuk kelompok ahli hadits. Beri-lah kami rizki untuk bisa mengamalkannya, cinta kepada para ahli hadits dan bisa membantu orang-orang yang mengamalkan hadits. (Dikutip dari terjemah kitab Jalan Golongan Yang Selamat, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu) http://salafy.or.id/blog/2003/07/07/jalan-golongan-yang-selamat-bagian-i-iv/
9 tahun yang lalu
baca 15 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum valentine day dalam tinjauan syariat islam

Hari Kasih atau Valentine dalam Tinjauan Syariat PERAYAAN VALENTINE DAY Fatwa Lajnah Daimah Saudi  .Nomor 21203 Tanggal: 23/11/1420 H Pertanyaan:  Alhamdulillah wahdahu washshalatu wassalamu 'ala man laa Nabiyya ba'dah waba'du: Komite Riset Ilmiyyah dan Fatwa telah mengetahui atas apa yang disebutkan Samahatul Muftil'Am dari peminta fatwa/ Abdullah Alu Rabi'ah dan disampaikan kepada Komite melaui sekretariat Haiah Kibarul Ulama' nomor 5324 dan tanggalnya 3/11/1420 H. Peminta fatwa telah bertanya dengan pertanyaan yang teksnya: Setiap tahun pada tanggal 14 Februari sebagian orang merayakan hari cinta kasih " Valentine Day". Mereka saling berbagi bunga merah, memakai baju warna merah, dan mengucapkan selamat. Beberapa toko kue menyediakan berbagai jenis kue warna merah yang di atasnya diberi gambar hati. Dan beberapa toko lagi memasang iklan promo produk khusus Valentine Day. Bagaimana pendapat Anda: Pertama, tentang perayaan Valentine Day. Kedua, hukum membeli barang di toko-toko tersebut saat Valentine Day. Ketiga, hukum jual beli pemilik toko yang tidak ikut merayakan tapi menjual paket hadiah kepada mereka yang merayakan Valentine Day. Semoga Allah memberi balasan terbaik kepada Anda. Jawaban:  Dalil-dalil sarih (yang jelas) dari Alquran dan Sunah menunjukkan -dan atas dasar itu maka ulama salaf umat ini sepakat- bahwa hari raya dalam Islam hanya dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan selain dua hari raya ini, baik berhubungan dengan seseorang, golongan, peristiwa atau momen-momen tertentu lainnya adalah perayaan yang diada-adakan alias bidah. Pemeluk agama Islam tidak boleh mengadakan, ikut mendukung, turut bergembira atau memberikan bantuan, karena hal demikian melanggar hukum ketentuan Allah.  Barangsiapa melanggar hukum ketentuan Allah maka dia telah berbuat aniaya kepada diri sendiri. Terlebih lagi jika perayaan baru ini merupakan perayaan orang kafir, maka dosanya bertumpuk-tumpuk, karena dalam hal ini terdapat sikap mengikuti trend mereka dan menunjukkan kesetiaan kepada mereka. Padahal dalam Alquran Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang orang-orang mukmin meniru dan setia kepada mereka, dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka."  Valentine Day termasuk kategori ini, karena terhitung sebagai salah satu perayaan umat Kristiani penyembah berhala. Karena itu seorang Muslim tidak boleh mengadakan, mendukung atau memberi selamat Valentine Day, bahkan wajib meninggalkan dan menanggalkannya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan agar dijauhkan dari sebab-sebab kemurkaan dan siksa Allah.  Seorang Muslim juga dilarang turut andil dalam perayaan ini atau perayaan-perayaan yang haram lainnya, baik dengan makan, minum, jual, beli, produk, hadiah, korespondensi, iklan promo dan lain-lain, karena kesemua hal ini masuk kategori saling bantu membantu dalam melakukan dosa, pelanggaran dan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Jalla wa 'Ala berfirman, dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Kewajiban seorang Muslim untuk berpegang teguh kepada Alquran dan Sunah dalam segala kondisi terutama pada waktu merajalela kekacauan dan kerusakan. Ia harus bertindak cerdas dan waspada agar tidak terjatuh dalam kesesatan kaum yang dimurkai (Yahudi), kaum yang tersesat (Kristen) dan orang-orang fasik yang tidak percaya akan kebesaran Allah dan tidak menaruh hormat kepada Islam. Seorang muslim sepatutnya mencari perlindungan kepada Allah Ta'ala dengan meminta petunjuk dan keteguhan, karena tiada pemberi petunjuk kecuali Allah, dan tiada peneguh kecuali Dia yang Maha Suci. Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam. Al Lajnah ad Daimah Lilbuhutsil Ilmiyyah wal Ifta' Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Muhammad Alu asy-Syaikh Anggota: Abdullah bin Abdurrahman al Ghudayyan | Shalih bin Fauzan al Fauzan | Bakr bin Abdullah Abu Zaid http://www.albaidha.net/vb4/archive/index.php/t-22270.html http://bit.ly/Al-Ukhuwwah Publikasi: WA Salafy Solo Channel Salafy Solo https://bit.ly/salafysolo Jumadal Ula 1437 H =====*****===== 🇸🇦 فتاوى علماء المسلمين في عيد الحب أولا: اللجنة الدائمة: الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لانبي بعده، وبعد : فقد اطلعت اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء على ما ورد إلى سماحة المفتي العام من المستفتي / عبد الله آل ربيعة ، والمحال إلى اللجنة من الأمانة العامة لهيئة كبار العلماء برقم (5324 ) وتاريخ 3/11/1420 هـ . وقد سأل المستفتي سؤالاً هذا نصه : ( يحتفل بعض الناس في اليوم الرابع عشر من شهر فبراير 14/2 من كل سنة ميلادية بيوم الحب (( فالنتين داي )) . ((day valentine )) . ويتهادون الورود الحمراء ويلبسون اللون الأحمر ويهنئون بعضهم وتقوم بعض محلات الحلويات بصنع حلويات باللون الأحمر ويرسم عليها قلوب وتعمل بعض المحلات إعلانات على بضائعها التي تخص هذا اليوم فما هو رأيكم : أولاً : الاحتفال بهذا اليوم ؟ ثانياً : الشراء من المحلات في هذا اليوم ؟ ثالثاً : بيع أصحاب المحلات ( غير المحتفلة ) لمن يحتفل ببعض ما يهدى في هذا اليوم ؟ وجزاكم الله خيراً … ) . وبعد دراسة اللجنة للاستفتاء أجابت بأنه دلت الأدلة الصريحة من الكتاب والسنة – وعلى ذلك أجمع سلف الأمة – أن الأعياد في الإسلام اثنان فقط هما : عيد الفطر وعيد الأضحى وماعداهما من الأعياد سواء كانت متعلقة بشخصٍ أو جماعة أو حَدَثٍ أو أي معنى من المعاني فهي أعياد مبتدعة لا يجوز لأهل الإسلام فعلها ولا إقرارها ولا إظهار الفرح بها ولا الإعانة عليها بشيء لأن ذلك من تعدي حدود الله ومن يتعدى حدود الله فقد ظلم نفسه ، وإذا انضاف إلى العيد المخترع كونه من أعياد الكفار فهذا إثم إلى إثم لأن في ذلك تشبهاً بهم ونوع موالاة لهم وقد نهى الله سبحانه المؤمنين عن التشبه بهم وعن موالاتهم في كتابه العزيز وثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : (( من تشبه بقوم فهو منهم )) . وعيد الحب هو من جنس ما ذكر لأنه من الأعياد الوثنية النصرانية فلا يحل لمسلم يؤمن بالله واليوم الآخر أن يفعله أو أن يقره أو أن يهنئ بل الواجب تركه واجتنابه استجابة لله ورسوله وبعداً عن أسباب سخط الله وعقوبته ، كما يحرم على المسلم الإعانة على هذا العيد أو غيره من الأعياد المحرمة بأي شيء من أكلٍ أو شرب أو بيع أو شراء أو صناعة أو هدية أو مراسلة أو إعلان أو غير ذلك لأن ذلك كله من التعاون على الإثم والعدوان ومعصية الله والرسول والله جل وعلا يقول : (( وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان واتقوا الله إن الله شديد العقاب )) . ويجب على المسلم الاعتصام بالكتاب والسنة في جميع أحواله لاسيما في أوقات الفتن وكثرة الفساد ، وعليه أن يكون فطناً حذراً من الوقوع في ضلالات المغضوب عليهم والضالين والفاسقين الذين لا يرجون لله وقاراً ولا يرفعون بالإسلام رأساً ، وعلى المسلم أن يلجأ إلى الله تعالى بطلب هدايته والثبات عليها فإنه لا هادي إلا الله ولا مثبت إلا هو سبحانه وبالله التوفيق . وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم . اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء الرئيس عبد العزيز بن عبد الله بن محمد آل الشيخ عضو صالح بن فوزان الفوزان عضو عبد الله بن عبد الرحمن الغديان عضو بكر بن عبد الله أبو زيد (فتوى رقم ( 21203 )، وتاريخها: 23/11/1420 هـ ) Hari Kasih atau Valentine dalam Tinjauan Syariat Valentine’s Day sebenarnya, bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor kuffar. