Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

khadijah, penepis duka pelipur lara

5 tahun yang lalu
baca 10 menit

KHADIJAH, PENEPIS DUKA PELIPUR LARA

Al-Ustadz Abu Hamid Fauzi bin Isnaini حفظه الله تعالى
biografi-khadijah
Khadijah, Penepis Duka Pelipur Lara
Semenjak dulu, komunitas Quraisy memang dikenal gemar berdagang. Banyak dari mereka merupakan saudagar kaya yang biasa berekspansi ke negeri-negeri jiran. Saat musim dingin tiba, mereka berjalan ke Yaman. Sedang di musim panas, negeri Syam yang menjadi sasaran. 

Khadijah رضي الله عنها, wanita Quraisy yang mulia dan terkenal dengan kepandaiannya adalah juga seorang saudagar kaya raya. Sebagai seorang wanita yang menjaga kehormatannya, Khadijah رضي الله عنها tidaklah menjalankan niaganya sendiri. la sewa beberapa orang lelaki untuk membawa dagangannya  dengan berbagi hasil. Tentu beliau tidaklah sembarang menyewa orang sebagai pekerja untuk sebuah bisnis berskala internasional.

Apa yang sedang menjadi buah bibir di kalangan Quraisy akan kejujuran, amanah, dan akhlak yang mulia pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (saat itu beliau belum diangkat menjadi Nabi), begitu mengusik hati Khadijah رضي الله عنها. Diutuslah budak yang bernama Maisarah untuk menawarkan sebuah kerjasama saling menguntungkan dengan upah yang lebih tinggi dari pekerja biasa. Beliau terima tawaran dari Khadijah رضي الله عنها ini, hingga sampailah beliau di negeri Syam, menjalankan niaganya, lalu kembali ke Makkah dengan nilai laba yang tak pernah disangka sebelumnya.

Maisarah yang turut mengawal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam begitu takjub dan terkesima dengan keluhurun pribadi Nabi shallallahu alaihi wasallam. Sepulang dari perjalanan dagang ini, Maisarah pun menuturkan kepada Khadijah رضي الله عنها apa yang disaksikannya dari diri Nabi shallallahu alaihi wasallam. 

Bibit-bibit mahabah yang telah tumbuh pada qalbu Khadijah makin subur bersemi. Pada akhirnya Khadijah radhiyallahu 'anha titipkan sebuah pesan melalui orang yang dipercayanya, bahwa ia ingin menikah dengan beliau shallallahu alaihi wasallam dengan pertimbangan ingin mempererat kekerabatan. Dimana, Khadijah رضي الله عنها bertemu nasabnya dengan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam pada Qushay bin Kilab. Juga karena beliau seorang yang jujur ucapannya, baik pekertinya, tinggi amanahnya, dan merupakan pemuda yang paling baik nasabnya.

Sebenarnya, banyak orang kaya dan berpengaruh ingin melabuhkan cinta pada Khadijah رضي الله عنها. Bahkan setiap kaum berambisi menyunting putri Khuwailid yang digelari dengan ath thahirah, sebab beliau memang dikenal cerdas, punya jiwa besar, akhlak yang luhur, sangat menjaga kehormatan diri, dan kaya raya. Namun tidak ada satu pun lambaian cinta dibalasnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bermusyawarah dengan pamannya, Hamzah bin Abdul Muththalib tentang tawaran ini. Akhirnya Hamzah mendatangi Khuwailid bin Asad guna melamar Khadijah untuk kemenakannya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka berlangsunglah pernikahan agung itu dengan izin Allah. Rasulullah memberikan 20 unta muda sebagai maskawin atas pernikahan pertama ini.

PUTRA-PUTRI RASULULLAH ADALAH BUAH CINTA DARI KHADIJAH

Diriwayatkan bahwa pernikahan agung itu terjadi saat Khadijah betusia 40 tahun. Sedangkan Nabi shallallahu alaihi wasallam berusia 25 tahun. Dari pernikahan inilah Nabi beroleh keturunan. Putra Ielaki beliau dari Khadijah ada dua; Al Qasim dan Abdullah. Al Qasim adalah putra sulung, itulah sebabnya Nabi shallallahu alaihi wasallam berjuluk Abul Qasim, sebagaimana pula Khadijah رضي الله عنها dijuluki Ummul Qasim. 

