Biografi

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

biografi ruqayyah binti muhammad

BIOGRAFI RUQQAYAH PUTRI RASULULLAH Judul Asli : PUTRI YANG TABAH LAGI PENYAYANG Jikalau kita memerhatikan kisah kehidupan sosok shahabiyah dalam rubrik niswah kali ini, maka kita akan berdecak kagum. Bagaimana tidak? Sekalipun dalam usianya yang terbilang belia, kehidupannya dilalui penuh dengan ketabahan dan kesabaran. Dia adalah Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, putri kedua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha. Dia terlahir beberapa waktu setelah Zainab Al Kubra radhiyallahu ‘anha. Dan setelahnya lahirlah saudarinya Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha dalam waktu yang tidak terpaut lama. Sehingga di bawah bimbingan ayah dan ibundanya, tiga bersaudara ini tumbuh berkembang menjadi gadis-gadis muda belia dengan kecantikan parasnya, kemuliaan nasabnya, kebaikan budi pekerti dan akhlaknya. Tak heran banyak keluarga yang berkehendak menjadikan mereka bagian dari keluarganya. Maka setelah Zainab Al Kubra menikah dengan salah satu putra khalah (bibi) mereka Abul Ash ibn Rabi’, tak lama berseleang Ruqayyah dan Ummu Kultsum dipinang oleh Abdul Uzza Ibn Abdul Muthalib (lebih dikenal dengan sebutan Abu Lahab), untuk kedua anaknya yaitu Utbah dan Utaibah. Dengan maksud mempererat tali kekeluargaan di antara kedua keluarga maka pinangan tersebut diterima, dan dilangsungkanlah pernikahan mereka sebelum diangkatnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul. Akan tetapi setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat sebagai nabi dan rasul, keadaan menjadi berubah. Pernikahan yang diharapkan dapat menjadi rekatnya hubungan dua keluarga ternyata tak mampu menepis rasa kebencian Abu Lahab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah menyeru kaumnya untuk meninggalkan peribadatan mereka kepada berhala-berhala yang selama ini mereka sembah. Bahkan rasa kebencian yang besar di dada Abu Lahab menjadikannya sebagai salah satu sosok yang sangat besar serangan serta penghinaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak awal mula diangkatnya beliau sebagai nabi dan rasul. Maka bersegeralah Abu Lahab memerintahkan kedua anaknya yaitu Utbah serta Utaibah untuk menceraikan kedua putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka keduanya menceraikan Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Kedua putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akhirnya kembali ke dalam naungan ayahandanya. Mereka menjanda dalam usia yang masih sangat belia. Takdir Allah adalah yang terbaik. Dengan dikembalikannya mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Allah menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia untuk hidup bersama dengan kedua anak Abu Lahab, yang kedua orangtua mereka telah Allah kabarkan dalam Al Quran surat Al Lahab merupakan calon-calon penghuni neraka. Ruqayyah dan Ummu Kultsum dengan sebab perceraiannya bahkan dapat lebih mudah mengimani, meyakini dan mengamalkan agama Islam yang dibawa oleh ayahnya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sepenuh hati. Walau demikian, Allah tidaklah menghendaki bagi hamba-Nya yang beriman dengan keimanan yang baik kecuali kebaikan. Maka Allah beri ganti bagi keduanya seorang suami yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Seorang laki-laki yang beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di awal waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat sebagai nabi dan rasul. Seorang laki-laki yang sejak sebelum masuk Islam pun tidak pernah minum khamr dan menyembah berhala. Seorang laki-laki dengan kebaikan akhlak dan nasab yang Rasulullah kabarkan sejak dia masih hidup bahwa dia kelak di akhirat termasuk penghuni surga. Dia lah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah menjatuhkan pilihan kepada Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anha untuk menikahi Ruqayyah. Bahkan setelah wafatnya Ruqayyah, Rasulullah kembali menikahkan anak beliau Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Itulah sebabnya Utsman bin Affan diberi gelar Dzun Nurain (pemilik dua cahaya), karena tidak ada yang mengumpulkan dua anak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selain beliau. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengeluarkan suatu perkataan yang menunjukkan keridhaannya kepada Utsman ibn Affan setelah wafatnya putri beliau Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha dengan perkataan, “Nikahkanlah anak kalian dengan Utsman. Jika aku memiliki putri ketiga (yang tersisa) niscaya aku akan menikahkannya dengan Utsman”. Pernikahan Utsman bin Affan dengan Ruqayyah binti Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlangsung di masa-masa sulit, di saat banyaknya tekanan dan gangguan diberikan oleh para pemuka Quraisy. Tekanan kepada siapa saja yang mengikuti agama yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tekanan demi tekanan senantiasa diberikan orang-orang Quraisy kepada kaum muslimin dimulai pada pertengahan tahun ke empat nubuwwah hingga pertengahan tahun ke lima nubuwwah. Terutama yang menjadi sasaran kemarahan mereka adalah kaum yang lemah dari kalangan muslimin. Kondisi tersebut menyebabkan Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin yang tertindas. Mereka mulai berpikir untuk mencari jalan keluar dari siksaan yang bertubi-tubi. Maka, mulailah satu persatu Allah turunkan ayat-ayat yang menjawab kekhawatiran dan permintaan kaum muslimin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga akhirnya turunlah Al Quran surat Az Zumar : 10, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, قُلْ يَـٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَـٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَ‌ٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ “Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba yang beriman, bertakwalah kepada Rabb kalian. Bagi orang-orang yang berbuat baik di dalam kehidupan dunia ini (akan memperoleh) kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Setelah turun ayat tersebut yang mengisyaratkan bahwa bumi Allah luas, tidaklah sempit, sehingga seseorang dapat mencari tempat yang memudahkannya bertakwa kepada Allah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai mengarahkan pandangannya kepada suatu daerah bernama Habasyah yang dipimin oleh seorang raja yang terkenal adil dan bijaksana yaitu Ashhamah An Najasy. Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan beberapa orang muslimin yang mampu untuk berhijrah (berpindah tempat) untuk hijrah ke Negeri Habasyah. Maka pada bulan Rajab tahun ke lima nubuwwah berjalanlah sekelompok sahabat yang terdiri dari kurang lebih dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita menuju Habasyah. Mereka dipimpin oleh Utsman bin Affan bersama istrinya Ruqayyah radhiyallahu ‘anha. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang keduanya (yang artinya), “Mereka adalah penduduk Baitul Haram pertama yang hijrah di jalan Allah setelah Ibrahim dan Luth alaihimas salam”. Demikianlah, dengan mengendap-endap kaum muslimin berjalan di waktu malam menuju ke pinggiran pantai hingga tiba di pelabuhan Syaibah. Dan ketika ada kapal yang bertolak menuju Habasyah, mereka menaikinya. Kelompok tersebut sempat dikejar oleh sekelompok orang-orang Quraisy, akan tetapi mereka berhasil menyelematkan diri sampai di negeri Habasyah dan mendapatkan perlindungan dan kehidupan yang cukup baik di sana. Akan tetapi sekalipun demikian, kaum muslimin di negeri Habasyah tidaklah berputus asa mengembangkan harapan mereka untuk bisa kembali ke tanah kelahiran dan berkumpul bersama sanak keluarga. Mereka senantiasa mencari kabar tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya di Mekkah. Pernah terdengar kabar tentang sujudnya kaum musyrikin Quraisy di Mekkah ketika mendengar beberapa ayat dari surat An Najm dibacakan. Maka mereka menyangka bahwa orang-orang Quriasy telah masuk Islam, akan tetapi ternyata kabar tersebut tidak benar. Dan akhirnya, setelah mereka mendengar kabar akan keislaman Hamzah bin Abdul Muthalib serta Umar bin Khathtab radhiyallahu ‘anhuma dan bagaimana dampak keislaman keduanya terhadap kekuatan kaum muslimin di Mekkah, yang semula kaum muslimin menyembunyikan keislamannya dikarenakan kekhawatiran akan tekanan dan siksaan yang akan mereka dapati dengan keislaman tersebut, akan tetapi –dengan izin Allah- setelah keislaman keduanya menjadi lebih berani dan lebih kuat, maka sebagian kaum muslimin di Habasyah bergegas kembali ke Mekkah untuk ikut bergabung bersama