Tafsir

Atsar.id
Atsar.id oleh Rizal Kurnia R

hikmah penciptaan nabi adam yang tak diketahui malaikat

HIKMAH PENCIPTAAN NABI ADAM YANG TIDAK DIKETAHUI MALAIKAT https://pixabay.com/en/sanya-blue-sky-green-tree-2045974/ Ikhwaniy fillah -rahimakumullah- Penjelasan para Ulama, diantaranya Al Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- terkait respon para Malaikat terhadap pernyataan Allah, hal itu telah membuat kita semua tenang dengan penjelasan para Ulama tersebut. Karena jika semata-mata mengembalikan makna kepada terjemahan, niscaya bisa saja kita tergelincir dalam memahaminya. Walhamdulillah, Allah Tabāroka wa Ta'ālā bimbing kita semua. Setelah para Malaikat merespon keinginan Allah untuk menciptakan Nabi Adam -'alaihis Salam-, maka Allah pun menjelaskan jawabannya di dalam surat Al Baqarah : 30, { قال إني أعلم مالا تعلمون } "(Dia Allah) berfirman : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa saja yang tidak kalian(-para Malaikat-) ketahui." Maknanya adalah : " إني أعلم مالا تعلمون من المصلحة الراجحة في خلقهم " "Sesungguhnya Aku mengetahui sesuatu yang tidak kalian ketahui berupa kemaslahatan yang dominan pada penciptaan mereka(Bani Adam)." [ at Tafsir al Muyassar ] Adapun Al Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- menyebutkan makna dari firman Allah tersebut : " أي أعلم من المصلحة الراجحة في خلق هؤلاء ما لا تعلمون، أي سيوجد منهم الأنبياء والمرسلون والصديقون والشهداء و الصالحون " "Yakni Aku mengetahui dari maslahat yang paling dominan dalam penciptaan mereka, sesuatu yang tidak kalian ketahui, yakni akan didapati terlahir dari mereka (Bani Adam) Para Nabi, Para Rasul, Orang-orang yang jujur keimanannya dan Para Syuhada serta Orang-orang yang Sholih." [ Qoshoshul Anbiya lil Imam Ibni Katsir, hal.10 ] Dengan mengetahui keterangan para Ulama di atas, hendaknya kita banyak bersyukur kepada Allah akan nikmat-Nya yang tiada tara dengan adanya orang-orang pilihan Allah dan Allah ridhoi dari kalangan para Nabi, Rasul, Shiddiqun, Syuhada dan Sholihun. Semoga Allah kumpulkan kita semua dengan mereka dengan sebab keikhlasan dan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, Aamiin. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : { وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولٰٓئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّۦنَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولٰٓئِكَ رَفِيقًا } "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." [QS. An-Nisa': Ayat 69] والله أعلم بالصواب بارك الله فيكم Abu Ishaq At Thubany -Ghofarollahu lahu- ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ httos://tlgrm.me/kisahparaNabi
8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

