TADABBUR SURAT AL-KAHFI
Keutamaan Surat al-Kahfi.
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
Barangsiapa yang menghafal 10 ayat dari awal surat al-Kahfi, akan terlindungi dari ad-Dajjal (H.R Muslim dari Abud Darda’).
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ كَانَتْ لَهُ نُوْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ مَقَامِهِ إِلَى مَكَّةَ
Barangsiapa yang membaca surat al-Kahfi sebagaimana diturunkan, maka ia akan mendapatkan cahaya pada Hari Kiamat dari tempat berdirinya hingga Makkah (H.R anNasaai, atThobaroniy, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albaniy).
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
Barangsiapa yang membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat, akan diterangi dengan cahaya di antara dua Jumat (H.R anNasaai, al-Baihaqy, al-Hakim dari Abu Said al-Khudriy).
Maksud diterangi di antara 2 Jumat menurut al-Imam asy-Syaukaniy adalah: ia tetap berada dalam pengaruh dan pahalanya sepanjang waktu seminggu tersebut. Sedangkan al-Qoriy menyatakan bahwa (disinari) hatinya atau kuburnya atau pada hari dikumpulkannya manusia (hari kiamat)(Muro’aatul Mafaatiih syarh Misykaatil Mashoobiih li Abil Hasan Ubaidillah bin Muhammad al-Mubarokfuriy (7/249)).
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ
Barangsiapa yang membaca Surat al-Kahfi pada malam Jumat, ia akan diterangi sinar antara dirinya hingga Baytul ‘Atiiq (Ka’bah)(H.R adDaarimiy, al-Baihaqy, dishahihkan al-Albaniy).
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan dalam kitab al-Umm (1/208):
وَأُحِبُّ قِرَاءَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وَيَوْمَهَا لِمَا جَاءَ فِيْهَا
Dan saya suka membaca al-Kahfi pada malam Jumat dan hari Jumat berdasarkan (hadits) tentang hal itu.
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ كَانَ رَجُلٌ يَقْرَأُ سُورَةَ الْكَهْفِ وَإِلَى جَانِبِهِ حِصَانٌ مَرْبُوطٌ بِشَطَنَيْنِ فَتَغَشَّتْهُ سَحَابَةٌ فَجَعَلَتْ تَدْنُو وَتَدْنُو وَجَعَلَ فَرَسُهُ يَنْفِرُ فَلَمَّا أَصْبَحَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ
Dari al-Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu anhu beliau berkata: Ada seorang laki-laki yang membaca surat al-Kahfi, di sampingnya ada kuda yang terikat pada dua tali yang panjang. Tiba-tiba ia dinaungi awan yang terus mendekap, maka kuda itupun lari (terlepas dari ikatan). Pada pagi harinya, orang tersebut mendatangi Nabi shollallahu alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Nabi bersabda: Itu adalah as-Sakiinah (ketenangan) yang turun dengan al-Quran (H.R al-Bukhari dan Muslim).
Al-Imam anNawawiy rahimahullah menjelaskan makna as-Sakiinah adalah suatu makhluk yang padanya terdapat ketenangan dan rahmat, bersamanya (turun) Malaikat (Fathul Baari libni Hajar (9/58)).
=====================
Ayat Ke-1 Surat al-Kahfi.
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ
Arti Kalimat: Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab dan tidak menjadikan pada (isi Kitab itu) ada kebengkokan.
Pada ayat ini terkandung beberapa pelajaran dan penjelasan :
1⃣. Allah terpuji dalam semua perbuatanNya, salah satunya adalah pemberian anugerah terbesar kepada makhluk yaitu diturunkannya Kitab yang menjadi panduan dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2⃣. Ayat ini adalah pengkhabaran bahwa Allah adalah yang paling layak dipuji sekaligus anjuran kepada makhluk untuk memuji Allah.
3⃣. Kalimat “anzala” (diturunkan) menunjukkan ketinggian Allah.
4⃣. Allah menyebut Nabi-Nya sebagai hamba-Nya, itu adalah predikat terbaik yang disandang Nabi, bahwa beliau adalah hamba Allah. Beliau adalah makhluk yang paling memenuhi kewajiban sebagai hamba Allah. Selain itu, hal tersebut adalah sekaligus sebagai pelajaran bagi kita bahwa beliau adalah hamba Allah, sehingga tidak patut disembah atau dipuji berlebihan melampaui kedudukan beliau yang semestinya.