saudara-saudaranya yang lain. Ketika itu, Utsman bin Affan bersama Ruqayyah istrinya termasuk orang-orang yang ingin kembali ke Mekkah. Akan tetapi ternyata keadaan yang dijumpai di Mekkah tidaklah seperti yang ada dalam bayangan mereka. Tekanan dan permusuhan yang diberikan orang-orang Quraisy kepada kaum muslimin ternyata bertambah besar sekalipun keberanian kaum muslimin bertambah besar pula. Ruqayyah radhiyallahu ‘anha bersama suaminya pun dihadapkan pada berbagai tekanan tersebut. Terlebih ketika dia kembali, dia dikejutkan oleh berita wafatnya ibunda tercinta. Ruqayyah melalui semuanya dengan hati tabah dan penuh kesabaran. Di usianya yang muda Ruqayyah sudah tertuntut untuk mendampingi suaminya dalam berbagai peristiwa sulit, mengesampingkan berbagai keinginan dan kebutuhan pribadinya sebagaimana layaknya pasangan muda untuk ditukar dengan pengorbanan serta amalan di jalan Allah dalam mencari keridhaan Rabbnya, kemudian keridhaan suaminya… subhanAllah. Setelah peristiwa Baiat Aqabah yang kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memandang bahwa kaum muslimin yang berada di Yatsrib (Madinah) telah siap menerima saudaranya sesama muslim dari Mekkah untuk tinggal dan membangun masyarakat Islam bersama di Madinah. Kesiapan bahkan penantian mereka akan kedatangan saudara-saudaranya sesama muslim untuk datang ke kampung mereka. Bukanlah sekedar karena perasaan belas kasihan, akan tetapi didasari oleh rasa keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka secara bertahap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin yang ada di Mekkah untuk segera hijrah ke Madinah. Termasuk dalam rombongan kaum muslimin yang berhijrah ke Madinah tersebut Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama suaminya Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Kehidupan baru bersama suami tercinta dilalui Ruqayyah radhiyallahu ‘anha dengan penuh rasa syukur hingga kemudian Allah berkenan memberikan kepada keduanya seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Abdullah. Serasa tergantikan semua duka dan kesulitan yang sebelumnya mereka lalui, berganti dengan kebahagiaan bersama anak yang datang di tengah-tengah mereka. Akan tetapi, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Abdullah meninggal akibat sebuah luka yang dideritanya. Dia wafat dalam usia 6 tahun. Sekali lagi kesabaran Ruqayyah diuji. Kehilangan seorang anak yang dicintai memang bukan perkara yang mudah untuk dijalani, akan tetapi berbekal ketakwaan dan kesabaran dilalui semua peristiwa dalam kehidupannya dengan penuh keridhaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak berapa lama sepeninggal Abdullah, Ruqayyah radhiyallahu ‘anha sendiri kemudian tertimpa penyakit. Sang suami dengan sabar menemani dan mendampinginya hingga ajal menjemputnya. Subhanallah. Tidaklah kita melalui kisah tentang para pendahulu kita yang saleh, kecuali akan kita temui bahwa mereka memang sosok-sosok yang patut untuk dijadikan suri teladan. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala meridhai mereka semua dan memudahkan kita untuk bisa mencontoh mereka, serta mengumpulkan kita kelak bersama mereka di jannah-Nya yang penuh kenikmatan. Amin. Sumber: Majalah Qudwah edisi 36 vol. 04 1437 H/ 2016 M rubrik Niswah. Pemateri: Ustadzah Ummu Abdillah Shafa. | .http://ismailibnuisa.blogspot.co.id/2016/02/putri-yang-tabah-lagi-penyayang.html Foto : Flower Nature Ladscape | Sumber: Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 9 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

semangat abdullah bin umar dalam mengikuti sunnah

Masuk Islam ketika masih kecil, tumbuh besar dengan bimbingan Rasulullah serta bapaknya yang mulia. Dia ikut hijrah meninggalkan negeri yang dicintai menuju negeri hijrahnya Nabi di usianya yang masih belia. Usia baligh pun belum dicapainya. Berhijrah bersama bapaknya. Memecahkan keheningan malam dengan langkahnya. Menerjang pekatnya malam gulita. Lalu menembus teriknya siang. Demi tujuan yang mulia, 'tuk menggapai ridha Allah'. Dialah Abdullah bin Umar buah hati dari seorang figur mulia, Amirul Mukminin, Umar bin Al-Khathtab radhiyallahu 'anhuma. mushroom-autumn-tree-fungus-moss By Pixabay Semangat Ibnu Umar dalam Mengikuti Sunnah Ditulis oleh Ustadz Abu Abdurrahman Huda hafizhahullah Abdullah Umar Khaththab