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine ? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya? “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya” (Al Isra’ : 36). Sebelum kita terjerumus pada budaya yang dapat menyebabkan kita tergelincir kepada kemaksiatan maupun penyesalan, kita tahu bahwa acara itu jelas berasal dari kaum kafir yang akidahnya berbeda dengan ummat Islam, sedangkan Rasulullah bersabda: Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri Radiyallahu ‘anhu : Rasulullah bersabda: “Kamu akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang kamu maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Rasulullah bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” ( HR. Bukhori dan Muslim ). Pertanyaan : Sebagian orang merayakan Yaum Al-Hubb (Hari Kasih Sayang) pada tanggal 14 Februari [bulan kedua pada kalender Gregorian kristen / Masehi] setiap tahun, diantaranya dengan saling-menghadiahi bunga mawar merah. Mereka juga berdandan dengan pakaian merah (merah jambu,red), dan memberi ucapan selamat satu sama lain (berkaitan dengan hari tsb). Beberapa toko-toko gula-gula pun memproduksi manisan khusus – berwarna merah- dan yang menggambarkan simbol hati/jantung ketika itu (simbol love/cinta, red). Toko-tokopun tersebut mengiklankan yang barang-barang mereka secara khusus dikaitkan dengan hari ini. Bagaimana pandangan syariah Islam mengenai hal berikut : 1. Merayakan hari valentine ini ? 2. Melakukan transaksi pembelian pada hari valentine ini? 3. Transaksi penjualan – sementara pemilik toko tidak merayakannya – dalam berbagai hal yang dapat digunakan sebagai hadiah bagi yang sedang merayakan? Semoga Allah memberi Anda penghargaan dengan seluruh kebaikan ! Jawaban : Bukti yang jelas terang dari Al Qur’an dan Sunnah – dan ini adalah yang disepakati oleh konsensus ( Ijma’) dari ummah generasi awal muslim – menunjukkan bahwa ada hanya dua macam Ied (hari Raya) dalam Islam : ‘ Ied Al-Fitr (setelah puasa Ramadhan) dan ‘ Ied Al-Adha (setelah hari ‘ Arafah untuk berziarah). Maka seluruh Ied yang lainnya – apakah itu adalah buatan seseorang, kelompok, peristiwa atau even lain – yang diperkenalkan sebagai hari Raya / ‘Ied, tidaklah diperkenankan bagi muslimin untuk mengambil bagian didalamnya, termasuk mengadakan acara yang menunjukkan sukarianya pada even tersebut, atau membantu didalamnya – apapun bentuknya – sebab hal ini telah melampaui batas-batas syari’ah Allah: Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. [ Surah At-Thalaq ayat 1] Jika kita menambah-nambah Ied yang telah ditetapkan, sementara faktanya bahwa hari raya ini merupakan hari raya orang kafir, maka yang demikian termasuk berdosa. Disebabkan perayaan Ied tersebut meniru-niru (tasyabbuh) dengan perilaku orang-orang kafir dan merupakan jenis Muwaalaat (Loyalitas) kepada mereka. Dan Allah telah melarang untuk meniru-niru perilaku orang kafir tersebut dan termasuk memiliki kecintaan, kesetiaan kepada mereka, yang termaktub dalam kitab Dzat yang Maha Perkasa (Al Qur’an). Ini juga ketetapan dari Nabi (Shalallaahu ` Alaihi wa sallam) bahwa beliau bersabda : “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka dia termasuk dari kaum tersebut”. Ied al-Hubb (perayaan Valentine’s Day) datangnya dari kalangan apa yang telah disebutkan, termasuk salah satu hari besar / hari libur dari kaum paganis Kristen. Karenanya, diharamkan untuk siapapun dari kalangan