5⃣. Kitab yang diturunkan Allah ini, yaitu al-Quran, tidak ada kebengkokan padanya. Artinya: khabar-khabar yang disampaikan al-Quran tidak ada yang dusta. Perintah dan larangan yang terkandung di dalamnya tidak ada kedzhaliman ataupun sesuatu yang sia-sia (abats) (Tafsir as-Sa’di). Kebengkokan juga berarti samar, tidak jelas (penjelasan Ibnu Abbas diriwayatkan oleh Ibnu Jarir atThobariy).
=====================
Ayat Ke-2 Surat al-Kahfi.
قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا
Arti Kalimat: Yang lurus, untuk memberikan peringatan akan adzab yang pedih dari sisi-Nya (Allah) dan memberikan kabar gembira kepada orang beriman yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka akan mendapatkan balasan yang indah (al-Jannah).
Jika pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa al-Qur’an itu tidak ada kebengkokan di dalamnya, maka pada ayat ini ditegaskan lagi bahwa al-Qur’an itu lurus. Hal itu menunjukkan kesempurnaan al-Quran. Al-Quran tidak bengkok (peniadaan kelemahan), dan ia lurus (penetapan kebaikan dan kemulyaan). Lurus tersebut juga bermakna adil menurut penjelasan Ibnu Abbas.
Di dalam al-Quran itu terdapat 2 hal: pemberian peringatan dan penyampaian kabar gembira.
Peringatan akan adzab yang pedih bagi orang yang tidak mau mengikuti aturan al-Qur’an, dan pemberian kabar gembira bagi orang yang beriman dan beramal sholih.
Para Ulama menjelaskan bahwa suatu amalan tidaklah disebut sholih kecuali jika tercapai 2 syarat yaitu ikhlas karena Allah dan sesuai syariat Allah (tuntunan Nabi)(penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Tafsir al-Kahfi).
Disebutkan dalam ayat ini bahwa ancaman adzab pedih itu adalah min ladunhu, artinya: dari sisi Dia (Allah) untuk membuat takut manusia bahwa adzab tersebut bukan dari sisi makhluk, tapi dari sisi Dzat Yang Maha Perkasa dan pemilik adzab yang pedih.
Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwa balasan yang akan diterima oleh orang yang beriman dan beramal sholih adalah “ajron hasana” yaitu balasan yang baik, yaitu al-Jannah (Surga). Al-Jannah disebutkan sebagai balasan yang baik karena di dalamnya hanya terkandung kebaikan, tidak ada keburukan sedikitpun, tidak ada kesusahan sedikitpun.
=====================
Ayat Ke-3 Surat al-Kahfi.
مَّكِثِينَ فِيهِ أَبَدٗا
Arti Kalimat: Mereka kekal di dalamnya (Surga).
Orang beriman dan beramal sholih akan kekal di dalam Surga. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang masuk Surga tidak akan keluar selama-lamanya darinya.
Berbeda dengan orang yang masuk Neraka, ada yang diadzab sementara karena masih ada iman, kemudian dia dikeluarkan dari Neraka menuju Surga, ada juga yang diadzab selama-lamanya karena tidak ada keimanan sama sekali dalam dirinya.
Ayat ini juga bantahan terhadap sebagian anggapan bahwa akhirat itu tidak kekal.
=====================
Ayat Ke-4 Surat al-Kahfi.
وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدٗا
Arti Kalimat: dan al-Quran itu memberikan peringatan kepada orang-orang yang berkata bahwa Allah memiliki anak.
Termasuk pihak yang durhaka dan kufur adalah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak. Seperti ucapan orang-orang Yahudi, Nashara, dan kaum musyrikin. Yahudi mengatakan Uzair adalah anak Allah. Nashara menyatakan Isa adalah anak Allah. Sedangkan kaum musyrikin menganggap bahwa Malaikat adalah anak-anak perempuan Allah.
Maha Suci Allah dari semua anggapan mereka itu.
=====================
Ayat Ke-5 Surat al-Kahfi.