bin Nufail Abdil 'Uzza bin Riyakh itulah nama dan nasabnya. Kuniah nya Abu Abdirrahman. Lahir tahun kedua atau ketiga setelah Nabi Muhammad diutus sebagai Rasulullah. . Seorang ahli ibadah yang senantiasa mengisi waktu-waktunya dengan dzikir, shalat puasa, dan ibadah lainnya. Seorang yang dikenal sebagai ulama dari kalangan shahabat. Tidaklah mengherankan dengan semangat serta ketekunannya dan perhatiannya kepada ilmu agama beliau termasuk orang yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits dan termasuk fuqaha' Rasulullah di kalangan shahabat. Ketika sampai di Madinah, Ibnu Umar tumbuh dengan bimbingan Nabawi. Tumbuh dalam ketaatan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan larangan-Nya. Menimba ilmu dari Rasulullah. Ditambah dengan bimbingan sang ayah yang shalih dan gagah berani membela agama Allah. Ayah yang cemburu kalau larangan larangan-Nya dilanggar. Dengan kehidupannya yang demikian elok, terpatrilah keimanan yang menyatu dengan darah daging, tak tergoyahkan dengan godaan setan sang musuh abadi. Semenjak bergaul dengan Rasulullah matanglah kepribadiannya. Di saat kaum muslimin bergabung untuk persiapan perang melawan musuh Allah,Ibnu Umar pun tidak ketinggalan ingin mendapatkan keutamaan jihad. Dalam lubuk hatinya, dia sangat merindukan pertempuran di medan Uhud. Berjuang bersama kaum muslimin menghadapi gempuran Quraisy Namun sayang, usianya yang masih belia menjadi sebab Rasulullah menolaknya untuk bergabung dengan mujahidin. Walau tidak dapat mengikuti peperangan itu, semangatnya untuk membela Islam tidaklah diragukan. Pemuda ini harus menunggu waktu yang tepat bagi dirinya untuk ikut berjihad di medan laga. Sambil mengisi waktu-waktunya untuk beribadah dengan ketekunan dan menimba ilmu dari bimbingan Rasulullah serta mengamalkannya. Perang Khandaq. Abdullah bin Umar belum surut keinginannya untuk berjuang. Perang Khandaq menjadi momen yang tepat untuk merealisasikannya. Tibalah waktunya untuk berlaga bersama dengan singa singa Allah, bersama bala tentara Allah membela kemuliaan agama. Akhirnya, beliau pun diizinkan bergabung dengan kaum muslimin di medan laga.  Ya,  perang Khandaq itulah peperangan yang pertama kalinya beliau terjuni. Baca : Penuh Faedah dari Kisah Julaibib Keutamaan yang dimiliki Abdullah bin Umar sangatlah banyak. Beliau pernah bercerita, "Aku bermimpi seakan-akan adasepotong kain sutra tebalditanganku dan tidaklah ada tempat yang aku inginkan di surga melainkan aku terbang sana.  Aku pun menceritakannya kepada Hafshah.  Kemudian Hafshah bercerita kepada Rasulullah.  Rasulullah pun bersabda yang artinya, "Aku melihat Abdullah adalah seorang yang shalih."  (H.R.  Muslim) Sebuah rekomendasi dari manusia terbaik. Artinya, orang yang diberi rekomendasi adalah seorang yang menegakkan hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Inilah persaksian seorang Nabi dan Rasul yang tidak muncul dari hawa nafsu. Tidak berkata melainkan dari bimbingan wahyu. Nabi juga pernah berkata tentang Abdullah bin Umar. "Sebaik-baik orang adalah Abdullah andai kata dia shalat malam," (HR Bukhari Muslim] Maka sabda Rasulullah menjadi lecutan bagi Ibnu Umar untuk menambah ketataan kepada Alla Beliau hanya menyisakan sedikit waktu malam untuk tidurnya. Kebanyakan waktunya di malam hari untuk beribadah. Sampai sampai Nafi' menjawab saat ditanya tentang Abdullah ibadah bin Umar, "Kalian tidak akan mampu melaksanakannya, Beliau berwudhu pada setiap shalat, dan membaca Al-Quran di antara keduanya (wudhu dan shalat). Apabila beliau tertinggal shalat Isya secara berjamaah, beliau akan menjadikan seluruh malamnya untuk  beribadah. Semangat ibadah yang luar biasa. Jika dipraktikkan pada diri-diri kita, maka kita tidak akan sanggup mengerjakannya. Begitulah shalat dan ibadah beliau yang amat sangat menunjukkan kuat yang keshalihan dan keimanan yang kuat pula pada diri beliau. Tidak jarang, beliau habiskan malam hari untuk shalat. Beliau bertanya kepada Nafi, "Apakah kita sudah masuk waktu sahur?.  