Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah nabi isa bin maryam, mereka tidak membunuhnya

3 tahun yang lalu
baca 12 menit

MEREKA TIDAK MEMBUNUHNYA

✍🏻 Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i حفظه الله تعالى

Kisah Nabi Isa bin Maryam, Mereka Tidak Membunuhnya


Hasad benar-benar telah membutakan mata hati kaum Yahudi! Nabi Isa bin Maryam عليه السلام yang diutus Allah, mereka tenggelam dalam lautan benci dan dengki terhadapnya. Begitu buruknya kehidupan seorang hamba yang hidup dalam lingkaran benci dan dengki! Hatinya tak pernah merasakan tenang dan tenteram, penuh dengan gejolak negatif dan lebih parah dari itu, ia akan sulit untuk menerima kebenaran yang benar-benar nyata.

Kaum Yahudi tak mampu menyaksikan Nabi Isa عليه السلام yang diberi banyak kelebihan oleh Allah سبحانه وتعالى. Panas hati mereka, juga memerah mata mereka kala menghadapi kenyataan Nabi Isa dengan izin dan kuasa Allah mampu menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penyakit sopak,  membentuk tanah liat dalam rupa burung lalu meniupnya sehingga benar-benar terbang sebagai burung di angkasa, serta mukjizat-mukjizat lainnya.

Mukjizat-mukjizat nan agung ini bukannya membuat kaum Yahudi beriman. Mereka justru mendustakan Nabi Isa, menyelisihi, dan menuduhnya dengan tuduhan-tuduhan keji. Kaum Yahudi berupaya untuk menganggu dan menyakiti Nabi Isa. Hingga akhirnya hal tersebut membuat Nabi Isa beserta sang Ibunda Maryam harus berpindah-pindah tempat agar bisa hidup tidak senegeri dengan kaum Yahudi. 

Memang benar! Siapa pula yang akan tenang hidupnya jika harus senegeri dan seatap langit dengan orang-orang yang membenci dan memusuhi? Apatah nikmatnya harta benda bertumpuk jika jiwa menderita karena benci dan dengki? Apakah salah jika seorang hamba memilih bumi Allah yang lain agar dapat merasakan tenang dan tenteram di dalam beribadah ?

Allah سبحانه وتعالى berfirman di dalam Al Qur'an: 

يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ

“Hai hamba-hamba-ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka beribadahlah kalian kepada Aku saja.” [Q.S. Al Ankabut: 56].

As Syaikh As Sa'di (Tafsir Karimir Rahman) menjelaskan ayat di atas, “Jika tidak mampu beribadah kepada Rabb kalian di sebuah tempat, maka tinggalkanlah tempat itu dan carilah tempat yang lain agar bisa mewujudkan ibadah hanya untuk Allah."

Sudah berapa banyak hamba-hamba Allah meninggalkan negeri dan kampung halaman mereka demi beribadah kepada Allah dengan tenang. Lihatlah para shahabat yang berhijrah menuju negeri Habasyah! Renungkanlah kesabaran para shahabat yang berhijrah ke negeri Madinah! Nabi Isa dan Ibunda Maryam pun memilih untuk berpindah-pindah tempat guna mencari sebuah negeri tempat beribadah kepada Allah dengan tenang.

Dengan pilihan tersebut, apakah kaum Yahudi berhenti sampai di situ ? Belum! Renungkanlah betapa buruk dan hinanya sikap iri dan dengki! Hati yang telah dibakar oleh api dengki tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada batas-batas bumi yang bisa menghentikan dengki.

Biar saja orang mendengki, toh seorang hamba tetap dalam bahagianya walau sang pendengki hidup dalam kesempitan hati. Walaupun Nabi Isa dan Ibunda Maryam telah berusaha menghindar, dengki kaum Yahudi tetap belum berhenti. Kejahatan macam apa lagi yang mereka lakukan?


NABI ISA DIANGKAT KE LANGIT

Sejumlah utusan kaum Yahudi datang menemui Raja Damaskus yang ketika itu berkeyakinan musyrik penyembah bintang. Misi mereka adalah menghasut dan memprovokasi Sang Raja agar menjatuhkan hukuman seberat-beratnya atas Nabi Isa. Tentunya hasutan itu berisi dengan fitnah dan tuduhan-tuduhan keji. Demikianlah mata rantai kejahatan yang disebabkan oleh hasad dan dengki. نعوذ بالله.

“Ada seseorang yang kini sedang berada di Baitul Maqdis. Ia menimbulkan keributan di antara penduduk negeri. la berusaha untuk menyesatkan orang-orang dan merusak tatanan negeri.” demikian hasutan kaum Yahudi di hadapan Sang Raja. 

