(143)
Subhanallah! Bisa dikata, asal daerah santri telah tersebar merata dari sudut-sudut negeri. Tak terkecuali di Ma'had Darul Hikmah di kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara.
Lebih dari 200 santri putra dan putri menjalani hari-hari mereka dengan thalabul ilmi.
Rangkaian kajian yang hanya efektif 2 hari, membawa kami berkeliling hampir separuh pulau Buton.
Dari Bau-Bau ke Kapontori di sebelah utaranya. Lalu ke barat, ke Pasar Wajo. Kemudian ke Sampolawa, lalu pulang menyusuri garis tepi pulau Buton bagian barat; Batauga.
Santri-santri ada yang berasal dari kepulauan Wakatobi, pulau Siompu, pulau Kadatua, pulau Kabaena, dan dari pulau Talaga. Tentu pulau Buton dan pulau Muna lah yang paling banyak mengirimkan santri.
Problem kita selalu sama. Di mana-mana. Jawa maupun luar Jawa. Pondok yang sudah besar ataupun yang sedang merintis mula-mula.
Apa itu?
Sumber daya manusia yang kurang. Maksudnya; tenaga pengajar.
Setiap pondok mengeluhkan hal ini; yaitu kekurangan tenaga pengajar.
Namun, apapun alasannya, berdakwah tidak boleh mudah menyerah. Tarbiyah anak mesti terus dijalankan walaupun dalam keterbatasan. Sambil mencari solusi-solusi yang baik.
Santri-santri itu datang dari tempat yang jauh. Mereka berpisah dari orangtua. Otomatis, rindu selalu mengganggu.
Apalagi baru pertama kali di asrama. Akan terasa asing. Hampa dan sunyi. Harus adaptasi. Maka, tak jarang santri memutuskan pulang. Padahal baru beberapa hari. Tidak betah, alasannya.
Sebenarnya, kita semua harus berpartisipasi. Jangan hanya membebankan ke para pengajar. Selain problem kekurangan jumlah, para pengajar itu sudah ekstra sibuk.
Apa yang bisa dilakukan? Tentu harus duduk bersama untuk musyawarah.
Perhatian. Iya, perhatian. Santri-santri itu harus diberi perhatian. Bukan saja oleh pengajarnya, tetapi perhatian dari kita semua.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda :
تَهادَوا تحابُّوا
" Saling berbagi hadiah lah, niscaya kalian saling menyayangi " HR Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no.594
Ibnu Abdil Barr ( At Tamhid 18/21 ) menerangkan manfaat berbagi hadiah, "... menghadirkan cinta dan mengusir permusuhan"
Gambarannya seperti ini...
Ada santri terlihat rajin. Selalu di shaf depan. Berkelakuan baik. Aktif mencatat pelajaran. Maka, sesekali bolehlah kita beri hadiah untuknya.
Sambil memberikan minyak wangi atau sarung, bolpoint atau sandal jepit, buku tulis atau apa lah, kita bisa memberi motivasi, " Mas, rajin belajar ya. Semoga Antum istiqamah dalam thalabul ilmi "
Berikan perhatian kepada santri-santri!
Bila tak bisa memberi hadiah, satu dua menit yang kita sisihkan untuk duduk berbincang dengan mereka sudah terhitung luar biasa.
Percakapan yang ringan-ringan saja. Menanyakan kabar, mendoakan, bercerita tentang sebuah pengalaman, menyampaikan harapan umat, atau silahkan pilih bahan pembicaraan yang menyenangkan.
Abu Dawud meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah dan Abu Dzar :
كان رسولُ اللهِ ﷺ يَجْلِسُ بينَ ظهرَيْ أصحابِه ، فيجيءُ الغريبُ ، فلا يدري أيُّهم هو ، حتى يسألَ
" Dahulu, Rasulullah ﷺ sering duduk di tengah-tengah sahabatnya. Jika ada orang asing datang, tidak akan tahu yang manakah beliau, sampai ia bertanya ". Disahihkan Al Albani dalam Sahih Abi Dawud (4698)
Bila ada rejeki, ajaklah beberapa santri ke rumah untuk sekedar minum teh atau kopi. Di momen-momen semacam itu, kita bisa membangun komunikasi dan kedekatan.
Bukankah Anda selaku orangtua akan senang, jika anak Anda yang sedang thalabul ilmi nun jauh di sana bercerita saat ditelpon, " Alhamdulillah. Di sini aku sangat diperhatikan. Ikhwan-ikhwan di sini ramah dan penyayang. Aku betah".
Betapa santri-santri itu akan bahagia dan nyaman di pesantren. Walau jauh dari orangtua, ia diperhatikan oleh "orangtua-orangtua" di tempat thalabul ilmi nya.
Barangkali kita bingung atau tidak tahu harus bagaimana berta'awun di pesantren. Membantu jalannya tarbiyah. Nah, ikutlah dan aktiflah membantu para pengajar dengan turut memperhatikan santri-santri itu.
Agar regenerasi berjalan serasi, insya Allah.
Makassar, 19 September 2022
t.me/anakmudadansalaf