مَّا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٖ وَلَا لِأٓبَآئِهِمۡۚ كَبُرَتۡ كَلِمَةٗ تَخۡرُجُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبٗا
Arti Kalimat: Tidaklah mereka dan ayah-ayah mereka memiliki ilmu dalam hal itu. Sungguh besar (dosa) karena kalimat yang keluar dari mulut mereka. Tidaklah mereka mengucapkan itu kecuali kedustaan.
Orang-orang yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak hanyalah mengucapkan itu berdasarkan persangkaan. Mereka ikut-ikutan dengan keyakinan yang diwariskan dari ayah-ayah (nenek moyang) mereka.
Allah menyatakan bahwa sangat dahsyat kedustaan dan dosa akibat ucapan mereka itu. Allah menyebut ‘kalimat yang keluar dari mulut mereka’ menunjukkan bahwa secara lisan memang itu yang mereka ucapkan, tapi pada dasarnya dalam lubuk hati yang terdalam mengingkari itu. Mereka sebenarnya tidak yakin bahwa Allah memiliki anak (faidah penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin).
Ayat ini menjelaskan demikian besarnya dosa akibat ucapan itu. Ucapan yang ringan diucapkan, bahwa Allah memiliki anak, namun akibat dan dosanya sangat besar. Dijelaskan dalam ayat yang lain:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92)
Dan mereka berkata bahwa arRahman mengambil (mempunyai) anak. Sesungguhnya kalian telah mendatangkan suatu perkara yang sangat munkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka menyerukan bahwa Allah memiliki anak. Tidak mungkin bagi arRahmaan mengambil (mempunyai) anak (Q.S Maryam ayat 88-92).
=====================
Ayat Ke-6 Surat al-Kahfi.
فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمۡ إِن لَّمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ أَسَفًا
Arti Kalimat: Janganlah engkau membinasakan dirimu dengan kesedihan (yang sangat) dengan membuntuti mereka ketika mereka tidak beriman dengan berita ini (al-Qur’an).
Makna kata “alaa aatsaarihim” pada ayat tersebut adalah mengikuti jejak-jejak mereka, membuntuti mereka dengan harapan mereka berubah pikiran menjadi beriman setelah sebelumnya ingkar dan menentang (disarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin).
Rasulullah Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling bersemangat agar manusia mendapatkan petunjuk. Beliau juga sangat bersedih jika seseorang tidak mau menerima dan menentang nasehat, sebagai bentuk kasih sayang beliau yang sangat kepada umat. Maka Allah membimbing beliau untuk tidak terlalu bersedih jika ada orang-orang yang tidak mau beriman setelah tegak hujjah kepada mereka. Sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain:
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Janganlah engkau membinasakan dirimu jika mereka tidak mau beriman (Q.S asy-Syu’araa’ ayat 3).
Sesungguhnya hidayah hanyalah di Tangan Allah:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidaklah bisa memberi hidayah (taufiq) kepada orang yang engkau cintai (sekalipun), akan tetapi Allahlah yang memberi hidayah kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Dia Paling Mengetahui orang-orang yang (berhak) mendapatkan hidayah (Q.S al-Qoshosh ayat 56).
Ayat ini juga memberikan pelajaran kepada kita bahwa seseorang yang diperintah untuk berdakwah kepada manusia hendaknya ia berusaha semaksimal mungkin dengan menempuh berbagai sebab (yang syar’i) dalam menyampaikan hidayah kepada manusia dan menutup segala celah yang mengarahkan mereka pada kesesatan dengan bertawakkal kepada Allah. Jika mereka mendapat hidayah dengan sebab itu, maka itulah yang diharapkan, namun jika tidak, janganlah bersedih berlebihan karena hal itu tidaklah bermanfaat, justru akan melemahkan jiwa dan kekuatan kita. (Disarikan dari Tafsir as-Sa’di).
=====================
Ayat Ke-7 Surat al-Kahfi.
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا
Arti Kalimat: Sesungguhnya Kami menjadikan yang di atas bumi perhiasan agar menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amalannya.
Allah memperindah dunia dengan perhiasan-perhiasan yang memikat untuk menguji manusia siapakah yang paling baik amalannya, yaitu paling ikhlas dan paling sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya.
