dakwah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

pemuda semangat menghidupkan sunnah nabi

SEMANGAT MENGHIDUPKAN SUNNAH NABI Sufyan Ats Tsauri (tabiut tabiin, w. 161 H) pernah mengatakan, "Kalau kamu mampu untuk tidak menggaruk kepalamu kecuali dengan (meneladani) sunnah Nabi, maka lakukanlah." [Fathul Mughits, As-Sakhawi] Abu Amr Muhammad bin Abi Jafar 376 H) berkisah, "Suatu malam, Abu Utsman Ismail (w. 290 H) shalat mengimami kami di masjidnya. Dia memakai sarung dan selendang (seperti pakaian ihram haji). (Setelah selesai, aku pun (pulang dan) bertanya kepada ayahku (Abu Jafar Ahmad bin Hamadan,  .w.311 H), "Wahai ayah, dia (Abu Utsman) sedang ihram. Ayahku pun mengatakan, " Tidak.  Sesungguhnya mendengar Mustakhraj *) Muslim dariku.  Jika dia mendengar hadits yang belum pernah dia amalkan sebelumnya,  maka dia pun mengamalkannya pada siang atau malamnya.  Dia telah mendengar dari pembacaan hadits,  bahwasanya Nabi pernah memakai sarung dan selendang." [Fathul Mughits As-Sakhawi] Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, "Tidaklah aku menulis sebuah hadits dari Nabi kecuali aku telah mengamalkannya Sehingga ketika sampai kepadaku hadits Nabi bahwa beliau pernah berbekam dan memberi satu dinar kepada Abu Thaibah (tukang bekam), maka berbekam lalu memberi satu dirham kepada tukang bekam" [AI Jami li Akhlaqir Rawi, Al Khathib Al-Baghdadi] Buku Sumber: https://pixabay.com/en/book-notebook-leave-notes-1945515/ Tiga nukilan ini menjadi pelajaran bagi kita betapa para ulama terdahulu sangat bersemangat dalam mengamalkan sunnah Rasul. Demikianlah hendaknya dilaksanakan bagi setiap muslim. Karena bimbingan beliau adalah bimbingan yang sempurna, bimbingan yang dituntun berdasarkan wahyu. Sehingga pasti akan mendatangkan maslahat bagi hamba baik dunia maupun di akhirat. Apakah Sunnah? Tetapi sobat perlu kita ketahui dahulu yang dimaksud dengan sunnah di sini. Para ulama memakai istilah'sunnah untuk beberapa hal, yaitu : 1. Amalan apabila yang diamalkan berpahala dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Ini adalah istilah para ahli fikih. Seperti jika dikatakan shalat malam hukumnya sunnah. 2. Sunnah yang bermakna sama dengan hadits, yakni segala yang disandarkan kepada Rasulullah baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat akhlak,dan fisik. Seperti ketika dikatakan, "Kita harus berpegang teguh dengan Al- Quran dan As-Sunnah" 3.  Sunnah yang maknanya ajaran Rasulullah secara umum, mencakup Islam secara keseluruhan, baik yang berdasarkan Kitabullah maupun hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Nah, inilah yang dimaksud dalam sebuah hadits yang artinya, "Barang siapa membenci sunnahku,  maka dia bukan termasuk golonganku" [H.R.  Al-Bukhari dan Muslim] Nah,inilah makna-makna Sunnah. Dan yang dimaksud Sunnah dalam pembahasan kita ini adalah makna yang ketiga, beramal dengan seluruh ajaran Rasul. Jadi, kita harus mengamalkan semua ajaran Nabi baik yang hukumnya wajib, mustahab, atau mubah dan menjauhi semua yang dijauhi Nabi, baik hukumnya makruh atau haram. Motivasi Bersunnah "Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali terasing. Maka beruntunglah orang yang terasing"[H.R.  Muslim] Sekitar empat belas abad silam, ucapan tersebut keluar dari lisan yang mulia,  Rasulullah Semenjak dahulu beliau sudah mensinyalir bahwa Islam akan menjadi terasing. Ya, adalah sunnatullah bahwa Islam akan menjadi asing, Asing, bahkan bagi pemeluknya sendiri. Kita pun sangat merasakannya di zaman Semakin jauh dari zaman kenabian, maka zaman tersebut semakin jelek kualitasnya. Bahkan tidak jarang, sunnah justru menjadi bahan ejekan. Makanya, kita harus bersemangat melaksanakan Sunnah Nabi. Nggak usah dipedulikan ucapan orang, " Anjing menggonggong, kafilah berlalu",  kata peribahasa. Bukan mereka yang akan membalas kita kok. Allah akan memberi kita pahala Dan perlu kita ketahui sobat,  pahala bersemangat atas sunnah ini sangat sebanding dengan tantangannya "Di belakang kalian, akan ada