muslimin, yang dia mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhir, untuk mengambil bagian di dalamnya, termasuk memberi ucapan selamat (kepada seseorang pada saat itu). Sebaliknya, adalah wajib untuknya menjauhi dari perayaan tersebut – sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, dan menjaga jarak dirinya dari kemarahan Allaah dan hukumanNya. Lebih-lebih lagi, hal itu terlarang untuk seorang muslim untuk membantu atau menolong dalam perayaan ini, atau perayaan apapun juga yang termasuk terlarang, baik berupa makanan atau minuman, jual atau beli, produksi, ucapan terima kasih, surat-menyurat, pengumuman, dan lain lain. Semua hal ini dikaitkan sebagai bentuk tolong-menolong dalam dosa serta pelanggaran, juga sebagai bentuk pengingkaran atas Allah dan Rasulullah. Allaah, Dzat yang Maha Agung dan Maha Tinggi, berfirman: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. [Surah al-Maa.idah, Ayat 2] Demikian juga, termasuk kewajiban bagi tiap-tiap muslim untuk memegang teguh atas Al Qur’an dan Sunnah dalam seluruh kondisi – terutama saat terjadi rayuan dan godaan kejelekan. Maka semoga dia memahami dan sadar dari akibat turutnya dia dalam barisan sesat tersebut yang Allah murka padanya (Yahudi) dan atas mereka yang tersesat (Kristen), serta orang-orang yang mengikuti hawa nafsu diantara mereka, yang tidak punya rasa takut – maupun harapan dan pahala – dari Allah, dan atas siapa-siapa yang memberi perhatian sama sekali atas Islam. Maka hal ini sangat penting bagi muslim untuk bersegera kembali ke jalan Allah, yang Maha Tinggi, mengharap dan memohon Hidayah Nya (Bimbingan) dan Tsabbat (Keteguhan) atas jalanNya. Dan sungguh, tidak ada pemberi petunjuk kecuali Allaah, dan tak seorangpun yang dapat menganugrahkan keteguhan kecuali dariNya. Dan kepada Allaah lah segala kesuksesan dan semgoa Allaah memberikan sholawat dan salam atas Nabi kita ( Shalallaahu ` Alaihi wa sallam) beserta keluarganya dan rekannya. Lembaga tetap pengkajian ilmiah dan riset fatwa Ketua : Syaikh ‘ Abdul ‘ Aziz Al Asy-Syaikh; Wakil Ketua : Syaikh Saalih ibn Fauzaan; Anggota: Syaikh ‘ Abdullaah ibn Ghudayyaan; Anggota: Syaikh Bakar Ibn ‘ Abdullaah Abu Zaid (Fataawa al-Lajnah ad-Daaimah lil-Buhuts al-‘Ilmiyyah Wal-Iftaa.- Fatwa Nomor 21203. Lembaga tetap pengkajian ilmiah dan riset fatwa Saudi Arabia) Dinukil dari http://www.fatwa-online.com/fataawa/innovations/celebrations/cel003/0020123_1.htm. Pertanyaan : Bagaimana hukum merayakan hari Kasih Sayang / Valentine Day’s ? Syaikh Muhammad Sholih Al-Utsaimin menjawab : “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam. Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.” Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku. Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7) Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51) “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22) Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya. Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir. Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya. Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita. —————————————————— Penjelasan Tambahan : Beberapa versi sebab-musabab dirayakannya hari Kasih sayang ini, dalam The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day. 1. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998). The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998). Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998). Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! . Layaknya seorang muslim segera bertaubat mengucap istighfar, “Astaghfirullah”, wa naudzubillahi min dzalik. (Dari berbagai sumber). Sumber : http://salafy.or.id/blog/2004/01/16/hari-kasih-atau-valentine-dalam-tinjauan-syariat/ Mengapa Kaum Muslimin Tidak Boleh Merayakan Valentine’s Day? Sebagian kaum muslimin yang ikut merayakannya mengatakan bahwa Islam juga mengajak kepada kecintaan dan kedamaian. Dan Hari Kasih Sayang adalah saat yang tepat untuk menyebarkan rasa cinta di antara kaum muslimin. Sehingga apa yang menghalangi untuk merayakannya? Jawaban terhadap pernyataan ini dari beberapa sisi: 1. Hari Raya Dalam Islam Telah Ditentukan Hari raya dalam Islam adalah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hari raya merupakan salah satu syi’ar yang sangat agung. Sedangkan dalam Islam, tidak ada hari raya kecuali hari Jum’at, Idul Fithri, dan Idul Adha. Perkara ibadah harus ada dalilnya. Tidak boleh seseorang membuat hari raya sendiri yang tidak disyariatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Berdasarkan hal ini, perayaan Hari Kasih Sayang ataupun selainnya yang diada-adakan adalah perbuatan mengada-adakan (bid’ah) dalam agama, menambahi syariat, dan bentuk koreksi terhadap Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat yang menetapkan syariat. 2. Tasyabbuh Terhadap Orang-orang Kafir Perayaan Hari Kasih Sayang merupakan bentuk tasyabbuh (menyerupai) bangsa Romawi paganis, juga menyerupai kaum Nashrani yang meniru mereka (Romawi), padahal ini tidak termasuk (amalan) agama mereka. Ketika seorang muslim dilarang menyerupai kaum Nashrani dalam hal yang memang termasuk agama mereka, maka bagaimana dengan hal-hal yang mereka ada-adakan dan mereka menirunya dari para penyembah berhala? Seorang muslim dilarang menyerupai orang-orang kafir -baik penyembah berhala atau ahli kitab- baik dalam aqidah, ibadah, maupun dalam adat yang menjadi kebiasan, akhlak, dan perilaku mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali-’Imran: 105) Dan juga Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلاَ يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)? Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari golongan mereka.” [HR. Abu Dawud no. 4031, Ahmad II/50] Tasyabbuh terhadap orang kafir dalam perkara agama mereka -diantaranya adalah Hari Kasih Sayang- lebih berbahaya daripada menyerupai mereka dalam hal pakaian, adat, atau perilaku. Karena agama mereka tidak terlepas dari tiga hal: yang diada-adakan, atau yang telah dirubah, atau yang telah dihapuskan hukumnya (dengan datangnya Islam). Sehingga tidak ada sesuatupun dari agama mereka yang bisa menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. 3. Perayaan Kasih Sayang Untuk Semua Manusia Tujuan perayaan Hari Kasih Sayang pada masa ini adalah menyebarkan kasih sayang di antara manusia seluruhnya, tanpa membedakan antara orang yang beriman dengan orang kafir. Hal ini menyelisihi agama Islam. Hak orang kafir yang harus ditunaikan kaum muslimin adalah bersikap adil dan tidak menzhaliminya. Dia juga berhak mendapatkan sikap baik dengan syarat; tidak memerangi atau membantu memerangi kaum muslimin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8) Bersikap adil dan baik terhadap orang kafir tidaklah berkonsekuensi mencintai dan berkasih sayang dengan mereka. Allah subhanahu wa ta’ala bahkan memerintahkan untuk tidak berkasih sayang dengan orang kafir dalam firman-Nya: لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ “Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujadilah: 22) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Sikap tasyabbuh akan melahirkan sikap kasih sayang, cinta, dan loyalitas di dalam batin. Sebagaimana kecintaan yang ada di batin akan melahirkan