Segala hal yang indah di bumi adalah perhiasan dunia. Disebutkan dalam ayat lain perhiasan-perhiasan itu adalah wanita, anak, emas, perak, binatang ternak atau kendaraan yang indah, lahan pertanian, maupun segala macam bentuk harta.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
Diperindah (dihiasi) pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dan menjadi simpanan dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itu adalah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga) (Q.S Aali Imran ayat 14).
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia, dan amal sholih yang kekal lebih baik di sisi Rabbmu sebagai balasan dan harapan yang terbaik (Q.S al-Kahfi ayat 46).
وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً
dan kuda, bighal, keledai agar kalian tunggangi dan sebagai perhiasan (Q.S anNahl ayat 8).
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء
Sesungguhnya dunia manis (dirasa) dan hijau (indah dipandang). Sesungguhnya Allah mempergantikan kehidupan kalian generasi ke generasi, kemudian Allah melihat apa yang kalian perbuat. Bertakwalah kepada Allah terhadap dunia dan bertakwalah terhadap wanita, karena sesungguhnya awal fitnah Bani Israil adalah pada wanita (H.R Muslim dari Abu Said al-Khudriy).
Hadits ini disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Allah tidak menyatakan: “siapakah yang paling banyak amalannya”. Karena yang dinilai adalah siapa yang amalannya paling baik bukan siapa yang paling banyak amalannya. Jika ada seseorang yang sholat 4 rokaat, namun tidak dengan yakin, dan pada sholatnya banyak hal yang tidak sesuai tuntunan syar’i. Sebaliknya, ada yang sholat 2 rokaat dengan yakin (khusyu’) dan sesuai tuntunan Nabi. Manakah yang terbaik? Jelas yang sholat 2 rokaat itu, meski jumlah rokaatnya lebih sedikit dibandingkan orang sebelumnya (disarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin).
=====================
Ayat Ke-8 Surat al-Kahfi.
وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيۡهَا صَعِيدٗا جُرُزًا
Arti Kalimat: dan sesungguhnya Kami akan menjadikan apa yang ada di atasnya (bumi) adalah tanah yang kering (tandus).
Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa setelah sebelumnya Allah perindah apa yang ada di atas bumi, Allah akan jadikan bumi sebagai tanah yang tandus kering, segala perhiasan itu akan lenyap binasa tak berbekas.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menyatakan: Bumi akan menjadi tanah yang tandus, telah pergi kelezatan yang ada padanya. Terputuslah sungai-sungainya. Telah larut (sirna) bekas-bekasnya. Hilang kenikmatan-kenikmatannya. Inilah hakikat dunia.
Allah telah menerangkannya kepada kita (dengan sangat jelas) seakan-akan kita melihatnya dengan mata kepala (langsung). Allah memperingatkan kita agar tidak tertipu dengannya. Allah berikan motivasi kepada kita kepada kampung yang akan kekal kenikmatannya, yang berbahagia penghuninya. Semua itu adalah sebagai bentuk kasih sayangNya kepada kita.
Orang-orang yang melihat kepada dzhahir/ lahiriah dunia bukan kepada batinnya, akan terperdaya dengan perhiasan dan keindahannya. Maka ia akan hidup di dunia bagaikan hidupnya binatang ternak. Ia nikmati dunia bagaikan hewan-hewan menikmatinya. Mereka tidak memperhatikan hak Rabbnya, tidak peduli akan pengenalan terhadapNya. Justru ambisi mereka untuk mengikuti keinginan (syahwat/ hawa nafsu), dengan berbagai segi yang bisa dicapai, dalam berbagai keadaan yang bisa didapat. Orang-orang tersebut jika menjelang meninggal dunia, ia sangat bersedih karena dzatnya (dunianya) telah runtuh, telah terlewatkan kesenangan-kesenangannya, bukan karena menyesali kekurangtaatan ataupun (banyaknya) dosa-dosa.
