Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kapan shallu fi buyutikum / rihalikum dikumandangkan dalam azan?

5 tahun yang lalu
baca 6 menit

TEKNIS MENGUMANDANGKAN AZAN صَلُّوا فِي بُيُوتِكُم SHOLLU FII BUYUTIKUM.

Kapan Shallu fi Buyutikum / Rihalikum Dikumandangkan dalam Azan?
Ketika turun hujan atau yang sekarang sedang ramai terkait WABAH PENYAKIT yaitu CORONA atau disebut COVID-19, dimana sholat berjamaah dan Jum’at ditiadakan, maka pada saat azan, muazin mengumandangkan adzan dengan mengucapkan beberapa lafazh adzan untuk memerintahkan jamaah shalat dirumah mereka :

1) Shollu Fi Buyutikum

صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ

(Muttafaqun Alaih)

2) Ala Shollu Firrihal

أَلاَ صَلُّوا فِي الرِّحَالِ

(Muttafaqun Alaih)

3) Shollu Fi Rihalikum

صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ

(Riwayat Bukhari)

Semuanya berarti kurang lebih sama “Shalatlah di rumah-rumah kalian.”

Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang sebagiannya diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim rohimahumahulloh
dalam Shahihnya, yaitu :

Dari Abdullah bin al-Haarits sepupu Muhammad bin Siiriin, beliau berkata :

قَالَ: ابْنُ عَبَّاسٍ لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ: إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَلاَ تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، قُلْ: «صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ»، فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا، قَالَ: فَعَلَهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي، إِنَّ الجُمْعَةَ عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ فَتَمْشُونَ فِي الطِّينِ وَالدَّحَضِ

“Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu berkata kepada mudzin pada waktu turun hujan, jika engkau adzan “asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah, maka janganlah setelahnya engkau mengatakan “hayya ‘alaash sholaat”, tapi katakan “sholluu fii buyuutikum”. Namun orang-orang seolah-olah mengingkarinya, maka Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu berkata : “telah melakukannya orang yang lebih baik dariku, sesungguhnya Jum’at adalah azimah, aku tidak suka mengeluarkan kalian, kemudian kalian berjalan menuju ke masjid melewati tanah berlumpur”.

Ini adalah lafadz Imam Bukhori rohimahulloh dalam Shahihnya.

Dari Naafi’, beliau berkata :

أَذَّنَ ابْنُ عُمَرَ فِي لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ بِضَجْنَانَ، ثُمَّ قَالَ: صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ، فَأَخْبَرَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ مُؤَذِّنًا يُؤَذِّنُ، ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِهِ: «أَلاَ صَلُّوا فِي الرِّحَالِ» فِي اللَّيْلَةِ البَارِدَةِ، أَوِ المَطِيرَةِ فِي السَّفَرِ

“Ibnu Umar rodhiyallahu anhu mengumandangkan adzan pada malam yang sangat dingin di daerah Dhojnaan, lalu beliau mengucapkan dalam adzannya : “shollu fii rihaalikum”. Telah mengabarkan kami bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wa salam memerintahkan muadzin ketika adzan untuk mengucapkan : “allaa shollu fii rihaal” pada malam yang dingin atau hujan deras ketika safar.

Ini adalah lafadz Imam Bukhori rohimahulloh dalam Shahihnya.

Dari hadits diatas, SANG ULAMA MAZHAB SYAFI’I yaitu IMAM NAWAWI rohimahulloh mengatakan dalam kitabnya Roudhotut Thoolibiin (1/208):

قَالَ صَاحِبُ (الْعُدَّةِ) : وَإِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ مَطِيرَةٌ، أَوْ ذَاتُ رِيحٍ وَظُلْمَةٍ، يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقُولَ: إِذَا فَرَغَ مِنْ أَذَانِهِ: أَلَا صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ. فَإِنْ قَالَهُ فِي أَثْنَاءِ الْأَذَانِ بَعْدَ الْحَيْعَلَةِ فَلَا بَأْسَ.

وَكَذَا قَالَهُ الصَّيْدَلَانِيُّ وَالْبَنْدَنِيجِيُّ وَالشَّاشِيُّ وَغَيْرُهُمْ، وَاسْتَبْعَدَ إِمَامُ الْحَرَمَيْنِ قَوْلَهُ فِي أَثْنَاءِ الْأَذَانِ، وَلَيْسَ هُوَ بِبَعِيدٍ، بَلْ هُوَ الْحَقُّ وَالسُّنَّةُ.

