Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kampung laut, saksi atas invasi kristenisasi

5 tahun yang lalu
baca 10 menit

KAMPUNG LAUT, SAKSI ATAS INVASI KRISTENISASI

Oleh : Tim Reportase Majalah Qudwah
Rumah Dakwah Cikadim Kampung Laut
Rumah Dakwah Cikadim Kampung Laut
Sungguh, apa yang Allah سبحانه وتعالى firmankan adalah kebenaran: 

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ 

”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ’Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [Q.S. Al-Baqarah: 120].

Sungguh bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani benar-benar tidak ridha kepada kita, hingga kita mengikuti apa yang mereka maukan.

Pun apa yang terjadi di Kampung Laut. Setidaknya ada tiga sekte yang menginginkan jasad dan jiwa penduduknya menjadi penyembah Nabi Isa عليه السلام, bahkan menjadi pemuja Maryam ibunda Isa. Lewat tuturan mereka yang telah kembali memeluk Dinul Islam dan kesaksian sejumlah ikhwah, kita akan tahu apa saja ulah para penyeru kekafiran ini untuk membeli keimanan kaum muslimin.

Sekitar awal tahun 2007, kesungguhan misionaris Kristen menjalankan misinya di Kampung Laut semakin nyata. Ketika itu seorang yang bernama Joned, pemeluk agama Kristen yang pernah tinggal di Kampung Laut datang dengan mempropagandakan agama Kristen sekte Advent kepada para penduduk. Dia menjanjikan iming-iming berupa uang dan perahu mesin.

Propaganda ini berhasil memengaruhi sejumlah warga. Sehingga mereka bersedia mengikuti kegiatan Kristen Advent yang berada di Pangandaran. Saat pulang mereka menerima uang Rp. 50.000,-/orang.  Akhirnya pada hari minggu tanggal 8 April 2007 mereka pun dibaptis.

Kegiatan  peribadatan yang semula bertempat di Pangandaran, sejak Sabtu 2 Juni 2007, pindah ke desa Ujung Gagak di rumah salah seorang penduduk. Kegiatan tersebut tanpa ijin resmi dari pihak yang berwenang. Selain itu, mereka pun menyebarkan majalah bermisi Kristen Advent  kepada para penduduk kaum Muslimin. 

Tidak lama berselang, muncullah Misionaris Kristen lain dari sekte Bethel. Sejak 17 November 2007, mereka mengadakan kegiatan peribadatan di rumah penduduk di Desa Karangsari dan desa lain. Mereka pun belum mendapatkan ijin resmi dari pihak yang berwenang. Bulan September 2011, sekte Bethel telah menyelesaikan bangunan yang siap digunakan di dusun Cibereum (dekat Kampung Laut).

Mereka juga telah membangun gereja tanpa ijin di desa Ujung Gagak. Hingga saat ini telah ada tiga gereja yang telah mereka bangun, bahkan salah satunya berada tepat di samping tanah wakaf untuk Mushalla.

Sekte ketiga yang bertanggung jawab atas pemurtadan kaum muslimin di Kampung Laut adalah sekte Katolik, di bawah kendali seseorang yang dikenal sebagai Romo Carolus. Berkedok yayasan sosial yang didirikannya, misi pemurtadan dilakukan melalui pembangunan jalan-jaIan yang melibatkan warga, pemanfaatan rawa-rawa hingga menjadi Iahan untuk petani, pendirian sekolah-sekolah, pemberian bea siswa, bahkan pemberian mata pelajaran Agama Islam di sekolah Kristen milik mereka. 

Akankah kita percaya saat dia mengatakan, ”Saya baru 20 persen Katolik. So, mana mungkin saya mengajak masuk Katolik jika saya sendiri belum benar-benar menjadi Katolik?" Padahal ia seorang Pastor, penyeru agama Katolik.

Sebenarnya, gerakan Misionaris Kristen tak hanya di Kampung Laut.  Namun mencakup daerah lain seperti Patimuan, Langen, Langensari, Sidareja, Cipari, Nusakambangan, dan objek wisata Pangandaran.

LETAK DAN KEADAAN MASYARAKAT KAMPUNG LAUT

Kampung Laut adalah sebuah kecamatan yang terletak di muara Sungai Citanduy yang dikenaI dengan nama Segara Anakan. Kecamatan Kampung Laut secara administratif meliputi empat desa, yaitu Ujung Gagak (Karang Anyar), Ujung Alang (Motean), Klaces, Panikel, dan meliputi sebuah pulau dengan panjang sekitar 36 km dan lebar 6 km.

