Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

ibnu aqil al hanbali : kisah taubat inspiratif

3 tahun yang lalu
baca 4 menit

Ibnu Aqil al Hanbali : Kisah Taubat Inspiratif

8 Muharram 465 H , Ibnu Aqil mengumumkan taubat. Usia beliau waktu itu masih muda, 34 tahun. Masjid yang dikelola oleh Asy Syarif Abu Jakfar, tokoh madzhab Hanbali paling dihormati masa itu, dipilih sebagai lokasi. Khalayak ramai hadir sebagai saksi pertobatannya.

Abu Bakr al Bazzar bercerita, “ Saya turut hadir pada Senin 8 Muharram 465 H , menyaksikan taubatnya Asy Syaikh Al Imam Abul Wafa Ibnu Aqil di masjid Asy Syarif Abu Jakfar -rahimahullah- , di distrik Nahr Mu'alla ( Sungai Mu'alla). Hari itu khalayak ramai ikut menghadiri”

Ibnu Aqil sejak masih muda terpengaruh dan terbawa paham sesat kaum muktazilah. Beliau belajar langsung kepada 2 tokoh terbesar muktazilah di masanya, yakni Abu Ali bin Al Walid dan Abul Qasim bin Tabban. Pada dasarnya beliau sangat cerdas, hingga Adz Dzahabi menilai,” Dalam hal kebid'ahan, tidak ada yang bisa menandingi Ibnu Aqil di zaman tersebut”

Siapakah kelompok muktazilah itu? Muktazilah adalah kelompok sesat dan menyimpang dari ajaran Islam. Akal atau logika menjadi standar untuk menentukan benar salah dan ada tiada. Ada 5 pokok pemikiran yang mereka jadikan sebagai dasar beragama. Mereka menafikan sifat-sifat Allah, mereka meyakini pelaku maksiat akan kekal di dalam neraka dll.

Hidayah adalah milik Allah. Hanya Dia yang menentukan, siapakah yang akan diberi dan siapa yang tidak diberi. Ibnu Aqil yang sudah dan sempat digadang-gadang sebagai penerus aliran muktazilah, Allah berikan hidayah untuk bertaubat.

Ibnu Hajar (Lisanul Mizan 4/243) menulis: “Beliau ini termasuk ulama besar. Memang benar, dulunya Ibnu Aqil penganut faham mu'tazilah. Akan tetapi, beliau telah menyatakan diri bertaubat. Taubatnya pun sungguh-sungguh. Bahkan, beliau menulis kitab untuk membantah kaum mu'tazilah”

Tidak malu untuk mengaku salah. Tidak sungkan untuk menyatakan telah keliru. Padahal pengikutnya tidaklah sedikit. Pengagumnya saat itu lumayan banyak. Terlanjur ditokohkan. Pengaruhnya bisa dirasakan. Namun, apa artinya itu semua jika dibangun di atas kebatilan?

Ibnu Qudamah (Ar Radd 'ala Ibni Aqil hal.18) menceritakan kronologi taubatnya. Ibnu Aqil dinilai melakukan kesalahan besar dan kesesatan yang fatal. Sampai-sampai beliau dicari dan dikejar-kejar untuk ditangkap.

Suatu hari, dalam pelariannya di atas sebuah kapal, Ibnu Aqil mendengar seorang pemuda berkata,” Sungguh, saya sangat berambisi bisa menemukan Ibnu Aqil untuk saya bunuh dan tumpahkan darahnya sebagai bentuk mendekatkan diri kepada  Allah”.

Mendengar hal itu, Ibnu Aqil terkejut. Segera beliau mencari Asy Syarif Abu Jakfar, tokoh tertinggi dalam madzhab Hanbali saat itu, untuk menyatakan taubat.

Ibnu Qudamah  menerangkan,” Berikut ini saya sebutkan teks taubatnya Ibnu Aqil beserta sanadnya. Supaya dapat diketahui bahwa hal-hal yang menyelisihi Sunnah dalam kitab-kitab beliau, hal itu termasuk yang beliau sendiri sudah menyatakan taubat. Jangan sampai ada yang tertipu. Jangan sampai dipegangi karena akan tersesat. Berpegang dengan kesalahan-kesalahan itu, sama artinya dengan status beliau sebelum taubat dari kezindikan dan darahnya yang halal”

Ibnu Rajab al Hanbali (Dzail Thabaqat Hanabilah 1/322) menukil teks taubatnya, :“Sungguh! Saya berlepas diri kepada Allah dari pemahaman mu'tazilah dan pemahaman sesat lainnya. Berlepas diri dari pertemanan tokoh-tokohnya, mengagungkan para pengikutnya, mendoakan rahmat untuk pendahulu-pendahulu mereka, dan menyanjung perilaku mereka”

Selanjutnya, beliau menyatakan, “ Apapun yang pernah saya tulis dan tulisan itu masih ditemukan tentang pemahaman mereka dan kesesatannya, maka saya menyatakan taubat kepada Allah dari tulisan-tulisan tersebut. Tulisan itu tidak halal, tidak boleh dibaca, dan tidak boleh diyakini”

Di bagian akhir, Ibnu Aqil menegaskan bahwa, “ Asy Syarif Abu Jakfar, para guru, dan murid-muridnya – tokoh-tokoh dan saudara-saudaraku yang semoga Allah menjaganya- , mereka semua lah yang benar karena mengingkari apa yang telah mereka lihat dalam tulisan-tulisanku ; yang saya sudah berlepas diri kepada Allah darinya.Saya juga menyatakan bahwa sayalah yang salah, saya tidak benar”

Cukup sampai di sini, Kawan!

Kita harus memohon kepada Allah agar hati terbuka, berjiwa besar, dan dada yang lapang. Sehingga kebenaran dapat diterima dan diikuti dengan tulus hati. 

Ya Allah, tunjukkanlah kebenaran kepada kami sebagai kebenaran yang terang benderang. Bimbinglah kami untuk mengikuti kebenaran tersebut. Ya Allah, perlihatkanlah kebatilan itu sebagai kebatilan yang nyata. Bimbinglah kami agar menjauhi dan membenci kebatilan itu.

Aamiiiiin


Bersambung : Ibnu Aqil al Hanbali : Cinta di Balik Kalung Mutiara Bertali Merah ......

Lendah. Sabtu 26 Juni 2021

t.me/anakmudadansalaf