yang takut kepada allah hanyalah ulama

 .إنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ “Sesungguhnya yang takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Fathir: 28) Asy-Syaikh bin Baz rahimahullah pernah ditanya tentang tafsir ayat ini, Beliau menjawab: “Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa ulama itu adalah orang yang tahu tentang AllahSubhanahu wa ta’ala, agama, kitab (al-Qur’an) yang agung, dan sunnah Rasul-Nya yang mulia. Mereka adalah manusia yang sempurna takutnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sempurna takwanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, dan sempurna ketaatannya kepada-Nya. Yang terdepan dari mereka adalah para rasul dan nabi.” Maka dari itu, yang dimaksud dengan “sesungguhnya yang takut kepada Allah” adalah rasa takut yang sempurna dari hamba-Nya, yaitu para ulama. Mereka adalah orang-orang yang mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-Nya serta keagungan hak-Nya. Mereka memahami syariat-Nya, mengimani apa yang ada di sisi-Nya, yaitu kenikmatan bagi yang bertakwa kepada-Nya serta azab bagi yang durhaka dan menyelisihi perintah-Nya. Karena kesempurnaan ilmu tentang Allah Subhanahu wa ta’ala dan kesempurnaan pemahaman tentang kebenaran, mereka menjadi manusia yang paling takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Manusia yang banyak rasa takutnya dan pengagungannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ayat ini tidaklah bermakna bahwa tidak ada yang takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala selain para ulama. Sebab, setiap muslim laki-laki dan perempuan serta setiap mukmin laki-laki dan perempuan memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Namun, rasa takut tersebut berbeda, tidak sama. Setiap orang mukmin yang lebih mengenal Allah Subhanahu wa ta’ala, lebih paham terhadap agama, tentu ia akan memiliki lebih banyak rasa takut dan lebih sempurna khasyahnya. Demikian pula halnya dengan seorang wanita yang beriman, jika keadaannya seperti itu. Setiap orang yang berkurang ilmu dan bashirahnya, akan berkurang pula rasa takut dan khasyahnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Manusia tidak sama dalam hal ini. Bahkan, keadaan para ulama pun demikian. Setiap alim yang lebih mengenal Allah Subhanahu wa ta’ala, lebih menjalankan hak dan agama-Nya, lebih berilmu tentang nama dan sifat-Nya, rasa takutnya kepada AllahSubhanahu wa ta’ala tentu lebih sempurna daripada alim yang lain. Semakin sedikit ilmunya, semakin sedikit pula rasa takutnya. Namun, setiap mukmin laki-laki dan perempuan memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sebatas ilmu dan derajat mereka dalam hal iman. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ {} جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada- Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (al-Bayyinah: 7—8) إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِالْغَيْبِ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (al- Mulk: 12) وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surga.” (ar-Rahman: 46) Jadi, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan balasan sebatas rasa takut mereka kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, meskipun mereka bukan para ulama, melainkan kalangan orang biasa. Akan tetapi, kesempurnaan rasa takut hanya ada pada ulama karena kesempurnaan pengetahuan dan ilmu mereka terhadap AllahSubhanahu wa ta’ala. Dengan demikian, rasa takut mereka kepada Allah Subhanahu wa ta’ala lebih agung. Wallahu waliyyu at-taufiq.  Majmu' Fatawa, 24/268-270 Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafrudin hafizhahullah - Majalah Asy Syariah online Majmu'ah Ashhaabus Sunnah Channel telegram : http://bit.ly/ashhabussunnah
9 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

siapa yang miskin dan siapa yang kaya?

