Manhaj

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nasihat syaikh rabi' kepada ikhwah indonesia terkait fitnah sha'afiqah

ARAHAN DAN BIMBINGAN SANG AYAH AL-'ALLAMAH RABI' BIN HADI AL-MADKHALI UNTUK ANAK-ANAKNYA DI INDONESIA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد : Kami (yang tertera namanya di bawah ini) bersyukur telah mendapatkan kehormatan untuk bertemu dengan Syaikh (guru) dan Ayah kami al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah di rumah beliau yang diliputi dengan nuansa ilmu di Kota Madinah. Pertemuan itu terjadi di waktu Isya' pada hari Kamis, 13 Jumadal Akhirah 1439 H / 1 Maret 2018 M. Asy-Syaikh Rabi', sebagaimana kebiasaan baik beliau yang telah diketahui bersama, menanyakan kepada kami tentang kondisi dan perkembangan Dakwah Salafiyyah di negeri kami (Indonesia). Semoga Allah memberikan balasan kebaikan atas perhatian beliau yang sangat besar terhadap anak-anaknya Salafiyyin di seluruh dunia. Kemudian beliau mempersilakan kepada kami untuk menyampaikan beberapa pertanyaan. Maka kami pun menyampaikan beberapa pertanyaan, antara lain sebagai berikut : Nasihat Syaikh Rabi' bin Hadi Kepada Ikhwah Indonesia Terkait Fitnah Sha'afiqah via Pexels Pertanyaan : Wahai Syaikh kami, sebagian da’i di negeri kami (Indonesia) berbicara tentang apa yang mereka sebut dengan "ash-Sha'afiqah" di majelis-majelis (forum) umum, yakni fitnah yang terjadi belakangan ini, wahai Syaikh. Sebagian mereka menerjemahkan dan menyebarkan artikel-artikel yang berisi celaan terhadap para masyaikh yang mereka juluki sebagai "ash-Sha'afiqah". Bagaimana nasehat Anda? Apakah Anda memandang bahwa hal ini dapat berpengaruh terhadap ash-Shulh dan merusaknya? Kemudian apakah boleh bagi kami untuk membela para masyaikh tersebut, seperti asy-Syaikh Arafat, asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq, dan para masyaikh lainnya? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Sampaikan salamku kepada mereka. Katakan kepada mereka, bahwa pihak yang kalian katakan sebagai Sha'afiqah itu sebenarnya mereka adalah para masyaikh, orang-orang yang berkiprah dalam dakwah, orang-orang mulia, dan para pembela as-Sunnah! Mereka telah terzhalimi! Sampaikan kepada mereka, bahwa pihak yang dituduh sebagai ash-Sha'afiqah itu telah terzhalimi. Katakan pula kepada mereka, mana bukti-bukti kalian atas tuduhan bahwa mereka (pihak yang dituduh itu) adalah Sha'afiqah! ash-Sha'afiqah artinya orang-orang bodoh dan dungu. ... Tunjukkan bukti-bukti kalian! Hendaknya mereka (pihak yang menuduh/mencela itu) bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ini (pembicaraan dan celaan terhadap Sha'afiqah) berpengaruh negatif terhadap ash-Shulh dan merusaknya. Ini adalah kezhaliman! Mereka (yang dituduh/dicela) itu adalah pihak yang terzhalimi. Aku benar-benar mengenal mereka - barakallahu fik -, realitas pun menunjukkan siapa mereka itu. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar doktoral dan gelar magister. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar-gelar akademis, dan mereka semua adalah para asatidzah. Maka tuduhan terhadap mereka sebagai ash-Sha'afiqah termasuk kezhaliman! dan pihak yang menuduh dalam hal ini tidak memiliki bukti sekecil apapun atas celaannya terhadap mereka. Sha’afiqah maknanya berarti orang-orang jahil!! (Tuduhan) Ini adalah kezhaliman yang sangat besar. Ya, silakan kalian membela mereka (masyayikh tersebut) dengan cara hikmah. Katakanlah kepada mereka, "Datangkanlah bukti-bukti!". Allah berfirman (artinya), "Katakanlah, datangkan bukti-bukti kalian jika kalian orang-orang yang jujur." Orang yang mencela mereka, tidak memiliki satu bukti pun. Barakallahu fikum. Orang yang mencela mereka itu, aku telah berdiskusi dengannya dan aku telah membaca ucapannya, namun ternyata dia tidak mempunyai bukti apapun walaupun hanya sebesar biji sawi (dzarrah). Sungguh mereka yang dicela itu telah terzhalimi. Para ulama telah memberikan rekomendasi (mentazkiyah) mereka. Demikian