Sedangkan Abdullah adalah putra bungsu dari Khadijah. Dialah yang dijuluki dengan Ath Thayib atau Ath Thahir. Allah berketetapan, bahwa Rasulullah harus menyaksikan kepergian kedua belahan hatinya di saat belia. Lalu mereka tidak lagi berkesempatan menjumpai masa- masa lslam. 

Putri beliau empat. Mereka adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah. Zainab dinikahkan dengan Abul Ash AI Asadi atas permintaan Khadijah رضي الله عنها. Abul Ash adalah anak saudari kandungnya Halah binti Khuwailid. Ruqayyah dan Ummu Kultsum dinikahkan dengan Utsman bin Affan. Sedangkan Fathimah dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib.

Putri-putri ini Allah takdirkan menjumpai masa kenabian, bahkan turut serta dalam hijrah.

Namun pada akhirnya Rasul pun harus bersedih melepas kepergian belahan-belahan jiwanya. Semua meninggal di masa hidup Rasulullah. Terkecuali Fathimah yang menyusul ayahanda setengah tahun kemudian. 

KHADIJAH PENEGUH JIWA DI AWAL KENABIAN

Menjelang turun wahyu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam senang menyendiri di gua Hira'. Kebiasaan ini menjadi amat beliau sukai setelah sering bermimpi dalam tidur, lalu mimpi itu menjadi kenyataan. Beliau beribadah kepada Allah di gua itu dengan sisa-sisa ajaran Ibrahim عليه السلام. Berhari-hari beliau jalani dalam keheningan, dengan bekal secukupnya dari Khadijah yang taat dan selaIu memompa semangat. Jika bekal habis, maka beliau pulang rumah, dan berangkat lagi dengan bekal baru dan tentu semangat baru. 

Rutinitas ini terus berjalan hingga datang wahyu Allah. Di saat yang hening, datanglah malaikat Jibril ke gua Hira‘. la membawa wahyu pertama dari Allah, surat Al'Alaq.

"Bacalah!" Perintah jibril عليه السلام.

"Aku tidak bisa membaca." Jawab Nabi. 

Kata Nabi. "Lalu ia meraihku dan mendekapku kuat-kuat hingga aku merasakan kepayahan. Kemudian dilepaskan."

"Bacalah!" Pintanya lagi. 

"Aku tidak sanggup membaca." Ucap Nabi. 

Nabi menceritakan, "Untuk yang kedua kalinya ia kembali menarikku dan mendekapku dengan keras sampai aku merasa sesak. Barulah ia melepaskannya.”

"Bacalah!"

"Aku tidak tahu membaca."

Nabi mengisahkan, ”Untuk yang ketiga kalinya ia kembali menarikku dan mendekapku dengan keras sampai aku merasa sesak. Barulah ia melepaskannya." Kemudian membacakan 5 ayat di permulaan surat AI ’Alaq.

Setelah itu, Nabi pulang ke rumah Khadijah dengan qalbu yang bergoncang dahsyat. Beliau diliputi rasa takut sehingga meminta keluarganya untuk menutupkan selimut ke tubuh beliau untuk meredam takut.

"Zammiluni...Zammiluni.. Selimutilah aku!” 

Setelah tenang, beliau ceritakan peristiwa itu selengkapnya kepada Khadijah رضي الله عنها dan menyatakan kekhawatiran atas dirinya. 

"Sungguh aku khawatir dengan diriku.”

"Tidak mungkin. Allah tidak akan membuatmu terhina selama-lamanya. Bukankah engkau selalu menyambung tali kekerabatan, menanggung beban keluarga, manyantuni fakir miskin, memuliakan tamu, menolong kepentingan manusia dan hak-hak mereka? Tidak, Engkau tidak akan dihinakan."

Sirnalah kekhawatiran pada diri beliau dengan tutur kata Khadijah yang penuh keyakinan. Tidak berhenti di sini upaya Khadijah untuk melipur Nabi. Diajaknya Rasulullah kepada Waraqah bin Naufal, anak pamannya yang telah berusia lanjut dan buta. la adalah pemeluk agama Nashrani di masa jahiliyah. Ia mampu menulis dengan bahasa Ibrani. lnjil pun disalinnya dengan bahasa Ibrani menurut apa yang dikehendaki Allah untuk ia tulis. 

"Wahai anak pamanku, simaklah cerita kemenakanmu ini.”

”Apa yang kau Iihat wahai anak saudaraku?" Maka Nabi bercerita dengan lengkap apa yang beliau alami di gua Hira‘ ketika awal turun wahyu.