hari-hari kesabaran. Bersabar (di atas sunnah pada waktu itu seperti memegang bara api. Orang yang beramal dengan sunnah pada waktu itu setara dengan pahala lima puluh orang yang beramal dengan amalan kalian." [H.R.At-Tirmidzi,  Syaikh Al-Albani menghukumi"shahih lighairih"] Ya sobat,  beramal satu amalan yang telah mati,  bisa dilipatgandakan menjadi lima puluh pahala shahabat. Luar biasa bukan? Namun, pelipatgandaan ini berlaku untuk amalan yang ia hidupkan itu saja. Bukan pada seluruh amalannya. Sehingga, kita tetap tidak mungkin bisa menyamai pahala para shahabat. Selain pahala tadi, kita kita akan mendapatkan pahala orang yang mengikuti amalan kita "Siapa Saja yang mensunnahkan di dalam lslam ini sunnah yang baik, maka dia akan mendapatkan pahalanya pahala siapa yang mengamalkan setelahnya, tanpa mengurangi pahala dari pelakunya sedikit pun." [H.R.  Muslim]. Coba bayangkan kalau ternyata adik kita mengikuti kita, teman kita juga ikut, ayah ibu dan keluarga ikut. Terus mereka menyebarkan ke teman temannya. Wah,  berapa pahala yang bisa kita raup? Nah, inilah MLM berpahala, MLM dalam menghidupkan sunnah. Tapi jangan lupa ikhlasnya ya! Ayo buruan!   [Abdurrahman] Disalin oleh Happy Islam dari Majalah Tashfiyah Edisi 29 Vol.3 1434H/2013
8 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

ayo, kalau bukan kita, siapa lagi?

Ayo, Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi? Sungguh menyedihkan, pemandangan yang penulis temui malam itu. Sekian banyak penumpang bus hanya satu dua orang saja tergerak menuju ke mushalla untuk menjalankan kewajiban shalat. Yang lainnya, ada yang sibuk menelepon, makan malam atau tak sedikit sekadar nongkrong sambil merokok menunggu bus melanjutkan perjalanan. Saya yakin sebagian besar penumpang adalah kaum muslimin. Yakin pula bahwa mereka pasti sudah tahu kewajiban shalat lima waktu. Sobat muda, kenyataan ini rupanya bukan hanya terjadi pada para penumpang bus malam. Bahkan, inilah gambaran umum yang biasa kita jumpai di sekitar kita. Demikianlah realita kaum muslimin di masa ini. Ribuan mushalla serta masjid, tidak sedikit yang megah di antaranya, begitu lenggang dan sepi dari kaum muslimin. Walaupun pada saat jam shalat. Terlebih waktu shalat subuh, dhuhur, dan Ashar. Ironis memang, di waktu waktu shalat, justru kaum muslimin begitu padat dan ramai di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan. Tempat ibadah hanyalah sebagai simbol, atau berfungsi waktu-waktu tertentu yang sangat jarang. Selebihnya, ia adalah tempat orang-orang khusus saja. Adzan, sekedar penanda waktu bangun tidur, makan siang, atau selesainya jam kerja. Sobat muda, seandainya kewajiban Allah yang merupakan rukun Islam saja banyak yang telah meninggalkannya, bagaimana pula dengan kewajiban lainnya? Dimanakah pelaksanaan sunah-sunah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Alangkah jauhnya kaum muslimin kewajiban agama mereka. mengejar bunga kehidupan dunia kewajiban dilalaikan. Larangan Allah pun dilanggar. Sinar Islam pun tertutupi maksiat oleh para pemeluknya. Hidayah dan pembelanya seakan tenggelam di kegelapan dosa. Kaum tua dihantui oleh kecintaan terhadap dunia. Yang muda dikerumuni godaan syahwat. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan. Kaca Mata Sumber: .https://pixabay.com/en/glasses-reading-eyeglasses-eyewear-983947/ Singsingkan Lengan Baju! Ya kita hidup dalam kenyataan ini. Agar Islam tidak hilang dari tengah kita, harus ada yang segera merubahnya. Kalau bukan kita, siapa lagi? Mengikuti arus kebanyakan pemuda yang hanya tahu musik, lirik, dan lagu masa ini hanyalah sebuah kesia-siaan. Tidak akan menyelamatkan kita dari murka Allah. Hanya sibuk memikirkan kesuksesan dunia yang menipu, bukan jalan keluar bagi kesuksesan hidup yang sebenarnya. Atau kita hanya bisa berdiam diri tanpa mau merubah buruknya diri. Sobat muda, Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum, sampai kaum itu sendiri yang mau merubah dirinya sendiri." (Q.S.  