Pulau ini dijadikan oleh Pemerintahan RI sebagai Lembaga Pemasyarakatan yang dikenal dengan nama Pulau Nusa Kambangan. Meski terletak di wilayah Kabupaten Cilacap, daerah ini lebih mudah dijangkau dari Ciamis dengan menyeberang melalui Pelabuhan Majingklak. 

Mayoritas penduduk Kampung Laut beragama Islam. Namun, pengetahuan mereka tentang agama sangat minim dan sangat diwarnai aliran kejawen. Hingga ada seorang warga yang mengaku beragama Islam namun tidak mampu mengucapkan kalimat syahadat.

Dari sisi sosio-ekonomi, mayoritas mereka bertaraf menengah-bawah dengan pendidikan yang minim. Sebagian besar mereka hidup sebagai nelayan. Mereka sering mengalami keadaan paceklik, khususnya ketika musim sulit ikan. Hal inilah yang mendorong sebagian mereka berangkat ke daerah lain untuk mencari nafkah. 

Walaupun Kampung Laut termasuk wilayah perairan, namun masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih yang layak untuk makan, minum, dan MCK. Saat musim hujan, mereka harus menampung air hujan untuk keperluan-keperluan tersebut. Namun giliran musim kemarau, mereka harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan air bersih. Mereka harus membeli air bersih yang diambil dari mata air yang berada di wilayah Nusa Kambangan dengan menggunakan perahu. Harga air tersebut bisa mencapai Rp 100.000,-/perahu yang jumlahnya hanya sekitar 1,5 kubik.

Rasanya sedih bila mendengar kisah derita pemurtadan mereka. Seperti yang dialami Bapak Gunarko (64 tahun). Beliau telah terbujuk mulut manis nan berbisa para misionaris. Hingga pada tahun 1987 dl Ujung Alang, beliau menyatakan diri menjadi seorang Katolik hanya karena iming-iming akan diberi alat nelayan dan fasilitas berobat gratis.

Melalui perantara teman-teman sang Pastor, dia pun akhirnya dibaptis oleh Romo Carolus. Kini beliau kembali menjadi seorang muslim atas kesadaran sendiri. Hampir senada, apa yang dialami para penduduk Kampung Laut. Mereka diiming-iming misionaris Kristen Advent akan diberi uang dan perahu mesin. Kenyataannya, jasad dan jiwa mereka dibeli dengan harga murah, hanya 50.000 rupiah.

Semoga Allah سبحانه وتعالى memberikan hidayah kepada mereka yang tergiur tipuan dunia untuk kembali memeluk agama Islam serta kepada kaum muslimin di sana untuk tetap istiqamah di atas jalan yang haq ini. Amin.

* * *

Pembaca رحمكم الله عليه, sudah menjadi sunatullah, bahwa kebatilan akan terus merongrong dan melawan al haq. Maka setiap muslim harus mengambil peran untuk mempertahankan kebenaran, 
agama Islam yang mulia ini, sesuai dengan kapasitasnya.

Kampung Laut adalah di antara dari  sekian target misionaris Kristen. الحمد لله, Allah سبحانه وتعالى berikan kekuatan kepada kaum muslimin untuk kokoh mempertahankan agamanya. Para dai Ahlus Sunnah bahu-membahu menegakkan kembali agama Islam di sana.

KISAH MUALAF

Rasanya pun trenyuh, tapi mengundang kegelian tersendiri dengan tingkah polah para muallaf, korban penyesatan umat. 

Saat itu ada serombongan warga Kampung Laut yang datang ke Ma'had, dengan kesadaran penuh menyatakan diri ingin memeluk Islam. Setelah mendapatkan bimbingan apa saja yang harus mereka lakukan bila masuk Islam, mereka pun melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut. Mereka mengucapkan dua kalimat-syahadat, Ialu mandi untuk menyucikan diri.