Raja pun marah!Sang Raja segera membuat surat perintah untuk Gubernur Maqdis agar menindaklanjuti laporan kaum Yahudi. Surat itu berisi, “Tangkaplah orang itu!

Saliblah dia dan letakkan duri di atas kepalanya supaya dia tidak lagi mengganggu orang-orang!" 

Jumat petang hingga malam Sabtu, Gubernur Maqdis beserta sejumlah prajurit dan ditemani beberapa orang Yahudi bergerak menuju tempat tinggal Nabi Isa. Surat perintah Sang Raja telah sampai kepadanya. Sehingga ia merasa tidak perlu berlama-lama untuk melaksanakan titah Sang Raja. Rumah Nabi Isa عليه السلام telah terkepung rapat!

Melihat kenyataan tersebut, Nabi Isa عليه السلام menilai sudah tidak ada lagi pilihan. Apakah nantinya prajurit-prajurit tersebut akan berhasil merangsek masuk ke dalam rumah? Ataukah nantinya beliau yang harus keluar untuk menemui dan menyerahkan diri kepada mereka? Pada saat itulah, keajaiban dari Allah muncul !

“Siapakah di antara kalian yang bersedia berkorban? Ia akan dibuat mirip denganku. Kelak di surga ia akan menjadi kawan pengiringku.” Nabi Isa عليه السلام menyampaikan tawaran tersebut kepada 12 atau 13 muridnya yang saat itu sedang bersama menemani Nabi Isa عليه السلام di dalam rumah. 

Murid yang paling muda tampil menawarkan diri. Akan tetapi Nabi Isa menolaknya dengan halus. Barangkali karena Nabi Isa menganggap muridnya itu masih terlalu muda untuk melaksanakan tugas tersebut. Namun meskipun telah diulang oleh Nabi Isa عليه السلام untuk yang kedua dan yang ketiga kalinya, tetap saja yang menawarkan diri adalah muridnya yang paling muda.

Akhirnya Nabi Isa عليه السلام pun menyatakan, “Kalau begitu engkaulah orang yang terpilih.” Saat itu juga -dengan kuasa Allah- muridnya yang paling muda tersebut menjadi sangat mirip dengan Nabi Isa. Bahkan seakan-akan tidak ada lagi bedanya dengan Nabi Isa عليه السلام.

Setelah itu, salah satu sisi dari atap rumah terbuka dan Nabi Isa عليه السلام terbawa oleh rasa kantuk. Malam itu jasad dan ruh Nabi Isa عليه السلام diangkat ke atas langit dari bumi. Untuk kemudian nantinya di akhir zaman beliau akan turun kembali ke bumi demi melaksanakan misi-misi suci dalam rangka membenarkan ajaran Nabi Muhammad ﷺ.

Allah سبحانه وتعالى berfirman di dalam Al Qur'an:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا 

"(Ingatlah), ketika Allah berfirman, 'Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan membuatmu tertidur dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang- orang kafir.” (Q.S. Ali Imran: 55) 

Setelah Nabi Isa عليه السلام diangkat ke langit, murid-murid beliau pun keluar meninggalkan rumah untuk menemui prajurit-prajurit Damaskus yang telah mengepung. Melihat murid paling muda yang telah menjadi sangat mirip dengan Nabi Isa, mereka pun segera menangkapnya. Malam itu juga sang murid termuda disalib. Tidak lupa mereka meletakkan duri-duri di atas kepalanya sesuai perintah Sang Raya.

Kaum Yahudi merasa berbangga karena menganggap telah membunuh Nabi Isa عليه السلام. Sementara kaum Nasrani menerima begitu saja kedustaan kebohongan kaum Yahudi. Seluruh kaum Nasrani memercayai bahwa Nabi Isa telah disalib kecuali murid-murid Nabi Isa عليه السلام yang menyaksikan peristiwa diangkatnya beliau ke langit serta para pengikutnya yang setia.

Setelah membawakan kisah di atas, Al Hafizh Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir 2/353) menyatakan, “Seluruh peristiwa ini merupakan ujian keimanan dari Allah untuk hamba-hamba-Nya. Sebab di balik peristiwa besar ini terdapat hikmah yang sangat mendalam."

APAKAH NABI ISA TELAH MENINGGAL DUNIA?

Kaum Yahudi beranggapan bahwa Nabi Isa telah terbunuh dalam keadaan disalib. Kaum Nasrani kemudian terpengaruh juga dengan meyakini bahwa Nabi Isa disalib untuk menebus dosa-dosa manusia karena kesalahan yang telah dilakukan oleh Nabi Adam. Padahal Nabi Isa masih hidup di atas langit. Kaum Yahudi tidak berhasil membunuh Nabi Isa.