pula tazkiyyahku terhadap mereka pun .telah tersebar. Aku juga telah meminta kepada Khalid Baqais, pemilik website Miratsul Anbiya, agar menyiarkan durus (pelajaran-pelajaran) mereka. Barakallahu fikum. Kemudian asy-Syaikh Rabi’ mengatakan, Metodeku dalam membantah para pengekor hawa nafsu dan ahli bid’ah adalah dengan cara menukil perkataan. Aku katakan, “Si Fulan (lawan/rival, yakni pihak yang dibantah, pen) berkata dalam kitab dengan judul ini, pada juz/jilid sekian, halaman sekian.” Kemudian aku singkap kebatilan/kesalahan orang itu dan aku bantah. Jadi aku menukilnya secara persis, kemudian aku bantah berdasarkan argumentasi dan bukti. - selesai jawaban asy-Syaikh Rabi’ – Kemudian kami sampaikan berita gembira kepada Syaikh (Guru) kami tentang Daurah yang akan datang, yakni di musim panas tahun ini biidznillah. Dalam daurah tersebut insyaallah sebagai pemateri adalah : - asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq azh-Zhafiri, - asy-Syaikh Arafat al-Muhammadi, - asy-Syaikh Abdul Wahid al-Madkhali, dan - asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhali. Pertanyaan : Apa yang Anda nasehatkan kepada ikhwah Indonesia wahai Syaikh kami? Apakah boleh kami mengambil faidah ilmu dari para masyaikh tersebut? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Aku nasehatkan mereka untuk berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah, serta menyambut dan memuliakan para masyaikh tersebut. Barakallah fikum."  ~~~~~~~~~~~~~~~ Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Syaikh (guru) kami atas nasehat-nasehat bermanfaat yang beliau sampaikan. Hadir di majelis : • Muhammad bin Umar as-Sewed al-Indunisi • Qomar Su'aidi al-Indunisi • Muhammad bin Mushlih al-Andunisi • dan sejumlah ikhwah Indonesia lainnya. Hadir pula dalam majelis salah seorang cucu asy-Syaikh Rabi' ======================================= Keterangan : naskah di atas telah ditunjukkan kembali kepada Asy-Syaikh al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah, maka beliau pun membacanya dan memberikan catatan (koreksian) atasnya. Kemudian beliau pun mengizinkan untuk disebarkan (dipublikasikan). Hal ini terjadi pada Isya hari Ahad, 29 Rajab 1439 H (15 April 2018 M) Dengan dihadiri oleh : 1. al-Ustadz Umar bin asy-Syaikh Rabi' al-Madkhali, 2. asy-Syaikh Abdul Mu'thi ar-Ruhaili, 3. Usamah bin Faishal Mahri, 4. Abul Harits Muhammad bin Mushlih Muhdi, dan beberapa ikhwah lainnya BACA :  Apa Itu Sha'afiqah? Penjelasan Syaikh Rabi' Tentang Fitnah Sha'afiqah + AUDIO
7 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

merekalah sha'afiqah yang sebenarnya !

SHU'FUQ = ORANG YANG TIDAK PUNYA MODAL ... MAKA INILAH CIRI-CIRI MEREKA (SHA'AFIQAH) YANG SEBENARNYA ❱ Disampaikan oleh Al-Ustadz Abu Ibrahim Muhammad bin Umar as-Sewed hafizhahullah Klik Play Untuk Mendengarkan : ____________________ Ikhwani fiddin a’azzakumullah, Kalau kita lihat dari makna shu'fuq, maka kita bisa katakan: 🔥 ※ [ Ciri Pertama ] Orang yang shu'fuq, orang yang tidak punya modal adalah orang yang tidak punya hujjah, tidak punya dalil, tidak punya bukti-bukti. Hanya berbicara dengan berbagai macam tuduhan tanpa bukti (yang bisa dianggap / diterima secara syar'i, ed). = Itu ciri pertama shu'fuq. 🔥 ※ [ Ciri Kedua ] Kerena tidak punya hujjah biasanya mereka akan berbicara dengan caci maki, tuduhan-tuduhan, sehingga kata-katanya dipenuhi dengan berbagai macam cacian cacian. • “Mereka bodoh” • “Mereka nggak bisa baca” • “Mereka nggak bisa nulis” • “Mereka ini nggak hapal” • “Mereka ini ...” ~ begitu saja isinya. Tidak berbicara, “Kamu menyimpang .. ini penyimpangannya (disertai dengan bukti &. hujjah ilmiyyah untuk menjelaskannya, ed)” nggak ada. “Saya yakin kamu ngak akan hafal Arba'in Nawawiyah” = kayak zaman Hajuri ... masih ingat..? “Aku tantang dia, apakah dia hafal hadits arba'in..??” Kita bukan sedang hitung-hitungan hapalan, tetapi siapa yang benar siapa yang salah. Buktikan dong!! Mana penyimpangannya!? = ndak ada. Maka sekian masyayikh mengatakan, fitnah sekarang ini mengingatkan kita kepada Fitnah Yahya al-Hajuri. 