Sedangkan barangsiapa yang melihat kepada batin dunia, ia akan mengetahui tujuan (dari penciptaan) dunia dan dirinya. Ia ambil bagian dari dunia (sekadar) mampu menolong dia melakukan (tujuan) penciptaannya (beribadah). Ia gunakan kesempatan dalam usianya yang mulya. Ia jadikan dunia bagian tempat tinggal persinggahan (sementara), bukan tempat (mengumbar) kegembiraan, (ia jadikan dunia) sebagai tempat safar, bukan tempat menetap. Maka ia kerahkan segenap upayanya untuk mengenal Rabbnya, menjalankan perintahNya, memperbaiki amalannya. Ini adalah sebaik-sebaik kedudukan di sisi Allah. Ia berhak mendapatkan segenap pemulyaan dan kenikmatan, kegembiraan dan penghormatan. Orang semacam ini melihat kepada batin dunia, saat orang-orang lain yang terperdaya melihat kepada dzhahir dunia. Orang-orang ini beramal untuk akhiratnya, saat para penganggur bekerja untuk dunianya. Maka sungguh jauh (perbandingan) antara 2 kelompok itu, sungguh berbeda 2 pihak itu (Taysiir Kariimir Rohmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan).
=====================
Ayat Ke-9 Surat al-Kahfi.
أَمۡ حَسِبۡتَ أَنَّ أَصۡحَٰبَ ٱلۡكَهۡفِ وَٱلرَّقِيمِ كَانُواْ مِنۡ ءَايَٰتِنَا عَجَبًا
Arti Kalimat: Apakah engkau mengira bahwa penghuni gua (Ash-haabul Kahfi) dan ar-Raqiim (batu bertuliskan kisah mereka) adalah termasuk ayat-ayat Kami yang menakjubkan?!
Said bin Jubair rahimahullah –seorang Tabi’i- menjelaskan makna arRaqiim adalah sebuah papan dari batu yang dituliskan kisah Ash-haabul Kahfi dan diletakkan di depan pintu gua (Tafsir atThobary).
arRaqiim maknanya adalah al-marquum (yang tertulis), karena arRaqmu artinya adalah al-kitaabah (tulisan)(Tafsir al-Baghowy).
Pada ayat ini Allah bertanya : Apakah kalian takjub dengan kisah Ash-haabul Kahfi yang itu adalah salah satu ayat (tanda kekuasaan) Allah?!
Artinya, kisah Ash-haabul Kahfi adalah sangat menakjubkan dan itu adalah salah satu tanda kekuasaan Allah. Namun, sangat banyak tanda-tanda kekuasaan Allah lainnya yang jauh lebih besar dan lebih menakjubkan dari hal itu.
Qotadah rahimahullah menyatakan: Banyak di antara ayat-ayat Kami yang lebih menakjubkan dibandingkan hal itu (kisah Ash-haabul Kahfi) (diriwayatkan dalam Tafsir atThobary, pada tafsir Ibnu Katsir dinisbatkan sebagai ucapan Mujahid).
=====================
Ayat Ke-10 Surat al-Kahfi.
إِذۡ أَوَى ٱلۡفِتۡيَةُ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةٗ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدٗا
Arti Kalimat: ketika sekelompok pemuda bernaung ke (dalam) sebuah gua kemudian mereka berkata: Wahai Tuhan Kami berikanlah Kami rahmat dari sisiMu dan jadikanlah bagi kami petunjuk dari urusan kami (ini).
Al-fityatu adalah jamak dari kata al-fataa (seorang pemuda), sehingga al-fityatu adalah sekelompok pemuda. Secara lebih khusus, Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa itu adalah (usia) pemuda yang sempurna dalam hal kekuatan dan semangatnya (Tafsir al-Kahfi libni Utsaimin). Al-Fityah adalah jumu’ul qillah (jamak yang menunjukkan jumlah sedikit), memberikan faidah bahwa jumlah para pemuda itu kurang dari sepuluh (Tafsir as-Sa’di ayat 13).
Para pemuda tersebut ingin berlindung ke dalam gua untuk menghindar dari fitnah kaumnya. Mereka juga berdoa kepada Allah: “Ya Allah berikanlah kami rahmat di sisiMu yang dengannya kami kokoh (di atas al-haq) dan kami terlindungi dari keburukan-keburukan. Mudahkan kami kepada semua hal yang menyampaikan pada petunjuk. Perbaikilah urusan Dien dan dunia kami”.