Renungkanlah firman Allah سبحانه وتعالى di bawah ini: 

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا 

“Dan karena ucapan mereka, 'Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.' Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.

Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa." (Q.S. An Nisa: 157). 

Resapilah firman Allah di atas! Jelas sekali Allah membantah keyakinan kaum Yahudi dan kaum Nasrani! Mereka tidak membunuh Nabi Isa! Bukan pula Nabi Isa yang mereka salib! Lalu siapakah yang telah mereka bunuh dan disalib? Benar-benar jelas Allah menyatakan bahwa yang mereka bunuh dan salib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa عليه السلام.

Sejatinya, mereka sendiri pun tidak begitu yakin bahwa Nabi Isa عليه السلام benar-benar terbunuh dan disalib. Mereka berada di dalam keraguan, apakah Isa memang telah terbunuh ataukah belum? Orang-orang yang berakal di antara mereka -hingga saat ini- masih terus merasa bimbang tentang kebenaran Nabi Isa عليه السلام yang disalib. Namun apa guna keraguan dan kebimbangan tersebut jika tidak disertai dengan keimanan terhadap berita Al Qur'an ?

Allah سبحانه وتعالى berfirman yang artinya, "Mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (Q.S. An Nisa: 157).

Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما (Tafsir Ibnu Abi Hatim 4/1110) menjelaskan bahwa setelah peristiwa tersebut kaum Nasrani menjadi tiga kelompok. 

Pertama adalah kelompok Ya'qubiyah; mereka berkeyakinan bahwa yang diangkat ke langit adalah Allah sendiri bukan Nabi Isa. Kelompok Nasthuriyyah menyatakan bahwa yang diangkat ke langit adalah putra Allah. 

Sementara sejumlah kecil yang mengikuti Nabi Isa عليه السلام menyatakan bahwa yang diangkat ke langit adalah hamba dan utusan Allah. Kelompok Ya'qubiyah dan Nasthuriyyah bekerjasama untuk menumpas para pengikut setia Nabi Isa, hingga akhirnya Nabi Muhammad ﷺ diutus oleh Allah سبحانه وتعالى.

NABI ISA MASIH HIDUP DI LANGIT 

Inilah keyakinan yang benar! Hingga saat ini, Nabi Isa masih hidup di atas langit. Tidak ada sedikit pun celah yang dibuka untuk akal picik manusia untuk mengingkari, meragukan atau sekadar mempertanyakan hal ini. Bukanlah sesuatu yang mustahil, bukan pula hal yang tidak masuk akal jika Allah telah menetapkannya. 

Bukankah Allah adalah Dzat yang mematikan dan menghidupkan? Bukankah Allah maha mampu untuk melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya? Lalu, dengan alasan apa kita menolak berita langit dan sabda utusan-Nya?

Marilah kita membaca dengan mata hati dan dada yang lapang keterangan dari Al Imam Ibnu Katsir di bawah ini. 

Setelah membawakan beberapa penafsiran ulama tentang firman Allah di dalam surat An Nisa' ayat 159,  beliau menyatakan, “Tidak ada sedikit pun keraguan lagi! Pendapat Ibnu Jarir (seorang ahli tafsir terkemuka) merupakan pendapat yang benar!

Itulah yang dimaksud dari beberapa ayat tersebut. Untuk menegaskan batilnya keyakinan kaum Yahudi yang mengaku telah membunuh Nabi Isa. Demikian pula untuk menegaskan batilnya keyakinan kaum Nasrani bodoh yang menerima anggapan kaum Yahudi begitu saja. 

Allah سبحانه وتعالى memberitakan bahwa pembunuhan Nabi Isa tidak pernah terjadi! Hanya saja, ada seseorang yang dibuat mirip dengan Nabi Isa. Orang itulah yang dibunuh, dan mereka tidak menyadarinya.

Lantas setelah itu, Allah mengangkat Nabi Isa kepada-Nya. Sungguh Nabi Isa masih ada dan hidup. Menjelang bangkitnya kiamat, Nabi Isa عليه السلام akan turun ke bumi sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits yang mutawatir (derajat hadits yang paling shahih karena diriwayatkan oleh orang yang sangat banyak, sehingga mustahil untuk salah, baik disengaja ataupun tidak)."

Apakah masih ada ragu yang tersisa di hati? Lihatlah pula ijma' dan kesepakatan para ulama' dalam hal ini!

