Seringkali, bahkan hampir semua santri yang saya ajak bicara, begitu cemas tentang masa depannya.
Akan kerja apa? Mau makan apa? Bagaimana menafkahi anak istri? Bisakah punya tanah dan rumah? Mampukah ia infak dan sedekah?
Hemat kata ; takut miskin!
Allah berfirman di dalam Al-Qur'an:
ٱلشَّيْطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِٱلْفَحْشَآءِ ۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: "Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah: 268)
Takut miskin dijadikan senjata oleh syaitan untuk menyerang manusia.
Takut miskin membuat ibadah tak khusyuk, beramal kurang tenang, thalabul ilmi terganggu, dan terperangkap dalam jaring-jaring dunia. Dibekap dalam penjara dunia yang pengap!
Takut miskin tolak pangkal kekikiran, tak peduli kepada yang membutuhkan, mengabaikan orang lemah, tidak semangat dalam ta'awun, dan membikin setengah hati membela agama Allah.
Takut miskin bibit kejahatan. Mencuri, merampok, korupsi, melacurkan diri, berjudi, bahkan membunuh pun dilakoni. Asal tidak miskin.
Bahkan membunuh anaknya sendiri!
Allah Ta'ala melarang perilaku jahiliah, yakni membunuh anak karena takut miskin.
وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئاً كَبِيراً
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar."
(QS Al Isra:31)
Semacam perilaku jahiliah di atas, masih juga terjadi di zaman ini. Pembatasan jumlah anak, tidak ingin hamil, aborsi, bahkan betul-betul membunuh anak, bukankah nyata di masa kita?
Hanya saja, jika miskin telah membuat takut sebagian kaum beribadat, para pejuang thalabul ilmi, ini tidak boleh didiamkan.
Di sinilah pentingnya Tauhid, di antaranya adalah berkeyakinan penuh bahwa Allah Ta'ala satu-satunya Dzat yang memberi rejeki.
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya: "Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh."
(QS Adz Dzariyat: 58)
Semua makhluk yang hidup di atas muka bumi, telah diatur dan ditetapkan rejekinya. Tidak akan meleset. Tidak pernah bergeser. Rejeki akan mengejar. Tidak berkurang, tidak bertambah, dari ketentuan.
Rejeki tidak akan tertukar!
Allah berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Artinya: "Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)."
(QS Hud:6)
Selain itu, ikhtiar tidak bisa ditawar. Bekerjalah! Asal halal, jangan malu. Biar dipandang sebelah mata, yang penting meraih ridha- Nya.
Percuma juga berlimpah tapi tak berkah. Kelihatan kaya, tapi dari satu utang ke utang lainnya. Nampak elit, tapi tanggungan hutang melilit. Gaya selangit, namun dari hasil kredit. Bergonta-ganti dasi dari korupsi.
Apa enaknya dibilang kaya, sementara SK digadaikannya. Surat-surat berharga jadi jaminannya. Gagah luarnya, keropos dan rapuh dalamnya.
Sudahlah, tidak usah menipu diri sendiri! Jangan berbohong kepada orang lain!
Coba resapi pesan Nabi Muhammad berikut ini
(HR. Bukhari 1402)
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ
"Sungguh! Salah satu dari kalian mengambil tali lalu mengikat kayu bakar untuk diangkat di punggung, kemudian ia jual sehingga Allah menjaga wajahnya, itu lebih baik, daripada meminta-minta kepada orang. Mereka beri ataukah tidak."
Jalan halal sangat banyak, silahkan dipilih saja. Pintu halal ada di mana-mana dan selalu terbuka. Kenapa bingung?
Jangan lupa berdoa!
Nabi Muhammad mengajak kita berdoa kepada Allah Ta'ala agar terhindar dari kemiskinan.
Sahabat Abu Bakrah bertanya kepada anaknya, Muslim,
"Anakku, dari siapa engkau belajar doa-doa itu?".
Iya! Muslim kedapatan membaca doa berikut selepas salat :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ
"Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada- Mu dari kekafiran, kefakiran, dan azab kubur."
Muslim menjawab, "Darimu, ayah."
Muslim memang memperhatikan ayahnya selalu membaca doa tersebut setiap kali selesai salat.
Sahabat Abu Bakrah lantas mengatakan, "Memang. Dahulu, Rasulullah membaca doa itu selepas salat" (Disahihkan Al Albani dalam Sahih Nasa' i no.1347)
Coba perhatikan!
Yang sekolah tinggi-tinggi hingga bergelar sarjana, apakah semuanya kaya? Ah, banyak juga yang miskin.
Yang tidak mau thalabul ilmi, yang meninggalkan thalabul ilmi, apakah akhirnya kaya? Heh, banyak sekali yang mengenaskan hidupnya.
Yang menghabiskan puluhan bahkan ratusan juta untuk kuliah, jaminan kaya? Aduh, setelah lulus bingung juga. Mau mulai usaha masih merengek minta modal dari orangtuanya.
Sudahlah, syaitan memang selalu menakut-nakuti dengan kemiskinan.
Belajar agama saja yang benar. Thalabul ilmi dengan sabar. Yakinlah rejeki tidak akan kemana-mana. Jangan putus berdoa. Kelak jika saatnya tiba, engkau akan bisa bekerja juga. Sebab, banyak pekerjaan telah menantimu. Baarakallahu fiik
Tenggarong, 17 Zulhijjah 1443 H/16 Juli 2022
Sumber: https://t.me/anakmudadansalaf/661