🔥 ※ [ Ciri Ketiga ] Karena tidak punya modal, karena shu'fuq maka biasanya mereka akan mengungkit-ungkit apa yang telah lewat, yang bahkan orangnya kadang sudah bertaubat dari padanya. = ini karena shu'fuq = ngak punya modal. Kalau yang di sana tuduhan yang mengerikan, seperti tuduhan 'AAHIR = zina. Wallahi, kalimat ini bukan kalimat sembarangan. Mereka-mereka yang menuduh tuduhan-tuduhan zina, harus mendatangkan 4 orang saksi. Jika tidak bisa mendatangkan 4 saksi, maka hukumnya dicambuk. Dan subhanallah yang dituduhnya ini sudah melaporkan ke polisi dan sudah mulai ditanya, dipanggil. ... Maka ambillah pelajaran (dari kejadian ini, ed), jangan kita membantah dipenuhi dengan tuduhan-tuduhan tanpa bukti. Jangan!! Yang di Indonesianya, Ngungkit-ngungkit Laskar Jihad dengan berbagai macam cerita-cerita..!! “Ya akhi, kamu ini kesiangan apa bangunnya..?? Manusia sudah bicara lain. Laskar Jihad sudah dikubur beberapa tahun lalu..” Apa maknanya? = Shu'fuq!! Mereka ngak punya modal sehingga mengungkit-ungkit apa yang sudah lewat, yang sudah kita umumkan taubatnya di majalah, di buletin, di Internet, di web di mana-mana. Masya Allah. = Buta + Tuli + Bisu - Ndak tahu sama sekali atau Kesiangan bangunnya. 🔥 ※ [ Ciri Keempat ] Karena shu'fuq, ngak punya modal mereka hanya bisa merekayasa rekaman. (•) Nukil dari Syaikh Rabi' awalnya, dibuang belakangnya. (•) Nukil dari Syaikh Ubaid awalnya, buang yang ininya, ambil yang itunya. Bahkan yang di Indonesia lebih berani lagi, (•) Dipotong kalimat tidaknya, yang harusnya itu kalimat nafiyah (penafian) menjadi kalimat mutsbattah (penetapan). Mengapa mereka merekayasa ucapan-ucapan Ahlussunnah? Mengapa mereka mengedit (mengubah, ed) ucapan-ucapan Ahlussunnah? = Karena mereka sendiri tidak punya modal..!! = Shu'fuq minash Sha'afiqah 🔥 ※ [ Ciri Kelima ] Karena mereka ngak punyak modal, shu'fuq maka mereka lebih memilih untuk adu otot dari pada adu hujjah. Sehingga terjadilah pertikaian dan pemukulan di beberapa tempat. Termasuk di Cerebon. Berantem..!! Mengapa, nantang-nantang berantem = Tidak bisa jawab = Tidak punya hujjah..!! **🔥 ※ [ Ciri keenam ] Karena mereka shu'fuq tidak punya modal, maka mereka memaksakan dalil pada satu perkara yang tidak berkait. Itu juga ciri-ciri shu'fuq, memaksakan hujjah, “Ini hujjah, ini adillah, ini bukti.” (Ketika) Dibaca oleh 'alim kabir, oleh ulama, "Mana yang disebut hujjah?" “Aku baca dari awal sampai akhir.. Tidak ada padanya hujjah.” kata Syaikh Rabi. 🔥 ※ [ Ciri Ketujuh ] Kalau fitnah ini telah terlihat barisannya, kita lihat siapa yang berbaris di barisan mereka dan siapa berbaris di barisan para masyayikh (Syaikh Rabi', Syaikh Ubaid, Syaikh Abdullah al-Bukhari dan yang bersama mereka) Kalau di Indonesia kalian tahu sendiri, para BSH (barisan sakit hati) yang pernah ditahdzir, yang pernah diusir, yang pernah ditegur dengan keras, yang pernah kasus = itu berbaris dibelakang mereka. Ternyata di skop internasional juga sama. Dibuktikan oleh beberapa ikhwah kita (para masyayikh-masyayikh muda) bahwa; ~ murid-muridnya Hajuri ada di sana ~ murid-muridnya Muhammad al-Imam ada di sana ~ bahkan murid atau orang-orangnya dari Adnan ar-Ur ada di situ juga bergabung bersama mereka. (Mirip yang di sini dengan yang sana..!!) Mungkin (Kita husnudzan) mereka ingin sembunyi saja, bukan salah Syaikhnya, tidak!! Tapi salah merekanya yang sembunyi. Mengapa? Di tempat kita tidak aman. Kan begitu?? Di tempat mereka (syaikh fulan, ed), aman..!! [Ahad, 30 Jumadil Akhirah 1439H ~ 18 Maret 2018M] 📀 // Unduh audionya di: - https://t.me/ukhuwahsalaf/5641 atau http://bit.ly/2puO5Oh { Judul dari Admin } 📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net BACA : Apa Itu Sha'afiqah? Penjelasan Syaikh Rabi' Tentang Fitnah Sha'afiqah Merekalah Sha'afiqah yang Sebenarnya ! via Pexels
7 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

apakah seorang ulama harus tua usianya?