Para pemuda tersebut menggabungkan sikap berusaha lari dan menghindar dari fitnah ke tempat yang memungkinkan diri mereka tersembunyi, dan berdoa kepada Allah dengan penuh ketundukan agar Allah mudahkan urusan mereka, mereka tidak menggantungkan pada kekuatan diri mereka sendiri atau kepada makhluk lain. Sehingga Allah mengabulkan doa mereka dan mendatangkan kepada mereka hal-hal yang tidak mereka perkirakan (sebelumnya)(disarikan dari Tafsir as-Sa’di).
Para pemuda dalam gua ini mengharapkan kepada Allah 2 hal utama yaitu rahmat Allah dan petunjuk (ar-Rusyd).
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan bahwa ar-Rusyd tersebut adalah berilmu (mengetahui) hal yang bermanfaat baginya dan beramal dengan ilmu tersebut (Ighotsatul Lahfaan (2/168)).
Makna doa mereka : Wa Hayyi’ lanaa min amrinaa rosyadaa artinya adalah “jadikan akibat akhir urusan kami adalah petunjuk”. Sebagaimana dalam salah satu doa yang diajarkan Nabi shollallahu alaihi wasallam kepada Aisyah radhiyallahu anha, sebuah doa yang padat mencakup semua kebaikan:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ مِمَّا سَأَلَكَ بِهِ مُحَمَّدٌ وَأَعُوْذُ بِكَ مِمَا تَعَوَّذَ مِنْهُ مُحَمَّدٌ وَمَا قَضَيْتَ لِي مِنْ قَضَاءٍ فَاجْعَلْ عَاقِبَتَهُ رُشْدًا
Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dari kebaikan seluruhnya baik yang segera ataupun tertunda yang aku ketahui ataupun yang tidak aku ketahui. Dan aku berlindung kepadaMu dari keburukan seluruhnya baik yang segera ataupun yang tertunda yang aku ketahui maupun tidak aku ketahui. Dan aku meminta kepadaMu al-Jannah (Surga) dan segala yang mendekatkan kepadanya berupa ucapan atau perbuatan. Dan aku berlindung kepadaMu dari anNaar (Neraka) dan segala yang mendekatkan kepadanya berupa ucapan atau perbuatan. Dan aku meminta kepadaMu seperti yang diminta oleh Muhammad –shollallahu alaihi wasallam- dan aku berlindung kepadaMu sebagaimana Muhammad –shollallahu alaihi wasallam- meminta perlindungan darinya. Dan segala yang Engkau tetapkan untukku, jadikanlah akibat (akhirnya) adalah petunjuk (H.R al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrod, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)(faidah dari Tafsir Ibnu Katsir).
=====================
Ayat Ke-11 Surat al-Kahfi.
فَضَرَبۡنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمۡ فِي ٱلۡكَهۡفِ سِنِينَ عَدَدٗا
Arti Kalimat: Kemudian Kami tutup telinga mereka (tidurkan mereka) di dalam gua selama bertahun-tahun yang telah terhitung (waktunya).
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menidurkan para pemuda Ash-haabul Kahfi itu selama bertahun-tahun. Pada ayat ini hanya disebutkan siniina ‘adadaa yaitu bertahun-tahun yang terhitung waktunya.
Dijelaskan dalam ayat yang lain pada surat al-Kahfi ini bahwa durasi waktunya adalah 309 tahun (ayat ke-25).
Dengan ditidurkannya mereka itu terdapat penjagaan bagi hati mereka dari perasaan ketakutan dan keguncangan dan penjagaan bagi mereka dari kaum mereka agar nantinya menjadi ayat yang jelas (akan kekuasaan Allah)(Tafsir as-Sa’di).
Perkataan : Fadhorobnaa ‘alaa aadzaanihim (Kami tutup telinga mereka) menunjukkan bahwa tidurnya mereka adalah tidur yang sangat nyenyak sehingga tidak bisa mendengar segala sesuatu di sekitar mereka (disarikan dari Tafsir al-Kahfi libni Utsaimin).
=====================
Ayat Ke-12 Surat al-Kahfi.
ثُمَّ بَعَثۡنَٰهُمۡ لِنَعۡلَمَ أَيُّ ٱلۡحِزۡبَيۡنِ أَحۡصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓاْ أَمَدٗا
Arti Kalimat: Kemudian Kami bangkitkan mereka agar Kami mengetahui siapakah di antara 2 kelompok yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama (tinggalnya mereka dalam gua).
