Aqidah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

10 tips agar mencintai dan dicintai allah

Salah satu jenis mahabbah (cinta) adalah mahabbah Ibadah atau cinta yang bernilai ibadah. Kita tahu bahwa ibadah hanya ditujukan hanya kepada Allah, sehingga cinta ibadah hanya ditujukan kepada-Nya. Sekali meleset maka dapat jatuh kepada kesyirikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِي قُلُوبِكُمۡ “…Tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian.” (al-Hujurat: 7) وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ “Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (al-Baqarah: 165) Asy-Syaikh al-‘Allamah Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Sesungguhnya mencintai Allah termasuk ibadah yang paling penting dan paling utama serta merupakan landasan agama. Sebab, mencintai Allah mengharuskan ikhlas kepada-Nya, menaati perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, dan tunduk kepada-Nya.” (Syarh Kitab at-Tauhid, Ibnu Baz, hlm. 162) Cinta kepada Allah inilah cinta yang hakiki. Ia menjadi sebab kebahagiaan hati seorang hamba sekaligus menjadi sebab terasa manisnya iman, ketaatan, dan ibadah kepada-Nya. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan sepuluh sebab agar seorang hamba mencintai Allah (mahabbatullah) dan dicintai oleh Allah: Membaca al-Qur’an dengan mentadabburi dan memahami kandungannya sesuai dengan maksudnya. Mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunnah setelah melakukan ibadah-ibadah wajib. Sesungguhnya hal ini akan mengantarkannya ke derajat ‘dicintai’ setelah mencapai derajat ‘mencintai’. Senantiasa berzikir kepada Allah pada setiap keadaan, baik dengan lisan, hati, maupun amalan. Mendahulukan kecintaan kepada Allah daripada kecintaan kepada diri sendiri ketika diliputi hawa nafsu. Mengenal Allah, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya. Merenungi/menghayati kebaikan dan ihsan-Nya serta berbagai nikmat-Nya, baik yang lahir maupun yang batin. Ketundukan hati secara total di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Hati khusyuk kepada-Nya, merendahkan diri, dan membutuhkan-Nya. Menyendiri untuk beribadah, shalat malam, bermunajat, dan memohon ampun, serta bertobat kepada Allah pada akhir malam. Bermajelis dengan muhibbin (orang-orang yang mencintai Allah) dan shiddiqin (orang-orang yang sangat jujur) untuk memetik kebajikan perkataan mereka. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi hati dari Allah. (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim 3/17 dengan sedikit diringkas dan disesuaikan) Dikutip dari Majalah Qonitah dengan sedikit tambahan.
10 tahun yang lalu
baca 2 menit