MENUNTUT ILMU DAN MERUJUK KEPADA ULAMA YANG TUA LEBIH BAIK DIBANDINGKAN KEPADA YANG MASIH MUDA Asy-Syaikh al-Allamah Dr. Shalih al-Fauzan hafizhahullah Pertanyaan: Apakah seorang ulama harus tua usianya? Jawaban: Seorang ulama tidak harus tua usianya, Allah mengaruniakan ilmu kepada orang-orang yang masih muda sebagaimana yang diraih oleh para pemuda Shahabat, diantaranya Ibnu Abbas, Mu'adz bin Jabal, dan Ibnuz Zubair. Hanya saja tanpa diragukan lagi bahwa seorang ulama yang telah tua usianya lebih kokoh dibandingkan dengan yang masih muda. Adapun masalah meraih ilmu maka bisa saja diraih oleh orang yang masih muda, tetapi para ulama yang telah tua lebih kokoh dalam perkara ini dan lebih kuat dalam perkara ini. Maka, merujuk kepada mereka lebih baik dibandingkan merujuk kepada yang masih muda, dan menuntut ilmu kepada mereka lebih baik dibandingkan menuntut ilmu kepada yang masih muda. Sumber transkrip = http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=49469 Channel Telegram = https://t.me/jujurlahselamanya TAWADHU' SALAH SATU HAL YANG MENUNJUKKAN KEKOKOHAN ILMU DAN IMAN DALAM HATI PEMILIKNYA Asy-Syaikh al-Allamah Dr. Rabi’ bin Hady al-Madkhaly hafizhahullah berkata: التواضع أمر مهم جداً، والتواضع يعني في العلم، وأن الإنسان لا ينظر إلى نفسه بأنه عالم، وإنما ينظر لنفسه بعين الاحتقار، وكان ابن تيمية وابن القيم ما يرون أنفسهم علماء، ويقول: أنا مسكين، وأنا مُسَيكِين، مُسَيكِين أنا، ويصف نفسه بالجهل، وهم جبال وبحار في العلم! فالتواضع دليل على رسوخ العلم في قلب صاحبه، وعلى رسوخ الإيمان في قلب صاحبه. وأرجو الله أن يرسِّخ العلم النافع، والأعمال الصالحة، والتواضع والأخلاق الإسلامية الصحيحة في نفوسنا، وأن يصبغنا بها، تكون صبغة لنا صبغة الله، بارك الله فيكم. "Tawadhu' perkara yang sangat penting, tawadhu' maksudnya dalam hal ilmu, yaitu seseorang tidak melihat dirinya sebagai seorang ulama, tetapi dia melihat dirinya dengan pandangan merendahkan. Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim tidak memandang diri mereka sebagai ulama. Beliau mengatakan, 'Saya orang yang miskin (sedikit sekali ilmu saya), miskin, miskin saya.' Beliau mensifati dirinya sebagai orang yang sedikit ilmunya, padahal para ulama itu adalah gunung dan lautan dalam hal ilmu. Jadi tawadhu' merupakan bukti yang menunjukkan kekokohan ilmu dalam hati pemiliknya dan menunjukkan kekokohan iman dalam hati pemiliknya. Saya memohon kepada Allah agar menancapkan dengan kokoh dalam hati kita ilmu yang bermanfaat, amal shalih, tawadhu', dan akhlak-akhlak Islam, serta menjadikan itu semua sebagai sifat kita, sehingga menjadi sifat kita yang ditanamkan oleh Allah pada diri kita, semoga Allah memberkahi kalian."  .🖥 Sumber transkrip = https://t.me/Nataouan/6708 🌐 Channel Telegram = https://t.me/jujurlahselamanya
7 tahun yang lalu
baca 3 menit