sikap menyerupai.” [Al-Iqtidha': I/490] 4. Kasih Sayang Karena Syahwat Kasih sayang yang dimaksud dalam tasyabbuh ini semenjak dihidupkan oleh kaum Nashrani adalah cinta, rindu, dan kasmaran di luar hubungan pernikahan. Buahnya, tersebarnya zina dan kekejian yang karenanya pemuka agama Nashrani -pada waktu itu- menentang dan melarangnya. Kebanyakan para pemuda muslimin merayakannya pun karena menuruti syahwat dan bukan karena keyakinan khurafat sebagaimana bangsa Romawi dan kaum Nashrani. Namun hal ini tetaplah tidak bisa menafikan adanya sikap tasyabbuh terhadap orang kafir dalam salah satu perkara agama mereka. Selain itu, seorang muslim tidak diperbolehkan menjalin hubungan cinta dengan seorang wanita yang tidak halal baginya, yang merupakan pintu menuju zina. Wallahu ta’ala a’lam bis showab. Buletin Islam AL ILMU Edisi: 8/II/VIII/1431 Sumber : http://www.buletin-alilmu.com Darussalaf.or.id HUKUM MERAYAKAN VALENTINE'S DAY ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN SHOLIH AL-UTSAIMIN رحمه الله حكم اﻻ حتفال بعيد الحب ❓ السؤال: 💍 💐  قد انتشر في اﻵونة اﻷخيرة اﻻحتفال بعيد الحب- خاصة بين الطالبات- وهو عيد من أعياد النصارى، ويكون الذي كاملا باللون اﻷحمر (الملبس والحذاء) ويتبادلن الزهور الحمراء....نأمل من فضيلتكم بيان حكم اﻻحتفال بمثل هذا العيد، وما توجيهكم للمسلمين لمثل هذه اﻷمور ؟ والله يحفظكم وير عاكم. PERTANYAAN Akhir-akhir ini telah merebak perayaan VALENTINE'S DAY -terutama dikalangan pelajar putri- , padahal ini merupakan hari raya kaum nasrani. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah dan saling bertukar bunga berwarna merah.....Kami mohon anda berkenan untuk menerangkan hukum perayaan semacam ini, dan apa nasihat anda untuk kaum muslimin sehubungan dengan masalah-masalah seperti ini? Semoga Alloh menjaga dan memelihara anda. ✅ الجواب: 🌻  اﻻ حتفال بعيد الحب ﻻ يجوز؛ لوجوه: 1.  أوﻻ: أنه عيد بدعي ﻻ أساس له في الشريعة. 2. ثانيا : أنه يدعو إلى العشق و الغرام. 3. ثالثا :أنه يدعو إلى اشتغال القلب بمثل هذه اﻷمور التافهة المخالفة لهدي السلف الصالح رضي الله عنهم.  فلا يحل أن يحدث في هذا اليوم شيء من شعائر العيد؛ سواء كان في المآكل أو المشارب أو الملابس أو التهادي أو غير ذلك. وعلى المسلم أن يكون عزيزا بدينه، وأن ﻻ يكون إمعة يتبع كل ناعق. أسأل الله تعالى أن يعيذ المسلمين من كل الفتان، ما ظهر منها وما بطن، وأن يتوﻻنا بتوليه وتوفيفه. [فتوى للشيخ ابن عثيمين - بتاريخ  ١٤٢٠/١١/٥ ه- عليها توقيعه] JAWABAN Tidak boleh merayakan VALENTINE'S DAY karena sebab-sebab berikut: 1. Bahwa itu adalah hari raya BID'AH, tidak ada dasarnya dalam syari'at. 2. Bahwa itu akan menimbulkan kecengengan dan kecemburuan. 3. Bahwa itu akan menyebabkan sibuknya hati dengan perkara-perkara bodoh yang bertolak belakang dengan tuntunan para salafush sholih Rodhiyallohu 'Anhum. Karena itu, pada hari tersebut tidak boleh ada simbol-simbul perayaan, baik berupa makanan, minuman, pakaian, saling memberi hadiah, ataupun yang lainnya. Hendaklah seorang muslim merasa mulia dengan agamanya dan tidak merendahkan diri setiap ajakan. Semoga Alloh melindungi kaum muslimin dari setiap fitnah, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dan semoga Alloh senantiasa membimbing kita dengan bimbingan dan petunjuk-Nya. Sumber: Fatwa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, tanggal 5/11 /1420 H yang beliau tanda tangani. Alih Bahasa: Miqdad al-Ghifary hafizhahullaah. WhatsApp Riyadhul Jannah Sumber https://telegram.me/ashhabussunnah Hari Kasih Sayang (Sebuah Perayaan Yang Amat Disayangkan) Layakkah seorang muslim mengikuti sebuah ucapan atau perbuatan yang tidak ia ketahui asal muasalnya ? Pantaskah pula seorang muslim bersikukuh di atas ucapan atau perbuatan yang ternyata keliru, padahal nasihat telah sampai kepadanya ? Demikianlah 2 pertanyaan yang semoga mengingatkan kita semua atas pentingnya berilmu sebelum berkata atau berbuat, dan tunduk dan menerima setiap nasihat kebaikan. Hari Kasih Sayang yang kerap disebut dengan istilah Valentine’s Day adalah sebuah tema yang ingin kita angkat, meski tema ini bukanlah baru bagi kita.Akan tetapi Allah berfirman (artinya) : “Dan berilah peringatan, karena peringatan itu dapat memberi manfaat bagi orang-orang yang beriman”.