Siapa Yang Miskin Dan Siapa Yang Kaya? Dan Siapa Yang merasa Miskin Atau Kaya? { ۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ } فاطر:15 Artinya: "Wahai segenap manusia! Kalianlah yang fakir (miskin dan butuh) kepada Allah, dan Allah Dialah Dzat Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji," ----------- Seorang hamba tidak akan dia merasa miskin dan butuh kepada Allah, kecuali dia mendapatkan dua perkara berikut ini: 1. Yang Pertama Bagaimana pengetahuan hamba kepada Rabbnya, semakin dia mengenal Allah, maka semakin dia merasa miskin dan butuh kepada Allah. Dan sebaliknya, semakin sedikit ilmu seorang hamba kepada Allah, maka semakin sedikit rasa kurangnya dia, rasa butuh dan miskinnya dia kepada Allah 2. Yang Kedua Bagaimana seorang hamba mengenal dirinya sendiri. Semakin dia mengenal dirinya sendiri, bahwa dia adalah seorang hamba, makhluk yang lemah, terlahir dalam keadaan lemah, tidak memiliki daya, maka akan semakin dia merasa miskin dan butuh kepada Allah. Ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kaya secara mutlak, maka dia akan mengetahui pula bahwa dirinya adalah makhluk yang miskin secara mutlak. Jika dia mengetahui bahwa dirinya adalah seorang yang miskin, sesungguhnya ini adalah kekayaan dia, dan bagian dari kesuksesan dan kebahagiaan seorang hamba. Namun kebanyakan kita adalah orang yang melampaui batas, Allah berfirman: { كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَىٰ }  .{ أَن رَّآهُ اسْتَغْنَىٰ } العلق:7-6 "(6) Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas (7) karena dia melihat dirinya serba cukup," Allah تعالى berfirman { فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ } { وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ } { فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ } { وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ } { وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ } { فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ } الـليـل:٥-١٠ Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (kehidupan) yang sulit," Makhluk yang paling sempurna adalah dia yang paling sempurna dalam hal penghambaan dia kepada Allah, dan yang paling besar persaksian dia atas miskin dan rasa butuhnya dia kepada Allah dan tidak pernah sama sekali dia merasa cukup dan kaya dari Allah walaupun hanya sekejap mata. Oleh karena itulah diantara doa Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah أصلح لي شأني كله ولا تكلني إلى نفسي طرفة عين ولا إلى أحد من خلقك "Wahai Rabbku, perbaikilah semua urusanku, dan janganlah Engkau sandarkan diriku kepadaku sendiri meskipun sekejap mata, dan jangan pula engkau serahkan urusanku kepada salah satu dari makhlukMu," ___________ Dinukil dari kitab: طريق الهجرتين وباب السعادتين Halaman 16, karya Imam Ibnul Qoyyim Bergabung dengan telegram di link http://bit.ly/penuhduniailmu Untuk faedah lain kunjungi www.jendelasunnah.com **** Disebarkan Oleh Happy Islam | Arsip Fawaid Salafy Join Channel Telegram telegram.me/happyislamcom
9 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

waspadalah, diantara anak-anakmu ada yg menjadi musuhmu !

WASPADALAH....DI ANTARA ANAK-ANAKMU ADA YANG MENJADI MUSUH BAGIMU!! Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :  .{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14)} [التغابن: 14] “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isteri dan anak-anak kalian ada yang menjadi MUSUH BAGI KALIAN , maka WASPADAILAH MEREKA!!; dan jika kalian mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (at-Taghabun : 14) Asy-Syaikh  ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata,  “Ini merupakan PERINGATAN dari Allah terhadap kaum mukminin, agar JANGAN SAMPAI TERLENA DENGAN ISTERI-ISTERI DAN ANAK-ANAK. Karena sebagian mereka bisa menjadi MUSUH kalian. Musuh adalah pihak yang menginginkan kejelekan atas dirimu. Tugasmu adalah WASPADA dari pihak yang demikian kondisinya. Sementara jiwa itu terbentuk di atas perasaan cinta kepada isteri dan anak-anak. Maka Allah menasehati hamba-hamba-Nya, bahwa kecintan tersebut membuat mereka selalu mengikuti semua kemauan/tuntutan isteri dan anak-anak walaupun padanya terdapat pelanggaran-pelangaran syar’i. Allah memberikan semangat kepada hamba-hamba-Nya untuk senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mengedepankan keridhaan-Nya, karena apa yang ada di sisi-Nya berupa pahala besar dan cita-cita yang tinggi serta kecintaan yang sangat mahal. Allah juga mendorong hamba-hamba-Nya lebih mengedepankan akhirat daripada dunia yang fana dan akan sirna ini. Tatkala larangan dari menuruti isteri dan anak-anak dalam hal-hal yang memberikan madharat kepada seorang hamba serta peringatan darinya, mungkin dipahami sebagai perintah untuk bersikap keras terhadap mereka dan memberikan hukuman kepada mereka, maka Allah memerintahkan untuk : mewaspadai mereka, tidak memarahi, dan memaafkan mereka   Karena pada sikap tersebut terdapat banyak kemashlahatan yang tak terhitung.”[ lihat Tafsir as-Sa’di] Majmu'ah Manhajul Anbiya Channel Telegram https://bit.ly/ManhajulAnbiya
9 tahun yang lalu
baca 2 menit