Cerita tentang ulama Nahwu tersohor di zamannya. Sudah hampir seribu tahun lalu beliau wafat. Tahun 454 H.
Nama lengkapnya adalah Thahir bin Ahmad bin Ba Basyadz. Hanya saja beliau lebih populer dengan sebutan Abul Hasan Al Misri An Nahwi.
Dalam pandangan Nahwu, beliau sejalan dengan kelompok Basriyin. Ada banyak karya tulis yang diwariskan, termasuk Al Muhtasab dan Syarhul Jumal liz Zujjaji.
Sebelum menekuni ilmu Nahwu, Abul Hasan berprofesi sebagai seorang editor surat-surat administrasi. Itulah pekerjaannya. Dan dari situlah beliau memiliki penghasilan tetap dan gaji bulanan.
Hingga suatu saat, ketika sedang makan bersama dengan teman-teman karibnya, datang seekor kucing yang terlihat berharap diberi makanan.
Mereka melemparkan sepotong makanan yang langsung diambil dan dibawa pergi dengan cepatnya oleh kucing tersebut. Tidak berapa lama, kucing itu datang kembali. Diberi makanan lagi dan kucing itu lagi-lagi berlari pergi.
Hal tersebut berulang terjadi. Mereka mengambil kesimpulan, ”Dengan ukuran kucing itu, tidaklah mungkin makanan yang telah kita berikan ia makan sendiri”
Didorong oleh rasa penasaran, mereka mengikuti kucing itu kemana pergi.
Rupanya, di atas atap sebuah rumah ada seekor kucing buta. Kucing yang mereka beri makanan nyatanya berbagi dengan si kucing buta. Semuanya dibuat takjub.
Abul Hasan yang ikut menyaksikan segera tersadar, ”Subhaanallah! Hewan buta semacam ini,rizkinya pun dialirkan Allah untuknya melalui kucing lain”
Setelah itu Abul Hasan mengatakan, ”Bukankah Allah pun pasti memberikan rizki-Nya untukku yang menjadi hamba-Nya???”
Sejak saat itu, Abul Hasan meninggalkan profesinya yang lama.
Beliau memutuskan untuk menghabiskan sisa umurnya untuk berkhidmat bagi agama. Bidang Nahwu menjadi pilihan beliau.
Menempati sebuah ruangan sederhana di Masjid Raya Amr bin Ash di Mesir, Abul Hasan menyibukkan diri untuk thalabul ilmi.
Sebelum wafat, beliau telah menyelesaikan kumpulan catatan Nahwu sebanyak 15 jilid.
Subhaanallah! Apakah belum cukup cerita ini untuk menggugah semangatmu, Mas?
Yakinlah bahwa rejeki itu telah diatur serapi-rapinya. Menjadi suatu hal yang menyedihkan jika kita meragukan jalannya rejeki dari mana, sementara seekor kucing buta pun tetap menerima rejekinya.
Seseorang datang menemui Rabi' bin Abdurrahman. Orang itu memohon supaya Rabi' bersedia menjadi perantara kepada pejabat setempat agar mau membantunya menyelesaikan sebuah keperluan.
Apa yang terjadi? Rabi' menangis. Ia mengatakan, ”Saudaraku, memohonlah kepada Allah!
Mohonlah kepada-Nya supaya membantumu. Engkau pasti menemukan bahwa Allah adalah dzat yang maha cepat dan maha dekat”
Oh, ini rupanya yang menjadi problem kita selama ini. Kita memang merasa miskin dan kita juga selalu merasa kurang. Padahal yang telah Allah berikan sangatlah banyak. Apa yang kita miliki cukup berlimpah. Apa buktinya?
Saat menjalani ibadah puasa. Bukankah nafsu dan kerakusan membuat seseorang ingin berbuka dengan aneka macam makanan dan berbagai ragam minuman? Sementara segelas dua gelas air minum bahkan seteguk dua teguk telah membuatnya cukup nyaman. Sebanyak menu yang telah disiapkan,pada akhirnya banyak tersisa juga.
Sebab, seserakahnya manusia dan setamak-tamaknya dia, toh kapasitasnya terbatas. Bahkan jika dipaksakan melebihi kapasitas, ujung-ujungnya dimuntahkan juga.
Sadarlah!!!
Dengan demikian, tidak usah khawatir tentang rejeki! Terutama rejeki anak-anakmu di masa depan.Allah telah mengaturnya dengan sempurna. Jangan bersedih hati apalagi galau jika merasa rejekimu sempit dan sedikit. Mintalah kepada Allah dzat yang maha kaya.
Kata Abu Hazim, seorang ulama Salaf, ”Kenapa saya mesti takut miskin? Padahal sesembahanku memiliki seisi langit dan bumi serta semua yang ada di bawah bumi”
Benar memang, kan?
Mintalah kepada Allah! Mohonlah kepada-Nya! Jangan-jangan kita yang jarang bahkan tidak pernah memohon kepada Allah???
Usaha tetap harus dilakukan. Ikhtiar tidak boleh ditinggalkan.
Engkau masih memiliki dua kaki yang digunakan berjalan dan berlari. Engkau mempunyai sepasang tangan untuk memegang, mengangkat, mendorong atau memindahkan. Allah berikan untukmu kemampuan akal untuk berpikir dan mengambil keputusan.
Gunakan itu semua untuk usaha!
Mestinya, engkau tidak lagi pesimis. Apalagi sampai bertanya dengan ragu, ”Darimana saya akan memperoleh rejeki?”
Memalukan!
Mak-hul Asy Syaami mengingatkan kita tentang janin yang berada dalam kandungan. Allah alirkan rejeki untuknya melalui sang ibu. Setelah lahir dan tali pusar dipotong, ia disusui ibunya. Setelah itu ia disuap dan setelahnya ia belajar makan dengan tangan sendiri.
Kata Mak-hul, ”Celaka kamu! Kamu saat janin dalam kandungan dan saat bayi di pangkuan ibumu, Allah berikan rejekimu. Lalu sekarang setelah dewasa dan kuat, kamu mengatakan,”Ah mati saja karena tidak ada rejeki”
Allahul musta'an!
Semoga tersadarkan. Mudah-mudahan tercerahkan!
“Dahulu aku hanyalah janin dalam kandungan ibuku. Rejeki mengalir. Sampai aku masih disuap pun demikian. Lalu setelah dewasa dan telah mengenal Allah,aku berprasangka burukkepada-Nya. Adakah hamba yang lebih jahat daripada aku??”,demikian kata Abu Abdirrahman Al Amri.
Mas, bulan ini adalah bulan Ramadhan. Bulan doa. Untukmu, Mas yang memikirkan penghasilan. Untukmu, Mas yang bingung melunasi hutang. Untukmu, Mas yang ingin mendapatkan uang. Setelah berusaha maksimal, berdoalah kepada Allah. Sebut nama-nama-Nya yang indah. Panggil dengan mengucapkan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Berbaiklah prasangka kepada-Nya. Mas bukan lagi janin atau bayi.
Baarakallahu fiikum
Malam 11 Ramadhan 1440 H
t.me/anakmudadansalaf