(Adz Dzaariyaat : 55) Ayat ini memberi pelajaran kepada : 1)    Setiap pemberi peringatan, agar terus memberi peringatan karena dengan itu ia dapat memberikan manfaat kepada saudaranya seiman. 2)    Setiap orang yang mendapatkan peringatan, bahwa diantara tanda keimanan seseorang adalah merasakan manfaat dari setiap peringatan yang ia dapatkan. Asal Muasal Perayaan Valentine’s Day Bagi orang yang membaca sejarah perayaan ini, maka ia akan melihat bahwa asal muasal perayaan ini ada beberapa riwayat atau versi yang berbeda-beda.Demikian pula masing-masing riwayat tersebut tidaklah memiliki jalur periwayatan, apalagi mau diketahui kejujuran orang yang meriwayatkannya.Singkat kata, asal muasal perayaan ini tidak lebih dari “katanya dan katanya”.Karena “katanya dan katanya” ini berupa sebuah alur cerita, maka tak salah jika dibahasakan lain dengan dongeng.Setiap muslim hendaknya tahu atau ingat bahwa “katanya dan katanya” adalah salah satu perkara yang dibenci oleh Allah Ta’ala, sebagaimana pernah disabdakan RasulShallallahu ‘alaihi Wasallam. Riwayat-riwayat dongeng tersebut adalah : 1)    Konon ada seorang pastor atau pendeta yang diakui bernama Valentine, yang hidup pada abad ke-3 Masehi.Orang ini hidup di bawah pemerintahan seorang kaisar penyembah berhala, yang diakui bernama Claudius II.Pada tanggal 14 Februari 270 Masehi, Valentine dihukum mati karena ia menyeru kepada agama Nasrani.Maka tanggal 14 Februari dijadikan sebagai hari mengabadikan Valentine. 2)    Seorang kaisar menjumpai bahwa kemampuan tentara yang tidak menikah ternyata lebih besar dibanding tentara yang sudah menikah.Maka sang kaisar pun melarang pernikahan bagi para tentaranya.Akan tetapi ada seorang pastor atau pendeta yang diam-diam menikahkan para tentara.Ternyata perbuatan pastor atau pendeta ini diketahui sang kaisar, lalu ia pun dipenjara.Di penjara, ia kenal dengan wanita anak seorang sipir.Ketika itu wanita ini sedang sakit.Pastor atau pendeta ini pun jatuh cinta kepadanya.Sebelum pastor atau pendeta ini dihukum mati, ia mengirim semacam kartu yang tertulis padanya “Dari orang yang tulus cintanya, Valentine”. 3)    Valentine’s Day adalah salah satu perayaan orang-orang Romawi penyembah berhala.Perayaan ini menurut mereka merupakan sebuah ungkapan kecintaan kepada sesembahan mereka.Asal muasal perayaan ini pun berdasar dongeng semata, bahkan orang-orang Romawi sendiri menganggap seperti itu pula (maksudnya semata-mata dongeng).Mereka memiliki syiar-syiar khusus pada perayaan tersebut. 4)    Valentine adalah salah satu korban penyiksaan sebagian kaisar.Tatkala Valentine mati, maka orang-orang mendirikan sebuah gereja untuk mengabadikannya.Pada saat orang-orang Romawi menganut agama Nasrani, maka mereka membiarkan perayaan mengabadikan Valentine yang telah ada.Hanya saja, orang-orang Romawi mengubah maksud perayaan tersebut dari kecintaan kepada sesembahan menjadi maksud lain, yang diungkapkan dengan istilah “Para Pejuang Cinta”, untuk menyerupai pastor atau pendeta Valentine yang menyeru kepada cinta dan kasih sayang menurut anggapan mereka.Perayaan ini pun juga disebut “Hari Orang-orang Yang