Al Qadhi Abu Muhammad menyatakan, "Umat telah berijma' sesuai dengan yang terkandung dalam hadits yang mutawatir, bahwa Nabi Isa masih hidup di langit dan bahwa ia akan turun di akhir zaman."[Tafsir Al Muharrar 3/143]. 

BARANGKALI MASIH ADA YANG TERSISA?

Begitulah akibatnya jika memahami agama Islam dengan akal dan pendapat sendiri. Bingung, bimbang, dan menganggap ajaran agama sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Padahal andai saja ia mau mengembalikan masalah-masalah agama kepada ahlinya, pasti tidak ada sedikit pun yang membingungkan.

Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk berpulang kepada ulama untuk memahami agama?Salah siapa jika muncul kebingungan karena bertanya tentang agama kepada orang yang tidak mengenal agama itu sendiri secara baik?

Sejumlah kalangan mengingkari keberadaan Nabi Isa عليه السلام yang hingga saat ini masih tetap hidup di atas langit. Tidak masuk akal, kata sebagian mereka. Masya Allah! Apakah kebenaran ilahi mesti ditimbang dengan akal manusia yang sangat terbatas? Ini berita dari Allah dan rasul-Nya! Bukankah salah satu ciri seorang mukmin adalah beriman, tunduk, yakin, percaya, dan menerima sepenuh hati terhadap hal-hal yang bersifat gaib?

Ada lagi yang sok ilmiah dengan memenggal satu dua kalimat dari firman Allah untuk mendukung pemahaman dangkal tersebut. Apakah hanya karena keliru memahami satu dua kalimat Al Qur'an, lalu kita mesti menolak ayat -ayat dan hadits-hadits yang secara gamblang menyatakan Nabi Isa عليه السلام masih hidup di atas langit? Hendak ke mana ia akan membawa agama ini?

Alah سبحانه وتعالى berfirman di dalam Al Qur'an: 

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا

"(Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir.” [Q.S. Ali Imran: 55].

Sebagian kalangan memahami makna dari firman Allah (مُتَوَفِّيكَ) adalah mewafatkan Nabi Isa. Lihat, kata mereka, Allah sendiri menyatakan bahwa Nabi Isa telah diwafatkannya? la memahami kalimat 'wafat' secara sempit dan dangkal! Kenapa ia tidak merujuk penafsiran para ulama? Kenapa ia menjadikan hal ini sebagai argumen pendapatnya sehingga ia membuang ayat-ayat lain dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ yang menjelaskan Nabi Isa masih tetap hidup di atas langit?

Untuk menjawab pemahaman yang keliru ini, para ulama telah menerangkan beberapa keterangan. Hanya saja, mayoritas ulama memilih jawaban bahwa yang dimaksud dengan "wafat" adalah tidur. Maksudnya, ketika Nabi Isa diangkat ke langit pada malam itu, beliau dibuat tertidur terlebih dahulu. Apakah mungkin kalimat "wafat" diartikan tidur?

Kenapa tidak? Al Qur'an bukan diturunkan dengan bahasa Indonesia sehingga kita boleh memahaminya dengan konteks bahasa Indonesia. Allah سبحانه وتعالى memilih bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur'an.

Di dalam bahasa Arab, wafat juga bermakna tidur. Apalagi, makna ini didukung oleh ayat dan hadits Rasulullah ﷺ. 

Allah سبحانه وتعالى berfirman: 

وَهُوَ الَّذِي *يَتَوَفَّاكُمْ* بِاللَّيْلِ

“Dan Dialah yang mewafatkan (yakni menidurkan) kalian di malam hari.” [Q.S. Al An'am: 60].

Tentunya Anda menghafal benar doa ketika bangun dari tidur? Rasulullah ﷺ mengajarkan [hadits Hudzaifah رضي الله عنه riwayat Al Bukhari 6312], agar kita ketika bangun tidur membaca doa:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah mematikan kita (yakni tidur). Dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali.”

Apa pun sikap mereka, biarlah saja kesombongan dan keangkuhan mereka yang menolak kebenaran ini akan berhadapan dengan sebuah kenyataan manis di akhir zaman nanti. Sebuah kenyataan manis yang telah diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ di dalam hadits Abu Hurairah رضي الله عنه (AI Bukhari 3264 dan Muslim 155) yang artinya, 

“Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sebentar lagi Ibnu (putra) Maryam akan turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil. la memecahkan salib, membunuh babi, dan tidak memungut jizyah (upeti). Dan harta ketika itu melimpah, namun tidak seorang pun menerimanya. Sehingga satu sujud menjadi lebih baik dibanding dunia dan seisinya."

والله أعلم.

Sumber ||Majalah Qudwah Edisi 11 || https://t.me/Majalah_Qudwah