Bila muridnya Nafi' menjawab "Belum" , maka beliau melanjutkan shalatnya. Apabila jawaban muridnya "Ya" sudah sampai waktu sahur, maka beliau pun duduk meminta ampun dan berdoa sampai waktu Subuh. Beliau juga mudah meneteskan air mata ketika membaca ayat-ayat Allah.Ini menunjukkan lembutnya qalbu Ibnu Umar tercermin pula kuatnya darinya iman yang terpatri di dalam dada. Muridnya pernah mengisahkan, apabila beliau membaca ayat : أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ "Apakah belum tiba saatnya orang-orang yang beriman khusyu hati-hati mereka karena mengingat Allah" [Qs,  Al Hadid : 16] Inilah kehidupan malam Abdullah bin Umar. Namun bukan berarti amalan di siang hari kalah daripada malamnya. Beliau berpuasa siang harinya baik pada saat beliau safar ataupun tidak. Wara' dan zuhud menghiasi diri beliau meninggalkan yang dikhawatirkan membahayakan akhirat, bahkan yang tidak bermanfaat bagi akhirat. Ibnu Mas'ud pernah mengatakan, "Sesungguhnya salah pemuda Quraisy menguas ketika menghadapi dunia adalah Abdullah bin Umar" Thawus,seorang ulama generasi tabiin, juga pernah mengatakan, "Tidaklah aku melihat seseorang yang lebih wara'  dari Ibnu Umar" Beliau juga seorang yang dermawan. Ketika dunia menghampirinya, maka segera beliau gunakan di jalan Allah. Dunia yang sangat indah pada hawa nafsu manusia. Dunia yang mampu memikat hati hati manusia yang disetiap harinya mereka kejar, walaupun tanpa mendapatkan dorongan dan anjuran. Tapi sungguh Abdullah Umar mampu bin menundukkan dunia di hati beliau. Pernah suatu hari Abdullah bin Umar datang membawa dua puluh sekian ribu dirham. Tidaklah beliau menggunakannya.  Beliau justru membagi bagikan uang tersebut seluruhnya. Salah satu teladan Ibnu Umar adalah dalam hal semangat beliau dalam mengikuti sunnah Rasulullah Dan demikianlah wasiat dari Rasulullah, Beliau telah bersabda, "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang apabila kalan berpegang teguh dengannya maka kalian tidak akan tersesat setelahnya, Kitabullah dan sunahku" Sejarah telah mencatat bagaimana Ibnu Umar mengagungkan sunah dan mengamalkannya. Sungguh- sungguh berupaya mengikuti sunah Nabinya. Bahkan, sebagian muridnya merasa takjub terhadap semangat Ibnu Umar ini. Sampai-sampai, Nafi, muridnya sendiri mengatakan "Andaikata engkau melihat Ibnu Umar ketika mengikuti Rasulullah niscaya engkau akan mengatakan'Ini gila'". I nibukanlah celaan, namun sekadar ungkapan Nafi' melihat bagaimana gurunya mengikuti Rasulullah  Pantaslah Nafi mengatakan seperti itu. Lihatlah bagaimana beliau mengikuti Rasulullah. Ibnu Umar senantiasa mengikuti jejak-jejak Rasulullah pada tempat yang Rasulullah shalat padanya. Nabipernah turun di bawah suatu pohon, Ibnu Umar pun menjaga pohon tersebut. Beliau menuangkan pada akar pohon tersebut supaya tidak kering. (Hilyatul Auliya 1/310) Mungkin sudah terbayang dan tebersit pada di kita setelah melihat penjelasan di atas. Beliau memiliki semangat yang luar biasa dalam mengikuti sunah Nabi. Dalam perkara yang dianggap remeh saja beliau tetap sangat kuat semangatnya. Apalagi dalam hal-hal yang lebih besar, tentunya beliau lebih semangat melaksanakannya. Tidak tanggung-tanggung, Ummul Mukminin Aisyah sendiri telah mempersaksikan semangat beliau dalam mengikuti sunah Nabi. Aku tidak pernah melihat ada orang yang lebih berpegang teguh dengan urusan yang pertama(sunnah Nabi) daripada Abdullah bin Umar" Karena getolnya Ibnu Umar dalam mengerjakan sunnah Nabi, Said Ibnul Musayyib pun menyimpulkan," Andaikata aku boleh mempersaksikan bagi seseorang dengan maka niscaya aku mempersaksikan untuk Abdullah bin Umar (Siyar A'laminnubala 2/212). Hanya saja, kita tidak boleh gegabah dalam menghukum seseorang masuk surga ataupun masuk neraka. Karena kita hanya mengetahui keadaan lahiriah orang tersebut. Hanya Allah lah yang mengetahui kondisi sebenarnya. Sebab itu, tidak boleh kita sebenarnya, mengatakan seseorang masuk surga atau neraka kecuali ada dalil dari Al Quran ataupun hadits yang menjelaskanya. Baca : Kaidah Mempersaksikan Orang Masuk Surga / Neraka Mudah-mudahan Allah selalu mencurahkan rahmat kepada beliau. Ibnu Umar tutup usia di Makkah tepatnya di al Fakhkh, sebuah lembah yang ada di Makkah, pada tahun 79 H dengan umur 84 tahun, Wallahu a'am bish shawab. Disalin dari Majalah Qudwah Edisi 14 Vol 2 2014 Oleh Happy Islam
7 tahun yang lalu
baca 8 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

biografi singkat ibnu hajar al-'asqalani