Para Ulama berbeda pendapat tentang siapakah dua kelompok yang disebut dalam ayat ini. Namun, pendapat yang rajih adalah bahwa dua kelompok yang disebut dalam ayat ini adalah semuanya dari Ash-haabul Kahfi sebagaimana disebutkan dalam ayat :
وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ
Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka sehingga mereka saling bertanya-tanya satu sama lain. Salah seorang dari mereka berkata: Berapa lama kalian tinggal (di sini)? Mereka berkata: Kami tinggal sehari atau sebagian hari. Ada yang berkata: Rabb kalian paling tahu berapa lama kalian tinggal (Q.S al-Kahfi ayat 19).
Pihak yang berkata: Rabb kalianlah yang Paling tahu berapa lama kalian tinggal adalah pihak yang paling tepat dalam menentukan berapa lama mereka tinggal, artinya masa tinggal mereka sangat lama (Adh-waaul Bayaan lisySyinqithy).
Dalam ayat ini mungkin saja timbul isykaal (permasalahan). Apakah Allah Azza Wa Jalla telah mengetahui setelah kejadian (karena dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah bangkitkan mereka agar Allah mengetahui…).
Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menjelaskan makna kata lina’lama (agar Kami mengetahui), bahwa ‘mengetahui’ dalam ayat ini maknanya adalah:
Pertama, Ilmu yang terkait dengan melihat atau menyaksikan.
Telah dimaklumi bahwa ilmu tentang sesuatu yang akan terjadi berbeda dengan ilmu terhadap sesuatu yang telah terjadi. Karena ilmu Allah terhadap sesuatu sebelum terjadinya adalah ilmu bahwa sesuatu itu akan terjadi. Sedangkan setelah terjadinya itu adalah ilmu bahwa itu terjadi (pada saat Allah melihat dan menyaksikan perbuatan hamba).
Kedua, ilmu yang berkaitan dengan balasan terhadap suatu perbuatan (setelah terjadi).
Seperti dalam firman Allah:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ
Dan sungguh Kami akan menguji kalian hingga Kami mengetahui siapakah di antara kalian yang benar-benar berjihad dan bersabar …(Q.S Muhammad ayat 31).
Sebelum Allah menguji kita, Ia telah mengetahui siapakah yang akan taat dan siapakah yang akan bermaksiat. Akan tetapi pengetahuan ini belum berkaitan dengan balasan (pahala atau dosa). Saat seorang sudah melakukan perbuatan, barulah Allah memberikan balasan kepadanya sesuai perbuatan.
Di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara pengetahuan terhadap apa yang akan terjadi dengan yang akan terjadi. Berbeda dengan pengetahuan makhluk. Mungkin saja seseorang sudah mengetahui tentang berita suatu hal yang belum dilihatnya, namun saat ia melihat langsung, pengetahuannya bertambah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ
Kabar (yang didengar) tidaklah sama dengan melihat langsung (H.R Ahmad, dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabiy dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim). (penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Tafsir al-Kahfi).
Di sisi Allah, tidak akan berbeda sesuatu yang telah diketahui Allah sebelum terjadi dengan saat terjadinya. Segala yang terjadi tepat benar sesuai dengan yang telah diketahui Allah sebelumnya bahwa itu akan terjadi. Berbeda dengan pada makhluk. Mungkin saja seseorang telah diberitahu tentang rencana pelaksanaan sesuatu. Maka ia seakan-akan telah mengetahui sebelum kejadian. Namun, saat pelaksanaan ternyata terjadi kendala-kendala sehingga tidak terjadi seperti yang direncanakan.
=====================
Ayat Ke-13 Surat al-Kahfi.
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى
Arti Kalimat: Kami menceritakan kepadamu kisah mereka secara haq (benar). Sesungguhnya mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Rabb mereka kemudian Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
Ayat ini memberikan 3 pelajaran penting:
1⃣. Kisah Ash-haabul Kahfi ini dan juga kisah-kisah lain dalam al-Quran adalah kisah yang haq (benar). Tidak ada kedustaan sedikitpun padanya.