"Itu adalah An Namus yang pernah Allah utus kepada Musa. Duhai seandainya aku masih muda dan masih hidup ketika kaummu mengusirmu."

”Apakah mereka akan tega mengusirku."

”Sudah pasti, tidaklah ada seorang rasul yang membawa ajaran seperti ini kecuali pasti akan dimusuhi. Kalau aku menjumpai masa itu, aku akan menolongmu dengan sekuat tenaga."

Tak lama berselang, Waraqah meninggal. Wahyu pun terhenti beberapa saat Iamanya.

KHADIJAH BERSEGERA MENYAMBUT DAKWAH TAUHID

Ketika Nabi mulai berdakwah, Abu Bakar segera menyambut. la tolong Nabi mendakwahkan agama-Nya. Dengan dakwah Abu Bakar, masuk Islam pula di masa-masa itu Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Sa'ad bin Abi Waqqash.

Khadijah juga termasuk orang yang paling pertama menyambut dakwah ini. la beriman kepada Nabi. Membenarkan apa yang beliau bawa. Ia bantu Nabi dalam berdakwah sehingga tugas dakwah yang berat menjadi lebih ringan dengan izin Allah. Cemoohan, caci maki, pendustaan dari kaumnya saat berdakwah selalu sirna dan tiada artinya ketika pulang bertemu Khadijah.

Tidaklah yang terucap dari lisannya kecuali kata-kata yang baik dan menentramkan jiwa, memberikan kekokohan pada qalbu Nabi untuk terus berjuang.

KHADIJAH WAFAT

Khadijah wafat 3 tahun sebelum Hijrah. Beberapa hari sebelumnya meninggal pula Abu Thalib, yang walaupun ia tidak mau masuk Islam, Allah menjadikannya sebagai sebab kafir Quraisy segan mengganggu Nabi. Setelah kematian pembela-pembela dakwah ini, orang-orang kafir Quraisy tidak lagi terhalangi untuk bertindak tegas kepada Nabi. Mereka menyakiti bahkan merencanakan pembunuhan. Namun upaya mereka selalu gagal, dipatahkan oleh Allah سبحانه وتعالى. 

NABI SULIT MELUPAKAN KHADIJAH رضي الله عنها 

Walaupun Khadijah رضي الله عنها telah meninggal, namun Nabi tidak bisa melupakan kebaikan-kebaikannya. Nabi tidak menikah dengan wanita lain kecuali 2 tahun setelah Khadijah meninggal. Wanita pertama yang beliau nikahi setelah Khadijah, adalah Aisyah.

Aisyah berkata, "Aku tidak pernah cemburu kepada satu pun dari istri Rasulullah seperti kecemburuanku kepada Khadijah. Padahal aku tidak berjumpa. Terkadang nabi menyebut-nyebut kebaikan Khadijah di hadapanku. Menyembelih seekor domba Ialu dagingnya dibagi-bagikan kepada kerabat Khadijah. Terkadang aku tidak kuasa menyembunyikan kecemburuanku, sehingga aku katakan kepada nabi, seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah رضي الله عنها.

Sungguh besar jasa Khadijah. Jasa yang tidak pernah dilupakan. Ia beriman saat manusia mengingkari. Membela saat manusia membenci dan memusuhi. Dikerahkan jiwa dan hartanya untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Semoga Allah meridhai Khadijah, ibunda kita, ibunda kaum mukminin seluruhnya, salah satu wanita terbaik di sisi Allah سبحانه وتعالى.

JANJI UNTUK KHADIJAH رضي الله عنها

Disebutkan dalam Shahih Al Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa suatu hari datanglah Jibril kepada Nabi. 

”Wahai Rasulullah, sebentar lagi Khadijah akan datang. Ia membawa sebuah bejana berisi Iauk, makanan, dan minuman." Kata Jibril membuka perbincangan. 

"Setibanya nanti, sampaikan salam untuknya dari Allah dan juga dariku," Ianjut Jibril.

”Kabarkanlah kepadanya dengan sebuah tempat tinggal yang terbuat dari permata. Tak kan terdengar suara-suara bising sedikit pun, tidak akan pula merasa |e|ah di dalamnya." Ucap Jibril menutup pembicaraan.

 Sumber || Majalah Qudwah Edisi 07 || https://t.me/Majalah_Qudwah
Oleh:
Atsar ID