Hingga tiba waktu shalat, mereka pun hadir di tengah-tengah barisan jama'ah ikut menegakkan kewajiban shalat, meski mereka tidak tahu tata cara shalat. Pandangan mereka tak lepas dari gerakan-gerakan shalat jama’ah Iain, Ialu mereka ikuti gerakan demi gerakan tersebut. Hingga salah seorang muallaf ternyata tidak  mengetahui jama’ah Iain telah bangun dari sujud, sementara ia masih dalam keadaan sujud.

Demi melihat hal itu, salah seorang teman muallafnya mengingatkan, "Kang... Kang... Tangi! Kang...  Kang... Tangi! Liane uwis podo menyat" (Kang... Kang... Bangun! Kang... Kang... Bangun! Yang lain sudah berdiri...)

Semangat ibu-ibu petani di Solok Jero dalam mempelajari Dinul Islam tak kalah dengan para suaminya. Tiap hari Jumat, selepas shalat Jumat mereka menuju masjid, turun dari bukit-bukit dengan berjalan kaki sembari membawa buku dan alat tulis. Tak hanya itu, mereka pun bersemangat untuk belajar agama di maIam hari. Dengan berbekal obor sebagai alat penerang di kegelapan malam.

Awalnya, banyak dari mereka yang tidak mengenakan kerudung. Namun sekarang, Alhamdulillah mereka telah terbiasa mengenakan pakaian muslimah yang lebar-lebar.

ROMO CAROLUS. TOKOH MlSlONARIS

Dialah sang pastor Paroki St. Stephanus di Cilacap, Jawa Tengah. Terlahir dengan nama Charles Patrick Edward Burrows, laki-Iaki berusia 69 tahun keturunan Irlandia ini sengaja menjadi warga negara Indonesia sejak 1983 guna menjalankan misi pemurtadan kaum muslimin.

Semenjak tahun 1973, dia telah menyambangi Kampung Laut, area dengan penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan yang miskin dan bodoh. Tempat yang sangat cocok untuk Iahan kristenisasi, khususnya sekte Katolik yang dianutnya. 

Sebagaimana kebiasaan orang-orang Kristen yang senang menyanyi, mulailah sang pastor ini mendendangkan simphoni klasik untuk menuntun ”Domba-domba Tuhan” yang hilang agar pulang ke kandang kesesatan. Semoga Allah menghancurkan makar busuknya.

Sebagaimana keyakinan mereka agar ”Tulus bagaikan merpati dan culas bagaikan ular”, mulailah program-program kristenisasi dibungkus dan dilabel Program Sosial. Sebutlah Iembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah ia dirikan seperti Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS), Lembaga Pendidikan Yos Sudarso, Yayasan Pembina Pendidikan Kemaritiman, Mikro Kredit Swadaya Wanita Indonesia, Mikro Kredit Swadaya Perempuan, dan Bank Perkreditan Rakyat Ukibima; semuanya mengusung misi gereja.

Tak hanya itu, dia pun aktif menjalankan misi pengaburan Al Wala’ dan Al Bara’. Yaitu sebuah prinsip agung dalam Islam untuk mewujudkan loyal dan antipati atas dasar agama. Upaya tersebut ditempuh dengan menyuntikkan serum kebebasan dan kerukunan umat beragama ke jajaran Pemerintahan, tokoh-tokoh agama, dan masyarakat melalui berbagai kesempatan.

Bahkan Juni 2012 ini, dia menerima penghargaan Maarif Award untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan di Kampung laut Cilacap, alibi dari peran antagonisnya terhadap kaum muslimin. Sebagai catatan, Maarif Award dicetuskan oleh seorang tokoh ormas Islam Indonesia, Syafii Maarif.

Sungguh, Ahlus Sunnah telah mengetahui tipu muslihat mereka, orang-orang kafir.

Sungguh orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepada kita, hingga kita mengikuti mereka.

Wallahu a’lam.

Sumber Majalah Qudwah Edisi 05 | https://t.me/Majalah_Qudwah

=====================

TAMBAHAN INFORMASI :

Setelah melewati masa-masa suram kristenisasi, Alhamdulillah dakwah Islam di Kampung Laut bertahap mengalami perkembangan. Bahkan beberapa ikhwah dan asatidzah mulai membangun Rumah Dakwah di Kampung Laut guna wasilah untuk membekali para masyarakat dengan ilmu yang shahihah, sesuai Quran dan Sunnah

Untuk mendapatkan informasi dakwah di Kampung Laut bisa join di Telegram : https://t.me/DakwahKampungLaut