Ar Ra'du:11]. Dalam penggalan ayat yang mulia ini Allah subhanahu wa ta'ala mengumumkan bahwa perubahan keadaan pada suatu kaum tidak datang dengan sendirinya. Namun, perubahan tersebut membutuhkan usaha dari kaum itu sendiri, sampai nanti Allah akan menakdirkan perubahan itu terjadi. Sobat muda demikian pula dalam hal perbaikan kaum muslimin. Mereka sendirilah yang harus berusaha merubahnya. Di sinilah nilai usaha seorang muslim. Semakin kuat tekad dan usahanya dalam memperbaiki keadaan dirinya, akan semakin besar pula pahalanya. Bila dahulu waktu berlalu pada suatu yang tidak bermanfaat, cobalah mulai sisipkan kegiatan yang bernilai ibadah. Nah sobat muda,  kalau bukan kita siapa lagi?!  Kalau tidak sekarang kapan lagi?! Baca: Akhirnya Ku Temukan Manhaj Salaf   (klik) PEMUDA HARAPAN AGAMA PEMUDA TAHU AGAMA Generasi penerus tongkat estafet dari generasi tua. Kepada merekalah pula diharapkan berbagai kebaikan dan kemajuan. Sebagai generasi muda Islam, kita juga menjadi harapan buat keberlangsungan agama. Minimalnya pada diri kita. Oleh karenanya, kita butuh bekal untuk menghadapi tantangan ini. Bekal itu adalah ilmu agama. Oleh karena itu kita diwajibkan belajar ilmu agama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya "Menuntut ilmu (agama) wajib atas setiap muslim."  (H.R. Ibnu Majah dari shahabat Anas bin Malik dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib) Lihatlah pula pemuda teladan dari kalangan shahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu. Betapa beliau menjadi sumber rujukan kaum muslimin di umur yang masih belia. Beliau awali masa muda dengan dalam mencari ilmu bersungguh-sungguh. Abdullah bin Abbas pernah bercerita, "Ketika Rasulullah wafat, aku mengajak seseorang dari Anshar,  Mari,  kita bertanya kepada para shahabat Rasulullah mumpung sekarang mereka masih banyak.' "Sungguh mengherankan engkau ini wahai Ibnu Abbas!  Apakah engkau merasa bahwa kaum muslimin butuh kepadamu?  Sedangkan di tengah-tengah mereka para shahabat Rasulullah" Jawabnya. "Aku pun tinggalkan orang tersebut. Aku mulai fokus bertanya kepada para shahabat Rasulullah tentang hadits." Pernah ada sebuah hadits sampai kepadaku melalui perantara seseorang (shahabat yang lain). Aku mendatanginya. Tibalah aku depan pintunya. Sementara sedang tidur siang. Maka tidur berbantal kainku depan pintunya. menerbangkan pasir menimpaku.Ketika orang tersebut keluar dan melihatku, ia terkejut, Wahai anak paman Rasulullah! Untuk keperluan apa anda kesini? Tidakkah engkau utus seseorang agar aku yang mendatangi anda?' Aku menjawab, Tidak. Aku yang lebih berhak untuk mendatanginmu. Aku bertanya hadits kepadanya. Ketika orang Anshar tersebut melihat orang-orang berkumpu lmengelilingiku untuk bertanya tentang urusan agama, mengatakan, "Sejak dulu ia lebih cerdas dariku.' [At Thabaqat Kubra,  karya Ibnu Saad rahimahullah] Usia muda adalah masa keemasan. Apa yang dipelajari dan dialami pada masa ini akan membekas kelak di masa dewasa. Tak heran bila di kalangan pendahulu kita yang shalih, banyak kita dapati tokoh tokoh besar yang kokoh ilmunya dalam usia yang masih muda. Hal ini karena mereka awali usaha menuntut ilmu dalam usia yang masih belia. Dari kalangan shahabat, ada Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Anas Malik, dan banyak lagi, radhiyallahu 'anhum. Kalangan setelah mereka, ada Sufyan Ats Tsauri, Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafii, Al-Imam Ahmad, dan yang lainnya rahimahullah. Begitulah memang. Dari sejarah kehidupan mereka kita melihat, mereka telah sibuk dengan ilmu dan adab semenjak muda. Dengan pertolongan Allah 'azza wa jalla, jadilah apa yang mereka pelajari tertanam dalam diri dan memberikan pengaruh terhadap pribadi. Bahkan, meluas kepada masyarakat, sampai saat ini. Nah sobat muda, ayo belajar agama! Ayo menjadi pemuda harapan agama! Ayo berlomba mencari keridhaan dan kecintaan Allah. Dan ayo,  kalau bukan kita siapa lagi!? Penulis: Ustadz Hammam Majalah Tashfiyah Edisi 27 Vol.03 1434-2013
8 tahun yang lalu
baca 6 menit