2⃣. Keimanan seseorang bisa bertambah dengan adanya petunjuk dari Allah. Para pemuda Ash-haabul Kahfi tersebut telah mendapat asal petunjuk dari Allah, kemudian Allah tambah lagi petunjuk bagi mereka. Ayat ini dijadikan dalil oleh al-Imam al-Bukhari dalam Shahihnya tentang bertambahnya keimanan. Ini adalah akidah Ahlussunnah. Berbeda dengan akidah Murji’ah yang tidak meyakini adanya penambahan iman pada seseorang.
Sebagaimana juga dijelaskan dalam ayat yang lain:
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا...
Adapun orang-orang yang beriman, Kami tambah keimanannya…(Q.S atTaubah ayat 124) (faidah dari Tafsir Ibnu Katsir).
3⃣. Balasan dari perbuatan kebaikan adalah kebaikan setelahnya. Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya, Allah akan menambahkan kepadanya ilmu yang sebelumnya tidak ia ketahui.
Sebagaimana pada Ash-haabul Kahfi itu ada keimanan dan ia beramal dengan keimanannya, maka Allah tambahkan hidayah untuknya (faidah dari Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam Tafsir Aayaat minal Qur’aanil Kariim (1/243)).
=====================
Ayat Ke-14 Surat al-Kahfi.
وَرَبَطۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ إِذۡ قَامُواْ فَقَالُواْ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ لَن نَّدۡعُوَاْ مِن دُونِهِۦٓ إِلَٰهٗاۖ لَّقَدۡ قُلۡنَآ إِذٗا شَطَطًا
Arti Kalimat: dan Kami kuatkan hati mereka saat mereka berdiri dan berkata: Rabb kami adalah Tuhan (Penguasa) langit dan bumi. Kami tidak akan pernah berdoa (beribadah) kepada sesembahan selainNya. Jika sampai kami melakukan hal itu, sungguh kami telah mengucapkan ucapan yang jauh menyimpang dari al-haq.
Faidah dan penjelasan pada ayat ini adalah:
1⃣. Allahlah yang mengokohkan hati orang-orang beriman saat mereka kokoh menyampaikan al-haq.
▶️ Allah yang mengokohkan hati Ash-haabul Kahfi sehingga kuat dalam menyampaikan akidah dan keyakinannya seperti disebutkan dalam ayat ini.
⏩ Allah pula yang mengokohkan hati ibu Musa sehingga bisa bersabar tidak sampai berteriak saat bayi Musa dihanyutkan:
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Dan pada pagi harinya hati ibu Musa terasa kosong. Hampir saja ia menampakkan (bahwa bayi itu adalah anaknya), kalaulah tidak Kami kokohkan hatinya sehingga ia termasuk orang yang beriman (Q.S al-Qoshshosh ayat 10).
Allah pula yang mengokohkan hati Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam agar tidak ikut dalam ajakan kaumnya:
وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا
Kalaulah tidak Kami kuatkan engkau, hampir saja engkau sedikit cenderung (mengikuti keinginan) mereka (Q.S al-Israa’ ayat 74).
Karena itu, mintalah kekokohan dan kekuatan iman kepada Allah Azza Wa Jalla semata. Tanpa pengokohan dan penguatan yang diberikan Allah, kita tidak akan mampu tetap istiqomah dalam keimanan.
2⃣. Tauhid Rububiyyah mengharuskan adanya Tauhid Uluhiyyah. Di dalam Tauhid Uluhiyyah terkandung Tauhid Rububiyyah. Artinya, satu-satunya Pencipta dan Penguasa langit dan bumi, Dialah satu-satunya yang berhak diibadahi. Seperti ucapan Ash-haabul Kahfi tersebut: Allahlah Tuhan langit dan bumi, kami tidak akan menyembah siapapun selain-Nya.
Orang-orang musyrikin Quraisy meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta dan pengatur seluruh alam semesta, namun mereka tidak mau beribadah hanya kepada Allah. Mereka memang beribadah kepada Allah, tapi mereka juga beribadah kepada selain Allah agar sesembahan itu semakin mendekatkan diri mereka kepada Allah.
=====================
Materi Kajian di Masjid al-Fauzan Probolinggo.
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
=====================
http://telegram.me/alistiqomah
Insya Allah bersambung....