Rindu” dan Valentine dianggap sebagai pembela dan pemimpin orang-orang yang rindu. Para pembaca yang semoga dirahmati Allah, sekali lagi asal muasal perayaan Valentine’s Day di atas tidak lebih dari sekedar dongeng.Lalu bagaimana seorang muslim yang didekatnya ada Al Qur’an dan Sabda Nabi yang selalu terpelihara keasliannya hingga hari kiamat, rela ikut-ikutan merayakan sebuah dongeng yang tak kunjung jelas kebenarannya ?! Atau kalau saja cerita itu jelas kebenarannya, maka bagaimana pula seorang muslim yang telah mengikrarkan iman kepada Allah dan memiliki kewibawaan dengan imannya tersebut, justru merayakan sebuah hari yang berkaitan erat dengan penghormatan kepada seorang pastor / pendeta, cerita cinta atau kerinduan rendahan dan bahkan pengagungan terhadap berhala ?! Sebuah musibah yang pantas untuk kita ucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’un. Yang Tak Kalah Penting Untuk Kita Ketahui Ada beberapa pemandangan dalam perayaan Valentine’s Day yang perlu kita ketahui hakikat sebenarnya atau kita cermati, yaitu : 1)    Mawar merah, busana dan hadiah serba merah atau merah muda merupakan ungkapan orang-orang Romawi untuk mencintai berhala-berhala mereka. Sedangkan menurut orang-orang Nasrani, hal itu sebagai ungkapan kasih sayang antara pria dan wanita yang sedang kasmaran. 2)    Anak kecil yang bersayap dua dan memegang busur panah sekaligus anak panahnya, adalah tuhan cinta menurut orang-orang Romawi dan para penyembah berhala. 3)    Seringkali perayaan ini diwarnai percintaan sepasang pria dan wanita yang bukan mahramnya, yang tidak samar lagi hal itu merupakan jalan mendekati perzinaan, sekalipun tidak sampai pada perzinaan sesungguhnya. 4)    Tidak jarang perayaan ini mengeluarkan biaya yang cukup besar, bahkan diantaranya dimeriahkan dengan konser musik.Tidakkah hal seperti ini mengandung penyia-nyiaan harta yang dibenci oleh Allah Ta’ala ?! Bukankah kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban kita : Darimana harta itu kita peroleh dan untuk apa ia kita belanjakan ?! 5)    Menyia-nyiakan waktu, tenaga dan usia karena waktu, tenaga dan usia yang tidak lain merupakan amanah dari Allah, ternyata digunakan untuk perkara sia-sia, bahkan haram. Atas dasar ini, mungkinkah seorang muslim selamat dari keharaman tatkala ia ikut-ikutan berpartisipasi dalam perayaannya orang-orang kafir ini ?!Akankah seorang muslim yang masih menghargai agamanya, masih saja latah mengikuti perayaan mungkar tersebut ?! Semoga Allah menumbuhkan sifat muhasabah (introspeksi diri), rasa takut kepada murka-Nya dan mengokohkan iman kepada kita semua hingga ajal menjemput kita…aamiin. Sumber : http://daarulihsan.com/389/#more-389 VALENTINE'S DAY ADALAH PERAYAAN KAUM NASHORO Asy Syeikh Sholih Al Fauzan hafidzohullah: Apa itu 'idul hub (Valentine's day)? ini adalah harinya kaum nashoro. Tidak boleh bagi kaum muslimin untuk ikut bergabung bersama mereka, mengucapkan kata selamat untuk mereka, tidak boleh bagi kaum muslimin menyaksikannya. Ini adalah hari yang orang orang kuffar rayakan, maka janganlah kalian beri mereka ucapan selamat!  Cinta kepada siapa perayaan kasih sayang ini? Cinta kepada Iblis? Cinta kepada Al Masih Alaihis Sholatu Was Salam? Cinta diantara mereka? Tidak ada cinta diantara mereka karena mereka adalah orang kafir. (تحسبهم جميعا و قلوبهم شتى) "Kalian mengira mereka bersatu padahal hati mereka berpecah belah" Mereka mengatakan cinta kepada wanita? Ini adalah perbuatan keji. Sumber: http://alfawzan.af.org.sa/node/3853 Telegram: https://bit.ly/Berbagiilmuagama Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy
9 tahun yang lalu
baca 34 menit