“Penulis kitab al-‘Uddah berkata : ‘jika malam turun hujan atau angin kencang dan sangat gelap, maka dianjurkan (bagi muadzin) setelah selesai adzan mengucapkan “Alaa Sholluu fii Rihaalikum”, jika ia mengucapkannya di tengah-tengah adzan setelah “Hayya ‘alaas Sholaat, Hayya ‘alaal Falaah”, maka tidak mengapa.
Demikian juga yang dikatakan oleh as-Shoidalaaniy, al-Bandaniijiy, asy-Syaasyiy dan selainnya. Imamul Haromain mengingkari mengucapkannya di tengah-tengah adzan, namun itu tidak tepat, bahkan di tengah-tengah adzan adalah yang haq dan mengikuti sunnah.”

Berkata Al-Allamah Muhammad Bin Ali Al-Ityubiy (Rahimahulloh) :

‏الحاصل أن المؤذن مُخيّر في قوله (ألا صلوا في رحالكم) بين ثلاثة أمور : قولها في أثناء الآذان، وقولها بعده، وقولها بدل (حي على الصلاة)، فالأمر في ذلك واسع، والله تعالى أعلم بالصواب.

Kesimpulan : Bahwa seorang muadzin bebas memilih ketika dia melafazhkan (Ala Shollu Fi Rihalikum) untuk dia ucapkan :
—Ditengah-tengah adzannya ( Setelah dua syahadat menggantikan posisi hayya alasholah seperti dalam hadits Ibnu Abbas )atau
—Setelah Adzan (Selesai La ailaha Illalloh Setelah adzan seperti dalam hadits Ibnu Umar) atau
—Setelah Hayya AlaSholah

Perkaranya luas (fleksibel) insya Allah , Wallohu Ta’ala A’lam Bishowab.*¹

Jadi Wallohu A’lam perkaranya Luas.

═════════════════════════
Al-Bahrul Muhith Ats-tsajjaj Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj Karya Al-ityubiy (Rahimahulloh) hal 128.

Penulis kitab sama dengan yang dinukil di Chanel ini

Baca juga : Hukum Timer Azan dan Iqamah

KAIDAH UNTUK MENGENAL SIAPA SAHABAT NABI YANG BERNAMA ABDULLAH

Dalam periwayatan suatu hadits, kadangkala nama Sahabatnya hanya disebut Abdullah saja. Tanpa ada keterangan lain. Padahal nama Sahabat Nabi yang bernama Abdullah tidak hanya satu. Bagaimana cara mengetahui siapa nama Abdullah yang dimaksud?

Para Ulama memberikan suatu kaidah dengan melihat perawi yang meriwayatkan dari Sahabat tersebut berasal dari mana. Asal perawi menunjukkan siapa Sahabat Abdullah yang dimaksud.

Jika perawi yang meriwayatkan dari Sahabat itu berasal dari :

¶ Madinah: Abdullah bin Umar
¶ Makkah: Abdullah bin az-Zubair
¶ Kufah: Abdullah bin Mas’ud
¶ Bashrah: Abdullah bin Abbas
¶ Mesir dan Syam: Abdullah bin ‘Amr

Hal ini sebagaimana pernyataan as-Suyuthiy dalam bait-bait syair Alfiyyah-nya:

وَحَيْثُمَا أُطْلِقَ عَبْدُ اللَّهِ فِي … طَيْبَةَ فَابْنُ عُمَرٍ وَإِنْ يَفِ
بِمَكَّةٍ فَابْنُ الزُّبَيْرِ أَوْ جَرَى … بِكُوفَةٍ فَهْوَ ابْنُ مَسْعُودٍ يُرَى
وَالْبَصْرَةِ الْحَبْرُ وَعِنْدَ مِصْرِ … وَالشَّامِ مَهْمَا أُطْلِقَ ابْنُ عَمْرِو

Jika disebutkan Abdullah secara mutlak… di Thoybah (Madinah), itu adalah Ibnu Umar
Jika dinyatakan di Makkah… maka itu adalah Ibnuz Zubair…
Atau jika hadits itu berjalan di Kufah, maka itu Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan darinya…
Kalau Bashrah, itu adalah samudera (ilmu; Ibnu Abbas)…
Kalau di Mesir dan Syam, selama disebutkan secara mutlak, itu adalah Ibnu Amr

Alfiyyah as-Suyuuthiy fii Ilmil Hadiits halaman 57, melalui al-Bahrul Muhiith ats-Tsujaaj karya Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam al-Ityubiy

Faedah dari al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah JUDUL ASLI : TEKNIS MENGUMANDANGKAN AZAN صَلُّوا فِي بُيُوتِكُم SHOLLU FII BUYUTIKUM.| WA al I’tishom

Baca juga : Keutamaan Menjawab Azan dan Berdoa Antar Azan dan Iqamah