Soal:
Bolehkan seorang musafir menjadi imam bagi orang-orang yang mukim (tidak safar) ?
Jawab:
Boleh bagi musafir menjadi imam bagi orang yang mukim.
Hanya saja perlu diperhatikan bahwa musafir mengoshor sholat, sehingga apabila imam (musafir) salam pada rakaat kedua sholat ruba’iyyah (Zhuhur, Ashr, Isya’) kewajiban makmum (muqim) adalah menyempurnakan sholatnya empat rakaat, karena makmum bukan musafir.
Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya Al-Muwaththo (2/206), bahwasannya Umar bin Al Khoththob jika tiba di kota Mekah beliau mengimami sholat hanya dua rakaat (qoshor) kemudian beliau mengatakan:
ُ يَا أَهْلَ مَكَّةَ ! أَتِمُّوا صَلَاتَكُمْ فَإِنَّا قَوْمٌ سَفْرٌ
“Wahai Penduduk Mekah, sempurnakanlah sholat kalian, adapun kami, maka kami sedang safar..!
Imam Ibnu Qudamah menukilkan adanya ijma’ tentang bolehnya musafir menjadi imam.
Hal penting juga yang perlu diingatkan disini, hendaknya imam memberitahu kepada makmum bahwa dia musafir agar mereka (muqimin) tahu kewajiban menyempurnakan sholat dan tidak mengannggap salamnya imam pada rakaat kedua adalah sebuah kesalahan sehingga menimbulkan fitnah.
Berkata Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh : Boleh bagi musafir mengimami orang yang mukim. Ketika imam salam (pada rakaat kedua karena diqoshor), orang orang yang mukim berdiri untuk menyempurnakan shalat (empat rakaat). Namun disini seyogyanya imam memberitahukan kepada makmum sebelum sholat, ia katakan : “Kami ini sedang safar, nanti ketika saya salam pada rokaat kedua, berdirilah kalian menyempurnakan sholat !” Sebagaimana dahulu Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam mengimami penduduk Mekah ketika Fathu Makkah, beliau berkata
أتموا يأهل مكة فإنا قوم سفر
“Sempurnakan sholat kalian wahai penduduk Mekah, adapun kami, maka kami sedang safar.”
Ketika itu beliau sholat dua rakaat dan ahlu makkah menyempurnakan (empat rakaat). Lihat : Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin (15/153).
(Dijawab oleh: Abu Ismail Muhammad Rijal)