Imam Bukhari bercerita ;
"Saat masih kecil, saya sering menghadiri majlis para ahli fikih di kota Merv (Marwa, Khurasan). Jika sudah bergabung, saya merasa sungkan untuk mengucapkan salam kepada mereka"
Seorang guru kota Merv pernah bertanya kepadaku, "Hari ini, berapa banyak yang sudah engkau tulis?"
"Dua", saya jawab. "Padahal maksud saya ; dua hadits".
Hadirin di majlis tersebut menertawakan saya karena salah memilih kata dalam menjawab.
Lalu ada orangtua dari mereka membela, " Kalian jangan tertawakan anak kecil itu! Bisa jadi, suatu hari kelak, dia lah yang akan menertawakan kalian"
Cerita singkat di atas disebutkan oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala (12/401).
Minimal ada 7 pelajaran hidup untuk kita :
1. Jangan meremehkan orang, sekalipun ia masih kecil. Kita tidak pernah tahu, kelak waktu mungkin ia menjadi orang besar. Orang yang dihormati.
2. Berbicaralah dengan menggunakan kata-kata positif dan kalimat-kalimat motivatif. Bisa jadi, satu kata positif menjadi sebab sedih seseorang berganti bahagia, marahnya berubah senyuman, dan galaunya bertukar ceria.
3. Belajar di usia muda ibarat mengukir di atas batu. Maka, jangan sia-siakan masa mudamu!
4. Majlis-majlis ilmu di zaman dahulu selalu terbuka untuk siapa saja, tanpa membatasi usia. Untuk anak-anak hingga usia lanjut.
5. Kemampuan berbahasa menunjukkan jatidiri seseorang. Maka, jangan remehkan pelajaran bahasa. Bahasa Arab, bahasa Indonesia, juga bahasa daerah.
6. Firasat orangtua itu akhirnya nyata. Setelah menjadi ahli hadits terkemuka, tidak ada yang berani tertawa di hadapan Imam Bukhari.
7. Untukmu, anak muda. Jangan berkecil hati. Jangan pesimis. Engkau tidak boleh rendah diri. Berusahalah dan optimis. Jika engkau telah bercita-cita, maka bertawakal lah kepada Allah.
Malam Kamis, 07 Juli 2021.
(Sambil mendampingi santri-santri merevisi "Seterang Kunang-Kunang".
Semoga Allah memberkahi mereka)
t.me/anakmudadansalaf