Biografi Singkat Ibnu Hajar Al-'Asqalani Oleh : Al-Ustadz Abu Hafiy Abdullah "Sungguh Allah telah memilih beliau untuk menjadi golongan ulama yang langka dan istimewa. Pada masanya, beliau adaLah seorang ulama multi talenta sehingga bagaikan bintang yang paling cemerlang di antara keberdaan ulama besar yang lainnya. Kecemerlangan beliau tersebut terus berlanjut hingga saat ini" Ya, beliau adalah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin alari Mahmud bin Hajar Al Kinani Al Asqalani Asy syafi'i. Yang begitu populer dengan sebutan lbnu Hajar. Gelar Al Hafizh sangat identik dengan nama beliau. Beliau dilahirkan pada bulan Sya'ban tahun 773 H di pinggiran sungai Nil di Mesir kuno. Beliau adalah seorang anak yatim. Sang bapak meninggal saat beliau masih berusia empat tahun. Adapun ibunda beliau telah meninggal dunia sebelumnya. Setelah ayahnya meninggal, beliau diasuh oleh Zakiyyudin Al-Kharrubi yang merupakan kakak tertua ibnu Hajar, hingga kakaknya tersebut meninggal dunia. Sebelumnya, sang ayah sempat berwasiat kepada syaikh Syamsuddin Ibnu Al-Qaththan Al-Mishri supaya turut memperhatikan kepentingan Ibnu Hajar sepeninggalnya. Meski yatim piatu, semenjak kecil beliau memiliki semangat belajar yang tinggi.  .Beliau masuk kuttab (semacam Taman Pendidikan Al Qur'an) setelah genap berusia lima tahun. Hafal Al Qur'an ketika genap berusia sembilan tahun,  Ketika Ibnu Hajar berumur 12 tahun ia ditunjuk sebagai imam shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H. Sungguh Ibnu Hajar memiliki perjalanan ilmiah yang sangat mengesankan. Setelah hafal Al-Qur'an,  beliau pun mulai mempelajari kitab-kitab induk dan Sunan.  Seperti Shahih Al-Bukhari dan yang lainnya.  Mendekati usia tiga puluh tahun,  beliau  terlihat sangat unggul di atas teman-teman sejawatnya.  Beliau lebih dalam penguasaan adab, ilmu sya'ir, dan ilmu sejarah dengan berbagai cabangnya. Sejak awal Ibnu Hajar telah dikaruniai kesenangan untuk meneliti kitab kitab sejarah (tarikh).  Beliau pun banyak menghafal nama-nama perawi sekaligus keadaannya Kemudian dari tahun 792 H,  beliau banyak meluangkan analiti dan menekupi ilmu sastra Arab. Bahkan, akhirnya beliau menjadi pakar dalam ilmu syair. Memasuki tahun 793 H, kecintaan beliau berpindah kepada ilmu hadits.  Hanya saja, saat itu beliau belum bisa konsentrasi penuh dalam ilmu ini,  hingga tahun 796 H.  Di saat itulah beliau fokus secara total untuk mencari dan memperdalam ilmu hadits.  Allah menjadikan beliau sangat menyukai ilmu hadits.  Oleh sebab itu,  beliau sangat menaruh perhatian terhadap hadits dalam berbagai bidangnya. Dengan sangat serius,  beliau mendatami ilmu ini. Mempelajari hadits,  menurut penuturan beliau dapat menghilangkan hijab (penghalang terkabulnya doa,  membukakan pintu,  memacu semangat yang tinggi di untuk berhasil dan mendatangkan hidayah kepada jalan yang lurus. Beliau belajar hadits di antaranya pada seorang imam besar di masanya,  Al Hafizh Abul Fadhl Zainuddin Al Iraqi selama sepuluh tahun.  Beliau juga mengadakan perlawatan ke berbagai negara seperti Syam, Hijaz,  untuk dunia. belajar dari sejumlah ulama ternama di berbagai penjuru ada syait negeri.  Maka, jumlah guru-guru beliau sangat banyak, bahkan tidak terhitung jumlahnya. Yang demikian ini karena beliau tidak merasa cukup dengan keberadaan para ulama di Mesir saja. Sehingga beliau sangat antusias untuk menimba ilmu dari para ulama di berbagai negeri meskipun harus menempuh medan berat berisiko tinggi dan jarak yang sangat jauh. Di antara guru besar beliau adalah Afifuddin An Nasyawari, Ibnul Mulaqqin,  Sirajuddin Al-Bulqini, beliau inilah yang pertama kali mengizinkan Ibnu Hajar untuk mengajar dan berfatwa, serta Abul Fadhl Al-Iraqi yang sangat menghormati Ibnu Hajar dan mempersaksikan bahwa Ibnu Hajar adalah muridnya yang paling pandai dalam ilmu hadits.  Bahkan beliaulah yang memberikan Al Hafizh kepada Ibnu Hajar, Yaitu sebuah gelar yang menunjukkan luasnya penguasaan seseorang ilmu terhadap hadits-hadist Nabi baik secara matan (redaksi hadits), maupun secara jalur periwayatan. Lebih dari itu, nama dan keadaan para perawi hadits pada setiap tingkatannya lebih banyak yang dikenal oleh seorang hafizh dari pada yang tidak ia kenal. Kisah pemberian predikat Al Hafizh kepada adalah ketika detik-detik terakhir menjelang wafat Al Hafizh Al Iraqi.  Waktu itu Al Hafizh Al-Iraqi ditanya "Siapa yang akan menggantikan Anda setelah Anda meninggal dunia? Beliau pun menjawab, "Ibnu Hajar dan kemudian Abu Zurah,  kemudian Al-Haitsami." Hafizh Al-Iraqi adalah seorang ulama besar di masanya yang sangat terkenal sebagai ahli fikih pengikut madzhab Syafi'i.  Di samping itu,  Al-Traqi juga seorang ulama yang sangat mendalam penguasaannya terhadap tafsir, dan bahasa Arab. Karena keistimewaan Al Hafiah Al-Iraqi itulah, Ibnu Hajar rela bermulazamah dengan beiau selama sepuluh tahun. Walaupun dengan selama sepuluh tahun, kebersamaan Ibnu Hajar dan gurunya tersebut, beliau juga pernah melakukan perjalanan ke negeri Syam dan yang lainnya dalam rangka untuk mencari ilmu syari. Namun dengan seizin Allah, kemudian jasa syaikh inilah Ibnu Hajar mencuat menjadi seorang ulama yang sangat mumpuni dalam berbagai cabang ilmu. Sehingga Ibnu Hajar menjadi orang pertama kali yang diberi izin oleh Al hraqi untuk mengajarkan hadits. Bahkan sang guru memberikan gelar Ibnu Hajar dengan Al Hafizh dan sangat memuliakannya. Dalam pujiannya terhadap muridnya, Ibnu Hajar, Al Iraqi pernah mengatakan, "Al-Hafizh adalah seorang yang alim (berilmu), Al-Fadhil (memiliki keutamaan) Al-Muhaddits (ahli hadits) Al Mufid ( yang memberikan faedah),  Al-Mujid (yang suka mengerjakan sesuatu dengan baik), Al-Hafizh yang mutqin (kuat hafalannya), yang dhabith (kuat, teliti dan seksama), yang tsiqoh (terpercaya), yang ma'mun (dapat dipercaya)" Guru-guru Al Ibnu Hajar yang lain sangat banyak. para guru tersebut merupakan ulama-ulama yang ternama di zamannya Di antaranya adalah Abdurrahim dan Razin. Dari beliau ini Al Hafizh mendengarkan dan belajar shahih Al Bukhari, Guru yang lain adalah Al 'izz bin Jama ah, yang lbnu Hajar banyak mengambil ilmu darinya. Tercatat juga nama Hummam Khawatizmi. Dalam memperdalam ilmu bahasa arab,  Al min Siyar Hafizh belajar kepada yang leb'Alamin Al Fairuz Abadi yangmerupakan penyusun kitab Al Qamus Muhith). Untuk masalah Qira'atus sab'ah  (tujuh macam bacaan Al Quran), beliau belajar kepada Al Burhan At-Tanukhi.  Dan yang lainnya.  Sungguh luar biasa, jumlah guru beliau mencapai 500 syaikh dalam berbagai binyak disiplin ilmu. Kapasitas keilmuan Al Hafizh lbnu Hajar yang diakui oleh para ulama besar di zamannya menjadi perhatian para penuntut ilmu dari penjuru dunia.  Mereka rela berbondong-bondong menempuh pegalanan yang sangat jauh untuk menimba ilmu dari beliau. Oleh karena itu,  beliau memiliki lebih dari lima ratus murid. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu murid beliau bernama As Sakhawi. Bahkan,  beliau mengatakan bahwa seluruh tokoh ulama dari berbagai madzhab berguru kepada Ibnu Hajar.  Sehingga,  layaknya seorang ulama yang tersohor belau pun selalu padat dan penuh dengan penuntut ilmu. Di antara mund beliau yang sangat menonjol dan terkenal adalah Al lmam As Sakhawi. la adalah murid istimewa Al-Hafizh Ibnu Hajar, di samping sederetan nama besar lainnya:  Al-Biqa'i Zakariya Al-Anshari, Ibnu Qadhi Syuhbah, lbnu Tahgri Bardi. Ibnu Fahd Al-Makki, dan masih banyak yang lainnya. https://pixabay.com/en/apple-books-garden-read-browse-2037883/ Ibnu Hajar menghabiskan umur beliau untuk menuntut ilmu  dan mendakwahkannya.  Baik dakwah dengan lisan ataupun tulisan. Banyaknya karya ilmiah yang beliau tulis dalam berbagai cabang ilmu adalah bukti. Satu hal yang sangat luar biasa, karena beliau masih bisa menyempatkan untuk membuat karya tulis disela-sela kesibukan beliau yang begitu padat. Bahkan karya tulis kitab besar yang berjlid-jilid. Salah satu tulisan beliau yang kangat terkenal adalah Fathul Bari yang merupakan syarah (penjelasan) dari Shahih Al-Bukhari. Sampai digambarkan oleh sebagian ulama,  bahwa seandainya zamannya, kitab beliau hanya Fathul Bari,  maka sudah cukup menggambarkan kefaqihan dan keilmuan beliau yang sangat luas mendalam. Fathul Bari merupakan syarah yang sangat identik dengan Kitab Shahih Al Bukhari. Meskipun ada ulama lain yang Ibnu Hajar juga mensyarah kitab ini.  Menurut penuturan As Sakhawi, karya tulis Ibnu Hajar mencapai lebih dari 270 kitab. Adapun penelitian para ulama kontemporer mengindikasikan bahwa karya tulis beliau lebih 282 kitab Itupun belum ditambah kitab-kitab beliau yang tidak tercetak. Selain Fathul Bari yang merupakan karya monumental, masih banyak kitab penting beliau yang menjadi rujukan ulama dan kaum muslimin hingga saat ini. Sebagai contoh, Tahdzibut Tahdzib, Lisanul Mizan, At-Talhisul Habit,  Nuzhatun Nadhar,  Bulughul Maram,  Al-Ishabah fi Tamyiz Ash Shahabah,  dan masih banyak lagi yang lainnya. Meskipun Ibnu Hajar diberi anugerah sekian banyak keutamaan, beliau adalah sosok yang penuh dengan kerendahan hati dan sikap wara sebab beliau menolak tawaran untuk menjadi (hakim), itupun Beliau menyadari bahwa mengemban tugas hakim bukanlah perkara yang ringan. Bahkan sebuah tanggung jawab besar di sisi Allah. Tatkala Ash Shadr Al Munawimeminta beliau menggantikan posisinya sebagai hakim akidah beliau pun menolaknya.  Selain itu datang pula tawaran dari Sulthan Al Muayyad kepada beliau supaya menjadi hakim. Yaitu Hakim Agung di Mesir waktu itu. Beliau sempat menyesal setelah menerima jabatan tersebut. Karena banyaknya fitnah dan godaan duniawi, beliau pun mengundurkan diri.  Pada tahun 828,  Sulthan memintanya lagi dengan sangat agar beliau menerima jabatan sebagai hakim sebaga kembali. Sehingga Ibnu Hajar pun menerima jabatan tersebut Kaum muslimin pun sangat bergembira karena memandang adalah beliaulah orang yang paling berhak mendudukinya. Kekuasaan beliau pun ditambah, yaitu diserahkannya kehakiman kota Syam kepada beliau pada tahun 833 H. Beliau telah melanglang buana dalam dunia peradilan selama lebih dari tiga puluh tahun. Disebutkan oleh sebagian ahli sejarah yang menulis biografi Ibnu Hajar, sebuah kejadian unik yang pernah beliau alami selama menjabat sebagai hakim. Kisah ini juga dinukilkan oleh beliau Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam kitabul Ilmi, kitab karya beliau. Sebagai hakim besar di kota Mesir,  Ibnu Hajar senantiasa berangkat ke tempat kerjanya dengan mengendarai kereta yang ditarik kuda atau keledai dengan arak-arakannya. Suatu saat, beliau dengan keretanya tersebut melewati seorang Yahudi di Mesir. Orang Yahudi itu berprofesi sebagai penjual minyak sehingga dia terlihat berpenampilan kotor dan kumuh.  Tatkala Ibnu Hajar dan rombongan lewat di depannya, ia segera mendekat dan menghentiaknnya. Kemudian dia mengatakan kepada Ibnu Hajar, "Sesungguhnya Nabi kalian telah berkata, 'dunia adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi kafir'. Namun, kenapa profesi anda sebagai hakim di Mesir, dengan arak-arakan seperti ini, serta kenikmatan yang berlimpah. Sementara aku, kata orang yahudi tersebut, berada dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini." Maka Ibnu Hajar pun mengatakan, "Aku dengan kondisiku yang penuh dengan kemewahan dan kenikmatan dunia ini,  bila dibandingkan dengan kenikmatan surga adalah seperti sebuah penjara. Adapun penderitaanmu di dunia ini,  jika dibandingkan dengan siksa neraka adalah seperti surga yang penuh dengan kenikmatan." Spontan orang Yahudi langsung mengucapkan,  "Asyhadu alla ilahaillallah wa asyhadu anna muhammad rasulullah."  akhirnya ia memeluk agama Islam. Kitab Fathul Bari yang Berjilid-jilid Pembaca,  sebagai manusia biasa,  lbnu Hajar tentu tidak kekurangan dan kesalahan.  Beliau memiliki lepas dari pemikiran Asyariyah akidah yang tercampur dengan terkadang menakwil sifat-sifat Allah. Dan terkadang beliau mengalami kegoncangan dalam akidahnya tersebut. Meskipun demikian, seseorang tidak boleh menjadikan ketergelinciran beliau ini sebagai batu loncatan untuk mencela.  Apalagi memvonis beliau sebagai ahli bid'ah.  Karena,  secara umum manhaj ahlus sunnah wal adalah manhaj yang beliau tempuh jamaah. ini bisa dibuktikan dengan pembelaan beliau terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah yang sangat besar.  Di samping para ulama juga telah memberikan pujian dan rekomendasi terhadap beliau,  Oleh sebab itu,  para ulama dari masa ke masa tidak ada yang menggolongkan beliau sebagai ahli bid'ah.  Tidak pula melarang kaum muslimin secara untuk mengambil faedah dari karya tulis beliau. Demikianlah sepenggal kisah tentang berbagai keutamaan dan keistimewaan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Sungguh jarang seorang ulama diberi kemampuan komplit sebagaimana membalas jasa-jasa beliau terhadap kaum muslimin,  dan beliau semoga Allah mengampuni beliau dengan rahmat dan maghfirah Nya. Wabillahi taufiq, Disalin oleh admin Happy Islam dari Majalah Qudwah Edisi 4 Vol 01 2013 BACA: AKHLAK IMAM AHMAD
8 tahun yang lalu
baca 11 menit